Vous êtes sur la page 1sur 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


2.1.1 Pengertian Manajemen
Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa
Perancis Kuno ménagement, yang berarti seni melaksanakan dan
mengatur. Sedangkan secara terminologis para pakar
mendefinisikan manajemen secara beragam, diantaranya: Follet
yang dikutip oleh Wijayanti (2008) mengartikan manajemen
sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Menurut Stoner yang dikutip oleh Wijayanti (2008) manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Gulick dalam
Wijayanti (2008) mendefinisikan manajemen sebagai suatu
bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara
sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat
sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Schein (2008).
Manajemen adalah memperkenalkan dan merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti
mempertimbangkan masa depan dan menyusun rencana aktivitas.
Mengorganisasikan berarti mengembangkan struktur ganda, yaitu
materi dan manusia, dari suatu usaha, memimpin berarti
meningkat, menyatukan dan menyelaraskan segala bentuk
aktivitas dan usaha. Mengendalikan berarti memperkenalkan
bahwa segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan peraturan-

6
7

peraturan yang telah ditetapkan dan tuntutan yang ada.


(Swanburg, 2000).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana
di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai
tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999 dalam Nursalam 2007).
Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang
memfokuskan pada produksi dan dalam banyak hal lain untuk
menghasilkan suatu keuntungan.
Menurut Gillies (1989), manajemen adalah suatu proses
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Manajemen
yang efektif merupakan kombinasi dari ilmu pengetahuan dan
seni dalam pelaksanaannya. Ilmu manajemen adalah cara-cara
yang rasional, bertumpu pada logika, bersifat objektif, dan
sistematis. Sedangkan seni manajemen adalah cara-cara
memecahkan permasalahan dengan intuisi, pengalaman, dan
pandangan pribadi. Manajer mengandalkan keterampilan
konseptual dan hubungan antar pribadi.
Terry (2005) memberi pengertian manajemen yaitu suatu
proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud maksud yang nyata. Hal tersebut
meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan,
menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami
bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas
dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Dari beberapa definisi
yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk
menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
8

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan


pengawasan (controlling).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk
menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan organisasi
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia/kepegawaian, pengarahan dan
kepemimpinan serta pengawasan.
Manajemen merupakan sebuah kegiatan; pelaksanaannya
disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer.
Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan,
menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Manajemen terdiri dari 7 berbagai unsur, yaitu :
a. Man : Sumber daya manusia
b. Money : Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
c. Method : Cara atau sistem untuk mencapai tujuan
d. Machine : Mesin atau alat untuk berproduksi
e. Material : Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan
f. Market : Pasaran atau tempat untuk melemparkan hasil
g. Produksi : Information

2.1.2 Pengertian Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan itu memiliki beberapa pengertian,
manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional (Nursalam, 2007).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan
keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000).
9

Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen


keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang
mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya
manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer
menjalankan profesi mereka.
Dari pengertian para pakar diatas disimpulkan bahwa manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber –
sumber yang ada sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif.

2.1.3 Prinsip Manajemen


Prinsip Manajemen menurut Fayol dalam Swanbug (2000),
yaitu :
a. Menajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Menajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang
efektif
c. Menajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah
urusan menajer perawat
e. Menajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan
pencapaian tujuan social
f. Menajemen keperawatan adalah pengorganisasian
g. Menajemen keperawatan merupakan suatu fungsi posisi atau
tingkat social, disiplin, dan bidang studi
h. Menajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan,
dari lembaga dan dimana organisasi itu berfungsi
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Menajemen keperawatan mengarahkan dan memimpin
k. Menajemen keperawatan memotivasi
l. Menajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
10

m. Menajemen keperawatan adalah pengendalian atau


pengevaluasian.

2.14 Filosofi Visi dan Misi


1. Filosofi keperawatan
Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang
keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam
keperawatan yang digunakan untuk berfikir dan bertindak
(Chitty, 1997 dalam Nursalam, 2002)
Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/ rumah
sakit ditekankan pada :
a. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan
menentukan kehidupannya
b. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-
bedakan agama, suku, warna kulit, status dan jenis
kelamin.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan
pada pemenuhan kebutuhan indvidu
d. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan lain
e. Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan
sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan organisasi
f. Perlunya evaluasi secara terus-menerus terhadap semua
pelayanan keperawatan yang diberikan.
2. Visi
Visi adalah perawat/manajer keperawatan harus mempunyai
suatu pandangan dan pengetahuan yang luas tentang
manajemen dan proses perubahan yang terjadi saat ini dan
yang akan datang yaitu tentang penduduk, sosial, ekonomi,
politik yang akan berdampak pada pelayanan kesehatan.
11

3. Misi
Misi adalah sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan,
yaitu menjaga dan mengawasi suatu proses profesionalisasi
keperawatan indonesia agar terus berjalan dan
berkesinambungan.

2.1.5 Fungsi Manajemen Keperawatan


Menurut S. Suarli (2010), fungsi manajemen keperawatan
diantaranya :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan
datang. Secara umum, perencanaan dapat ditinjau dari sisi :
a. Proses, pemilihan dan pengembangan tndakan yang paling
menguntungkan untuk mencapai tujuan
b. Fungsi, kepemimpinan dengan kewenangan yang dapat
mengarahkan kegiatan dan tujuan yang harus dicapai
organisasi
c. Keputusan, apa yang akan dilakukan untuk waktu yang
akan datang.
2. Pentingnya perencanaan
Perencanaan sangat penting karena :
a. Menghilangkan atau mengurangi ketidakpastian di masa
datang
b. Memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat
c. Membuat kegiatan yang lebih ekonomis dan
d. Memungkinkan di lakukannya pengawasan
3. Unsur-unsur perencanaan
Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan adalah:
a. Meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan
kencedrungan masa depan (peluang dan tantangan)
12

b. Menetapkan tujuan (etabilishing objectives), misalnya


menyusun acara yang urutan kegiatannya berdasarkan skla
prioritas
c. Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling), misalnya
menetapkan / memperhitungkan waktu dan dengan tempat
d. Menyusun anggaran (budgeting), misalnya
mengalokasikan sumber yang tersedia (uang, alat,
manusia) dengan memperhitungkan waktu dengan tepat
e. Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tatacara
yang paling tepat
f. Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interfreting and
establishing policy), misalnya menafsirkan kebijakan
atasan dan menetapkan kebijakan oprasional.
4. Sifat-sifat perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus di perhatikan agar
dapat di hasilkan rencana yang baik, yaitu:
a. Melihat jauh ke depan,
b. Sederhana dan jelas/lugas,
c. Fleksible,
d. Stabil,
e. Ada dalam keseimbangan,
f. Tersedianya sumber-sumber plaksanaan
5. Tipe rencana
Secara garis besar, ada tipe 3 rencana, yaitu sasaran (goal)
rencana tungggal (single use plan), dan rencana induk
(standing plan/master plan).
a. Sasaran (goal)
Setiap pimpinan harus mempunyai sasaran yang jelas,
dan bawahannya juga harus mengetahui.
13

b. Rencana tunggal (single use plan )


Rencana tunggal di gunakan untuk menentukan langkah-
langkah suatu kegiatan. Rencana tunggal terdiri atas
empat bagian yaitu :
a) Program utama, yaitu tugas utama organisasi
b) Proyek, yaitu bagian dari program tersusun yang
dilaksanakan secara berdiri sendiri dan ada titik
akhirnya.
c) Program khusus, yaitu rencana yang mendapat
perhatian secara khusus Karena sifat masalah yang
khusus
d) Rencana rinci, yaitu penjabaran secara rinci dari suatu
program agar penggunaan sumber dan lainnya
menjadi jelas dan terarah
c. Rencana induk (standing pla , master plan )
Rencana induk ialah rencana yang bersifat luas dan
menyeluruh serta digunakan terus- menerus. Selain itu
rencana yang lain dalam hal ini harus sinkron dan harus
sesuai dengan rencana induk. Hal yang dapat
membedakan rencana induk dengan rencana lain :
a) Kebijakan, yaitu pedoman dalam organisasi
menjalankan tugas pekerjaan yang berupa pola
organisasi
b) Prosedur, yaitu proses yang harus diketahui
mengenai apa dan bagaimana melaksanakan
kegiatan yang disusun agar efisien dan efektif
c) Metode, yaitu cara terbaik untuk melaksanakan
kegiatan. Umumnya prosedur yang digunakan
berganti-ganti.
6. Teknik pelaksanaan
Beberapa teknik pelaksanaan yang sering dipakai adalah:
14

a. PPBS (Planning, Programming And Budgetting System )


yaitu system pelaksanaan, pembuatan program, dan
pembuatan anggaran
b. NWP (network planning ) yaitu perencanaan jaringan
kerja
c. Perencanaan tradisional berdasarkan jenis pengeluaran
d. Pelaksanaan hasil kerja yang berorientasi pada sasaran /
hasil yang ingin dicapai.

2.2 PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN


Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
agumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan
dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen keperawatan,
bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok pasien.
2.2.1 Pengkajian-Pengumpulan Data
adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu

tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin

berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko,

pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau

keterampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal.

Di dalam proses manajemen keperawatan, bagian akhir adalah

perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok

pasien.
15

Gambar 2.1 :
Proses manajemen keperawatan menunjang proses
keperawatan

Gambar 2.2 :
Sistem Manajamen Keperawatan (Modifikasi Gillies, 1989)
16

2.2.2 Perencanaan dan Pengaturan


Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa
yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan (Siagian, 2001)
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan yaitu :
1. Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
2. Menegakan tujuan
3. Mengalokasikan anggaran belanja
4. Memutuskan ukuran dan tipe tega keperawatan yang
dibutuhkan
5. Membuat pola struktur organisasi
6. Menegakan kebijaksanaan
7. Prosedur operasional untuk mencapai visi misi yang
ditetapkan
Tujuan perencanaan menurut Douglas :
a. Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai
sasaran dan tujuan
b. Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c. Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari
personel dan fasilitas yang tersedia
d. Hal tersebut efektif dalam hal biaya
e. Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang,
sehingga membantu elemen perubahan
f. Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan
kebbutuhan untuk berubah
g. Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif

Langkah – langkah perencanaan :


17

a. Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan


b. Kumpulkan data
c. Analisa
d. Buat alternatif
e. Pilih dan usulkan alternatif
f. Pimpinan menetapkan alternatif
g. Susun rencana
h. Kaji ulang
2.2.3 Pengorganisasian
Pengertian organisasi dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
pengertian secara statis dan pengertian secara dinamis jika dilihat
secara statis, organisasi merupakan wadah kegiatan sekelompok
orang untuk mencapai tujuan tertentu.Sedangkan secara dinamis,
organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja
yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
1. Ciri organisasi
Lima hal yang menjadi ciri-ciri organisasi adalah
a. Terdiri atas sekelompok orang
b. Ada kegiatan-kegiatan yang berbeda tapi berkaitan
c. Tiap anggota mempunyai sumbangan usaha
d. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan
e. Adanya suatu tujuan.
2. Prinsip-prinsip organisasi
Setiap oraganisasi kemungkinan besar mempunyai prinsip-
prinsip seperti dibawah ini :
a. Tujuan yang jelas (clear objective)
b. Skala hierarki (the scalar principle)
c. Kesatuan komando /perintah (unity of command)
d. Pelimpahan wewenang (delegation of authority)
e. Pertanggung jawaban (responsibility)
f. Pembagian kerja (division of works)
g. Rentang kendali (span of control )
18

h. Fungsionalisasi (functionalization)
i. Pemisahan tugas (task separation)
j. Fleksibilitas/kelenturan (flexibility)
k. Keseimbangan (balance)
l. Kepemimpinan (leadership)
3. Proses pengorganisasian
Proses pengorganisasian pada intinya dapat dibagi menjadi dua
pokok analisis, yaitu analisis tujuan organisasi dan analisis
jabatan.
a. Analisis tujuan organisasi
Analisis tujuan organisasi dijelaskan seperti primada
terbalik.Artinya analisis ini dimulai dari tujuan kemudian
dijabarkan menjadi tugas-tugas pokok kemudian tugas
pokok dijabarkan menjadi fungsi-fungsi. Setelah itu, fungsi
dijabarkan menjadi uraian pekerjaan dan terakhir uraian
pekerjaan dianalisis beban kerjanya
b. Analisis jabatan terdiri atas pengelompokan jabatan,
pengelompokan fungsi, pengelompokan tugas penentuan
bentuk organisasi, penetapan organisasi, dan
penyempurnaan organisasi.
c. Bentuk dan tipe organisasi
Ada tiga bahasan yang terkait dengan bentuk dan tipe
organisasi, yaitu dasar pengorganisasian serta bentuk
organisasi dan tipeBerikut ini penjelasanya

4. Penggerakan
Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka
mengerjakan tugas, demi tercapainya tujuan yang sama dalam
hal ini, diusahakan agar orang yang diperintah jangan hanya
semata-mata menerima perintah dari atasan tetapi tergerak
hatinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan kesadaran
19

sendiri. Seringkali terjadi hambatan karena yang digerakan


adalah manusia, dan mempunyai keinginan pribadi, sikap, dan
perilaku yang khusus. Oleh sebab itu, kepemimpinan yang
dapat meningkatan motivasi dan sikap kerja bawahan menjadi
hal yang penting.

2.2.4 Tinjauan Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan


1. Definisi komunikasi
Tappen (dalam Nursalam, 2011) mendefinisikan
bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan,
pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antar dua orang
atau lebih yang bekerja bersama. Komunikasi juga
merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah
sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud
dari tujuan pemberi pesan. Komunikasi adalah sesuatu yang
kompleks, sehingga banyak model yang digunakan dalam
menjelaskan bagaimana cara organisasi dan orang
berkomunikasi.
Pesan atau komunikasi dapat berupa verbal, tertulis,
maupun non verbal. Proses ini juga juga melibatkan suatu
lingkungan internal meliputi : nilai-nilai, kepercayaan,
temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan dan penerima
pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan cuaca,
suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak
(pengirim dan penerima pesan harus peka terhadap faktor
internal dan ekternal, seperti persepsi dari komunikasi yang
ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada (Nursalam,
2011).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan
oleh orang lain memberi tahu atau mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku secara keseluruhan baik secara
20

langsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui media


(Arwani, 2003).

2. Tujuan Komunikasi
a. Tujuan Komunikasi Secara Umum
Mengerti : komunikator hendaknya menyampaikan pesan
atau informasi kepada komunikan (penerima) dengan cara
yang baik. Memahami : mengandung arti bahwa informasi
yang disampaikan komunikator haruslah disesuaikan
dengan keinginan dan kemauan komunikan atau penerima
informasi, sehingga segala sesuatu yang disampaikan
benar-benar berasal dari aspirasi penerima informasi atau
masyarakat pada umumnya.
Diterima: komunikator dalam menyampaikan
informasinya harus menggunakan cara yang asertif
sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik.
Termotivasi: setelah informasi disampaikan maka
komunikan tergerak untuk melakukan suatu kegiatan yang
diinginkan oleh komunikator dan ini merupakan suatu
yang diharapkan oleh pemberi pesan (Priyanto, 2009).

b. Tujuan Komunikasi antara Tenaga kesehatan terhadap


pelayan kesehatan
Tujuan utama komunikasi antar-tenaga kesehatan adalah
tercapainya tingkat kesehatan pasien semaksimal mungkin
dengan memberikan perawatan komprehensif melalui
pertukaran informasi yang akan meningkatkan koordinasi
dan kesinambungan pelayanan kesehatan terhadap pasien.
Bila pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari
berbagai bagian dari rumah sakit, seperti bagian
pemeriksaan rongent, laboratorium, ruang operasi,
fisioterapi, maka komunikasi yang baik sangat dibutuhkan
21

untuk mengoordinasikan pelayanan yang telah diberikan.


Komunikasi antar-tenaga kesehatan juga sangat diperlukan
dalam memberikan pelayanan bagi pasien tersebut akan
melanjutkan pelayannnya pada lembaga kesehatan lain
(Priyanto, 2009).

3. Model Komunikasi
a. Komunkasi tertulis
Komunikasi tertulis yang dikeluarkan manajer sangat
mencerminkan manajer dan organisasi. Manajer harus
mampu menulis dengan jelas dan professional serta
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti (Marquis
dan Huston, 2010). Nursalam (2011) menyatakan bahwa
komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam
organisasi.Setiap organisasi harus mengembangkan
metode penulisan dalam mengkomunikasikan pelaksanaan
pengelola dalam mencapai setiap kebutuhan staf. Misalnya
dalam surat menyurat, pembayaran, dan jurnal.
Manajer hendaknya dapat menyusun usulan
komunikasi tulisan dalam surat menyurat menurut Health
Care Education Associates (1988, dalam Marquis dan
Huston, 2010) meliputi manajer mengetahui apa yang
ingin dikatakan sebelum mulai menulis, menyertakan
orang dalam tulisan, menggunakan kata kerja, menulis
dengan sederhana, menggunakan kata sedikit mungkin,
menggunakan kalimat sederhana dan langsung, memberi
arahan untuk pembaca, mengatur materi secara logis,
menggunakan para, graph untuk memandu pembaca,
menghubungkan pemikiran, mengungkapkan pemikiran
yang sama dengan cara yang sama.
22

b. komunikasi secara langsung


Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada
atasan dan bawahan baik secara formal maupun
informal.Mereka juga melakukan komunikasi secara
verbal pada pertemuan formal.Tujuan komunikasi verbal
adalah assertiveness. Perilaku asertif adalah suatu cara
komunikasi yang memberikan kesempatan individu untuk
mengekspresikan perasaan orang lain yang diajak
berkomunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara
asertif adalah pasif dan agresif khususnya agresif yang
tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika individu
tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan
berkomunikasi, sedangkan komunikasi agresif terjadi jika
individu merasa superior terhadap topic yang dibicarakan
(Nursalam, 2011)
c. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap
tubuh, atau “body language”.
d. Komunikasi via telepon
Manajer sangat tergantung melakukan komunikasi dengan
menggunakan telepon, sehingga memungkinkan manajer
untuk merespons setiap perkembangan dan masalah dalam
organisasi (Nursalam, 2011).

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Komunikasi


Potter dan Perry (dalam Nurjannah, 2001) menyatakan bahwa
proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Perkembangan: Perawat dapat berkomunikasi dengan
efektif bila mengetahui tentang pengaruh perkembangan usia
seseorang baik dari segi bahasa maupun proses berpikir dari
23

orang tersebut. Nilai : nilai adalah standar yang memengaruhi


perilaku seseorang, sehingga penting bagi perawat untuk
menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk
mengetahui dan mengklarifikasi nilai seseorang agar dapat
membuat keputusan yang tepat dalam berinteraksi dengan
pasien. Dengan bersikap professional diharapkan perawat
tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
Persepsi: Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang
terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk
oleh harapan atau pengalaman.perbedaan persepi dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi. Latar belakang :
bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh
faktor budaya. Budaya juga yang akan membatasi seseorang
dalam bertindak dan berkomunikasi. Emosi : Emosi
merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi
seperi marah, sedih, dan senang akan dapat memengaruhi
perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Jenis kelamin: Setiap jenis kelamin mempunyai gaya
komunikasi yang berbeda-beda. Disebutkan bahwa wanita
dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya dalam
berkomunikasi. Pengetahuan: Tingkat pengetahuan akan
memengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang
tingkat pendidikannya rendah akan sulit untuk merespons
pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi. Peran dan hubungan : Gaya
komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antara orang
yang berkomunikasi. Cara berkomunikasi seorang perawat
dengan koleganya, dan caraberkomunikasi seorang perawat
dengan kliennya akan berbeda tergantung peranannya.
Lingkungan: Lingkungan interaksi akan mempengaruhi
komunikasi yang efektif. suasana yang bising dan tidak
adanya privacy akan menimbulkan kerancuan, ketegangan
24

dan ketidaknyamanan. Jarak: Jarak dapat memengaruhi


komunikasi. Jarak tertentu dapat menimbulkan rasa aman
(Priyanto, 2009).

5. Ciri-ciri Komunikasi yang efektif


Sebuah informasi yang disampaikan efektif maka harus
disajikan sedemikian rupa agar mudah dipahami dan tidak
menimbulkan keraguan serta kebingungan. Makna dari
informasi atau pesan harus jelas yaitu : Istilah, penggunaan
istilah-istilah yang diartikan sama antar pengirim dan
penerima pesan merupakan aturan dasar untuk mencapai
komunikasi yang efektif. kata-kata yang samar artinya
mempunyai lebih dari satu makna dapat menimbulkan
kebingungan dan salah pengertian. Spesifik : Pesan yang
dipertukarkan harus spesifik, misalnya seorang klien
membutuhkan bantuan, maka pesan yang disampaikan harus
menegaskan jenis bantuan yang dibutuhkan dan digambarkan
secara cukup jelas agar penerima dapat mengulangi dengan
benar (Priyanto, 2009).

6. Aplikasi komunikasi dalam keperawatan


a. Komunikasi saat serah terima
Pada saat serah terima, diperlukan suatu komunikasi yang
jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah
dilakukan dan yang belum, serta respons pasien yang
terjadi. Perawat melakukan timbang terima dengan
berjalan bersama dengan perawat lainnya, dan
menyampaikan kondisi pasien secara akurat didekat pasien
(Nursalam, 2011).
25

b. Interview/anamnesis
Anamnesis merupakan kegiatan yang selalu dilakukan
oleh perawat kepada pasien saat melakukan pelaksanaan
asuhan keperawatan. Anamnesis dilakukan oleh perawat
kepada pasien, keluarga, dokter, dan tim kesehatan
lainnya. Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada
komunikasi melalui interview : menghindari komunikasi
yang terlalu formal atau tidak tepat, menghindari interupsi,
menghindari respons dengan hanya “ya” atau “tidak”,
menghindari melakukan monopoli pembicaraan,
menghindari hambatan personal (Nursalam, 2011).
c. Komunikasi melalui computer
Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat, dan
akurat pada manajemen keperawatan saat ini. Data-data
klien di komputer akan mempermudah perawat lain dalam
mengidentifikasi masaslah pasien dan memberikan
intervensi yang akurat (Nursalam, 20011).
d. Komunikasi tentang kerahasiaan
Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan
menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada institusi.
Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema dalam
menyimpan rahasia pasien, disatu sisi perawat
membutuhkan informasi dengan menghubungkan apa
yang dikatakan klien dengan orang lain, di lain pihak
perawat harus memegang janji untuk tidak menyampaikan
informasi tersebut kepada siapa pun (Nursalam, 2011).
e. Komunikasi dengan sentuhan
Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan
metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan
perawat.Sentuhan yang diberikan oleh perawat dapat
berguna sebagai terapi bagi pasien, khususnya pasien
26

depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam pengambilan


keputusan (Nursalam, 2011).

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL PENGUMPULAN


DATA (MAKP)
2.3.1 Definisi
Praktik keperawatan professional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses, dan nilai-nilai professional) yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffer, 2009)

2.3.2 Tujuan model praktik keperawatan profesional (MPKP)


Model keperawatan ini diyakini dapat menjadi salah satu upaya
untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas, yang bertujuan :
1. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
2. Pemanfaatan ketenagaan keperawatan dalam upaya menuju
layanan yang professional
3. Sebagai lahan praktik untuk proses belajar bagi mahasiswa
keperawatan, karena mereka dapat melihat secara jelas
bagaimana sistem pemberian asuhan keperawatan yang
professional
4. Sebagai sistem penunjang bagi program pendidikan ners
spesialis keperawatan, karena pada MPKP seorang PP atau
CCM dapat mempelajari kasus-kasus secara komprehensif
5. Sebagai lingkungan yang kondusif untuk melakukan penelitian
keperawatan, karena pada MPKP dapat difasilitasi uji coba
berbagai ilmu dan teori keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan
27

2.3.3 Tahap pembentukan MPKP


Pada bagian ini akan dibahas secara sistematis langkah-
langkah kegiatan yang dilakukan pada persiapan implementasi
MPKP. Persiapan ini merupakan bagian dari rencana kegiatan
implementasi MPKP.
1. Pembentukan Tim
Pembentukan satu tim atau kelompok kerja diperlukan untuk
implementasi MPKP. Jika MPKP akan diimplementasikan di
rumah sakit yang digunakan sebagai tempat proses belajar bagi
mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelopok kerja ini sudah
melibatkan staf dari institusi pelayanan/rumah sakit dan
institusi pendidikan. Tim ini biasa terdiri dari koordinator
departemen, seorang penyedia, dan kepala ruang rawat serta
tenaga dari instansi pendidikan. Tim inilah yang berperan
sebagai pengerak terlaksananya MPKP.Setelah itu ditunjuk
seorang ketua yang bertugas mengkoordinasi semua kegiatan
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi MPKP, biasanya berasal
dari instansi rumah sakit. Sebaiknya tim ini mengikuti
semiloka MPKP terebih dahulu sehingga dapat memahami
implementasi MPKP dengan baik.
2. Rancangan Penilaian Mutu
Kelompok kerja akan membuat rancangan penilaian mutu
asuhan keperawatan. Penilaian mutu asuhan keperawatan
meliputi kepuasan klien/keluarga, kepatuhan perawat terhadap
standar yang dinilai dan dokumentasi keperawatan, lama hari
rawat dan angka infeksi nosokomial.Data ini merupakan data
awal dari ruang rawat sebelum MPKP dilaksanakan.Jumlah
responden untuk kepuasan klien/keluarga minimal 30 orang,
demikian juga jumlah dokumentasi keperawatan minimal 30
buah.Pada penilaian ini digunakan total sampel.Untuk
kepuasan klien/keluarga, data di analisis dengan menggunakan
kategorisasi jenjang skala pengukuran kepuasan
28

klien/keluarga.Untuk kepatuhan perawat, data dianalisis


dengan menggunakan kategorisasi jenjang skala pengukuran
kepatuhan perawat terhadap standar.

2.3.4 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


1. Model Fungsional
Model fungsional berdasarkan orientasi tugas dari filosofi
keperawatan, dimana perawat melaksanakan tugas (tindakan)
tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.Metode
fungsional dilaksanakan oleh perawat pengelolaan dalam
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama. Penanggung jawab
model fungsional adalah perawat yang bertugas pada tindakan
tertentu, misalnya dalam pemasangan infuse, pemberian obat,
dan lain-lain. Kelebihan metode fungsional, yaitu:
a. Menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan,
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga,
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan pasien diserahkan kepada perawat yunior atau
yang belum berpengalaman.
2. Model Kasus
Model kasus berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan, dimana perawat bertanggung jawab terhaadap
asuhan observasi pada pasien tertentu dan ratio pasien :
perawat = 1:1. Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat
yang melayani semua kebutuhannya pada saat dinas. Pasien
dirawat oleh perawat yang berbeda oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya ditetapkan
satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk
perawat private untuk perawatan khusus seperti isolasi,
intensive care.Penanggung jawab pada model kasus adalah
manajer keperawatan.
29

3. Model Tim
Metode tim adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan
pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala Ruangan
membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau
tim, yang diketuai oleh seorang perawat
professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila
perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan dan kemampuannya. (Arwani, 2006)

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

4. Model Primer
Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif
dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian,
kondisi pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan,
dimana ratio perawat : pasien = 1:4/ 1:5. Metode penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Model primer mendorong
praktek kemandirian perawat dan terdapat kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksana.Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan koordinsasi asuhan keperawatan
30

selama pasien dirawat.Penanggung jawab pada model primer


ini adalah perawat primer.

5. Model modular
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan
primer. Metode ini sama dengan model keperawatan tim
karena baik perawat professional maupun non professional
bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan
dibawah kepemimpinan seorang perawat professional. Di
samping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode
keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat
bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk
dalam perawatan hingga pulang bahkan sampai dengan waktu
follow up care.

2.3.5 Fungsi Manajerial


1. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan
tanggung jawab dan wewenang dalam memimpin pelaksanaan
pelayanan keperawatan serta tata laksana personalia pada suatu
ruangan atau bangsal rumah sakit. Tanggung jawab Kepala
Ruangan:
a. Perencanaan
(1) Menunjukan ketua tim akan bertugas diruangan
masingmasing
(2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim
(4) Mengidentifikasi strategi pelaksanaan keperawatan
(5) Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis, yang dilakukan.
31

Program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter


tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
(6) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
(7) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
(8) Membimbing penerapan proses keperawatan dan
menilai asuhan keperawatan
(9) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
(10) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk
(11) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri
(12) Membantu membimbing terhadap peserta didik
keperawatan
(13) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit
b. Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian ketua tim anggota tim secara jelas
(4) Membuat rentang kendali kepala ruangan dan
membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3
Perawat
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari dll
(6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
(8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada
ditempat kepada ketua tim
(9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
(10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
32

(11) Identifikasi masalah dan cara penanganan


c. Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim
(2) Memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien
(5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya
(7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d. Pengawasan
(1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada
pasien
(2) Melalui supervise
(3) Evaluasi
(4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang sudah disusun
bersama ketua tim
(5) Audit Keperawatan
2. Ketua Tim
Ketua Tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab
dalam perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk
semua pasien yang di lakukan oleh tim di bawah tanggung
jawabnya (Nursalam, 2003).
Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan
33

b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi


c. Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan pendapat
menilai tingkat kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konference
3. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksanaan merupakan seorang tenaga keperawatan
yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan/ asuhan
keperawatan di ruang rawat.
Dalam melaksanakan tugasanya perawat pelaksana
diruang rawat bertanggung jawab kepada kepala
ruangan/kepala instalasi terhadap hal-hal sebagai berikut:
a. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan
pelaksanaan asuhan keperawatan/kegiatan lainnya yang
dilakukan,
b. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan
pelaksanaan asuhan keperawatan atau kegiatan lain yang
dilakukan.
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana diruang
rawat mempunyai wewenang sebagai berikut:
(1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Kepala tim
mengenai asuhan keperawatan,
(2)Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/
keluarga pasien sesuai kemampuan dan batasan dan
kewenangan.
Uraian tugas perawat pelaksana :
a) Memelihara keberhasilan ruang rawat dan
lingkungan
b) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku
c) Memelihara keperawatan dan medis agar selalu
dalam keadaan siap
34

d) Melakukan pengkajian keperawatan dan


menentukan diagnosa sesuai batas kewenangan
e) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan
kemampuannya
f) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
sesuai kebutuhan dan batas kemampuanya antara
lain:
(1) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai
program pengobatan,
(2) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada
pasien dan keluarganya mengenai penyakitnya
g) Melatih / membantu pasien untuk melakukan
latihan gerak
h) Melaksanakan evaluasi tindakan, keperawatan
sesuai batas kemampuannya, mengobservasi
kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi sesuai batas
kemampuannya
i) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan
dalam membahas kasus dan upaya meningkatkan
mutu asuhan keperawatan
j) Melaksanakan kasus dan upaya meningkatkan
mutu Asuhan keperawatan.

2.4 KONSEP RAWAT INAP PELAYANAN PENYAKIT DALAM


2.4.1 Rawat Inap
Rawat inap merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan bagi
pasien yang memerlukan tindakan medis, keperawatan dan non
medis lebih lanjut (dalam kurun waktu tertentu) yang
membutuhkan perawatan rawat inap dirumah sakit
(hospitalization), hal ini dikarenakan penyakit yang diderita oleh
pasien dianggap memerlukan perawatan yang intensif oleh tenaga
35

medis, keperawatan dan nonmedis untuk mencapai kesehatan


yang optimal (Sabarguna. 2004)

2.4.2 Pelayanan Penyakit Dalam


Pelayanan penyakit dalam merupakan pelayanan kesehatan
terhadap pasien dewasa dengan indikasi penyakit yang diderita
mengarah kepada pelayanan rawat inap penyakit dalam.
Pelayanan penyakit dalam sangat kompleks dengan melibatkan
beberapa sub unit rumah rakit antara lain; pemeriksaan penunjang
(laboratorium, ronsen, EKG, USG), apotik, gizi dan administrasi.
Pada ruang perawatan penyakit dalam pasien akan memperoleh
pelayanan ruang perawatan, kunjungan dokter untuk
pemeriksaaan intensif, pelayanan keperawatan, semua
pembiayaan akan dibebankan kepada pasien maupun asuransi
kesehatan. Pembiayaan yang diperoleh dari pasien maupun
asuransi merupakan sebagai pendapatan operasional rumah sakit,
dalam meningkatkan kinerja pelayanan rawat inap penyakit
dalam14 yang tentunya kegiatan tersebut didukung dengan
penerapan sistem manajemen pelayanan (Widajat. 2009)

2.4.3 Distribusi Ketenagaan


Dalam pengaturan jaga sebuah ruangan rumah sakit dibagi
menjadi tiga shift, yaitu shift pagi mulai pukul 07.30 – 14.00,
shift siang yaitu 14.00 – 21.00 dan sedangkan shift malam yaitu
mulai pukul 21.00 – 07.00.

2.4.4 Standar Fasilitas Peralatan


1. Bed standar
2. Bed side monitor
3. Saturasi oksigen
4. Infus pump
36

5. Syringe pump
6. EKG 12 lead
7. DC shock
8. Ambu bag
9. Suction
10. Sentral oksigen
11. Standar infuse 5 kaki
12. Lemari obat
13. Tensi dan tetoskop
14. Alat pengukut suhu

2.4.5 Desain
1. Unit 4 ruangan
2. Outlet oksigen, satu tiap tempat tidur
3. Ruangan penyimpanan peralatan dan bahan bersih
4. Ruang tempat limbah medis dan limbah lainnya
5. Ruang perawat
6. Ruang tunggu keluarga pasien
7. Ruangan mahasiswa

2.4.6 Ketentuan Umum Pelayanan


Untuk tata-tertib penyelenggaraan pelayanan di Unit penyakit
dalam menetapkan ketentuan umum pelayanan sebagai berikut:
1. Pasien masuk ke ruang penyakit dalam berasal dari Instalasi
Rawat Jalan, IGD, dan ruangan lain.
2. Pelayanan Ruang penyakit dalam beroperasi non-stop selama
24 jam/hari dalam 7 hari seminggu. Kegiatan shift 07.00 –
14.00, 14.00 – 21.00, 21.00 – 07.00 WIB.
3. Pelayanan khusus kelas tiga wanita
4. Pasien yang masuk ruang rawat inap mendapat informasi
tentang pelayanan rawat inap: tata tertib ruangan, hak dan
kewajiban pasien di rumah sakit.
37

5. Pasien yang membutuhkan konsul dokter penyakit jantung


dilaksanakan oleh dokter umum jaga ruangan atau perawat
jaga.
6. Jaminan administrasi pasien rawat inap dengan cara: umum,
BPJS, kontraktor, dan SKTM
7. Bagi pasien Ruang penyakit dalam sesuai instruksi dokter
penyakit dalam maka dilakukan pemeriksaan radiologi untuk
pemeriksaan–pemeriksaan tertentu (foto thorax; USG; echo;
dll dan pemeriksaan penunjang lainnya.
8. Bagi pasien rawat inap sesuai instruksi dokter
9. dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan –
pemeriksaan tertentu.
10. Bagi pasien rawat inap sesuai instruksi dokter penyakit
jdalam maka dapat dilakukan rehabilitasi medis sesuai
indikasi.
11. Kerjasama Ruang penyakit dalam dengan tempat rujukan
direkomendasikan dokter penyakit dalam dan memenuhi
undang-undang berlaku. Dan disahkan dalam ikatan kontrak
kerjasama tertulis yang ditandatangani manajemen Rumah
Sakit dan dipimpin Institusi tempat rujukan.
12. Pasien dapat dipulangkan setelah mendapatkan izin dokter,
bila pasien pulang tanpa izin dokter harus menandatangani
persetujuan atas permintaan sendiri.

2.4.7 Tata Laksana Pelayanan Keperawatan


1. Pengertian
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau,
mengawasi, menilai, mengendalikan pelayanan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat
2. Tujuan
38

Meningkatkan pelayanan keperawatan secara efektif dan


efisien melalui pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan
standard dan dilaksanakan sesuai kebutuhan klien
3. Prosedur
a. Kegiatan pengendalian mutu dilakukan dengan cara :
(1) Ronde keperawatan
(2) Presentasi keperawatan
(3) Penyebaran angket
(4) Penilaian tindakan keperawatan
(5) Penilaian asuhan keperawatan
b. Kepala seksi asuhan keperawatan membuat jadwal ronde
keperawatan, penyebaran angket, penilaian tindakan
keperawatan, persentasi kasus dan penilaian asuhan
keperawatan.
c. Kepala bidang, kepala seksi dan kepala ruangan pada
saat ronde mengamati langsung ke ruang rawat sesuai
jadwal yang telah ditentukan
d. Kepala bidang, kepala seksi dan kepala ruangan
melakukan bimbingan terhadap tenaga keperawatan dan
mendiskusikan ronde hasil keperawatan
e. Kepala seksi Asuhan keperawatan dan Kasi Mutu
memberikan lembar pertanyaan kepada pasien melalui
kepalaruangan mengenai persepsi keluarga pasien
terhadap pemberian pelayanan keperawatan.
f. Penyebaran angket dilakukan 1 bulan sekali dan
diberikan kepada keluarga pasien yang telah dirawat 3
hari atau lebih.
g. Kepala seksi Asuhan keperawatan dan Kepala sift Mutu
mengumpulkan hasil angket kemudian dievaluasi dan
dilaporkan kepada kepala bidang keperawatan
h. Ketua sift Asuhan keperawatan melakukan penilaian
tindakan keperawatan secara langsung terhadap tenaga
39

keperawatan apakah sesuai dengan standar yang telah


ditetapkan yang dilakukan setiap bulan
i. Ketua sift Asuhan keperawatan membuat laporan hasil
penilaian kepada kepala bidang keperawatan
j. Presentasi kasus dilakukan minimal setiap 3 bulan sekali
dan dilakukan untuk membahas kasus yang dinilai
menarik dan dibutuhkan oleh tenaga keperawatan
k. Ketua sift Asuhan keperawatan membuat undangan serta
menentukan kasus yang akan dibahas
l. Penilaian standar asuhan keperawatan dilakukan Kepala
sift Asuhan keperawatan terhadap dokumentasi asuhan
keperawatan apakah sudah dengan standar yang telah
ditetapkan
m. Ketua sift Asuhan keperawatan membuat laporan kepada
kepala bidang keperawatan
n. Ketua sift Asuhan keperawatan membuat laporan kepada
kepala bidang keperawatan
o. Ketua sift Asuhan keperawatan melakukan evaluasi dan
melaporkan ke kepala bidang keperawatan
p. Kepala bidang keperawatan membuat rencana tindak
lanjut dan membuat laporan kepada Wakil direktur dan
Keperawatan terhadap semua kegiatan peningkatan mutu
yang telah direncanakan dan dilakukan.

2.4.8 Tata Laksana Serah Terima Jaga


a. Pengertian
Adalah suatu sarana pertukaran informasi yang berkaitan
dengan pemberian asuhan keperawatan agar terlaksana secara
berkesinambungan
b. Tujuan
Mendapatkan informasi yang akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini
40

c. Prosedur
1) Kumpulkan data yang terkait dengan kondisi pasien
2) Informasikan kondisi pasien baik medis maupun
keperawatan menggunakan format sbar (situations,
background, assesment, recommendation)
3) Lakukan timbang terima dengan dipimpin kepala tim /
Kepala Ruang shift sebelumnya berpedoman pada data
yang tercatat didalam catatan perkembangan terintegrasi,
implementasi keperawatan dan data penunjang lainnya

2.4.9 Tata Laksana Penerapan Asuhan Keperawatan


1. Pengertian
Adalah suatu kegiatan pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien yang disusun
berdasarkan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan.
2. Tujuan
Memberikan Pelayanan keperawatan yang komprehensif dan
profesioanl serta meningkatkan derajat kesehatan pasien.
3. Prosedur
a. Tenaga keperawatan menerima pasien baru
b. Tenaga keperawatan memperkenalkan diri kepada
keluarga dan melakukan pengkajian melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
c. Hasil pengkajian didokumentasikan ke dalam format
pengkajian yang telah ditetapkan
d. Setelah pengkajian tenaga keperawatan membuat
diagnosa dengan rumusan PES ( problem, etiologi dan
sympton ) dan membuat rencana tindakan berdasarkan
diagnosa keperawatan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien yang mengacu kepada standar asuhan
keperawatan dan kebidanan yang telah ditetapkan.
41

e. Perencanaan keperawatan meliputi prioritas masalah dan


tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan
f. Tujuan asuhan keperawatan dirumuskan secara singkat
dan jelas dan SMART
g. Tenaga keperawatan juga mendokumentasikan apa yang
telah dilakukan terhadap pasien kelolaannya ke dalam
formulir implementasi
h. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan dengan mengamati keadaan bio-psiko-sosio
dan spiritual pasien
i. Hasil implementasi kemudian dievaluasi disetiap hari
dan didokumentasikan ke dalam formulir evaluasi
j. Setelah batas target waktu yang ditentukan dalam
rencana tindakan kedaaan pasien dievaluasi kembali dan
menetapkan diagnosa serta rencana tindakan yang baru
jika masalah belum teratasi atau menegakkan diagnosa
yang baru jika ditemukan permasalahan yang baru
muncul didokumentasikan ke dalam formulir catatan
perkembangan dalam bentuk SOAP
k. Pada saat akhir perawatan tenaga keperawatan membuat
discharge planning dan dijelaskan kepada keluarganya
tentang perawatan selanjutnya dirumah serta
didokumentasikan pada formulir ringkasan pasien pulang
l. Setiap formulir yang didoumentasikan oleh tenaga
keperawatan dituliskan nama serta ditandatangani oleh
tenaga keperawatan yang bertanggung jawab.

2.5 Analisis SWOT


Dalam analisis swot ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
a. Pengisian item factors (IFAS). Dan external factors (EFAS). Cara
pengisian IFAS san EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada
dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh
42

pengumpulan data pada bagian lain didalam buku ini). Data tersebut
dibedakan menjadi dua, yaitu IFAS yang meliputi aspek kelemahan
(wakness) dan kekuatan (strength) dan EFAS yang meliputi aspek
eluang (opportunity) dn ancaman (ancaman)
b. Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai
dengan 0,0 tidak penting. Berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terdapat strategi perusahaan
c. Peringkat (Ring)
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh
faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil
pengukuran secara observasi, wawancara, pengukuran langsung,
faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif,
sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai
kinerja yang negatif. Kemudian bobot dikali dengan peringkat untuk
mendapatkan nilai masing-masing faktor
d. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor maka untuk
mendapatkan nilai IFAS adalah kekuatan dikurangi kelemahan (S-W)
dan EFAS adalah peluang dikurangi ancaman (O-T). Hasil dari nilai
IFAS dan EFAS kemudian dimasukan didalam diagram layang (kit
kuadrat) untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan
berdasarkan letak kuadran
1) Pada kuadaran WO, strategi perencanaan bersifat prograsif / turn
around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan (peluang)
2) Pada kuadran SO strategi perencanaan bersifat agresif dengan
tujuan mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk
mendapatkan peluang yang lebih dalam menghadapi persainga
3) Pada kuadran ST, strategi pelaksanaan bersifat diversifikasi
dengan tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk
mengantisipasi faktor ancaman dari luar
43

4) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dengan


tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan
tetap ada dan dapat menjalankan fungsinya secara minimal.

2.6 Analisis dengan matrik SWOT


Lingkungan mikro perusahaan merupakan unsur internal dari
perusahaan yang terdiri dari manajerial perusahaan, kualitas produk,
finansal perusahaan, kemampuan SDM dan teknologi yang digunakan.
Lingkungan makro erdiri dari pemasok, pelanggan, pesaing, peraturan
pemerintah, faktor budaya, sosial, ekonomi, dan faktor alam sekitar.
Analisis dengan matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan peluang sebagai internal yang dimiliki
perusahaan. Matrik ini tergambar sebagai berikut :

Tabel 2.1
Matriks SWOT

Internal Strengths (S) Weakness (W)

Ekternal Tentukan 5 – 10 Tentukan 5 – 10

faktor kekuatan faktor kelemahan

internal eksternal

Opportunities Strategi SO Strategi WO

(O) Ciptakan strategi Ciptakan strategi

Tentukan 5 – 10 yang menggunakan yang meminimalkan

faktor peluang kekuatan untuk kelemahan untuk

eksternal memanfaatkan memanfaatkan

peluang peluang
44

Treats (T) Strategi ST Strategi WT

Tentukan 5 – 10 Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi


menggunakan yang meminimalkan
faktor ancaman
kekuatan untuk kelemahan untuk
eksternal
mengatasi menghindari
Strategi ST Ciptakan
ancaman ancaman
strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman

Sumber : Kotler (2009)


Setelah melihat dari tabel tersebut, maka terdapat empatalternatif bagi
perusahaan untuk melakukan strategi pemasaran produknya. Alternatif-
alternatif strategi pemasaran tersebut antaralain :

2.6.1 Strategi SO (Strength-Opportunity)


Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaat kan peluang eksternal. Strategi SO berusaha dicapai
dengan menerapkan strategi ST, WO, dan WT. Apabila
perusahaan mempunyai kelemahan utama pasti perusahaan akan
berusaha menjadikan kelemahan tersebut menjadi kekuatan. Jika
perusahaan menghadapi ancaman utama, perusahaan akan
berusaha menghindari ancaman jika berkonsentrasi pada peluang
yang ada.

2.6.2 Strategi WO (Weakness-Opportunity)


Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada.
Salah satu alternative strategi WO adalah dengan perusahaan
melakukan perekrutan dan pelatihan staf dengan kemampuan dan
kualifikasi yang dibutuhkan.
45

2.6.3 Strategi ST (Strength-Treats)


Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan perusahaan
untuk menghindari ancaman jika keadaan memungkinkan atau
meminimumkan ancaman eksternal yang dihadapi. Ancaman
eksternal ini tidak selalu harus dihadapi sendiri oleh perusahaan
tersebut, bergantung pada masalah ancaman yang dihadapi, seperti
halnya faktor perekonomian, peraturan pemerintah, gejala alam,
dan lain sebagainya.
2.6.4 Strategi WT (Weakness-Treats)
Posisi ini sangat menyulitkan perusahaan , akan tetapi tidak
menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk mengatasi posisi
yang menyulitkan ini. Perusahaan harus memperkecil kelemahan
atau jika memungkinkan perusahaan akan menghilangkan
kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal yang ada
guna pencapaian tujuan perusahaan.

2.7 Interpretasi Hasil Analisis SWOT untuk Pengembangan


1. Jika faktor kekuatan dan peluang lebih dominan atau lebih besar dari
2. kelemahan dan ancaman maka Rumah Sakit sudah mampu bersaing
3. dengan pesaing-pesaing yang ada.
4. Jika faktor kekuatan dan peluang lebih kecil bila dibandingkan
dengan
5. faktor kelemahan dan ancaman maka Rumah Sakit harus melakukan
6. konsolidasi kedalam untuk memperkuat dirinya sebelum bersaing
dengan yang lain.

Vous aimerez peut-être aussi