Vous êtes sur la page 1sur 24

LAPORANASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU HAMIL DENGAN PERSALINAN FISIOLOGIS


DI RUANG VK IRD RSUD Dr. SOETOMO

Disusun Oleh:

Mohammad Risky Aulia Rahman


P27820715017

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Pengertian
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Harianto.2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dari uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan
bantuan atau tanpa bantuan. (Manuaba, 2010)
Persalinan adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah
pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi lahir secara
spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu
lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi dalam konsisi sehat. (WHO, 2010)
Persalinan Normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara
alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk
mengeluarkan bayi. (Wikipedia)
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah :
1. Power
Kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunteer dari ibu,
yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan atau meneran
2. Passage
Merupakan bagian tulang panggul, servik, vagina dan dasar panggul
(displacement )
3. Passenger
Terutama janin ( secara khusus bagian kepala janin ) plus plasenta, selaput
dan cairan ketuban atau amnion.

II. Etiologi
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang
ada hanya merupakan teori – teori kompleks antara lain :
a. Teori penurunan kadar hormone
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang mengakibatkan
peningkatan kontraksi uterus karena sintesa prostaglandin di chorioamnion.
b. Teori rangsangan esterogen
Esterogen menyebabkan iritability miometrium, esterogen memungkinkan
sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput ketuban sehingga menyebabkan
kontraksi uterus (miometrium)
c. Teori reseptor oksitosin dan kontraksi Braxton Hiks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung lama
dengan persiapan semakin meningkatnya reseptor oksitosin. Oksitosin adalah
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Distribusi
reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan korpus uteri, ia makin berkurang
jumlahnya di segmen bawah rahim dan praktis tidak banyak dijumpai pada
serviks uteri.
d. Teori keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
e. Teori fetal membran
Meningkatnya hormon esterogen menyebabkan terjadinya esterified yang
menghasilkan arachnoid acid, arachniod acid bekerja untuk pembentukan
prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi miometrium.
f. Teori placenta sudah tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada placenta
menurun segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi penurunan
produksi hormon
g. Teori tekanan cerviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syarat sehingga
serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR
(Segmen Atas Rahim) dan SBR (Segmen Bawah Rahim) bekerja berlawanan
sehingga terjadi kontraksi dan retraksi.

III. Manifestasi Klinis

Menurut Hafifah, 2011, menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi


penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan :
a. Kontraksi Braxton hicks
b. Ketegangan dinding perut
c. Ketegangan ligamentum rotandum
d. Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
a. Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
b. Dibagian bawah terasa sesak
c. Terjadi kesulitan saat berjalan
d. Sering miksi ( beser kencing )
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukakan
sebagai keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu. Hal ini terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen,progesterone, dan memberikan kesempatan
rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan
progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi
yang lebih seringb sebagai his palsu. Sifat his permulaan ( palsu ) :
a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b. Datangnya tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d. Durasinya pendek
e. Tidak bertambah bila beraktifitas
Proses persalinan dimulai bila ada tanda-tanda:
a. Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
b) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar
c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d) Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah
b. Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan .
Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya
ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
IV. Patofisiologi

Partus dibagi menjadi 4 kala(Estiwidani, 2008).Pada kala I serviks membuka


sampai 10 cm. Kala I dinamakan kala pembukaan. Kala II disebut kala pengeluaran
karena berkat kekuatan his dan berkat kekuatan mengejan janin dapat dilahirkan.
Kala III adalah kala pengeluaran plasenta. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta
sampai 1 jam setelahplasenta lahir.
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show),
karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
smapai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.
b. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jampembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektores menimbulkan rsa mengedan, kare atekana pada rectum, ibu mersa
seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his,
kepala janin yang mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 dan pada multi 1 jam.
3. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus terba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran
uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruuh plasenta terlepas. Terdorong ke dalam
vagina dan akan lahir spontan dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau
fundus uteri, seluruh proses biasanya berlangsung 15-30 menit setelah bayi
lahir. Pengeluara plasenta biasanya disertai dengan darah kira-kira 100-200
cc.
4. Kala IV (kala pengawasan)
Adalah pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
V. Pathway
VI. Manifestasi Klinis

Menurut Hafifah, 2011, menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi


penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan :
a. Kontraksi Braxton hicks
b. Ketegangan dinding perut
c. Ketegangan ligamentum rotandum
d. Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
a. Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
b. Dibagian bawah terasa sesak
c. Terjadi kesulitan saat berjalan
d. Sering miksi ( beser kencing )
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukakan sebagai
keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu. Hal ini terjadi karena perubahan
keseimbangan estrogen,progesterone, dan memberikan kesempatan rangsangan
oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin
berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih seringb
sebagai his palsu. Sifat his permulaan ( palsu ) :
a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b. Datangnya tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d. Durasinya pendek
e. Tidak bertambah bila beraktifitas
Proses persalinan dimulai bila ada tanda-tanda:
a. Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
b) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d) Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah
b. Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran
cairan . Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

VII. Pemeriksaan penunjang


Menurut Estiwidani, 2008, pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa
kondisi ibu hamil yaitu :
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
adalah pemerisaan janin menggunakan frekuensi gelombang suara tinggi yang
dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim yang disebut sonogram.
2. Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi
tentang kesehatan pasien.
 Hb (Normal >11 gr/dl)
 Golongan darah
 Faktor Rh +/-
 Waktu pembekuan darah
 Protein urine
 Urin acak : negatif (≤15 mg/dl)
 Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
 Urine reduksi

VIII. Penatalaksanaan
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk
asfiksia à tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
set
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang
bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril
(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
6. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam
larutan klorin 0,5 %)
7. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap,
8. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
9. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (120 – 160x/menit).
10. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
11. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
12. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar
13. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
14. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk
meneran.
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisiberbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
15. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
16. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
17. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
18. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
19. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
20. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas cepat
dan dangkal.
21. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
22. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong diantara dua klem tersebut
23. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
24. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
25. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
26. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).
27. Penilaian segera bayi baru lahir.
28. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
29. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.
30. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan
pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.
31. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering,
selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu
ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik, Jika
bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia
32. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk
memulai pemberian ASI.
33. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
34. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
35. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
36. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
37. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
38. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
39. Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi puting susu
40. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
41. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan.
42. Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
43. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
44. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
45. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
46. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
47. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
48. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5
%, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang
bersih dan kering.
49. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
50. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).
51. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk penatalaksanaan atonia uteri
52. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
53. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
54. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua pascapersalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan
 Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
55. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
56. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
57. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
58. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
59. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
60. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit.
61. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
62. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K 0,
1 cc.
IX. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah:


a. Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan kemungkinan
dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak memperhatikan teknik aseptik.
b. Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi ruptur
perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomi.
c. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi setelah
janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
d. Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah
janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah tyerdapat sebagian plasenta yang
masih tertinggal setelah plasenta lahir.
e. Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding lateral
vagina bagian bawah waktu melahirkan.
f. Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina
sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal ini dapat terjadi
pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
g. Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
h. Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya dalam
persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
i. Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air ketuban
masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka pada daerah
plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam paru-paru.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. KALA I

1. Pengkajian
 Anamnesa

a. Nama, umur, dan alamat


b. Gravida dan para
c. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
d. Riwayat alergi obat
e. Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama kehamilan
seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi masih terasa,
apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/
encer? Kapan pecahnya? Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah
segar? Kapan ibu terakhir makan dan minum? Apakah ibu kesulitan
berkemih?
f. Riwayat kehamilan sebelumnya
g. Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
h. Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri
epigastrium)
i. Pemeriksaan fisik

a) Tunjukkan sikap ramah


b) Minta mengosongkan kandung kemih
c) Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
d) Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi
lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
e) Pemeriksaan abdomen :

 Menentukan tinggi fundus


 Kontraksi uterus
a. Pengkajian kala I
1) Fase laten
a. Integritas ego : senang atau cemas
b. Nyeri atau ketidaknyamanan
 Kontraksi reguler
 Kontraksi ringan masing-masing 5-30 menit berkisar 10-30 detik.
c. Keamanan irama jantung janin paling baik terdengar pada umbilikus
d. Seksualitas
 Membrane mungkin tidak pecah
 Serviks dilatasi 0-4 cm, bayi mungkin pada 0 (primigravida) atau dari 0-2
(multigravida).
 Rubas vagina sedikit, mungkin lendir merah muda kecoklatan atau terdiri
dari plak lendir.

2) Fase aktif
1. Aktivitas / istirahat : dapat menunjukkan kelelahan
2. Integritas ego:
 Dapat lebih serius dan terhanyut pada proses persalinan.
 Ketakutan akan pengendalian pernapasan/tehnik relaksasi
3. Nyeri/kenyamanan: kontraksi sedang setiap 3,5-5 menit berakhir 30-40 menit.
4. Keamanan
 Irama jantung janin terdeteksi agak kebawah pusat pada posisi vertex
 DJJ bervariasi dan perubahan periodik umumnya teramati pada respon
terhadap kontraksi palpasi abdominal dan gerakan janin.
5. Seksualitas
 Dilatasi serviks kira-kira 4-8 cm
 Perdarahan dalam jumlah sedang
 janin turun ± 1-2 cm di bawah tulang iskial

b. Pengkajian kala II
1) Aktivitas Istirahat
a) Kelelahan
b) Ketidaknyamanan melakukan dorongan sendiri/tehnik relaksasi
c) Latargi
d) Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi : Td dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi
3) Integritas ego : dapat merasa kehilangan kontrol
4) Eliminasi
a) Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada kontraksi disertai
dengan tekanan intra abdomen dan tekanan uterus
b) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
c) Distensi kandung kemih mungkin ada, urine harus dikeluarkan selama upaya
mendorong
5) Nyeri/ketidaknyamanan
a) Merintih/meringis selama kontraksi
b) Amnesia dan diantara kontraksi mungkin terlihat
c) Rasa terbakar/meregang di perineum
d) Kaki gemetar selama upaya mendrong
6) Pernapasan : frekuensi napas meningkat
7) Keamanan
a) Diaporesis
b) Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8) Seksualitas
a) Serviks dilatasi penuh dan penonjolan 100%
b) Peningkatan perdarahan pervaginam
c) Penonjolan rektum dengan turunya janin
d) Membran dapat ruptur jika masih utuh
e) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

c. Pengkajian kala III


1) Aktivitas Istirahat : perilaku senang sampai keletihan
2) Sirkulasi
a) TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudia kembali normal dengan
cepat
b) Hipotensi dapat terjadi sebagai respon analgetik
c) Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan
3) Makanan/cairan: kehilangan darah
4) Nyeri/ketidaknyamanan: tremor kaki/menggigil
5) Keamanan
a) Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan danya robekan atau
laserasi
b) Perluasan epiostomi/laserasi jalan lahir
6) Seksualitas
a) Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya 1-5 menit setelah bayi lahir
b) Tali pusat memanjang

d. Pengkajian kala IV
1) Aktivitas Istirahat: tampak kelelahan, keletihan, mengantuk aatu berenergi.
2) Sirkulasi
a) Nadi biasanya lambat (50-70) karen ahipersensitivitas vaginal
b) TD mungkin rendah terhadap respon anastesi atau meningkat terhadap
pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
c) Mungkin edema paa ekstremitas dan wajah
d) Kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml.
3) Integritas ego
a) Reaksi emosional bervariasi, seperti eksitasi tidak berminat (lelah), kecewa
b) Takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada neonatal.
4) Eliminasi
a) Hemoroid sering ada dan menonjol
b) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau terpasang kateter
c) Diuresis terjadi jika tekanan bagian presentas menghambat aliran urine.
5) Makanan/cairan: haus/lapar, mual
6) Neurosensasi
a) Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada anestesi spinal
b) hiperfleksi
7) Nyeri/ketidaknyamanan: mengeluh nyeri pada trauma epiostomi
8) Keamanan
a) Suhu tubuh sedikit meningkat (dehidrasi, pengerahan tenaga)
b) Perbaikan epiostomi utuh
9) Seksualitas
a) Fundus keras terkontraksi
b) Drainase vagina/loklea jumlahnya sedang, merah gelap dengan bekuan kecil
c) Perineum bebsa dari kemerahan, edema dan ekimosis
d) Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara
e) Payudara lunak, puting tegang

2. Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,
dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf dan pola kontraksi ditandai dengan
pengungkapan nyeri, gelisah, wajah menahan nyeri dan penyempitan focus.
2) Resiko tinggi terhadap ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan, diuresis, keringat berlebihan.

3. Perencanaan keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,


dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf dan pola kontraksi ditandai dengan
pengungkapan nyeri, gelisah, wajah menahan nyeri dan penyempitan focus.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


dapat melakukan manajemen nyeri secara tepat sehingga dapat menurunkan
derajat nyeri.
Kriteria :
 Mengungkapkan penurunan nyeri.
 Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol istirahat
diantara waktu kontraksi.

Intervensi :

 Identifikasi derajat ketidaknyamanan dan sumbernya


 Pantau dan catat aktifitas uterus pada setiap kontraksi
 Berikan informasi dan dukungan yang berhubungan dengan kemajuan
persalinan
 Bantu klien dalam posisi optimal
 Bantu klien untuk mengatur pola nafas

Rasional :

 Mengklarifikasi kebutuhan memungkinkan intervensi yang tepat


 Membantu mengidentifikasi pola kontraksi abnormal sehingga
memungkinkan pengkajian dan intervensi segera.
 Supaya klien tetap mendapatkan informasi sehingga mendukung upaya-
upaya yang dilakukan.

 Posisi yang tepat akan mengoptimalkan upaya mengejan, memudahkan


kemajuan persalinan dan menurunkan ketidaknyamanan
 Mengarahkan kembali dan memfokuskan perhatian, membantu
menurunkan persepsi nyeri dalam korteks serebral

2) Resiko tinggi terhadap ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


Ansietas berkurang
Kriteria :
 Melaporkan ansietas berkurang / dapat diatasi.
 Tampak rileks dan terkontrol
 Melakukan sendiri teknik pernafasan / relaksasi
 Mengikuti instruksi perawat
Intervensi :
 Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan non verbal
 Berikan dukungan profesional intrapartal, informasikan bahwa klien tidak
akan ditinggalkan sendirian. Yakinkan klien kembali dengan menyentuh,
memberi empati secara verbal dan non verbal.
 Anjurkan penggunaan teknik pernafasan dan relaksasi, sediakan
pengalihan melalui televisi, radio
 Ajarkan pengungkapan perasaan
Rasional :
 Mengidentifikasi tingkat intervensi yang diperlukan. Ansietas yang
berlebihan dapat meningkatkan persepsi nyeri dan mempunyai dampak
negatif terhadap persalinan.
 Rasa takut dapat makin berat sesuai kemajuan persalinan dan bila
dibiarkan klien dapat mengalami kehilangan kontrol

3) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;


perdarahan, diuresis, keringat berlebihan.

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


Pasien dapat menunjukkan status cairan membaik.

Kriteria hasil:
 Tidak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, haluaran urine di atas
30 ml/jam, kulit kenyal/turgor kulit baik.

Intervensi :

 Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam, Warna urine, Status umum setiap 8
jam.
 Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.
 Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah,
TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
 Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.

Rasional :

 Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan


dari hasil yang diharapkan.
 Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien secara adekuat dan teratur.
 Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan
cairan.
 Mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi kelebihan cairan yang beresiko
terjadinya oedem paru.
Daftar Pustaka

Asrinah. Et al. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID
Estiwidani Dwana, DKK. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat
dalam http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-
pendahuluan-pada-pasien-dengan.html
Prawirohardjo Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga. Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Persalinan_normal

Vous aimerez peut-être aussi