Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Srare PENGUKURAN
Vnnrasr PENGUKURAN
Sumber Ke0erongon
Vqdosi pengukuron
lnstrumen Alot don coro pengukuron
Pemerikso Orong yong mengukur
Vqriqsi biologis
Podo sotu subyek Perubohon voriobel koreno
wokludon keqdoon
Antor subyek Perbedoon biologis dori sotu
subyek ke subyek loinnyo
Vanresl BIoLocIS
Variasi biologis sangat memengaruhi hasil pengukuran. Tekanan
darah yang diukur setelah pasien berlari sangat berbeda dengan bila
dilakukan setelah pasien berbaring selama 5 menit. Demikian pula
kadar zat kimia tertentu menunjukkanhasil yangberbedabila diukur
pada waktu yang berbeda, misalnya siang dan malam hari (irarna
sirkadian). Hal serupa bahkan terjadi pada tinggi badan; pada pagi
hari setelah bangun tidur orang lebih tinggi beberapa milimeter
ketimbang pada malam hari.
74 Pengukuran
KERNo.q.rm.t
Dr. P
Tidok
Normol 9o b7 't6
Dr.Q
Tidok 4c d 10 t4
Jumloh r3 17 30
2 Pelatihan pengukur
Pelatihan yang memadai hampir selalu memperbaiki kinerja para
pengukur. Bila perlu diberikan sertifikat yang menunjukkan bahwa
yang bersangkutan telah dilatih dan cakap melakukan pengukuran.
AlanRTumbelakadkk. 79
3 Penyempurnaan instrumen
Banyak peralatan mekanis atau elektrik yang dapat diatur untuk
mengurangi variabilitas pengukuran. Demikian pula kuesioner atau
bahan wawancara perlu ditulis dengan ielas untuk menghindarkan
ketidakpastian makna.
4 Automatisasi
Variasi pada pemeriksaan secarabermakna dapat dikurangi apabila
instiumen dapat dibuat automatis. Harus selalu diingat bahwa
automatisasi sangat mengandalkan presisi pada saat dilakukan
automatisasi, sehingga hasil yang diperoleh lebihbaik daripada bila
dilakukan oleh secara manual.
5 Pengulangan pengukuran
Kesalahan acak dapat dikurangi apabila dilakukan pengulangan
pengukuran; tentu dengan konsekuensi adanya tambahan biaya,
waktu, serta pelaksana penelitiary yang harus diperhitungkan oleh
peneliti. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat suatu fenomena
statistika yang disebu t regression to the medn, yang dapat dijelaskan
dengan ilustrasi berikut ini.
Apabila seorang pasien diukur tekanan darahnya dan hasilnya
tinggi, maka apabila dilakukan pengukuran ulangan nilai tekanan
darah tersebut cenderung lebih rendah daripada hasil pengukuran
pertama, mendekati nilai rerata pada populasi. Demikian pula
sebaliknya, apablla pada seseorang dilakukan pengukuran dan
hasilnya rendah maka pada pemeriksaan ulang hasilnya akan
cenderung lebih tinggr, yakni mendekati nilai normal.
Fenomena ini merupakan salah satu hal yang harus dihindarkan
pada penelitian klinis apa pun, khususnya pada uji klinis. Pada
pemberian obat untuk menurunkan tekanan darah, misalnya,
penurunan tekanan darah itu harus dipastikan bukan merupakan
fenomena rcgressioh to the meen; hal ini dapat disingkirkan dengan
cara membandingkannya dengan kelompok kontrol yang dipilih
dengan cara yang benar.
80 Pengukuran
II KcseHnreN
pembacaan hasil foto Rontgen atau USG. Prosedur ini biasa disebut
dengan istilah penyamaran atau blinding. Pada penelitian uji
diagnostik, satu variabel diukur dengan 2 carayang berbeda (misal
keganasan nodul tiroid ditentukan dengan USG dan pemeriksaan
patologi anatomik pada setiap subyek). Harus diusahakan pemeriksa
USG tidak mengetahui hasil pemeriksaan patologi, dan sebaliknya.
Dalam uji klinis, upaya untuk mengurangi bias dapat dilakukan
penyamaran tunggal atau penyamaran ganda; yang terakhir ini
dianggap sebagai cara yang terbaik untuk menilai efektivitas terapi
dalam uji klinis, oleh karenanya sangat dianjurkan bila mungkin.
Penyamaran memang memberi nilai positif, namun sayangnya
tidak pada semua keadaan penyamaran dapat dilakukan. Misalnya
untuk menguji efektivitas terapi medikamentosa dibanding dengan
pengobatan bedah, tentu tidak mungkin dapat dilakukan penyamaran.
3 Kalibrasi alat
Melakukan kalibrasi alat ukur secara berkala sangat dianjurkan
dalam proses penelitian, khususnya untuk alat ukur yang bersifat
mekanis atau elektrik. Keputusan untuk meningkatkan keandalan
dan kesahihan alat ukur tergantung pada pertimbangan peneliti
atas hal-hal berikut:
AlanRTumbelakadkk. 83
akal sehat (common sense) atau intuisi terhadap variabel yang sulit
diukur. Untuk mengukur kualitas hidup para responden, peneliti
dapat memperkirakan dengan menggunakan hubungan subyek
dengankeluarga dantetffiEga, atau dengan carayang lain. Variabel
yang digunakan sebagai penduga variabel yang sulit diukur ini
dinamakan proxy. Hal tersebut sepenuhnya bergantung pada
peneliti, neunun alasan atau pembenaran unfuk menggrrnakan alat
ukw proxy tersebut harus dijelaskan atau didiskusikan.
Tingkat sosial-ekonomi sering sulit apabila hanya diukur dengan
jumlah penghasilan resmi per bulan. Dalam masyarakat banyak
pegawai kecil yang rnempunyai gaji yang kecil (yang biasanya
disebut apabila ditanya berapa penghasilannya) namun dapat
hidup layak. Ini berkaitan dengan kegiatan lain di luar pekerjaan
resminya. Bila gaji digunakan sebagai standar, hasilnya tidak
sesuai dengan kenyataan. Untuk mengatasi hal ini dapat dibuat
proxyt misalnya kepemilikan sepeda motor sebagai penanda
tingkat sosial ekonomi sedang, dan seterusnya.
Nildi sebenarnya
trtr trE
(b)
d
b
b
en
o b"U"
b
d
Gambar 4-2 (al dan (b). Ilustrasi hubungan antara keandalan dan
kesahihan pengukuran pada pengukuran yang dilakukan berulang
kali. Pengukuran A yang memberi variasi yang sempit (keandalannya
baik) dan reratanya dekat dengan nilai sebenamya (kesahihannya
baik). Pengukuran B memberikan variabilitas nilai yang lebar
(keandalannya kurang) namun nilai reratanya dekat dengan nilai
sebenamya (kesahihannya baik). Pengukuran C memberi variabilitas
yang sempit (keandalannya baik) namun rerata hasil pengukuran
menyimpang dari.nilai yang sebenamya (kesahihannya kurang).
Pengukuran D memberi variabilitas nilai yang lebar (keandalannya
kurang) ftunun nilai reratanya menyimpang dari nilai sebenamya
(kesahiharunya kurang).
86 Pengukaran
Darrnn PUsTAKA
1 Ahlbohm A, Norrel S. Introduction to modem epidemiology. Edisi ke-2.
Chesnut Hill: Epidemiology Resources Inc;1990.
2 Altman DG. Practical statistics for medical research. New York:
Chapnran and HalI; 1995.
3 Bland fM, Altman DG. Statistics notes: Measurement error propor
tional to the mean. BMl.1996;3'1.3:1,06.
4 Dawson B, Trapp RG. Basic and clinical biostatistics. Edisi ke-3.
Boston: Lange Medical Books/McGraw Hill; 2001.
5 Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiology-the essen
tials. Edisi ke-3. Baltimore: Williams & Wilkins; 1996.
6 Greenhalgh T. How to read a paper: statistics for the non-statistician.
I. Different types of data need different statistical tests. BMJ. 1997;315:364-
366.
7 Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Grady D, Hearst N, Newman
TB, penyunting. Designing clinical research-An epidemiologic approach.
Edisi ke-2. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins;2001.
8 Sackett DL, Haynes RB, Tugwell P. Clinical epidemiology. A basic
science for clinical medicine. Edisi ke-2. Boston: Little, Browni 1991.
9 Tumbelaka AR, Adisasmita AC, Riono P, Sastroasmoro S,
Rachimhadhi T. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Puslitkes
LPUL,1992.
AlanRTumbel"akadkk. 87