Vous êtes sur la page 1sur 5

HUBUNGAN TIFOID DENGAN KEBERSIHAN

BERDASARKAN PERSPEKTIF ISLAM

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir


Pesantren Calon Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Nita Rachma A, S.Ked


12100116223

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh Salmonella typhi. Penyakit menular ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan
menyebabkan 216.000– 600.000 kematian. Komplikasi serius dapat terjadi hingga
10%, khususnya pada individu yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan
tidak mendapat pengobatan yang adekuat.1,2
Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak,
karena penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan masyarakat.
Tifoid dapat menurunkan produktivitas kerja, meningkatkan angka ketidakhadiran
anak sekolah, karena masa penyembuhan dan pemulihannya yang cukup lama,
dan dari aspek ekonomi, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Biaya semakin
meningkat bila disertai pemberian obat-obatan tambahan atau harga yang lebih
mahal dan hari perawatan yang lebih lama. 3,4,5
Mengingat faktor risiko kejadian tifoid seperti akses air besih, higiene, dan
sanitasi, serta kemiskinan bukan merupakan masalah. Seperti sebuah hadis yang
populer di kalangan masyarakat yaitu “Kebersihan adalah sebagian dari Iman”.
Terdapat beberapa pendapat mengenai hadis. Hadis “kebersihan adalah sebagian
dari iman” merupakan hadis yang sangat agung dan merupakan dasar dari agama
Islam. Sungguh hadis tersebut memuat hal-hal yang amat penting berkaitan
dengan kaidah agama Islam. Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai hadis
at Tahuru Syatru al-Iman. Ada yang memaknai “sesungguhnya melakukan segala
sesesuatu atau aktivitas yang menuju ke ranah kebersihan itu pahalanya akan
dilipatgandakan menyamai pahala dari sebagian iman. Namun sesuai dengan yang
akan dibahas mengenai penyakit tifoid dengan risiko tertinggi yaitu tidak adanya
kebersihan. 6

1.2. Fokus Masalah

Terdapat hubungan yang kuat antara kebersihan dengan penyakit Tifoid.


Karena risiko tertinggi timbulnya penyakit tifoid adalah kebersihan. Penularan
penyakit tifoid juga berhubungan dengan kebersihan lingkungannya. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk membahas masalah mengenai Hubungan Tifoid dengan
Kebersihan berdasarkan Perspektif Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Masalah

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh Salmonella typhi. Di Indonesia, masalah rumit yang sering timbul adalah
masalah karier (carrier) atau relaps dan resistensi. Penyakit ini dapat sembuh
sempurna, tetapi jika tidak ditangani dengan baik, maka selain dapat menyebabkan
seseorang menjadi karier atau relaps, dan resistensi, juga menimbulkan komplikasi
seperti perforasi dan kematian. Mengingat endemisitas dan morbiditas tifoid yang
cukup tinggi di Indonesia, yang memiliki risiko tinggi menderita tifoid seperti: 1)
Anak sekolah; 2) Penjamah makanan di hotel-hotel, restoran, kantin, katering, dan
warung-warung yang tersebar luas di Indonesia termasuk para petugas di bagian
(instalasi) gizi rumah sakit; dan 3) Pekerja atau petugas yang berkaitan atau kontak
dengan makanan/minuman atau peralatan makan/ minum yang disajikan kepada
sekelompok orang, misalnya di kantor-kantor pemerintah dan swasta. 7,8.
Di Indonesia, peran pemerintah pusat dan daerah merupakan peluang
sekaligus kekuatan untuk meningkatkan dan memperkuat program pengendalian
tifoid dalam mencegah dan menurunkan angka kesakitan dan kematian tifoid, yaitu
diterbitkannya Permenkes tentang Struktur Organisasi, pedoman manajemen
pengendalian tifoid, rencana aksi kegiatan pengendalian tifoid, tersedianya sarana dan
prasarana KIE, adanya kerjasama lintas program mencakup PHBS, air bersih, jamban
dan sanitasi darurat, serta kegiatan penyuluhan (KIE) tentang pencegahan tifoid. Hal
ini dikarenakan kurangnya kebersihan merupakan faktor risiko tertinggi dari penyakit
tifoid .7

2.2. Analisis dengan Perspektif Islam

Tingginya penyakit tifoid pada kalangan anak, remaja, dan dewasa di


Indonesia dikarenakan rendahnya kebersihan pada kesehariannya. Seperti cuci tangan
setiap sebelum dan sesudah makan atau setelah dari kamar mandi. Kebersihan sangat
erat kaitannya dengan agama Islam. Seperti hadis dalam Sunan ad-Darimi:

‫ير ع َ ْن َز ي ْ ٍد‬ ٍ ِ ‫ح د َّ ث َن َا ي َ ْح ي َ ى ب ْ ُن أ َ ب ِ ي كَ ث‬ َ َ ‫أ َ ْخ ب َ َر ن َا مُ سْ ل ِ م ُ ب ْ ُن إ ِ ب ْ َر ا هِ يمَ َح د َّ ث َ ن َا أ َب َ ا ُن ه َُو ا ب ْ ُن ي َ ِز ي د‬


‫ص ل َّ ى َّللاَّ ُ ع َ ل َ ي ْ هِ َو س َ ل َّ مَ ق َ ا َل ال ط ُّ هُ و ُر‬
َ ِ َّ‫ي َّللا‬ َّ ِ ‫اْل َشْ ع َ ِر ي ِ أ َ َّن ن َ ب‬
ْ ‫ك‬ ٍ ِ ‫ع َ ْن أ َ ب ِ ي س َ ََّّل ٍم ع َ ْن أ َب ِ ي َم ا ل‬
َ َ َّ َ ْ ُ
‫ّلِل ِ ي َ ْم ََل ال ِم ي َز ا َن َو ََل إ ِ ل ه َ إ ِ َل َّللاَّ ُ َو َّللاَّ ُ أ كْ ب َ ُر ي َ ْم ََل ِن َم ا ب َ ي ْ َن‬ َ ْ ‫اْلِ ي َم ا ِن َو ال‬
َّ ِ ُ ‫ح ْم د‬ ْ ‫ش َطْ ُر‬
َ َ‫ج ةٌ ل‬
‫ك أ َ ْو‬ َّ ‫ح‬ ُ ‫ض ي َ ا ءٌ َو ال ْ ق ُ ْر آ ُن‬ِ ُ‫ص د َ ق َ ة ُ ب ُْر ه َا ٌن َو ال ْ ُو ضُ و ء‬ َّ ‫ض َو ال صَّ ََّل ة ُ ن ُ و ٌر َو ال‬ ِ ‫اْل َ ْر‬
ْ ‫ت َو‬ ِ ‫او ا‬
َ ‫ال س َّ َم‬
ُ َ ُ ْ
‫اس ي َ غ ْ د ُو ف َ ب َ ا ئ ِ عٌ ن َ ف سَ ه ُ ف َ مُ ع ْ ت ِ ق هَ ا أ ْو مُ و ب ِ ق هَ ا‬ ُ
ِ َّ ‫ك َو ك ُّل ال ن‬ َ ْ ‫عَ ل َ ي‬

“Muslim bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Aban bin Yazid


menceritakan kepada kami, Yahya bin Abi Katsir menceritakan kepada kami dari Abi
Malik al-Asy‟ari, sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda: “Kebersihan adalah
sebagian dari iman. membaca hamdalah dapat menambah timbangan amal, membaca
tahlil dan takbir pahalanya sebesar langit dan bumi, sembahyang itu pelita, sedekah
(derma itu bakti), wudlu itu cahaya dan al-Quran akan menjadi kawan atau lawanmu,
manusia itu sepanjang hidupnya bekerja untuk keselamatan dirinya atau
kecelakaannya”. (H.R Al-Darimi) 6
Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa kebersihan itu harus mendapatkan
perhatian yang lebih, hal ini didasarkan atas beberapa pertimbangan penting. Pertama,
kebersihan merupakan hal yang disukai Allah. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang
yang menyucikan diri”. (Q.S. al-Baqarah: 222).
Kedua, kebersihan merupakan pangkal kesehatan dan kekuatan. Islam
senantiasa mendorong untuk selalu menjaga kesehatan badan dan kekuatan jasmani.
Ketiga, kebersihan merupakan syarat bagi keindahan atau untuk tampil indah yang
disukai Allah dan Rasul-Nya. Menjaga kebersihan merupakan salah satu sarana dari
berbagai sarana yang dianjurkan Islam dalam rangka memelihara kesehatan. 9

BAB III
KESIMPULAN

“Kebersihan adalah sebagian dari Iman.” Merupakan hadis yang sangat


popular. Hal ini memang benar adanya karena dengan kebersihan maka kita akan
mendapatkan pola hidup sehat dan tercegah dari berbagai penyakit. Pertama,
kebersihan merupakan hal yang disukai Allah. Kedua, kebersihan merupakan pangkal
kesehatan dan kekuatan. Ketiga, kebersihan merupakan syarat bagi keindahan atau
untuk tampil indah yang disukai Allah dan Rasul-Nya.
Masyarakat yang tidak menjaga kebersihan tentunya akan mendapatkan
kesakitan dan pola hidup yang tidak sehat. Memelihara kebersihan, keindahan, dan
kesehatan jasmani merupakan hal-hal yang mendapat perhatian besar dari Islam.
Penyakit tifoid yang sangat berhubungan erat dengan kebersihan. Faktor risiko
tertinggi penyakit tifoid adalah tidak adanya kebersihan. Dengan menjaga kebersihan
maka merupakan pencegahan juga untuk terkena berbagai penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Juwono R. Demam tifoid. Dalam: Soeparman, editor. Ilmu Penyakit Dalam


Jilid I. Edisi ke 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1984. p.32–38.
2. Ochiai RL, Acosta CJ, Agtini M, et al. The use of typhoid vaccines in Asia:
the DOMI experience. Clin Infect Dis 2007; 45(suppl 1):S34–S38.
3. Centers for Disease Control and Prevenion. Morbidity and Mortality Weekly
Report
(MMWR) 2008;83(6): 49–60.
4. Poulos C, Riewpaiboon A, Stewart JF, et al. Cost of illness due to typhoid
fever in five Asian countries. Trop Med and Int Health 2011;16(3):314–323.
5. World Health Organization. Bulletin of the World Health Organization
2008;86 (5):321–46.
6. Al-Imam Yahya bin Syarf al-Nawawi al-Dimasyqi, Syarh alNawawi, Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995, juz III, hal 85
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 365/ MENKES /SK/V/2006 tentang
Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman manajemen hepatitis, diare, dan infeksi
saluran pencernaan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014.
9. Departemen Agama, Tafsir Al-Qur‟an Tematik; Pelestarian Lingkungan
Hidup, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009, hal. 244

Vous aimerez peut-être aussi