Vous êtes sur la page 1sur 22

TUBERCOLOSIS

DI SUSUN OLEH :
Arasari Nababan
14002

AKADEMI KEPERAWATAN
YAYASAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini, saya membahas mengenai TUBERCOLOSIS

Makalah ini dibuat dari beberapa sumber dan bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, Juni 2016


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian populer dalam
beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya, “TB: Bukan Batuk Biasa”.
Beberapa orang awam mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan penyakit flek
paru. Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan sejak
jaman Mesir kuno. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga dibasmi di
muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia yang jatuh
setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu, tentu diharapkan dunia
aware terhadap penyakit ini.
TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun
terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan selama
dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin meningkat,
banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi kuman HIV. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan
100.000 di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah mulai muncul.
Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan
diagnosis sedini mungkin. Demikian papar Prof Dr. dr. Cissy B Kartasasmita, SpA(K)
dalam The 2007 National Symposium Update on Tuberculosis and Respiratory
Disorders, Bandung, 23-25 Maret 2006. Pada orang dewasa, diagnosis pasti
ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis dalam sputum/dahak. Akan
tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun ada,
jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk
dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi
kental dan purulen.
Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak
lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak
terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif baru
dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis TB
pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis atau
overdiagnosis. Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ
pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma), tulang,
otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai salah diagnosis atau overdiagnosis.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan
pada anak dengan TB paru

2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengakajian pada pasien anak TB paru
b. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien anak TB paru
c. Mampu membuat perencanaan keperawatan pada pasien anak TB paru
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien anak TB paru
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anak TB paru
f. Mampu membuat dokumentasi yang ditujukan untuk institusi Rumah Sakit
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit
akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai
hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer.

B. Etiologi (Penyebab)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet.
Ada dua macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.
Basil tipe bovin berada dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus.
Basil tipe human bisa berada dibercak luda(droplet)di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBCini bila menghirup ber
cak ini.Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara. Nanda 2009.

C. Anatomi Fisiologis
 Anatomi dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian,yaitu
saluran pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi
dan fisiologi saluran pernafasan bawah,yang berhubungan dengan penyakit
tuberkulosis.
Saluran nafas bawah atau pohon trakeobronkial tersusun atas trakea,bronki primer
dextra dan sinestra,bronki segmentalis,bronki subsegmentalis,dan bronkiolus
terminalis(Figur A&P 14-2)Otot polos yang mengelilingi secara spiral,bertumpuk
searah jarum jam dan berlawanan dengan arah jarum jam ditemukan pada semua
struktur ini. Susunan ini memungkinkan kontraksi otot polos untuk mengurangi
diameter saluran nafas,meningkatkantahanan pada aliran udara.Otot ini
mengalami spasme pada berbagai gangguan saluran nafas.Saluran nafas bawah
juga berperan untuk menghangatkan,melembabkan,dan menyaring udara saat
mengalir ke paru-paru.
D. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari tuberkulosis antara lain:
1. Demam 40-41 derajat
2. Batu/batuk darah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
5. Malaise
6. Keringat malam
7. Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada
8. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
9. Pada anak
10. Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh
11. Demam tanps sebab yang jelas,terutama jika berlanjut sampai 2 minggu
12. Batuk kroniklebih dari 3 minggu,dengan atau tanpa whezeeng
13. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
14. Demam dan batuk tidak respons terhadap terapi sesuai baku H
15. Foto dada bukan alat diagnostic utama TB anak
16. Semua anak dengan reaksi cepat BCG(reaksi lokal timbul <7 hari setelah
penyuntikan )harus dievalusi dengan sistem scoring TB anak
17. Anak dengan Tbjika jumlah skor >6 (skor maksimal 13)

E. Patofisiologi
Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta
daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan
Kudlich (2007) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai
fokus primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui
udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis
(susceptible).
F. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan
tersebut akan ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.
Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan
(puskesmas).
Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien
yang tidak batuk atau batuk yang non produktif Dalam hal ini dianjurkan satu hari
sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter dan
diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan
obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik
selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoieh dengan cara bronkos
kopi diambil dengan brushing atau bronchial washing atau BAL (bronchn alveolar
lavage).
BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering
dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum
yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Bila sputum sudah didapat.
kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman bant dapat dkcmukan
bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum
yang mengandung kuman BTA mudah ke luar.

Kriteria sputum BTA positif


adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu
sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mil sputum Hasil
pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+) di bawah mikroskop memerlukan
kurang lebih 5000 kuman/ml sputum, sedangkan untuk mendapatkan kuman
(+) pada biakan yang merupakan diagnosis pasti, dibutuhkan sekitar 50 - 100
kuman/ml sputum. Hasil kultur memerlukan waktu tidak kurang dan 6 - 8
minggu dengan angka sensitiviti 18-30%.
Rekomendasi WHO skala IUATLD :
1. Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan :negative
2. Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman

3. Ditemukan 10-99 BTA : 1+

4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+

5. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+

2. Pemeriksaan tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering
digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC
dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%,
dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin
besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa
cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering
digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan
bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji
tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

3. Pemeriksaan Rontgen Thoraks


Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik
menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu
kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali di lobus
bawah dan biasanya berada di sekitar hilus. Karakteristik kelainan ini terlihat
sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi
yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang kurang jelas ini sering
diduga sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih
jelas dengan pemberian kontras.
Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri
tuberkel terhadap obat antituberkulosis, apakah sama baiknya dengan respons dari
klien. Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan ini
adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap. Hal ini
tampak paling menyolok pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana
prosesnya dianggap berasal dari tingkat eksudatif yang besar.

4. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik
ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan adenopati, perubahan
kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan emifesema
perisikatriksial. Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa
kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada
pemeriksaan tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang
negatif dan pemeriksaan secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat
bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan kavasitas dan lebih dapat
diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen thoraks biasa.
koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan
kepekaan terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap
binatang percobaan, dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen
Mycobacterium. Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru
walaupun kurang sensitif adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya
peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan imunoglobulin terutama IgG
dan IgA.

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Price dan Wilson (2006) pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat
antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan tiga prinsip dalam
pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada:
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap
mikroorganisme.
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang
paling singkat.
4. Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua
obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari
pengobatan ini adalah (FKUI, 2006):
5. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin
melalui kegiatan bakterisid.
6. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan
kegiatan sterilisasi.
7. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis

H. Komplikasi
Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasis

 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran
bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan
atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura)
spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke
organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi
Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan
daerah, jumlah keluarga)
2. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran

Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)


Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita
caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia
icterus

a. Riwayat Masa Lampau


1. Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang
lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah
diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah
berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
2. Pernah dirawat dirumah sakit
3. Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
4. Riwayat kontak dengan penderita TBC
5. Alergi
6. Daya tahan yang menurun.
7. Imunisasi/Vaksinasi : BCG
8. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub
mandibula)

b. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,


Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)
c. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota
keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.
Kondisi rumah
Merasa dikucilkan
Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang banyak
Tidak bersemangat dan putus harapan.

d. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota


keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,
Pelaksanaan spiritual)
e. Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi,
kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak
diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub
kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan
karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali. Pola
aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat timbul sesak
nafas (nafas pendek).
Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. Pola
kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri
tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola peran
hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak
mandiri. Pola seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat dengan ibu
daripada ayah. Pola koping toleransi stres, Menarik diri, pasif.

f. Pemeriksaan Fisik
Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi
radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan
sputum). Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. Pada tahap
dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut
dan fibrosis. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan
suara pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multipel. Benjolan/pembesaran
kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. Kadang
terjadi abses.

g. Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan


Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe
lambat ®imunitas seluler ®Infeksi TB
Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi,
abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas.
Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal:
tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)
Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria
diagnosa.
Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
 Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
1. Pertumbuhan
Kaji BBL, BB saat kunjungan
BB normal
BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R =
usia dalam tahun
LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan

2. Perkembangan
lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan
mata, mengoceh,
usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda,
tertawa, dan mengais meringis
usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri,
merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan
yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan
kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam
permainan.
usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3
kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan
hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat
pada anak lain dan bermain dengan mereka.
usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3
kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan
baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.
usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul yaitu :
1. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi
2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh menurun,
malnutrisi, proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Batuk yang sering,
adanya produksi sputum, Anoreksia.
4. Risiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua berhubungan
dengan isolasi pasien

C. Perencanaan keperawatan
1. Dx.1
KH : Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dipsnue
Rencana tindakan :
a. Berikan oksigen humidifier bagi anak dengan dispnue
R : dispnea masih dapat terjadi, hingga pemberian obat kemoterapi dimulai
untuk mendapatkan efeknya, O2 humidifier mengurangi dipsnue dan
meningkatkan oksigenasi.
b. Tinggikan bagian kepala tempat tidur
R : Peninggian kepala menyebabkan otot diafragma mengembang
c. Berikan obat batuk ekspektoran sesuai kebutuhan
d. ekspektoran membantu mengeluarkan mucus

2. Dx.
KH : Tidak terjadi penyebaran infeksi
Rencana tindakan :
a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui
bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe
dan potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
R : Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi
yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
b. Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk
mendapatkan terapi pencegahan.
R : Pengetahuan dan terapi dapat meminimalkan kerentanan terjadinya
penyebaran
c. Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
R : Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan
R : Masker dapat mengurangi resiko penyebaran infeksi
e. Monitor temperature
R : untuk mengetahui adanya indikasi terjadinya infeksi. Febris merupakan
indikasi terjadinya infeksi.
f. Kolaborasi Pemberian terapi untuk anak
R : Kerja sama akan mempercepat proses penyembuhan
g. Monitor sputum BTA. Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi
diteruskan sampai batas waktu yang ditentukan.
R : Pemantauan untuk terapi yang akan dilaksanakan selanjutnya

3. Dx.3
Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi dan BB meningkat.
KH : Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami
klien, pemulihan kebutuhan nutrisi, susunan menu dan pengolahan makanan sehat
seimbang. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan
pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.
Rencana Tindakan:
a. Mengukur dan mencatat BB pasein
R : BB menggambarkan status gizi pasien
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R : Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
R : Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Memberikan makanan tinggi TKTP
R : Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah
e. Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
R : Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan
f. Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
R : Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang
digunakan untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.
g. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi
pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang,
tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial
ekonomi klien.
R : Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan
nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik
yang telah diberikan selama hospitalisasi.
h. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga
untuk melakukannya sendiri.
R : Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi
klien.
i. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap
pagi.
R : Menilai perkembangan masalah klien.
j. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
R : Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral

4. Dx.4
KH : Orang tua tetap dapat menjalankan perannya
Rencana tindakan :
a. Ajarkan orang tua tentang tekhnik isolasi yang benar
R : pemahaman dan mengikuti teknis isolasi dengan benar membantu
mencegah penularan TB yang memungkinkan orang tua bersama selama
mungkin dengan anaknya, akan mengurangi perpisahan
b. Motivasi orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk mengunjungi anak
secara teratur.
R : seringnya keluarga kontak akan mengurangi kecemasan terhadap
perpisahan.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif
dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah
dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang ha


mpir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang paling banyak adalah paru-
paru.

Klasifikasi tuberculosis tb paru ada banyak,pendapat seperti yang tertera diatas,antara


lain: Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama,
Klasifikasi menurut American thoracic society, Klasifikasi diIndonesia dipakai
berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan makrobiologis, Klasifikasi menurut WHO 1991
TB dibagi dalam 4 kategori, Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru. Anatomi dan
patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian,yaitu saluran pernafasan atas
saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi dan fisiologi saluran pernafasan
bawah,yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis.
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,sinar matahari,dan sinar
ultraviolet.Ada dua macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.
Basil tipe bovin berada dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usu

Ada beberapa gejala dari yuberkulosis yang harus dicurugai kemungkinan anak terkena
tubercukosis antara lain: Demam 40-41 derajat,Batu/batuk darah,Sesak nafas,

N yeri dada,Malaise,Keringat malam,Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada,Peningkatan


sel darah putih dengan dominasi limfosit dan Pada anak.

Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk mendirikkan diagnose tuberculosis


Pemeriksaan sputum, Pemeriksaan tuberculin, Pemeriksaan Rontgen Thoraks, Pemeriksaan
CT Scan, dan Pemeriksaan Laboratorium.

Pengobatatan atau tatalaksana untuk pasien dengan tuberculosis sesuai dengan tahapan2
yang telah dijelaskan diatas.

B. Saran

Adapun saran-saran yang penulis harapkan antara lain

1. perawat mampu mengaplikasikan kepada orang tua bagaimana untuk merawat anak
yang menderita tuberculosis.

2. Perawat mampu menjelaskan apa penyakit tuberculosis

3. Keluarga pasien mengerti tentang penyakit tuberculosis dan mengetahui pencegahan


dari penyakit tuberculosis.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Cetakan I. Yakarta : Penerbit salemba Medika

Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical Pathaway. Edisi ke-3. Jakarta :
EGC Suriadi, Yulliani, rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi ke-2. Jakarta : PT.
Percetakan Penebar Swadaya Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Ilmu
Kesehatan Anak. Jilid 2: Cetakan Ke-11. Jakarta : Percetakan Infomedika Wong, L.donna,
dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol : 2. Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi