Vous êtes sur la page 1sur 18

MAKALAH

“Active Learning”
Untuk memenuhi tugas matakuliah Program Studi
Model Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu :
H. Muhammada, M. PdI

Di Susun Oleh:
Yovinus Dwi W. (201286010008)

Muhlason (201286010007)

Evy Fauziyah (201286010009)

Nayla Datul Ifa (201286010005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
DESEMBER 2014
KATA PENGANTAR

‫بسم ا الر حمن الر حيم‬

‫ا لسل م عايكم ور حمة ا و بر كا ته‬

Segala puji bagi Allah dengan segenap ketulusan hati seraya mengharapkan pertolongan
dan hidaya-Nya. Agar segala kenikmatan yang telah diberikan, menjadikan kita semakin
mendekatkan diri kepada-Nya, dan menggolongkan kita sebagai orang-orang yang pandai
mensyukuri semua nikmat-Nya.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada sang pembaharu sejati, Nabi
Muhammad SAW. Serta pamungkas para rasul, sang pemberi janji dan peringatan, dengan
kehadiran beliau, yaitu Allah SWT. Menyelamatkan manusia dari kesesatan, yang
menunjukan manusia kejalan yang lurus, yaitu Addinul Islam wal iman.
Alhamdulillah dengan ridha Allah, dengan semangat dan ketekunan, akhirnya Penulis
dapat menyelesaikan tugas Makalah Model Pembelajaran PAI dengan bimbingan dosen
pengampu H. Muhammada, M. PdI yang berjudul “Active Learning” ini dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya bebas dari kekurangan,
sehingga apabila ada salah kata, salah dalam penyusunan, dan kurang dalam isi materi Penulis
mohon maaf yang sedalam-dalamnya.
Akhirnya Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas tugas yang telah di berikan
oleh bapak dosen pengampu mata kuliah Model Pembelajaran PAI ini, semoga makalah ini
bermanfaat serta dapat membantu sang pencari ilmu untuk mendapatkan ilmu lebih luas lagi,
hanya kepada Allah Penulis memohon pertolongan dan memohon petunjuk.

‫والسل م عايكم ور حمة ا و بر كا ته‬

Pasuruan, 03 Desember 2014


Penyusun

Kelompok 5

i
Daftar isi

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1


1.2 Perumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................

2.1 Pengertian dari Active Learning.............................................................................3


2.2 Strategi Belajar Mengajar Active Learning............................................................4
2.3 Prinsip-prinsip Active Learning..............................................................................5
2.4 Keragaman dan Implikasi Active Learning............................................................7
2.5 Manfaat Active Learning........................................................................................8
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Active Learning..........................................................9
2.7 Langkah-langkah Active Learning..........................................................................9

BAB IIIPENUTUP......................................................................................................................

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................12

Daftar Pustaka.............................................................................................................................

Daftar Pustaka.............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran adalah suatu perbuatan yang kompleks (a highly complexion process).
Disebut kompleks karena dituntut adanya kemampuan profesional, personal, dan sosio
kultural secara terpadu dalam proses belajar- mengajar. Dikatakan kompleks juga karena
mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses
belajar-mengajar. Segala bentuk kompleksitas tersebut harus diarahkan pada pencapaian
tujuan pendidikan nasional.

Keaktifan adalah sebuah perilaku yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu untuk
selalu dan bisa menjalin sebuah komunikasi dengan sesamanya, baik dalam hal belajar atau
pun hanya sekedar berkomunikasi. Sehingga keaktifan dalam perilaku, beraktifitas, dan
berbicara itu sangatlah dibutuhkan. Dan hal ini pun termasuk dari beberapa tujuan dari Sistem
Pendidikan Nasional. Yang dalam penjelasanya adalah,

Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada


pasal 3 dijelaskan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.

Untuk mencapai tujuan tersebut seharusnya guru menggunakan banyak pendekatan


dalam proses pembelajaran. Pendekatan tersebut setidaknya mampu mendorong anak untuk
berkreativitas dan mampu mengembangkan potensi anak. Oleh sebab itu dituntut seorang
guru yang kreatif dan inovatif dalam mewujudkan lingkungan belajar yang menyenangkan.

Namun masih sangat sering dijumpai guru yang terus menerus menggunakan strategi
pembelajaran konvensional untuk semua materi pembelajaran. Tentu saja hal ini tidak tepat.
Harus ada perubahan ataupun kolaborasi berbagai strategi dan metode pembelajaran untuk
membangkitkan minat siswa, salah satunya adalah Active Learning.

Sehingga didalam sebuah strategi ini jika dilihat dari namanya saja kita sudah tentu
paham yang mana dalam Kegiatan Belajar Mengajar itu harus adanya sebuah Pembelajaran

1
yang Aktif (Active Learning), dengan begitu maka akan menghasilkan situasi dan kondisi
belajar yang PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Dengan
berbagai macam hal itulah penulis dalam kesempatan ini akan sedikit menjelaskan mengenai
Active Learning beserta apa saja yang berhubungan demi menciptakan situasi dan kondisi
strategi belajar tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


 Memahami pengertian dari Active Learning
 Memahami mengenai strategi Active Learning
 Bagaimana prinsip-prinsip Active Learning
 Keragaman belajar Active Learning
 Apa saja manfaat strategi Active Learning

1.3 Tujuan Penulis


 Pembaca mampu memahami tentang pengertian Active Learning
 Pembaca mampu memahami mengenai strategi Active Learning
 Pembaca dapat mengetahui prinsip-prinsip Active Learning
 Pembaca bisa belajar berbagai macam keragaman belajar Active Learning
 Pembaca bisa mengetahui manfaat dari Active Learning

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari Active Learning
Dalam pengertiannya yang diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa
active berarti gesit, giat, bersemangat, hidup.1 Sedangkan learning berarti pengetahuan,
pembelajaran.2 Jadi active learning adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang
subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga ia dapat berperan dan
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar serta mampu mengubah
tingkahlakunya secara lebih efektif dan efisien.3
Dalam pandangan pakar psikologi belajar Wittig (1981) dalam bukunya Psichology of
Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organim’s
behavioral repertoire that occurs as a result of experience (Belajar adalah perubahan yang
relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisasi
sebagai hasil pengalaman.)4
Perlu kiranya dicatat, bahwa definisi Wittig tidak menekankan perubahan yang disebut
behavioral change tetapi behavioral repertoire change, yakni perubahan yang menyangkut
seluruh aspek psiko-fisik organisme. Penekanan yang berbeda ini disandarkan pada
kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya
peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat diobsevasi secara langsung.
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersbut di atas adalah fenomena
perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. Selain itu, perbedaan antara
satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya tidak sama dengan situasi belajar
matematika. Namun demikian, dalam beberapa hal tertentu yang mendasar mereka sepekat
seperti dalam penggunaan istilah “berubah” dan “tingkah laku”.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Sehubungan dengan penelitian itu perlu diutarakan sekalilagi bahwa perubahan tingkah laku
yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat
dipandang sebagai proses belajar.
Sehingga tingkatan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk
menerapkan strategi pembelajaran active learning dalam pembelajaran di kelas. Selain itu
beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar
mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau
bersama-sama dengan anggota kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling
penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula
mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi,
seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka
1
Thomas Adrian, Kamus Lengkap 1 Triliun Inggris-Indonesia Indonesia-inggris, (Surabaya: KARINA, 2002),
hal 12.
2
Thomas Adrian, Kamus Lengkap 1 Triliun Inggris-Indonesia Indonesia-inggris, (Surabaya: KARINA, 2002),
hal 178
3
Nan Sudjana, Cara Belajar, hal 21. (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Tahun 2008).
4
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rajawali Pers, 2012), hal 65-66
3
ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata
menggunakan teknik active learning di kelas menjadi sangat penting karena memiliki
pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.
2.2 Strategi Belajar Mengajar Active Learning
Dalam sebuah strategi belajar mengajar active learning adanya sebuah dasar
pendidikan yang islami yang merupakan hal yang aman fundamental terhadap segala aspek
kehidupan para penganut agama islam, tak terkecuali pada aspek pendidikan. Dalam kaitan
ini seluruh pakar sependapat bahwa dasar pendidikan Islam adalah tauhid. Melalui dasar
tauhid ini, H. M. Quraish Shihab (1996)5 merumuskan hal-hal sebagai berikut:
 Pertama, kesatuan kehidupan.
 Kedua, kesatuan ilmu.
 Ketiga, kesatuan iman dan rasio.
 Keempat, kesatuan agama.
 Kelima, kesatuan individual dan masyarakat.
Dengan kelima rumusan tersebut dapat kita pahami bahwa dalam sebuah dasar
pendidikan yang islami akan menghasilkan sebuah strategi belajar mengajar Active
Learning yang menyenangkan dan mudah untuk diterapkan. Namun dengan penjelasan itu
pula tidak akan lebih paham tanpa kita mengetahui mengenai fungsi dan tujuan dari
pendidikan yang islami tersebut yang mana penjelasannya yaitu yang dikemukakan oleh H.
Abuddin Nata (2001) bahwa fungsi dari pendidikan yang islami adalah sebagai
penyimpanan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kerajaan dunia yang
makmur, dinamis, harmonis, dan lestari.6
Dengan demikian, pendidikan yang islami mengemban misi melahirkan manusia
yang tidak hanya memanfaatkan persedian alam, tetapi juga manusia yang mau bersyukur
kepada yang membuat manusia dan alam, memperlakukan manusia sebagai khalifah dan
memperlakukan alam tidak hanya sebagai objek penderita semata. Tetapi juga sebagai
komponen integral dari sistem kehidupan. Pendidikan yang islami, tidak lain adalah upaya
mengefektifkan aplikasi nilai-nilai agama yang dapat menimbulkan transformasi nilai dan
pengetahuan secara utuh kepada manusia, masyarakat dan dunia pada umunya.
Maka dalam hal ini didalam bukunnya Pupuh Fathurrohman dkk “Strategi Belajar
Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami” menjelaskan
macam-macam dasar strategi mengajar yang saya kira strategi ini sangat sesuai dalam
menerapkan strategi active learning. Strategi tersebut ialah:
1. Proses belajar mengajar dilandasi dengan kewajiban yang dikaitan dengan niat karena
Allah SWT.
2. Konsep belajar mengajar harus dilandasi dengan niat ibadah.
3. Didalam proses belajar mengajar harus saling memahami posisi guru sebagai guru dan
murid sebagai murid.
4. Harus menciptakan komunikasi yang seimbang , komunikasi yang jernih, dan
komunikasi yang transparan.

5, 6
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M. Pd, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep
Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hal 121
6

4
5. Konsep Strategi Belajar Mengajar memerlukan kreativitas, baik metodologi, didaktik
dan desain pembelajaran sehingga tidak terpaku pada suatu teori.
6. Mendidik dengan ketauladanan yang baik.
7. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka dibutuhkan pembiasaan-pembiasaan.
8. Konsep-konsep Strategi Belajar Mengajar (konsep umum) secara lahiriyah baru akan
diperlukan, itupun harus diuji dulu dengan cara:
a) Diperlukan kesesuaian dengan kondisi realitas dalam Proses belajar Mengajar;
b) Harus sesuai dengan konsep dan nilai-nilai islami.
c) Evaluasi yang baik.
d) Proses belajar mengajar akan baik dan berhasil apabila diawali dan diakhiri
dengan berdoa.
Dari semua strategi yang telah dikemukakan diatas jika kita telaah dengan seksama
dalam proses, langkah, dan implikasinya akan menjadikan strategi active learning yang
baik, menyenangkan, mudah diterapkan, dan yang tidak kalah pentingnya mampu
menjadikan peserta didik memiliki sikap akhlaqul karimah yang mana hal itu sesuai
dengan tujuan dari pendidikan nasional pada UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 BAB
II Pasal 6 mengenai Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan.
Dalam Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa “Kedudukan guru dan dosen
sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.”7
2.3 Prinsip-prinsip Actice Learning
Dalam kegiatan belajar mengajar prinsip merupakan hal yang penting sehingga
dengan prinsip tersebut kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan secara optimal. Menurut
M. Dalyono ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang timbulnya belajar aktif,
yakni:8
a) Stimulus belajar
Stimulus belajar merupakan suatu penyampaian informasi. Dengan stimulus
subyek didik diharapkan dapat merespons materi pelajaran dengan baik.
b) Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar
mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi niscaya hasil belajar yang dicapai oleh
subyek peserta didik tidak akan optimal. Perhatian dan motivasi belajar dapat
diberikan secara bervariasi seperti adanya pengulangan informasi, memberikan
pertanyaan-pertanyaan, menggunakan alat bantu belajar dan lain-lain.
Adapun untuk memotivasi belajar dapat tumbuh dari dua hal; Pertama, dari
subyek didik itu sendiri yaitu berupa kebutuhan untuk belajar. Kedua, dari pendidik

7
UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 BAB II Pasal 6 Mengenai Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan.
8
Masfufah, Penerapan Active Learning Dalam Pembelajaran Fiqih dan Qur’an Hadits Pada Siswa Kelas IX
MTsN Triwarno Kutowinangun Kebumen, Skripsi: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
5
atau guru, misalnya dengan memberi penghargaan terhadap prestasi subyek didik. Hal
ini perlu diperhatikan adalah potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik
yang lambat belajar (Slow Learner) akan merasa tersiksa karena ketidakmampuannya
untuk mengikuti pelajaran sabagaimana teman-temannya.9 Oleh karena itu pendidik
hendaknya memberikan perhatian yang lebih kepada siswa yang terlambat belajar
tersebut atau lemah dalam hal pemikirannya sehingga mereka tidak jauh tertinggal
dengan taman-temannya.
c) Respon yang dipelajari
Konsekuensi logis dari pembelajaran aktif adalah keterlibatan
subyek didik secara penuh. Untuk itu semua respon yang dapat dipelajari oleh
subyek didik harus mampu menunjang tujuan instruksional sehingga dapat
mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik. Respon ini dapat ditempuh
melalui respon fisik (motorik) dan intelektual. Hal ini dikarenakan karakteristik
atau perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keturunan (hereditas) namun juga
dipengaruhi oleh lingkungan.
d) Penguat
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan
subyek didik akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali ketika
diperlukan. Sumber penguat belajar untuk pemenuhan kebutuhan berasal dari luar
dan dari dalam diri subyek didik. Penguat belajar dari luar dapat berupa nilai,
pengakuan prestasi, ganjaran dan sebagainya. Sedangkan penguat dari dalam bisa
terjadi apabila respons yang dilakukan oleh subyek didik dirasa memuaskan
dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.`
Sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Fauzi, di antara penguatan belajar
menurut W.I. Thomas adalah motif pengenala diri yang mencakup: harga diri;
yaitu penghargaan orang lain terhadap pribadi, status yaitu kebutuhan akan posisi
tertentu dalam lingkungan, prestise yaitu kebutuhan untuk dipandang dan dihargai
oleh lingkungan sesuai dengan statusnya.10
e) Asosiasi
Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan
kemampuan subyek didik untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada
situasi lain yang serupa pada masa mendatang. Asosiasi ini dapat dibentuk
melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi pada pengetahuan yang
dimiliki peserta didik, pemberian latihan yang teratur dan dilakukan dalam situasi
yang menyenangkan.11
2.4 Keragaman dan Implikasi Active Learning
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki
corak yang berbeda antara satu dengan yang lain, baik dalam aspek materi dan metodenya
maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan.

9
Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal 171. (mengambil
dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008).
10
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum Untuk Fakultas Tarbiyah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 83.
(mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008).
11
Nana Sudjana, Cara Belajar, hal. 27 (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008).
6
Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.12
4.1 Ragam Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
Dalam hal ini terdapat sebuah tujuan yang berpengaruh dalam mempelajari hal-hal
yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip,
konsep, dan generalisasi.
4.2 Ragam Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan
motorik. Dan dalam hal inipun terdapat sebuah tujuan yang dalam jenis belajar ini
dalam bentuk latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan.
4.3 Ragam Sosial
Belajar social adalah belajar memahami masalah- masalah dan teknik-teknik
untuk memecahkan masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah
tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam
memecahkan masalah- masalah social seperti masalah keluarga, masalah kelompok,
persahabatan dan masalah- masalah lain yang berhubungna dengan kemasyarakatan.
4.4 Ragam Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode-metode
ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas, dan tuntas.
4.5 Ragam Kebiasaan
Ragam kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau
perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan
perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan
ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan
perbuatan yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan
waktu (kontekstual).

4.6 Ragam Apresiasi


Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan ( judgment) arti penting
atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa( affective skills). Seperti contoh kemampuan menghargai secara
tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi music, dan
sebagainya.
Bidang-bidang studi yang menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi
antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan, kesenian, dan menggambar. Selain
bidang- bidang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan
sebagai alat pengembangan apresiasi siswa, misalnya seni baca tulis Al- Qur’an.

12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal 125, 126, 127, 128, 129. 136, 137
7
4.7 Ragam Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) adalah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat
diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran
dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1998). Tujuan belajar
pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman
terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus
dalam mempelajarinya, misalnya dengan mengggunakan alat-alat laboratorium dan
penelitian lapangan.
2.5 Manfaat Active Learning
Active Learning memiliki manfaat yang besar dalam rangka pengembangan
pendidikan disekolah. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa hal:13
 Ditinjau dari tujuan hakikat pendidika secara umum, pendidikan itu upaya untuk
mengantarkan siswa ke kedewasaan dalam artian perkembangan yang optimal, yakni
agar anak didik mampu mengembangkan pontesi yang ada padanya.
 Peran serta siswa dalam berbagai kegiatan belajar secara aktif dapat meningkatkan
keterlibatan mental siswa dalam proses belajar mengajar.
 Kegiatan belajar mengajar dengan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk
berkomunikasi dua arahn tersebut dapat memberikan peluang bagi huru untuk menilai
keberhasilan pengajaran yang dilaksanakannya.
 Active Learning ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dan
guru.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Active Leraning


Menurut Tayar Yusuf, active learning banyak memiliki kelebihaan, diantaranya:14
a. Active Learning dapat menumbuhkan suasana kelas ynag dinamis dan hidup, dimana
masing-masing guru dan anak didik sama-sama aktif.
b. Adanya komunikasi dua arah timbal balik antara guru dan peserta didik, mendorong
suasana yang responsif dan bergairah dari anak didik.
c. Anak didik merasa terlibat langsung secara intelektual dan emosional dalam proses
pengajaran sehingga memberikan kemungkinan kemampuan anak didik berkembang
secara optimal.
13
Masfufah, Penerapan Active Learning Dalam Pembelajaran Fiqih dan Qur’an Hadits Pada Siswa Kelas IX
MTsN Triwarno Kutowinangun Kebumen, Skripsi: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. hal
15-18
14
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995), hal. 148. (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Tahun 2008).
8
Disamping memiliki banyak kelebihan, tayar Yusuf juga menyebutkan bahwa
active learning memiliki beberapa kekurangan, diantaranya:15
a. Pengajaran dengan Active Learning memerlukan kesiapan yang matang dari pihak
guru berupa rencana pengajaran yang akan dismapaikan kepada pihak anak didik. Hal
itu tentu menjadi kendala bagi seorang guru yang memiliki mental pemalas dan
disiplin rendah. Akhirnya pengajaran kehilangan arti dan tujuannya.
b. Dalam memberikan kebebasan dan demokratisasi bagi anak didik dapat berakibat
anarkis yang menjadi bomerang dalam pembelajaran.
2.7 Langkah-langkah Active Learning
1) Guided Teaching (Pembelajaran Terbimbing)
Metode ini merupakan aktifitas untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau
untuk memperoleh hipotesa. Metode ini meminta kepada siswa untuk membandingkan
antara jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh guru.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran
dan kemampuan yang mereka miliki.
2. Guru memberi kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan dengan meminta mereka untuk bekerja berdua atau dalam kelompok
kecil.
3. Guru meminta siswa menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian guru
mencatat jawaban-jawaban mereka.
4. Guru menyampaikan poin-poin utama dari materi, kemudian meminta siswa untuk
membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin yang telah disampaikan.
Setelah itu, guru mencatat poin-poin yang dapat memperluas bahasan materi.

2) The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan)


Metode ini merupakan aktifitas pembelajaran yang digunakan untuk mendorong
pembelajaran kooperatif dan memperkuat pentingnya serta manfaat sinergi. Metode ini
meminta kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru secara individual, kemudian
melakukan sharing bersama seorang siswa di sebelahnya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Guru mengajukan satu atau dua pertanyaan kepada siswa yang menuntut
perenungan dan pemikiran.
2. Guru meminta setiap siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara
individual.
3. Setelah selesai, guru meminta mereka untuk berpasangan dan saling bertukar
jawaban dan membahasnya.
4. Guru meminta pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru atas pertanyaan
dan memperbaiki jawaban indiviual mereka.
5. Kemudian guru membandingkan jawaban-jawaban mereka

Metode ini merupakan aktifitas untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau
untuk memperoleh hipotesa. Metode ini meminta kepada siswa untuk membandingkan
antara jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh guru.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

15
Ibid, hal. 149. (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun
2008).
9
1. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran
dan kemampuan yang mereka miliki.
2. Guru memberi kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan dengan meminta mereka untuk bekerja berdua atau dalam kelompok
kecil.
3. Guru meminta siswa menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian guru
mencatat jawaban-jawaban mereka.
4. Guru menyampaikan poin-poin utama dari materi, kemudian meminta siswa untuk
membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin yang telah disampaikan.
Setelah itu, guru mencatat poin-poin yang dapat memperluas bahasan materi.

3) Guided Teaching (Pembelajaran Terbimbing)


Metode ini merupakan aktifitas untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau
untuk memperoleh hipotesa. Metode ini meminta kepada siswa untuk membandingkan
antara jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh guru.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran
dan kemampuan yang mereka miliki.
2. Guru memberi kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan dengan meminta mereka untuk bekerja berdua atau dalam kelompok
kecil.
3. Guru meminta siswa menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian guru
mencatat jawaban-jawaban mereka.
4. Guru menyampaikan poin-poin utama dari materi, kemudian meminta siswa untuk
membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin yang telah disampaikan.
Setelah itu, guru mencatat poin-poin yang dapat memperluas bahasan materi.

4) The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan)


Metode ini merupakan aktifitas pembelajaran yang digunakan untuk mendorong
pembelajaran kooperatif dan memperkuat pentingnya serta manfaat sinergi. Metode ini
meminta kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru secara individual, kemudian
melakukan sharing bersama seorang siswa di sebelahnya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Guru mengajukan satu atau dua pertanyaan kepada siswa yang menuntut
perenungan dan pemikiran.
2. Guru meminta setiap siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara
individual.
3. Setelah selesai, guru meminta mereka untuk berpasangan dan saling bertukar
jawaban dan membahasnya.
4. Guru meminta pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru atas pertanyaan
dan memperbaiki jawaban indiviual mereka.
5. Kemudian guru membandingkan jawaban-jawaban mereka

Metode ini merupakan aktifitas pembelajaran yang digunakan untuk mendorong


pembelajaran kooperatif dan memperkuat pentingnya serta manfaat sinergi. Metode ini
meminta kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru secara individual, kemudian
melakukan sharing bersama seorang siswa di sebelahnya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Guru mengajukan satu atau dua pertanyaan kepada siswa yang menuntut
perenungan dan pemikiran.
10
2. Guru meminta setiap siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara
individual.
3. Setelah selesai, guru meminta mereka untuk berpasangan dan saling bertukar
jawaban dan membahasnya.
4. Guru meminta pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru atas pertanyaan
dan memperbaiki jawaban indiviual mereka.
5. Kemudian guru membandingkan jawaban-jawaban mereka

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pengertian Aktive Learning
Active Learning adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek
didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga ia dapat berperan dan
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar serta mampu mengubah
tingkahlakunya secara lebih efektif dan efisien.

Dalam strategi pembelajaran active learning dalam pembelajaran di kelas.


Terdapat beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya
sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis,
berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota kelas yang lain dalam memecahkan
masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif,
sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan
berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi.
Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan
belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active learning di kelas menjadi
sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.

3.1.2 Strategi Belajar Mengajar Active Learning

Dalam sebuah strategi belajar mengajar active learning adanya sebuah dasar
pendidikan yang islami yang merupakan hal yang aman fundamental terhadap segala
aspek kehidupan para penganut agama islam, tak terkecuali pada aspek pendidikan.
Dalam kaitan ini seluruh pakar sependapat bahwa dasar pendidikan Islam adalah
tauhid. Melalui dasar tauhid ini, H. M. Quraish Shihab (1996) merumuskan hal-hal
sebagai berikut:
 Pertama, kesatuan kehidupan.
 Kedua, kesatuan ilmu.
 Ketiga, kesatuan iman dan rasio.
 Keempat, kesatuan agama.
 Kelima, kesatuan individual dan masyarakat.
Dengan kelima rumusan tersebut dapat kita pahami bahwa dalam sebuah dasar
pendidikan yang islami akan menghasilkan sebuah strategi belajar mengajar Active
Learning yang menyenangkan dan mudah untuk diterapkan.

3.1.3 Prinsip-Prinsip Active Learning

Dalam kegiatan belajar mengajar prinsip merupakan hal yang penting sehingga
dengan prinsip tersebut kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan secara optimal.
Menurut M. Dalyono ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang timbulnya
belajar aktif, yakni:
12
 Stimulus belajar
 Perhatian dan Motivasi
 Respon yang dipelajari
 Penguat
 Asosiasi
3.1.4 Keragaman Belajar Active Learning
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki
corak yang berbeda antara satu dengan yang lain, baik dalam aspekmateri dan
metodenya maupun dalam adepk tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan.
Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
 Ragam Abstrak
 Ragam Keterampilan
 Ragam Sosial
 Ragam Pemecahan Masalah
 Ragam Kebiasaan
 Ragam Apresiasi
 Ragam Pengetahuan
3.1.5 Manfaat Active Learning
Kelebihan dan Kekurangan Active Leraning
Menurut Tayar Yusuf, active learning banyak memiliki kelebihaan, diantaranya:16
 Active Learning dapat menumbuhkan suasana kelas ynag dinamis dan hidup,
dimana masing-masing guru dan anak didik sama-sama aktif.
 Adanya komunikasi dua arah timbal balik antara guru dan peserta didik,
mendorong suasana yang responsif dan bergairah dari anak didik.
 Anak didik merasa terlibat langsung secara intelektual dan emosional dalam
proses pengajaran sehingga memberikan kemungkinan kemampuan anak didik
berkembang secara optimal.
Disamping memiliki banyak kelebihan, tayar Yusuf juga menyebutkan bahwa
active learning memiliki beberapa kekurangan, diantaranya:17
 Pengajaran dengan actie learning memerlukan kesiapan yang matang dari pihak
guru berupa rencana pengajaran yang akan dismapaikan kepada pihak anak didik.
Hal itu tentu menjadi kendala bagi seorang guru yang memiliki mental pemalas
dan disiplin rendah. Akhirnya pengajaran kehilangan arti dan tujuannya.

16
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995), hal. 148. (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Tahun 2008).
17
Ibid, hal. 149. (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun
2008).
13
 Dalam memberikan kebebasan dan demokratisasi bagi anak didik dapat berakibat
anarkis yang menjadi bomerang dalam pembelajaran.
2.7 Langkah-langkah Active Learning
1) Guided Teaching (Pembelajaran Terbimbing)
2) The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan)
3) Guided Teaching (Pembelajaran Terbimbing)
4) The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan)

14
Daftar Pustaka
Fathurrohman Pupuh, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan
Konsep Islami, PT. Refika Aditama, Bandung, 2011
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Cet. ke-12, 2012.
Sadiman Arief S. dkk, Media Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Cet. Ke-14,
2010.
Sardiman, A. M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, Cet. ke-21, 2012.
Masfufah, Penerapan Active Learning Dalam Pembelajaran Fiqih dan Qur’an Hadits Pada
Siswa Kelas IX MTsN Triwarno Kutowinangun Kebumen, Skripsi: Fakultas Tarbiyah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Ibid, hal. 149. (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Tahun 2008).
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 148. (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008).

Nana Sudjana, Cara Belajar, hal. 27 (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008).

Ahmad Fauzi, Psikologi Umum Untuk Fakultas Tarbiyah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997),
hal. 83. (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Tahun 2008).

Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal
171. (mengambil dari skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Tahun 2008).

UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 BAB II Pasal 6 Mengenai Kedudukan, Fungsi, dan
Tujuan.
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M. Pd, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011).

Thomas Adrian, Kamus Lengkap 1 Triliun Inggris-Indonesia Indonesia-inggris, (Surabaya:


KARINA, 2002).

15

Vous aimerez peut-être aussi