Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
TIARA UTAMI
C0F012003
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat, hidayah dan ridho-
Nya, setelah melalui berbagai kesulitan akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah yang
sederhana ini.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih belum sempurna, yang dikarenakan
adanya keterbatasan waktu yang diberikan. Tetapi berkat bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak maka saya dapat menyusun makalah ini dengan lancar dan semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Saya sangat mengharap saran, pendapat, maupun kritik yang bersifat membangun.
Semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Sebagai
manusia biasa kami tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Bila ada kesalahan itu
datangnya dari saya pribadi dan bila ada kebenaran dan kebaikan itu dari Allah SWT Semata.
Untuk itu bila ada kesalahan, Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wasalam,
Penulis
DAFTAR ISI
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 2
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 3
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Setiap kebijakan tidak lepas dari peran berbagai aktor, Aktor dalam kebijakan dapat
berarti individu-individu atau kelompok-kelompok, dimana para pelaku ini terlibat
dalam kondisi tertentu sebagai suatu subsistem kebijakan. Menurut Howlet dan
Ramesh, aktor-aktor dalam kebijakan terdiri atas lima kategori, yaitu sebagai berikut:
1.) Aparatur yang dipilih (elected official) yaitu berupa eksekutif dan legislatif; 2.)
Aparatur yang ditunjuk (appointed official), sebagai asisten birokrat biasanya menjadi
kunci dasar dan central figure dalam proses kebijakan atau subsistem kebijakan;
3.)Kelompok-kelompok kepentingan ( interest group), Pemerintah dan politikus
seringkali membutuhkan informasi yang disajikan oleh kelompok-kelompok
kepentingan guna efektivitas pembuatan kebijakan atau untuk menyerang oposisi
mereka; 4.) Organisasi-organisasi penelitian (research organization), berupa
Universitas, kelompok ahli atau konsultan kebijakan; 5.) Media massa ( mass media ),
sebagai jaringan hubungan yang krusial diantara Negara dan masyarakat sebagai
media sosialisasi dan komunikasi melaporkan permasalahan yang dikombinasikan
antara peran reporter dengan peran analis aktif sebagai advokasi solusi.
1. 2 Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas antara lain:
1. Aktor-aktor kebijakan publik
2. Kebijakan publik
3. Bagian-bagian yang mencakup dalam pembahasan aktor-aktor kebijakan publik
dalam pemerintahan.
1. 3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 4
yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Siapa saja aktor-aktor kebijakan publik?
b. Apa saja model formulasi kebijakan publik?
c. Apa saja tahap perumusan kebijakan
publik?
d. Bagaimana Evaluasi Kebijakan publik?
1. 4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Mengetahui siapa saja aktor-aktor kebijakan publik
1.4.2 Mendeskripsikan apa saja model formulasi kebijakan publik
1.4.3 Mendeskripsikan tahap perumusan kebijakan publik
1.4.4 Menjelaskan evaluasi kebijakan publik
1. 5 Manfaat Penulisan
Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama kepada
mahasiswa itu sendiri dan lingkungan sekitar.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN METEDOLOGI PENULISAN
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 5
2.1 Kajian Teori
2.1.2 Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Thomas Dye (1981) adalah “apapun pilihan pemerintah untuk
melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever goverments choose to do or
not to do). Pengertian ini mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik dibuat oleh
badan pemerintah, bukan organisasi swasta, (2) kebijakan publik menyangkut pilihan
yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh instansi pemerintah.” ( Adisasmita,
113:2011) .
James Anderson mengatakan bahwa kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai
maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau
persoalan. Konsep kebijakan ini dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa
yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain
itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang merupakan pilihan di
antara berbagai alternatif yang ada (Winarno, 21:2012).
BAB III
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 6
PEMBAHASAN
Mereka ini menurut Anderson terdiri atas legislatif; eksekutif; badan administratif;
serta pengadilan. Legislatif merujuk kepada anggota kongres/dewan yang seringkali
dibantu oleh para staffnya. Adapun eksekutif merujuk kepada Presiden dan jajaran
kabinetnya. Sementara itu, badan administratif menurut Anderson merujuk kepada
lembaga-lembaga pelaksana kebijakan. Di pihak lain menurut Anderson, Pengadilan
juga merupakan aktor yang memainkan peran besar dalam perumusan kebijakan
melalui kewenangan mereka untuk mereview kebijakan serta penafsiran mereka
terhadap undang-undang dasar. Dengan kewenangan ini, keputusan pengadilan bisa
mempengaruhi isi dan bentuk dari sebuah kebijakan publik.
Secara umum aktor-aktor atau yang terlibat dalam proses formulasi kebijakan dibagi
dalam dua katagori besar yakni :
1. Aktor Inside Government
Aktor inside government pada umumnya meliputi:
a. Eksekutif (Presiden; Staf Penasihat Presiden; para Menteri, para Kepala Daerah)
yang umumnya merupakan jabatan politis.
b. Anggota-anggota dari badan perwakilan rakyat (Lembaga Legislatif).
c. Badan dan orang-orang Yudikatif secara parsial
d. Birokrasi.
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 7
2. Aktor Outside Government
Aktor outside government pada umumnya meliputi:
a. Kelompok-kelompok kepentingan (interest groups) yang bisa berwujud LSM
(NGO). Kelompok/ikatan profesional, kelompok bisnis, perserikatan buruh, bahkan
organisasi atau lembaga keagamaan.
b. Akademisi, peneliti dan konsultan, pihak swasta (perusahaan yang memberikan
layanan sesuai permintaan pemerintah).
c. Politisi.
d. Media massa.
e. Opini publik.
f. Kelompok sasaran kebijakan (beneficiaries).
g. Lembaga-lembaga donor (diantaranya adalah Bank Dunia, IMF).
Hubungan antar aktor ini bisa bersifat horizontal (layers), vertikal (levels), maupun
antar lembaga (locus-loci). Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak
aktor (layers, levels, loci) yang terlibat dalam formulasi sebuah kebijakan, maka akan
semakin sulit pula kebijakan tersebut diimplementasikan dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Hal ini mudah dipahami karena semakin banyak aktor yang terlibat, maka
akan semakin banyak pula biaya koordinasi yang dibutuhkan, semakin banyak pula
kepentingan yang bersaing untuk didahulukan, belum lagi masalah kewenangan dan
tanggung jawab antar aktor yang mesti diperjelas terlebih dahulu.
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 8
Model perumusan kebijakan publik merupakan pengambilan keputusan dari berbagai
alternatif. Dalam pengambilan keputusan biasanya mempertimbangkan antara untung
rugi dan keefisiennya suatu kebijakan (model rasional kompreherensif). Dalam model
perumusan kebijakan publik dalam proses ini faktor aktor akan melakukan
pendefinisian suatu masalah (input) kemudian di konvertasi untuk dibuat kebijakan
yang pas dan hasil dari input dan konversi adalah output yang berupa kebijakan.
Namun dalam prosis input koversi dan output faktor lingkungan sebagai penerima
kebijakan berpengaruh cukup besar. Karena nantinya setelah kebijakan dibuat dan
ditolak oleh lingkungan penerima. kebijakan maka akan diproses kembali untuk
dibuat model kebijakan yang baru, yang sesuai dengan lingkungan penerima
kebijakan.
Di lingkungan para pembelajar perumusan kebijakan publik terdapat sejumlah model.
Dye (1992:20) merumuskan model-model secara lengkap dalam sembilan model
formulasi kebijakan yaitu :
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 9
Pendekatan kelembagaan (institutionalism) merupakan salah satu perhatian ilmu politik
yang tertua. Kehidupan politik umumnya berkisar pada lembaga pemerintah seperti:
legislatif, eksekutif, pengadilan dan partai politik; lebih jauh lagi kebijakan publik
awalnya berdasarkan kewenangannya ditentukan dan dilaksanakan oleh lembaga
pemerintah. Tidak mengherankan kemudian bila ilmuan politik banyak mencurahkan
perhatian pada pendekatan ini. Secara tradisional pendekatan kelembagaan
menitikberatkan pada penjelasan lembaga pemerintah dengan aspek yang lebih formal
dan legal. Yang meliputi organisasi formal, kekuasaan legal, aturan prosedural, dan
fungsi atau aktivitasnya. Hubungan formal dengan lembaga lainnya juga menjadi titik
berat dari pendekatan kelembagaan. Salah satu kelemahan dari pendekatan ini adalah
terabaikannya masalah-masalah lingkungan di mana kebijakan itu diterapkan.
Dalam model kelembagaan, kebijakan dianggap sebagai hasil dari lembaga-lembaga
pemerintah (parlemen, kepresidenan, kehakiman, pemerintah daerah dan sebagainya)
yang meliputi proses-proses perumusan, pelaksanaan dan pemaksaan secara otoritatif
oleh lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Karakteristik kebijakan model
kelembagaan ini meliputi:
a. Pemerintah memberikan legitimasi terhadap kebijaksanaan yang akan ditempuhnya,
sedangkan rakyat sebagai penerima kebijakan tersebut
c. Perumusan proposal
d. Legitimasi kebijakan
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 10
e. Implementasi kebijakan
f. Evaluasi kebijakan.
5. Model Rasional
Dalam teori ini gagasan yang dikedepankan adalah kebijakan publik sebagai maximum
social gain yang berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memilih
kebijakan yang memberi manfaat optimum bagi masyarakat. Tidak dipungkiri, model
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 11
ini adalah model yang paling banyak diikuti dalam praktek formulasi kebijakan publik
di seluruh dunia.
Model ini mengatakan bahwa proses formulasi kebijakan haruslah didasarkan pada
keputusan yang sudah diperhitungkan rasionalitasnya. Dengan kata lain, model ini lebih
menekankan pada aspek efisiensi atau aspek ekonomis. Cara-cara formulasi kebijakan
disusun dalam urutan (Winarno, 2002:75):
a. Mengetahui preferensi publik dan kecenderungannya
b. Menemukan plihan-pilihan
Apabila dirunut, kebijakan ini merupakan model ideal dalam formulasi kebijakan,
dalam arti mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas kebijakan. Studi-studi kebijakan
biasanya memberikan fokus kepada tingkat efisiensi dan keefektifan kebijakan.
6. Model Incremental
Model Inkrementalis pada dasarnya merupakan kritik terhadap model rasional.
Dikatakannya, para pembuat kebijakan tidak pernah melakukan proses seperti yang
disyaratkan oleh pendekatan rasional karena mereka tidak memiliki cukup waktu,
intelektual maupun biaya, ada kekhawatiran muncul dampak yang tidak diinginkan
akibat kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya, adanya hasil-hasil dari
kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan, dan menghindari konflik (Winarno,
2002:77-78). Kebijakan seperti ini dapat dilihat pada kebijakan pemerintah hari ini
untuk mengambil alih begitu saja kebijakan-kebijakan di masa lalu, seperti kebijakan
desentralisasi, kepartaian, rekapitalisasi kebijakan PPN dan lain-lain.
Pada model ini para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan
secara konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. karena beberapa alasan,
yaitu:
a. Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian terhadap nilai-
nilai sosial masyarakat yang merupakan landasan bagi perumusan tujuan kebijakan
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 12
b. Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tidak diinginkan
sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya
Inti dari teori permainan yang terpenting adalah untuk mengakomodasi kenyataan
paling riil, bahwa setiap negara, setiap pemerintah, setiap masyarakat tidak hidup dalam
vakum. Ketika kita mengambil keputusan, maka lingkungan tidak pasif, melainkan
membuat keputusan yang bisa menurunkan keefektifan keputusan kita. Di sini teori
permainan memberikan konstribusi yang paling optimal.
Pada intinya, setiap kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah harus merupakan pilihan
dari publik yang menjadi pengguna (benifisiaris atau customer dalam konsep bisnis).
Proses formulasi kebijakan publik dengan demikian melibatkan publik melalui kelompok-
kelompok kepentingan. Secara umum, ini adalah konsep formulasi kebijakan publik yang
paling demokratis karena memberi ruang yang luas kepada publik untuk
mengkonstribusikan pilihan-pilihannya kepada pemerintah sebelum diambil keputusan.
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 13
Sebuah pemikiran yang dilandasi gagas Jhon Locke bahwa, pemerintah adalah sebuah
lembaga yang muncul dari kontrak sosial diantara individu-individu warga masyarakat.
Dalam pendekatan ini dikenal tiga komponen: input, proses, dan output. Kelemahan dari
pendekatan ini adalah terpusatnya perhatian pada tindakan-tindakan yang dilakukan
pemerintah, dan pada akhirnya kita kehilangan perhatian pada apa yang tidak pernah
dilakukan pemerintah. Formulasi kebijakan publik dengan model sistem mengandaikan
bahwa kebijakan merupakan hasil atau output dari sistem (politik).
Para ahli yang termasuk kedalam kubu yang pertama, melihat kebijakan publik dalam
tiga lingkungan, yakni perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penilaian
kebijakan. Dengan kata lain, menurut kubu ini kebijakan publik secara ringkas dapat
dipandang sebagai proses perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan. Ini berarti
bahwa kebijakan publik adalah serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan
kepada pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan dan cara-cara untuk
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 14
mencapai tujuan tersebut. Sedangkan kubu kedua lebih melihat kabijakan publik
terdiri dari rangkaian keputusan dan tindakan. Oleh karena itu proposisi yang
menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan kebijakan yang
dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah
harus mendapat perhatian sebaik-baiknya agar bisa membedakan kebijakan publik
dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain, seperti misalnya kebijakan yang
dikeluarkan oleh pihak swasta.
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 15
4. Implementasi Kebijakan
5. Evaluasi Kebijakan
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 16
5. Tahap Evaluasi Kebijakan
Tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat
sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan
publik pada dasarnya dibuat untuk merahi dampak yang diinginkan. Dalam hal ini,
untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu,
ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai
apakah kebijakan publik telah meraih
dampak yang diinginkan. Istilah kebijakan dalam kehidupan sehari-hari Istilah
kebijakan dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk menunjuk suatu
kegiatan yang mempunyai maksud berbeda. Para ahli mengembangkan berbagai
macam definisi untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebijakan dan
kebijakan publik. Masing-masing definisi memberikan penekanan yang berbeda-beda,
namun definisi yang dianggap lebih tepat adalah suatu definisi yang menekankan
tidak hanya pada apa yang diusulkan pemerintah, tetapi juga mencakup pula arah
tindakan atau apa yang dilakukan oleh pemerintah.
Sementara itu, para ilmuwan dalam mengkaji kebijakan publik dapat menempatkan
ilmu politik sebagai ilmu yang bebas nilai atau sebaliknya, ia dapat terlibat aktif
dalam memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Sehingga tidak bebas nilai. Sisi
lain, perhatian para ilmuwan politik semakin besar. Hal ini ditunjukan oleh banyaknya
tulisan dan studi menyangkut kebijakan publik. Area yang dapat dikaji dalam
kebijakan publik semakin luas meliputi keseluruhan tahap dalam pembuatan
kebijakan, seperti dalam tahap agenda kebijakan, perumusan kebijakan, hingga
evaluasi kebijakan (dalam Winarno, 22:2012).
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 17
Tujuan evaluasi kebijakan publik adalah untuk menilai pelaksanaan kebijakann
sampai sekarang ini dan membuat rekomendasi untuk perbaikan instrumen, desain
dan implementasi program-program secara konsisten dan bersifat keseluruhan
(Adisasmita, 115:2011)
Bingham dan Felbinger, Howlet dan Ramesh (1995) dalam Nugroho (2011, 676-677)
mengelompokkan evaluasi menjadi tiga, yaitu:
a. Evaluasi administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi administratif-anggaran,
efisiensi, biaya-dari proses kebijakan di dalam pemerintah yang berkenaan dengan:
1) effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang dikembangkan oleh
kebijakan
2) performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari program yang
dikembangkan oleh kebijakan
3) adequacy of performance evaluation atau effectiveness evaluation, yang menilai
apakah program dijalankan sebagaimana yang sudah ditetapkan
4) efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan memberikan penilaian
tentang keefektifan biaya tersebut
5) process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan oleh organisasi untuk
melaksanakan program
b. Evaluasi judicial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan hukum
tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk kemungkinan pelanggaran terhadap
konstitusi, sistem hukum, etika, aturan administrasi negara, hingga hak asasi manusia.
c. Evaluasi politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen politik terhadap
kebijakan publik yang diimplementasikan.
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setiap kebijakan tidak lepas dari peran berbagai aktor, Aktor dalam kebijakan
dapat berarti individu-individu atau kelompok-kelompok, dimana para pelaku ini
terlibat dalam kondisi tertentu sebagai suatu subsistem kebijakan.
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 19
DAFTAR PUSTAKA
*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 20