Vous êtes sur la page 1sur 3

“Yang penting itu the journey not the destination, gitu kan?

” waktu itu Cinta menimpali


penjelasan singkat Rangga persoalan arti dari sebuah perjalanan atau travelling bagi Rangga di
film AADC 2 yang rilis 2016 lalu. Saya mengamini apa kata Rangga kali ini, jika perihal travelling
letak keseruannya ada di tiap-tiap perjalanan bukan hanya pada tujuan perjalanan semata.

Salah satu hal yang saya nanti tiap kisahnya dalam travelling adalah dengan siapa saya pergi dan
cerita saya dengan transportasi yang saya gunakan. Bahkan kadang dalam beberapa keadaan,
saya sangat menikmati dan merasa senang ketika berada dalam kendaraan yang saya tumpangi
dan sempat tak rela jika harus sampai pada tujuan perjalanan saya.

Kali ini saya akan bercerita tentang salah satu perjalanan saya dengan Kapal ferry dan bagaimana
saya menikmati mengarungi selat Bali menggunakan Kapal ferry.

Pagi 6 Mei lalu saya bersama kedua lelaki teman saya sedang penat-penatnya. Semester akhir
dan bayangan lulus tepat waktu atau extend beberapa semester lagi membuat saya ingin kabur.
Sehingga muncul sebua rencana melakukan short travelling tak sampai 24 jam menuju Pulau Bali.
Kami memulai perjalanan dengan naik kereta api jurusan Jember- Banyuwangi, setelah tiba lalu
berjalan menuju Pelabuhan Ketapang yang jaraknya kurang lebih 1 km dari Stasiun Banyuwangi
Baru.

Salah satu hal yang selalu saya rindukan adalah naik kapal ferry dengan suara mesin yang beradu
pada debur ombak. Sudah beberapa kali saya naik kapal ferry yang dikelola salah satu BUMN PT.
ASDP Indonesia Ferry. Setiap naik kapal saya mendapatkan sebuah rasa seperti anak kecil yang
mendapatkan mainan baru, sangat gembira. Yang saya ingat pertama kali saya naik kapal ferry
adalah pada tahun 2012 saat study tour SMA dengan tujuan perjalanan yang sama dan yang
terakhir, yang saya pilih ceritakan kali ini.

Short travelling kala itu juga low budget, cocok bagi pembaca yang mungkin ingin ‘kabur’ dengan
membawa duit ngepas, waktu itu kami bertiga menyaggupi tantangan hanya menghabiskan uang
Rp. 50.000 saja, include uang makan dan ngopi loh. Dan nyatanya berakhir berhasil kok, hehe.

Oiya, tentu saja bisa low budget karena tiket penyebrangan Kapal ferry dari Pelabuhan Ketapang
menuju Pelabuhan Gilimanuk hanya Rp. 6.500 saja. See? Murah sekali dari pada kami harus
berenang sendiri di Selat Bali hehe. Saya rasa memang untuk masalah harga, menggunakan
fasilitas transportasi via laut ASDP Indonesia Ferry ini dapat meminimalisir over budget, karena
harga terjangkau dan masih wajar untuk kantong.

FYI, kalau memilih untuk jalan menuju kapal, hal pertama yang kudu dilakukan adalah menuju
bagian ticketing di Pelabuhan. Waktu itu saya mengisi sebuah form kertas kecil seukuran KTP
yang berisi nama, nomor identitas yang digunakan. Seperti gambar ini nih. Dan kemudian
melakukan pembayaran.

Setelah melakukan pembayaran, saya di beri e-ticket yang fungsinya untuk masuk melalui gate
pelabuhan dan e-ticket akan di serahkan saat bertemu petugas kapal ferry di pintu kapal. Nah
ada dua jalur yang dapat dilewati menuju kapal, yang pertama bisa lewat jalan biasa seperti ini.

Dan yang kedua bisa memilih melewati fly over. Biasanya tergantung timing kapal yang akan
berangkat juga sih, jadi kita akan tahu jalur yang mana yang lebih tepat. Salah satu hal menarik
bagi saya saat melewati fly over adalah melihat dari atas para pencari koin yang berenang
sekaligus berseru pada kami untuk melemparkan koin kepada mereka. Bahagia dari tawa mereka
yang terdengar cepat menular pada kami saat itu. Ah sehat selalu ya kalian.

Ada baiknya berdoa terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan. Oiya, perjalanan bisa
memakan waktu setengah jam hingga sejam, tergantung seberapa besar ombak. Nah ada
beberapa spot yang bisa di pilih sebagai tempat ternyaman saat di atas kapal. Beberapa ada di
deck samping kapal, bagian rooftop kapal atau bisa juga memilih bersantai di bagian kabin atau
dalam kapal yang biasanya digunakan untuk nonton TV atau karaoke. Semua tergantung selera
setiap orang ketika menikmati perjalanan.

Selain itu juga terdapat beberapa penyedia makanan dan minuman yang bisa diandalkan saat
kelaparan saat perjalanan, kalau saya biasanya sih pesan kopi panas diseruput pelan-pelan sambil
menikmati air laut yang berwarna biru. Sebuah kebahagiaan sederhana yang dapat membuat
mood saya yang selalu tak beraturan menjadi tenang, sangat spesial.
Perjalanan kali itu sangat menyenangkan, kami bercanda menikmati pergantian waktu dari WIB
ke WITA dengan pemandangan beberapa kapal yang juga menyeberang. Mereka berdua partner
jalan yang asik, kami memilih menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda jokes receh.

Sebelum saya lupa menyampaikan, yang saya ingat. Fasilitas kapal ferry milik ASDP Indonesia
Ferry sangat berbeda dari 6 tahun lalu saat pertama kali pengalaman saya naik kapal ferry. Mulai
dari kebersihan kapal, toilet dan juga kenyamanan tempat duduk oiya ada juga tempat charger.
Jadi sumpah, rasanya 6,5 ribu yang biasanya buat beli cilok ternyata bisa untuk menikmati satu
jam perjalanan naik kapal ferry yang sangat mengasyikkan.

Waktu itu setelah kami sampai di Pelabuhan Gilimanuk, kami menghabiskan waktu di Bali untuk
bersenang-senang meski tak sampai pergi ke Denpasar. Sore itu kemudian kami kembali lagi
menuju Pelabuhan Gilimanuk untuk pulang menuju Pelabuhan Ketapang.

Spot yang paling saya suka adalah di deck atas kapal. Saya bebas melihat seluruh landscape dari
laut, kapal-kapal yang lain, mengintip ruangan khusus nahkoda dan gunung yang belakangan
saya ketahui adalah Gunung Raung. Kami memilih waktu pulang di saat sore, saat senja.

Tidak ada lensa terbaik selain lensa mata yang saya dan kamu miliki. Perpaduan laut, suara
ombak, mesin kapal, riuh penumpang dan matahari terbenam adalah satu paket yang sangat
sempurna untuk menghabiskan sore saya. Atau jika malam hari seperti tempo dulu, saya bisa
menyaksikan beberapa rasi bintang di atas kepala saya dan ditemani angin laut yang dingin tapi
bikin ketagihan.

Singkatnya naik kapal ferry merupakan definisi kebahagiaan kecil bagi saya pribadi.
#AsyiknyaNaikFerry sehingga saya tidak akan kapok melakukan perjalanan serupa seperti itu lagi
meski berkali-kali. Dan saya jadi semakin tidak sabar melakukan perjalanan yang lain, perjalanan
lebih jauh yang menahan diri saya selama berhari-hari di atas lautan bersama kapal ferry.

Sebuah perjalanan bagi saya selalu memberikan kesan masing-masing. Semakin lama berada
dalam sebuah perjalanan, saya rasa akan memberikansediki

Vous aimerez peut-être aussi