Vous êtes sur la page 1sur 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP


MELALUI STRATEGI REACT

Anna Fauziah
Kopertis Wilayah II Dpk STKIP PGRI Lubuklinggau
Email: annafauziah21@yahoo.com

Abstract: Improving Junior High School Students’ Understanding and Ability of Mathematical
Problem Solving Through REACT Strategies. This study aims at increasing understanding and problem
solving ability of the students through REACT strategies. The randomized control group pretest-postest
design was applied in this study. The population of this study was one of the state schools in Bandung. The
data were collected through tests of mathematical understanding and mathematical problem-solving,
attitude scales, student activity sheets and teacher observation. The data were analyzed quantitatively. The
results showed that: (1) students who learned through REACT strategy got better score than who did not,
(2) there was a significant relationship between comprehension and problem solving ability in the
experimental class, and (3) students demonstrated positive response to learning through REACT strategy.

Abstrak: Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP
Melalui Strategi REACT. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan
pemecahan masalah matematika siswa melalui strategi REACT. Desain penelitian ini adalah randomized
pretest-postest control group design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII dari satu sekolah negeri
di Bandung. Instrumen yang digunakan adalah tes pemahaman dan tes pemecahan masalah matematika,
skala sikap dan lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) siswa yang memperoleh pembelajaran melalui strategi REACT
mengalami peningkatan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa;
(2) terdapat keterkaitan yang signifikan antara kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah di kelas
eksperimen, dan (3) siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran melalui strategi
REACT.

Kata kunci: Strategi REACT, pemecahan masalah matematika

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan matematika harus dipelajari siswa pada setiap
teknologi sangat pesat terutama dalam bidang jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar
telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat sampai perguruan tinggi.
dari kemajuan teknologi komunikasi dan National Council of Teachers of
informasi tersebut, arus informasi datang dari Mathematics atau NCTM (2000), menyatakan
berbagai penjuru dunia secara cepat sehingga bahwa standar matematika sekolah haruslah
untuk tampil unggul pada keadaan yang mudah meliputi standar isi dan standar proses.
berubah dan kompetitif tersebut, diperlukan Standar proses meliputi pemecahan masalah,
kemampuan memperoleh, memilih dan penalaran dan pembuktian, keterkaitan,
mengelola informasi, kemampuan untuk dapat komunikasi, dan representasi. Sumarmo (2005)
berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, menyatakan bahwa kemampuan-kemampuan itu
dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara disebut dengan daya matematik (mathematical
efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat power) atau keterampilan bermatematika (doing
dikembangkan melalui proses pembelajaran math). Salah satu doing math yang erat kaitannya
matematika karena matematika memiliki struktur dengan karakteristik matematika adalah
dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar kemampuan pemecahan masalah. Sumarmo
konsepnya sehingga memungkinkan siapapun (1994) menyatakan bahwa pemecahan masalah
yang mempelajarinya terampil berpikir rasional. merupakan hal yang sangat penting sehingga
Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa menjadi tujuan umum pengajaran matematika

1
2 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 30, NOMOR 1, JUNI 2010

bahkan sebagai jantungnya matematika. Proses dengan metode ceramah dan ekspositori. Pada
berpikir dalam pemecahan masalah memerlukan kondisi seperti itu, kesempatan siswa untuk
kemampuan mengorganisasikan strategi. Hal ini menemukan dan membangun pengetahuannya
akan melatih orang berpikir kritis, logis, kreatif sendiri tidak ada. Sebagian besar siswa tampak
yang sangat diperlukan dalam menghadapi mengerti dengan baik setiap penjelasan atau
perkembangan masyarakat (Sumarmo, 1994). informasi dari guru, siswa jarang mengajukan
Kemampuan pemecahan masalah ini erat pertanyaan pada guru sehingga guru aktif sendiri
kaitannya dengan komponen pemahaman siswa menjelaskan apa yang telah disiapkannya. Siswa
dalam bermatematika. Polya (dalam Ahmad, hanya menerima saja apa yang telah disiapkan
2005) menyatakan bahwa tahapan pertama dalam oleh guru.
memecahkan masalah matematika adalah Berdasarkan fenomena di atas kemudian
memahami masalah matematika itu sendiri. muncul pertanyaan, metode, pendekatan atau
Kaitan antara kemampuan pemahaman dengan strategi seperti apa yang dapat melatih
pemecahan masalah dapat dipertegas bahwa, jika kemampuan siswa dalam memecahkan masalah,
seseorang telah memiliki kemampuan melibatkan aktivitas siswa secara optimal, dan
pemahaman terhadap konsep-konsep membuat pembelajaran matematika menjadi
matematika, maka ia mampu menggunakannya lebih bermakna dan menyenangkan. Salah satu
untuk memecahkan masalah. Sebaliknya, jika bentuk pembelajaran alternatif yang dirancang
seseorang dapat memecahkan suatu masalah, sedemikian rupa sehingga mencerminkan
maka orang tersebut harus memiliki kemampuan keterlibatan siswa secara aktif adalah melalui
pemahaman terhadap konsep-konsep matematika strategi REACT (relating, experiencing,
yang telah dipelajari sebelumnya. applying, cooperating, transferring). Strategi ini
Kenyataan di lapangan menunjukkan merupakan strategi pembelajaran dengan
bahwa kemampuan pemecahan masalah pendekatan kontekstual.
matematika siswa, khususnya siswa SMP, masih Pendekatan kontekstual adalah suatu
rendah. Laporan TIMMS tahun 1999 (Herman, pendekatan yang memungkinkan terjadinya
2006) menunjukkan kemampuan ssiswa SMP proses belajar dan di dalamnya siswa
relatif lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal dimungkinkan menerapkan pemahaman serta
tentang fakta dan prosedur, akan tetapi sangat kemampuan akademik siswa dalam berbagai
lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin variasi konteks, di dalam maupun di luar kelas,
yang berkaitan dengan jastifikasi atau untuk menyelesaikan permasalahan nyata atau
pembuktian, pemecahan masalah yang yang disimulasikan, baik secara sendiri-sendiri
memerlukan penalaran matematika, menemukan maupun berkelompok (Suryadi, 2007). Proses
generalisasi atau konjektur, dan menemukan belajar yang diciptakan melalui pendekatan ini
hubungan antara data-data atau fakta yang secara umum bercirikan beberapa hal berikut :
diberikan. berbasis masalah, self-regulated, muncul dalam
Hasil survey IMSTEP-JICA pada tahun berbagai variasi konteks, melibatkan kelompok
1999 (Herman,2006) di kota Bandung juga belajar, dan responsif terhadap perbedaan
menyatakan bahwa salah satu penyebab kebutuhan serta minat siswa. Aktivitas yang
rendahnya kualitas pemahaman matematika diciptakan memuat strategi yang dapat
siswa di SMP karena dalam proses pembelajaran membantu siswa membuat kaitan dengan peran
matematika umumnya terlalu berkonsentrasi dan tanggungjawab mereka sebagai anggota
pada latihan soal yang lebih bersifat prosedural keluarga, warga negara, siswa sendiri dan
dan mekanistik daripada pengertian. Dalam sebagai pekerja (Suryadi, 2007).
kegiatan pembelajaran, guru biasanya Strategi REACT merupakan strategi
menjelaskan konsep secara informatif, pembelajaran kontekstual terdiri dari lima
memberikan contoh soal, dan memberikan soal- strategi yang harus tampak yaitu: (1) Relating
soal latihan. Hal ini juga diperkuat oleh (mengaitkan), (2) Experiencing (mengalami), (3)
Wahyuddin (1999) yang menemukan bahwa Applying (menerapkan), (4) Cooperating
guru matematika pada umumnya mengajar (bekerjasama), (5) Transferring (mentransfer)
Fauziah, Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematika melalui strategi REACT 3

(Cord, 1999). Relating (mengaitkan) adalah berikut : (1) Menelaah peningkatan kemampuan
belajar dalam konteks pengalaman kehidupan pemahaman matematik siswa yang mengikuti
nyata atau pengetahuan yang sebelumnya. pembelajaran melalui strategi REACT dan siswa
Experiencing (mengalami) merupakan strategi yang mengikuti pembelajaran biasa, (2)
belajar dengan belajar melalui explorasi, Menelaah peningkatan kemampuan pemecahan
penemuan dan penciptaan. Berbagai pengalaman masalah matematik siswa yang mengikuti
dalam kelas dapat mencakup penggunaan pembelajaran melalui strategi REACT dan siswa
manipulatif, aktivitas pemecahan masalah dan yang mengikuti pembelajaran biasa, (3)
laboratorium. Applying (menerapkan) adalah Menelaah kualitas peningkatan kemampuan
belajar dengan menempatkan konsep-konsep pemahaman dan pemecahan masalah matematik
untuk digunakan, dengan memberikan latihan- siswa yang mengikuti pembelajaran melalui
latihan yang realistik dan relevan. Cooperating strategi REACT, (4) Menelaah keterkaitan antara
(bekerjasama) adalah belajar dalam konteks pemahaman matematik dan pemecahan masalah
sharing, merespon dan berkomunikasi dengan matematik, (5) Mendeskripsikan pandangan
para pemelajar lainnya. Kemudian Transferring siswa terhadap penerapan pembelajaran melalui
(mentransfer) adalah belajar dengan strategi REACT dan soal-soal pemahaman dan
menggunakan pengetahuan dalam konteks baru. pemecahan masalah.
Selain kemampuan pemahaman dan Penelitian ini diharapkan memberikan
pemecahan masalah, sikap positif siswa terhadap masukan bagi kegiatan pembelajaran di kelas,
matematika dan proses pembelajarannya juga khususnya dalam usaha meningkatkan
perlu diperhatikan. Hal ini penting karena sikap kemampuan pemahaman dan pemecahan
positif siswa terhadap matematika berkorelasi masalah matematik siswa. Masukan-masukan itu
positif dengan prestasi belajar matematika diantaranya adalah : (a) memberi informasi
(Ruseffendi, 1991). Sikap siswa terhadap mengenai pengaruh penerapan pembelajaran
matematika erat kaitannya dengan minat siswa matematika melalui strategi REACT terhadap
terhadap matematika, maka ia akan dapat peningkatan kemampuan pemahaman dan
mengikuti proses pembelajarannya dengan baik pemecahan masalah matematik siswa, (b) jika
dan suka mengerjakan tugas-tugas matematika. ternyata pengaruh tersebut positif maka metode
Adapun masalah dalam penelitian ini ini dapat dijadikan salah satu metode
adalah sebagai berikut : (1) Apakah peningkatan pembelajaran yang digunakan dalam
kemampuan pemahaman matematik siswa yang pembelajaran matematika, dan (c) bagi siswa,
mengikuti pembelajaran melalui strategi REACT pembelajaran melalui strategi REACT
lebih baik daripada siswa yang mengikuti merupakan pengalaman baru dalam belajar
pembelajaran biasa?, (2) Apakah peningkatan matematika sehingga diharapkan dapat
kemampuan pemecahan masalah matematik menambah wawasan mereka untuk lebih
siswa yang mengikuti pembelajaran melalui memahami materi-materi dalam matematika, dan
strategi REACT lebih baik daripada siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
mengikuti pembelajaran biasa?, (3) tingginya.
Bagaimanakah kualitas peningkatan kemampuan Berikut ini adalah beberapa istilah yang
pemahaman dan pemecahan masalah matematik didefinisikan secara operasional dengan tujuan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan agar memperoleh persamaan persepsi mengenai
strategi REACT?, (4) Apakah terdapat konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian
keterkaitan/hubungan yang signifikan antara ini. Beberapa istilah yang digunakan dalam
kemampuan pemahaman dan kemampuan penelitian ini adalah :
pemecahan masalah matematik?, (5) 1. Kemampuan pemahaman matematik
Bagaimanakah sikap siswa terhadap Kemampuan pemahaman matematik dalam
pembelajaran menggunakan strategi REACT, penelitian ini adalah kemampuan pemahaman
soal-soal pemahaman matematik, dan soal-soal menurut Skemp yaitu (1) pemahaman
pemecahan masalah matematik?. Tujuan yang instrumental dimana siswa mampu menghapal
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus dalam
4 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 30, NOMOR 1, JUNI 2010

perhitungan sederhana dan mengerjakan melalui strategi REACT lebih baik daripada
pehitungan secara algoritmik; (2) pemahaman siswa yang mengikuti pembelajaran secara biasa.
relasional, dimana siswa mampu mengaitkan HA2: Peningkatan kemampuan pemecahan
sesuatu dengan hal lainnya secara benar serta masalah matematik siswa yang mengikuti
menyadari prosesnya. pembelajaran melalui strategi REACT lebih baik
2. Kemampuan pemecahan masalah matematik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
Kemampuan pemecahan masalah matematik secara biasa.
dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa HA3: Terdapat keterkaitan/hubungan antara
dalam menyelesaikan soal matematik kemampuan pemahaman matematik dan
berdasarkan langkah-langkah penyelesaian kemampuan pemecahan masalah matematika.
masalah matematik menurut Polya, yaitu : (1)
memahami persoalan, (2) membuat rencana
penyelesaian, (3) menjalankan rencana, (4) METODOLOGI PENELITIAN
melihat kembali apa yang telah dilakukan.
3. Pembelajaran melalui strategi REACT Penelitian ini menggunakan pendekatan
Pembelajaran strategi REACT yang dimaksud eksperimen dengan penelitian dalam bentuk
disini adalah strategi pembelajaran kontekstual randomized pretest-posttest Control Group
yang mencakup relating, experiencing, applying, Design, yaitu desain kelompok kontrol pretes-
cooperating dan transferring. Relating postes yang melibatkan dua kelompok dan
(mengaitkan) adalah belajar dalam konteks pengambilan sampel dilakukan secara acak kelas.
pengalaman kehidupan nyata atau pengetahuan Sedangkan pemilihan sekolah dilakukan dengan
yang sebelumnya. Experiencing (mengalami) purposive sampling.
merupakan strategi belajar melalui explorasi, Desain penelitian ini digambarkan sebagai
penemuan dan penciptaan. Berbagai pengalaman berikut :
dalam kelas dapat mencakup penggunaan A O X O
kegiatan manipulatif, aktivitas pemecahan A O O
masalah dan laboratorium. Applying Keterangan :
(menerapkan) adalah belajar dengan
menempatkan konsep-konsep untuk digunakan, A: Acak terhadap kelas
dengan memberikan latihan-latihan yang realistik O: Pretes dan postes (tes kemampuan
dan relevan. Cooperating (bekerjasama) adalah pemahaman dan pemecahan masalah
belajar dalam konteks sharing, merespon dan matematik )
berkomunikasi dengan para pemelajar lainnya. X : Pembelajaran matemátika dengan strategi
Kemudian Transferring (mentransfer) adalah REACT
belajar dengan menggunakan pengetahuan dalam
yang konteks baru. Dalam penelitian ini yang menjadi objek
4. Peningkatan kemampuan pemahaman dan adalah pembelajaran dengan strategi REACT
pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah (sebagai variabel bebas) yang akan
nilai/skor gain ternormalisasi (N-Gain) yang mempengaruhi kemampuan pemahaman dan
dihitung dengan rumus Meltzer (2002) : pemecahan masalah matematik siswa (sebagai
variabel terikat). Populasi dalam penelitian ini
Postes pretes adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di Bandung
N - Gain dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa
Skormax pretes kelas VIII salah satu SMP N di Bandung. Dari
seluruh kelas VIII dipilih sebanyak 2 kelas.
Berdasarkan latar belakang masalah di Pemilihan dilakukan secara acak kelas, yaitu 1
atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : kelas untuk kelas esperimen dan 1 kelas kontrol.
HA1: Peningkatan kemampuan pemahaman Kelas eksperimen adalah kelas yang dikenakan
matematik siswa yang mengikuti pembelajaran pembelajaran dengan strategi REACT dan kelas
Fauziah, Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematika melalui strategi REACT 5

kontrol adalah kelas yang pembelajarannya pemecahan masalah matematik siswa dilakukan
secara biasa atau konvensional. dengan menggunakan daftar asosiasi
Penelitian ini menggunakan 3 macam kontingensi. Sedangkan data hasil skala sikap
instrumen yaitu tes uraian, untuk mengukur dianalisis dengan dua cara. Pertama, mencari
kemampuan pemahaman dan pemecahan rataan skor dari keseluruhan siswa. Hal ini
masalah matematik, lembar observasi untuk bertujuan untuk mengetahui letak sikap siswa
memperoleh gambaran secara langsung aktivitas secara umum terhadap pembelajaran yang
siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung dilakukan. Kedua, mencari rataan per item
dari awal hingga akhir pembelajaran dan skala pernyataan seluruh siswa. Dengan cara ini
sikap yang bertujuan mengetahui sikap siswa terungkap kecenderungan pilihan siswa per item
terhadap pembelajaran matematika dengan pernyataan, apakah merespon secara positif atau
strategi REACT. negatif.
Untuk menganalisis data, terlebih dahulu
dilakukan pengujian terhadap normalitas data
dan homogenitas variansi. Kemudian dilanjutkan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dengan pengujian perbedaan rata-rata untuk
melihat perbedaan peningkatan kemampuan Hasil Penelitian
pemahaman dan pemecahan masalah matematik
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk Setelah dilakukan pengolahan data skor pretes
mengetahui besarnya peningkatan kemampuan dan postes pada aspek pemahaman dan
pemahaman dan pemecahan masalah matematik, pemecahan masalah pada kelompok eksperimen
dilakukan analisis data hasil tes dengan rumus dan kontrol, diperoleh hasil yang dapat dilihat
gain ternormalisasi (indeks gain). Untuk menguji pada Tabel 1 dan Tabel 2.
keterkaitan antara kemampuan pemahaman dan

Tabel 1. Skor Tertinggi, Terendah, Rata-rata Skor dan Simpangan Baku Tes Kemampuan Pemahaman
Matematik

Kelompok Ekperimen Kelompok Kontrol Skor


Tes maks
N Xmin Xmaks x S N Xmin Xmaks x S ideal
Pretes 40 0 7,6 3.04 3,77 40 0 7.6 2,09 3,44 100

Postes 40 38 87,4 57,9 10,8 40 11,40 72,20 44,08 14,47 100

Tabel 2. Skor Tertinggi, Terendah, Rata-rata Skor dan Simpangan Baku Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika

Kelompok Ekperimen Kelompok Kontrol Skor


Tes maks
N Xmin Xmaks x S N Xmin Xmaks x S ideal
Pretes 40 0 4 0,90 1,3 40 0 8 2,35 1,91 100
Postes 40 8 30 18,4 5,2 40 2 16 8,5 3,73 100
6 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 30, NOMOR 1, JUNI 2010

Tabel 3. Uji Mann-Whitney Pretes Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik menurut
Kelompok Penelitian

Aspek Kelompok Mann- Asy.Sig


Kemampuan Whitney Z (2-tailed) Kesimpulan Keterangan
Pemahaman Eksperimen 700.000 -1,175 0,240 Terima Ho Tidak ada
Matematik Kontrol perbedaan
Pemecahan Eksperimen 438.000 -3,762 0,000 Tolak Ho Terdapat
Masalah Kontrol perbedaan

Skor tertinggi dan terendah pada pretes Sedangkan pada kemampuan pemecahan
kemampuan pemahaman matematik baik pada masalah, diperoleh hasil Asymp.Sig.(2-tailed)
kelompok eksperimen maupun kontrol memiliki sebesar 0,00 yang lebih kecil dari = 0,05
skor yang sama, akan tetapi skor rata-rata pretes sehingga Ho ditolak. Kesimpulannya nilai rata-rata
kemampuan pemahaman matematik kelompok pretes kemampuan pemecahan masalah pada
eksperimen lebih tinggi dibandingkan skor rata- kelompok eksperimen dan kelas kontrol berbeda
rata pada kelompok kontrol. Sedangkan skor secara signifikan.
tertinggi dan terendah pada postes kemampuan Dengan demikian dari hasil analisis data
pemahaman matematik kelompok eksperimen rata-rata pretes yang telah dilakukan, dapat
lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, disimpulkan bahwa kemampuan awal pemahaman
begitupula skor rata-rata pada postes matematik siswa pada kelompok eksperimen dan
kemampuan pemahaman matematik kelompok kelompok kontrol tidak berbeda sebelum diberikan
eksperimen lebih tinggi dibandingkan perlakuan. Sedangkan kemampuan awal
kelompok kontrol. pemecahan masalah matematik siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sebelum diberikan perlakuan berbeda secara
Kemampuan Awal Siswa signifikan.

Untuk mengetahui apakah perbedaan antara


skor rata-rata pretes siswa kelas eksperimen dan Analisis Skor Postes
kelas kontrol cukup signifikan atau tidak, maka
skor pretes diuji dengan menggunakan uji Berdasarkan hasil perhitungan pretes
perbedaan rata-rata. Setelah terlebih dahulu kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah
dilakukan uji normalitas dan homogenitas data matematik siswa, diketahui bahwa kemampuan
pada hasil pretes kemampuan pemahaman awal pemahaman matematik siswa pada kelompok
matematik dan pemecahan masalah matematik eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara
pada kelompok eksperimen dan kontrol, maka signifikan sedangkan kemampuan pemecahan
uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan masalah siswa pada kelompok eksperimen dan
menggunakan uji Mann-Whitney (Tabel 3). kontrol berbeda secara signifikan, sehingga hanya
Berdasarkan Tabel 3 diketahui hasil data postes kemampuan pemahaman saja yang
Asymp.Sig.(2-tailed) dari uji Mann-Whitney diuji perbedaan rata-ratanya untuk melihat ada atau
skor pretes kemampuan pemahaman adalah tidaknya perbedaan kemampuan akhir siswa.
0,240. Jika diambil =0,05 maka hasil Setelah terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
Asymp.Sig.(2-tailed)>0,05 sehingga Ho dan homogenitas data, maka uji perbedaan rata-
diterima. rata yang digunakan adalah uji t. Berikut hasil uji
Kesimpulannya nilai rata-rata pretes perbedaan rata-rata skor postes kemampuan
kemampuan pemahaman pada kelompok pemahaman matematika.
eksperimen dan kelompok kontrol sama.
Fauziah, Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematika melalui strategi REACT 7

Tabel 4. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Postes lebih baik dari siswa yang pembelajarannya
Kemampuan Pemahaman konvensional.

Kelom- thitung Asy.Sig Asy.Sig Kesim


pok (2-tailed) (1-tailed) pulan Peningkatan Kemampuan Pemahaman
Matematik Siswa
Ekspe- 4,819 0,00 0,00 Tolak
rimen Ho Untuk mengetahui bahwa peningkatan
Kon- kemampuan pemahaman matematik kelompok
eksprimen lebih baik dari kelompok kontrol,
trol
maka digunakan uji perbedaan rata-rata data
skor gain dengan menggunakan uji perbedaan
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh nilai
rata-rata. Setelah dilakukan uji normalitas dan
Asymp.Sig(1-tailed) untuk data postes
kemampuan pemahaman matematik sebesar homogenitas data, maka uji perbedaan rata-
0,00. Jika diambil =0,05 maka Asymp.Sig(1- rata yang digunakan adalah uji-t. Hasil uji
tailed) < sehingga Ho ditolak. perbedaan rata-rata pada skor gain tes
Kesimpulannya kemampuan pemahaman kemampuan pemahaman matematik dapat
matematik siswa yang pembelajarannya melalui dilihat pada Tabel 5.
strategi REACT

Tabel 5. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kemampuan Pemahaman Matematika

t-test for Equality of Means

Sig. (2- Std. Error 95% Confidence Interval


T Df tailed) Mean Difference Difference of the Difference

Lower Upper

Skor Equal
4.724 78 .000 .13622 .02884 .07881 .19363
variances
assumed
8 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 30, NOMOR 1, JUNI 2010

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai Asymp.Sig Sig (1-tailed) = 0,000. Jika diambil = 0,05
(2-tailed) untuk data postes kemampuan ternyata Asymp. Sig(1-tailed) < , sehingga Ho
pemahaman matematik sebesar 0,00. Hubungan ditolak. Kesimpulannya peningkatan kemampuan
1 pemecahan masalah matematik siswa yang
nilai signifikansi Asym.Sig(1-tailed) = pembelajarannya melalui strategi REACT lebih
2
Asym. Sig(2-tailed) sehingga nilai Asym. baik daripada siswa yang pembelajarannya
Sig(1-tailed) = 0,000. Jika diambil = 0,05 konvensional.
maka Asymp.Sig(1-tailed) < sehingga Ho
ditolak. Kesimpulannya peningkatan
Kualitas Peningkatan Kemampuan
kemampuan pemahaman matematik siswa yang
Pemahaman dan Pemecahan Masalah
pembelajarannya melalui strategi REACT lebih
baik daripada siswa yang pembelajarannya Matematik Siswa
konvensional.
Kemampuan pemahaman matematik dengan
menerapkan pembelajaran matematika melalui
strategi REACT terjadi peningkatan dengan nilai
Peningkatan Kemampuan Pemecahan
rata-rata gain skor ternormalisasi sebesar 0,565
Masalah Matematik Siswa
dengan kualitas peningkatan sedang. Sedangkan
kualitas peningkatan kemampuan pemahaman
Untuk mengetahui bahwa peningkatan
matematik siswa dengan pembelajaran biasa
kemampuan pemecahan masalah matematik
(konvensional) sebesar 0,429 termasuk kualitas
siswa kelompok eksperimen lebih baik dari
peningkatan sedang. Adapun peningkatan
kelompok kontrol, maka akan digunakan uji
kemampuan pemecahan masalah matematik
perbedaan rata-rata data skor gain tes
dengan menerapkan pembelajaran matematika
kemampuan pemecahan masalah matematik.
melalui strategi REACT memperoleh nilai rata-rata
Setelah dilakukan uji normalitas dan
gain skor ternormalisasi sebesar 0,301 dengan
homogenitas pada skor gain tes kemampuan
kualitas peningkatan sedang. Sedangkan
pemecahan masalah, maka uji perbedaan rata-
peningkatan kualitas kemampuan pemecahan
rata yang digunakan adalah uji Mann-Whitney.
masalah siswa dengan pembelajaran biasa
Berikut hasil Berikut hasil uji perbedaan rata-
(konvensional) sebesar 0,120 dengan peningkatan
rata pada skor gain tes kemampuan
kualitas rendah.
pemecahan masalah matematik siswa :

Tabel 6 Uji Mann-Whitney Skor Gain Kemampuan


Pemecahan Masalah
Hubungan antara Kemampuan Pemahaman
dengan Kemampuan Pemecahan Masalah
Gain skor Pemecahan Matematik
Masalah
Mann-Whitney U 2.000 Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
Z -7.689
kemampuan pemahaman dengan kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa melalui
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
pembelajaran strategi REACT digunakan uji
independensi antara dua faktor dengan rumus chi-
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh Asymp.Sig (2- kuadrat. Uji independensi ini untuk melihat kaitan
tailed) untuk skor gain ternormalisasi yang lebih jelas antara kemampuan pemahaman
kemampuan pemecahan masalah adalah 0,000. dengan kemampuan pemecahan masalah
Hubungan nilai signifikansi Asym.Sig(1-tailed) matematik siswa. Dengan uji ini dapat diketahui
1 pula apakah siswa yang memiliki kemampuan baik
= Asym.Sig (2-tailed) sehingga nilai Asym.
2 pada tes pemahaman memperoleh skor baik pula
Fauziah, Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematika melalui strategi REACT 9

pada tes kemampuan pemecahan masalah. Dari Skala Sikap


2
hasil perhitungan diperoleh hitung = 25,97,
2 2
Pemberian skala sikap bertujuan untuk mengetahui
sedangkan nilai tabel = 9,21. Karena hitung > respon dan minat siswa terhadap pelajaran
2
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat matematika, pembelajaran dengan strategi
tabel
REACT, serta soal-soal kemampuan pemahaman
hubungan atau keterkaitan (asosiasi) yang dan pemecahan masalah matematik. Analisis skala
signifikan antara kemampuan pemahaman dan sikap siswa dilakukan dengan langkah-langkah
pemecahan masalah matematik siswa. Sejauh sebagai berikut : (1) penetapan bobot skor tiap
mana asosiasi antara kedua variabel yang diuji alternatif jawaban menggunakan skor baku (Z+1);
yaitu kemampuan pemahaman dan pemecahan (2) menghitung skor-skor setiap siswa dan
masalah menentukan kelompok atas dan bawah; (3)
matematika siswa dianalisis mengunakan menyeleksi item dengan menguji validitas
koefisien kontingensi C. Nilai C diperoleh dari mengunakan uji perbedaan rata-rata kelompok atas
hasil perhitungan yaitu 0,624 dan Cmaks = 0,82. dan bawah menggunakan uji t; (4) menentukan
Perbandingan yang diperoleh C = 0,76 Cmaks. reliabilitas item yang valid; (5) menafsirkan sikap
Menurut kriteria berdasarkan asosiasi siswa dengan membandingkan rata-rata skor
kontingensi, nilai C tersebut berada pada dengan skor netralnya (Hutagalung, 2009). Berikut
kriteria asosiasi tinggi sehingga dapat rekapitulasi distribusi skor sikap siswa setelah
disimpulkan bahwa terdapat asosiasi yang divalidasi ditunjukkan pada tabel 7 berikut ini:
tinggi antara kemampuan pemahaman dan
pemecahan masalah matematik siswa.

Tabel 7. Distribusi Skor Sikap Siswa untuk Semua Aspek Pembelajaran

Aspek Indikator No Sifat Skor Penda Skor Penda


Pern Pernya Jawaban pat Netral pat Siswa
yata Taan
an
SS S TS STS Item Kelas Item Kelas
Pendapat siswa terhadap Kesukaan terhadap Negatif 4 26 5 4 2,58 2,95
pelajaran matematika pelajaran 3
matematika Skor 1 2 3 4 2,50 2,23
Motivasi siswa Positif 10 27 1 1
terhadap 4 Skor 4 3 2 1 2,50 3,17
pembelajaran
Positif 11 27 1 0
matematika
24 Skor 5 4 2 1 3,00 4,23
Manfaat Positif 11 23 3 2
matematika dalam 23 Skor 4 3 2 1 2,50 3,10
kehidupan sehari-
Negatif 8 23 7 1
hari
2 Skor 1 2 3 4 2,50 2,03
Negatif 3 7 18 11
7 Skor 1 2 3 4 2,50 2,95

Pendapat terhadap Kesukaan terhadap Positif 7 18 13 1


pembelajaran dengan pembelajaran 20
Skor 5 3 2 1 2,75 2,97
strategi REACT dengan strategi
REACT Positif 5 20 13 1
22 Skor 5 4 2 1 3,00 3,38
Negatif 1 14 18 5
1 Skor 1 2 3 4 2,50 2,64
Negatif 2 10 24 5
13 Skor 1 2 3 6 3,00 3,17
3,06
2,81
10 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 30, NOMOR 1, JUNI 2010

Tabel 7. Distribusi Skor Sikap Siswa untuk Semua Aspek Pembelajaran (lanjutan)

Aspek Indikator No Sifat Skor Penda Skor Penda


Pern Pernya Jawaban pat Netral pat Siswa
yata Taan
an
SS S TS STS Item Kelas Item Kelas
Negatif 3 17 17 2
17 Skor 1 2 3 5 2,75 2,51

Manfaat Positif 9 19 10 1
pembelajaran 25 Skor 4 3 2 1 2,50 2,92
dengan strategi
Positif 11 23 5 0
REACT
14 Skor 5 4 3 1 3,25 4,15
Negatif 1 5 25 8
10 Skor 1 2 3 4 2,50 3,02
Negatif 2 12 22 3
15 Skor 1 2 3 6 3,00 2,82
Pendapat terhadap soal- Kesukaan terhadap Positif 7 23 9 0
soal kemampuan soal-soal yang 18 Skor 6 4 3 1 3,50 4,13
pemahaman dan diberikan Negatif 1 20 17 1
pemecahan masalah 8 Skor 1 3 4 5 3,25 3,44
Negatif 1 10 24 4
9 Skor 5 3 2 1 2,75 2,23
Negatif 2 13 20 4
2,95 3,10
12 Skor 1 2 3 5 2,75 2,76
Manfaat soal-soal Positif 7 27 4 1
yang diberikan 11 Skor 5 3 2 1 2,75 3,21
dalam belajar
matematika dan
kehidupan sehari-
hari

Berdasarkan Tabel 7 di atas diketahui yang terlihat dari skor rata-rata 3,06 melebihi skor
bahwa sikap siswa pada indikator yang netralnya 2,81.
menunjukkan kesukaan siswa terhadap Tabel 7 juga menunjukkan bahwa pada
matematika adalah negatif dengan rata-rata skor indikator kesukaan siswa terhadap pembelajaran
2,23 kurang dari skor netralnya 2,50. terhadap soal-soal pemahaman dan pemecahan
Sedangkan sikap siswa pada motivasi terhadap masalah adalah positif yang terlihat dari rata-rata
pembelajaran matematika adalah positif dengan skor 3,14 melebihi skor netralnya 3,06. Begitupula
rata-rata skor 3,7 melebihi skor netralnya 2,75. pada indicator manfaat soal-soal yang diberikan
Hal ini juga terlihat pada tanggapan siswa pada dalam belajar dan kehidupan sehari-hari, sikap
indikator manfaat matematika dalam kehidupan siswa adalah positif. Hal ini terlihat dari rata-rata
sehari-hari adalah positif dengan rata-rata 2,69 skor 3,04 melebihi skor netralnya 2,5. Dengan
melebihi skor netralnya 2,50. Secara demikian secara keseluruhan sikap siswa terhadap
keseluruhan, sikap siswa terhadap pelajaran soal-soal pemahaman dan pemecahan masalah
matematika adalah positif dengan rata-rata 2,95 adalah positif yang terlihat dari skor rata-rata 2,95
yang melebihi skor netralnya 2,58. melebihi skor netralnya 3,10.
Berdasarkan Tabel 7 juga diketahui
bahwa pada indikator yang menunjukkan
kesukaan siswa terhadap pembelajaran dengan Hasil Observasi
strategi REACT adalah positif yang terlihat dari
rata-rata skor 3,10 melebihi skor netralnya 2,82. Secara umum pembelajaran dengan strategi
Begitupula pada indikator manfaat REACT berjalan dengan baik. Pembelajaran
pembelajaran dengan strategi REACT, sikap diawali dengan pemberian apersepsi pada siswa,
siswa adalah positif. Hal ini terlihat dari rata- guru memberikan motivasi kepada siswa dengan
rata skor 2,75 melebihi skor netralnya 2,92. menjelaskan manfaat materi yang akan dipelajari.
Dengan demikian secara keseluruhan sikap Pembelajaran diawali dengan pemberian masalah
siswa terhadap pembelajaran REACT positif
Fauziah, Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematika melalui strategi REACT 11

yang bersifat kontekstual. Permasalahan pemahaman dan pemecahan masalah matematik


kontekstual disajikan melalui LKS yang bila dibandingkan dengan siswa yang
terlebih dahulu telah dibagikan kepada siswa. pembelajarannya secara konvensional. Hal ini
Selanjutnya diawal pembelajaran siswa diminta dimungkinkan karena pembelajaran telah berubah
membaca LKS yang telah diberikan kemudian dari paradigma pembelajaran yang berpusat pada
siswa diminta bekerjasama dengan siswa lain guru kepada pembelajaran yang menekankan pada
dalam kelompoknya untuk menyelesaikan keaktifan siswa untuk mengkonstruksi
permasalahan yang disajikan dalam LKS, guru pengetahuannya sendiri. Temuan ini sesuai dengan
berkeliling memperhatikan aktivitas siswa pernyataan Crawford (2001) yang menyatakan
sambil sesekali mengajukan pertanyaan bahwa strategi REACT memiliki kelebihan
bimbingan jika diperlukan. Guru lebih berperan diantaranya dapat memperdalam pemahaman siswa
sebagai fasilitator dan motivator. Pada akhir serta membuat belajar menyeluruh dan
pembelajaran seorang wakil menyenangkan. Strategi REACT juga sesuai
dari kelompok mempresentasikan hasil dengan pandangan
pekerjaan mereka dan kelompok lain konstruktivisme yang menurut Hudoyo (1998)
memberrikan tanggapan. Pada kegiatan ini berorientasi pada investigasi dan penemuan yang
terjadi diskusi kelas yang dibimbing oleh guru. pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Selanjutnya guru dan siswa bersama-sama Lebih lanjut, temuan ini juga dimungkinkan
membuat kesimpulan. karena pembelajaran dengan
strategi REACT terdiri dari lima strategi yang satu
sama lain mendukung siswa untuk belajar aktif
PEMBAHASAN sehingga terbangun suatu kondisi belajar yang
kondusif. Lima strategi tersebut adalah relating
Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan (mengaitkan), experiencing (mengalami, applying
Masalah Matematika (menerapkan), cooperating (bekerjasama),
transferring (mentransfer). Hudoyo (1979) yang
Berdasarkan perolehan nilai siswa mengutip pendapat Ausebel (1971) menyatakan
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan bahwa bahan pelajaran haruslah bermakna, cocok
strategi REACT, diketahui terdapat peningkatan dengan kemampuan siswa dan haruslah relevan
kemampuan pemahaman matematik siswa dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa.
sebesar 56,5 persen. Hasil pengujian hipotesis Pelajaran baru haruslah dikaitkan dengan konsep-
terhadap peningkatan ini menunjukkan konsep yang telah ada hingga materi pelajaran
peningkatan yang signifikan. Hal ini yang sedang dipelajari, maknanya dapat dengan
menunjukkan bahwa siswa dengan cepat dipahami dan diserap. Siswa didorong untuk
pembelajaran strategi REACT memberikan mengembangkan kemampuan pemahaman dan
perolehan hasil yang lebih baik dalam pemecahan masalah melalui kegiatan menemukan
kemampuan pemahaman matematik daripada makna, memecahkan masalah dalam kegiatan yang
siswa yang pembelajarannya secara aktif dan berusaha memecahkan masalah non rutin
konvensional. Sedangkan pada kemampuan atau mentransfer pengetahuan matematika yang
pemecahan masalah, diketahui terdapat telah dipahami. Kegiatan pembelajaran
peningkatan kemampuan pemecahan masalah berlangsung melalui proses pengajuan pertanyaan
matematik siswa sebesar 30,1 persen. Hasil pemicu yang dimaksudkan untuk mengungkapkan
pengujian hipotesis terhadap peningkatan ini pemahaman siswa atas materi pelajaran yang telah
menunjukkan peningkatan yang cukup dipelajari, mendorong siswa supaya terlibat aktif
signifikan. Hal ini berarti bahwa kemampuan dalam kegiatan pembelajaran, dan
pemecahan masalah matematik siswa yang mengembangkan pemahaman konsep matematika
memperoleh pembelajaran dengan strategi yang telah dipahami oleh siswa.
REACT lebih baik daripada siswa yang Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan
pembelajarannya secara konvensional. bahwa kemampuan pemahaman dan pemecahan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat masalah matematik dengan pembelajaran strategi
dikatakan secara umum siswa dengan REACT lebih baik dari pada siswa yang
pembelajaran strategi REACT menunjukkan pembelajarannya secara konvensional dengan
hasil yang lebih baik dalam kemampuan kualitas peningkatan sedang. Temuan ini
12 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 30, NOMOR 1, JUNI 2010

menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman strategi REACT lebih baik daripada peningkatan
dan pemecahan masalah matematik dapat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
berkembang lebih baik melalui pembelajaran yang pembelajarannya secara konvensional; (3)
dengan strategi REACT. kualitas peningkatan kemampuan pemahaman
Berdasarkan hasil pengolahan data juga masalah matematik siswa yang pembelajarannya
diperoleh fakta bahwa terdapat kaitan yang melalui strategi REACT termasuk kategori sedang.
signifikan antara kemampuan pemahaman dan Begitupula dengan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah. Hal ini berarti bahwa pemecahan masalah matematik siswa yang
siswa yang memiliki prestasi baik dalam pembelajarannya melalui strategi REACT
kemampuan pemahaman kemungkinan juga termasuk kategori sedang.
akan memiliki prestasi baik dalam kemampuan
pemecahan masalah, demikian juga sebaliknya. Saran
Sedangkan siswa yang kurang pada
kemampuan pemahaman kemungkinan Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah
memperoleh hasil yang kurang juga pada sebagai berikut : (1) kemungkinan adanya
kemampuan pemecahan masalah, begitu juga kendala-kendala pelaksanaan pembelajaran melalui
sebaliknya. strategi REACT pada awal pembelajaran perlu
Berdasarkan hasil angket, diperoleh diantisipasi oleh guru, diantaranya siswa tidak
informasi bahwa pembelajaran melalui strategi terbiasa dengan belajar mandiri, mengkonstruksi
REACT pengetahuan sendiri dan memecahkan masalah.
mendapat respon positif dari siswa. Respon dan Guru disarankan agar membantu siswa mengatasi
minat siswa terhadap pelajaran matematika juga masalah, misalnya dengan teknik scaffolding.
baik. Begitu pula dengan respon mereka Sedangkan untuk kendala siswa tidak terbiasa
terhadap soal-soal pemahaman dan pemecahan berdiskusi dalam kelas, disarankan agar guru bisa
masalah yang diberikan. terus memotivasi siswa dan menciptakan
Aktivitas belajar yang baik dan munculnya lingkungan yang kondusif untuk itu; (2) dalam hal
respon dan minat yang positif terhadap ini penelitian dilakukan hanya terbatas untuk
pembelajaran dengan strategi REACT meningkatkan kemampuan pemahaman dan
menguatkan motivasi siswa untuk pemecahan masalah. Ada baiknya peneliti
meningkatkan kemampuannya. Kondisi ini juga selanjutnya dapat menerapkan strategi REACT
memberikan kontribusi positif terhadap untuk meningkatkan kemampuan matematika
peningkatan kemampuan pemahaman dan lainnya seperti penalaran, komunikasi, representasi
pemecahan masalah siswa yang belajar dengan dan koneksi matematik; (3) karena proses
strategi REACT. Hal ini sesuai dengan pembelajaran melalui strategi REACT memerlukan
pernyataan Ruseffendi (1991) bahwa sikap waktu yang lama maka disarankan untuk
positif terhadap matematika dapat berkorelasi menggunakan strategi REACT pada topik-topik
dengan prestasi belajarnya. bahasan yang esensial saja.

SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR RUJUKAN

Simpulan Ahmad. 2005. Kemampuan Pemahaman dan


Pemecahan Masalah Matematik Siswa SLTP
Berdasarkan hasil analisis data dan dengan Model Pembelajaran Berbasis
pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan Masalah. Bandung: Tidak diterbitkan.
sebagai berikut : (1) peningkatan kemampuan Cord. 1999. Teaching Mathematics Contextually.:
pemahaman matematik siswa yang The Comestone of Teac Prop.
pembelajarannya melalui strategi REACT lebih Crawford, L. M. 2001. Teaching Contextually :
baik daripada peningkatan kemampuan Cord.
pemahaman matematik siswa yang Herman, T. 2006. Pembelajaran Matematik
pembelajarannya secara konvensional; (2) Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
matematik siswa yang pembelajarannya melalui Siswa SMP. Bandung : Tidak Diterbitkan.
Fauziah, Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematika melalui strategi REACT 13

Hudoyo. 1979. Pengembangan Kurikulum Pembelajaran untuk Meningkatkan


Matematika dan Pelaksanaannya di Kemampuan Pemecahan Masalah
Depan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Matematika pada Siswa SMA di Kodya
Hudojo. 1988. Mengajar Belajar Matemtika. Bandung. Laporan Penelitian. Bandung :
Jakarta. Depdikbud. IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan
Hutagalung, J.B. 2009. Meningkattkan ___________. 2003. Pembelajaran Keterampilan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Membaca Matematika. Makalah. Bandung :
Komunikasi Siswa melalui Pembelajaran IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan.
kooperatif tipe Jigsaw. Tesis. UPI : Tidak ___________. 2005. Pengembangan Berfikir
diterbitkan. Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan
Meltzer, D. F. 2002. The Relationship between SMU serta Mahasiswa Strata Satu (S1)
Mathematics Preparation and Conceptual melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran.
Learning Gain in Physics. American Laporan Penelitian Lemlit UPI.: Tidak
Journal of Physics. Vol. 70. Page. 1259- Diterbitkan.
1268. Suryadi, D. 2007. Pendidikan Matematika. Dalam
NCTM 2000. Principles and Standards for Ali, M., Ibrahim,R., Sukmadinata, N.S.,
School Mathematics. Reston, Virginia Sudjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting).
Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar kepada Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung :
Membantu Guru Mengembangkan Pedagogiana Press.
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematik Wahyudin 1999. Kemampuan Guru Matematika,
untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Calon Guru Matematika dan Siswa dalam
Tarsito. Pelajaran Matematika. Bandung: Tidak
Sumarmo,U. 1994. Suatu Alternatif diterbitkan

Vous aimerez peut-être aussi