Vous êtes sur la page 1sur 13

ARTIKEL

PENGARUH PENGGUNAAN APRON BERGAMBAR TERHADAP


TINGKAT STRES HOSPITALISASI ANAK USIA 3 – 4 TAHUN
DI RSUD KARDINAH TEGAL

Disusun Oleh

ARYUTI PUTRI SETIATI


C1014038

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2018
PENGARUH PENGGUNAAN APRON BERGAMBARTERHADAP
TINGKAT STRES HOSPITALISASI ANAK USIA 3 – 4 TAHUN
DI RSUD KARDINAH TEGAL

Aryuti Putri Setiati1), Woro Hapsari2), Arif Rakhman3)


1)
Prodi Sarjana Keperawatan dan Ners, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416,
Tegal, Indonesia 2),3) Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi

Email: aryutiputri@gmail.com

Abstrak

Stres hospitalisasi pada anak usia 3–4 tahun di rumah sakit masih cukup tinggi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu menurunkan tingkat stres
hospitalisasi yaitu dengan menerapkan penggunaan apron bergambar. Studi
pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kardinah Tegal ditemukan anak
prasekolah menunjukkan sikap tidak kooperatif dengan perawat seperti menangis,
berteriak, dan menolak tindakan. Reaksi tersebut menunjukkan bahwa anak
mengalami stres hospitalisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penggunaan apron bergambar terhadap tingkat stres hospitalisasi anak
usia 3–4 tahun di RSUD Kardinah Tegal. Metode penelitian menggunakan desain
kuantitatif dengan rancangan Quasy Experiment dan pendekatan Post Test-Only
Non Equivalent Control Group. Instrumen pengukuran stres hospitalisasi
menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua. Sampel dalam penelitian
sebanyak 50 responden yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 25 responden
untuk kelompok intervensi dan 25 responden untuk kelompok kontrol yang
mengalami stres hospitalisasi dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling. Hasil penelitian ini menggunakan uji Mann Whitney test dengan
diperoleh p-value = 0,000 < 0,05 menunjukkan adanya pengaruh penggunaan
apron bergambar terhadap tingkat stres hospitalisasi anak usia 3–4 tahun di RSUD
Kardinah Tegal. Saran bagi perawat atau rumah sakit diharapkan apron
bergambar dapat dijadikan sebagai ketetapan seragam di rumah sakit dan selalu
digunakan saat perawat akan melakukan tindakan keperawatan

Kata kunci: Stres hospitalisasi, apron bergambar, pasien anak.

1
Abstract

Stress of hospitalization in children aged 3-4 years at the hospital was still quite
high. The method that could be done to help lowering the stress of hospitalization
was by applying a pictorial apron. A preliminary study conducted at Kardinah
General Hospital Tegal found that preschool children showed an uncooperative
attitude to the nurses such as crying, yelling and refusing action. Those reaction
indicated that children had stress of hospitalization. The purpose of this study
was to determine the effect of wearing pictorial apron toward stress of
hospitalization level among pediatric patient aged 3-4 years at Kardinah General
Hospital Tegal. The research methods were using quantitative design with Quasy
Experiment and Post Test-Only Non Equivalent Control Group approach.The
measurement instrument stress of hospitalization was using questions answered
by parents. The sample of this research had 50 respondents divided into two
groups, 25 respondents for intervention group and 25 respondents for control
group who experienced hospitalization stress using purposive sampling technique.
The results of the study used the Mann Whitney test obtained by p-value = 0,000
< 0,05 showed the effect of wearing pictorial apron toward stress of
hospitalization level among vpediatric patient aged 3-4 years at Kardinah
General Hospital Tegal. Some suggestions for the hospitals and nurses were we
expected that pictorial apron could be worn as the permanent uniform in hospital
and always be worn when nurses do nursing action.

Keywords: Stress of hospitalization, pictorial apron, pediatric patient.

PENDAHULUAN
Anak merupakan individu yang unik menunjukkan ada lebih dari 5 juta
karena mereka mempunyai anak menjalani masa perawatan di
kebutuhan yang berbeda sesuai rumah sakit seperti prosedur
dengan tahapan usianya. Anak akan pembedahan (Disease Control,
melangkah perlahan-lahan ke rentang National Hospital Discharge Survey
perubahan perkembangan yang (NHDS), 2004 dalam Apriliawati,
dimulai dari bayi (0–1 tahun), usia 2011). Di Indonesia, angka
toddler (1–2,5 tahun), usia kesakitan anak berdasarkan Survei
prasekolah (3–5 tahun), usia sekolah Kesehatan Nasional (SURKESNAS)
(5–11 tahun), hingga remaja (11–18 tahun 2010 menyatakan bahwa di
tahun) (Hidayat, 2009). Usia anak daerah perkotaan menurut kelompok
prasekolah masih rentan terhadap usia 0–4 tahun sebesar 25,08%, usia
penyakit. Data di Amerika Serikat 5–12 tahun sebanyak 14,91%, usia

2
13–15% sebesar 9,1%, usia 16–21 mudah beradaptasi dengan
tahun sebesar 8,13% (Apriany, lingkungan yang baru, sedangkan
2013). jika dibandingkan dengan usia
dibawahnya seperti usia 1–2 tahun,
Anak yang dirawat di rumah sakit anak dianggap belum mampu
akan berpengaruh pada kondisi fisik mempersepsikan emosi sehingga
dan psikologinya seperti anak akan lebih sulit untuk menilai tingkat
mengalami stres dan cemas stres pada anak usia 1–2 tahun
(Apriany, 2013). Anak usia (Warastuti & Astuti, 2015).
prasekolah belum mampu menerima
dan mempersepsikan penyakit atau Penanganan stres hospitalisasi yang
pengalaman dirawat di rumah sakit dirasakan oleh anak dapat diatasi
dengan keadaan lingkungan yang dengan pemberian terapi bermain.
asing yang tidak biasa dihadapi oleh Terapi bermain yang sudah
anak (Ilmiasih, 2012). Hal ini dilakukan untuk menurunkan tingkat
disebut dengan stres hospitalisasi stres hospitalisasi diantaranya ada
(Apriany, 2013). Reaksi stres yang terapi mewarnai, terapi dengan
ditunjukan anak usia prasekolah musik, terapi dengan bermain puzzle,
adalah menolak makan, sering dan terapi bercerita namun tingkat
bertanya, dan menangis perlahan stres pada anak masih ada
(Deslidel, 2011). Stres hospitalisasi dikarenakan pada terapi musik
sebagian besar dialami anak usia 3–4 sebagian besar anak usia 3–4 tahun
tahun (Ilmiasih, 2012). Hal ini tidak terlalu menyukai jenis musik-
dikarenakan pada anak usia 3–4 musikan, pada terapi puzzle anak usia
tahun memiliki egosentrisme yang 3–4 tahun belum mampu menyusun
tinggi dibandingkan dengan anak puzzle dan dianggap permainan
usia diatasnya seperti usia 5–6 tahun puzzlesulit untuk anak usia 3–4
yang sifat memberontaknya mulai tahun, dan pada terapi bercerita yang
berkurang sehingga jika diberi dilakukan pada anak usia 3–4 tahun
perintah anak akan lebih mengerti anak belum mampu meresap isi
dan anak di usia tersebut juga lebih

3
cerita yang diceritakan (Aizah, pada anak setelah dikenalkan dengan
2014). seragam berwarna yang dipakai oleh
perawat.
Model seragam perawat yang
bersahabat dengan pasien anak Model baju yang bernuansa anak
menunjukkan perhatian perawat salah satunya adalah “apron
terhadap kebutuhan perkembangan bergambar” hewan atau gambar
anak dan memperhatikan aspek motif lain yang memiliki warna dan
psikologis antara lain adalah stres bentuk yang lebih mencolok. Studi
dan kecemasan (Duncan, 2009). pendahuluan yang peneliti lakukan di
Menurut Suryanti (2011) bahwa anak ruang Puspa Nidra dan ruang Wijaya
usia 3-4 tahun, menyukai gambar Kusuma Atas RSUD Kardinah Tegal
atau karakteristik hewan dan kartun ditemukan anak prasekolah
dengan jenis warna yang mencolok. menunjukkan sikap tidak kooperatif
Seperti penelitian sebelumnya yang dengan perawat, menangis, berteriak,
dilakukan oleh Roohafza, Pirnia, dan menolak tindakan. Seperti
Sadeghi, Toghianifar, Talaei, & halnya yang Junaidi (2013) katakan
Ashrafi (2009) menunjukkan bahwa bahwa anak yang mengalami
anak lebih menyukai baju yang prosedur tindakan yang
berwarna dan bergambar, sehingga menimbulkan nyeri cenderung
pakaian perawat yang berwarna- menunjukkan reaksi negatif seperti
warni memiliki arti penting pada lebih agresif dan tidak kooperatif.
perawatan anak di rumah sakit. Berbagai upaya sudah dilakukan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh untuk menangani stres anak di ruang
Festini, Occhipinti, Cocco, Bierman, Wijaya Kusuma Atas seperti
Neri, Giannini, dkk (2008) dan menghias ruangan dengan gambar
Roohafza, dkk (2009) yang dan warna yang anak sukai, meminta
membandingkan seragam selain bantuan orang tua untuk
putih dan seragam putih yang mendampingi anak ketika akan
digunakan perawat menunjukkan dilakukan tindakan keperawatan
hasil adanya perbedaan tingkat stres tetapi anak masih menunjukkan

4
stress. Dari latar belakang yang telah Teknik yang digunakan untuk
diuraikan, peneliti tertarik akan menentukan besar sampel pada
meneliti tentang “Pengaruh penelitian ini menggunakan teknik
Penggunaan Apron Bergambar purposive sampling dengan jumlah
terhadap Tingkat Stres Hospitalisasi sampel 50 responden. Penelitian
Anak Usia 3–4 tahun di RSUD yang sederhana memiliki jumlah
Kardinah Tegal”. sampel antara 25–50 dari masing-
masing kelompok (Sugiyono, 2013).
METODE PENELITIAN Analisa bivariat yang digunakan
Penelitian ini merupakan penelitian adalah Mann Whitney Test.
kuantitatif, desain penelitian
menggunakan metode eksperimen HASIL PENELITIAN
semu (quasy experimental) dengan Tabel 4.1 Distribusi proporsi
pendekatan Post Test-Only Non prosentase berdasarkan jenis kelamin
Equivalent Control Group.Penelitian responden
ini dilakukan di RSUD Kardinah Kelompok Kelompok
Karakteristik
Intervensi Kontrol
Tegal pada tanggal 5 Juni 2018 – 5 Responden
(n) (%) (n) (%)
Juli 2018. Alat pengumpulan data Jenis Kelamin
yang digunakan dalam penelitian ini Laki-laki 16 64 13 52
Perempuan 9 36 12 48
adalah kuesioner stres hospitalisasi Total 25 100 25 100
yang telah diuji validitas yang Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan

didapatkan hasil dengan nilai r mayoritas jenis kelamin responden

hitung lebih besar dari r tabel (0,433) pada kelompok intervensi yaitu laki-

dan nilai Cronbach’s Alpha = 0,922. laki ada sebanyak 16 responden

Populasi dalam penelitian ini adalah (64%), sedangkan mayoritas jenis

seluruh pasien anak usia 3-4 tahun kelamin pada kelompok kontrol

yang mengalami stres hospitalisasi adalah juga laki-laki yaitu ada

yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 13 responden (52%).

dan eksklusi di RSUD Kardinah


Tegal khususnya diruang Puspa
Nidra dan Wijaya Kusuma Atas.

5
Tabel 4.2 Distribusi proporsi kelompok intervensi di ruang Puspa
prosentase berdasarkan lama hari Nidra
perawatan responden Tingkat Frekuensi Prosentase
Stres (n) (%)
Kelompok Kelompok
Karakteristik Hospitalisasi
Intervensi Kontrol
Responden Kelompok
(n) (%) (n) (%)
Intervensi
Lama Hari
Tidak Stres 0 0
Perawatan
Stres Ringan 21 84
1 hari 4 16 8 32
Stres Sedang 4 16
2 hari 14 56 11 44
Stres Berat 0 0
3 hari 7 28 5 20
Total 25 100
> 3 hari 0 0 1 4
Berdasarkan tabel 4.3 Berdasarkan
Total 25 100 25 100
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan tabel 4.3 hasil penelitian tingkat stres
mayoritas lama hari perawatan hospitalisasi pada anak setelah
responden pada kelompok intervensi diterapkan penggunaan apron
adalah 2 hari yaitu sebanyak 14 bergambar pada kelompok intervensi
responden (56%), lama hari yaitu mayoritas responden
perawatan yang paling lama adalah 3 mengalami stres ringan yaitu
hari yaitu ada 7 responden (28%), sebanyak 21 responden 84 (%).
dan lama hari perawatan yang paling Tabel 4.4 Distribusi proporsi
cepat adalah 1 hari yaitu ada 4 prosentase responden berdasarkan
responden (16%). Data dikelompok tingkat stres hospitalisasi di
kontrol lama hari perawatan kelompok kontrol di ruang Wijaya
terbanyak adalah 2 hari yaitu ada 11 Kusuma Atas
responden (44%), lama hari Tingkat Stres Frekuensi Prosentase
perawatan yang paling lama adalah Hospitalisasi (n) (%)
Kelompok
lebih dari 3 hari yaitu ada 1
Kontrol
responden (4%), dan lama hari Tidak Stres 0 0
perawatan yang paling cepat adalah 1 Stres Ringan 0 0
Stres Sedang 11 44
hari yaitu ada 8 responden (32%).
Stres Berat 14 56
Tabel 4.3 Distribusi proporsi Total 25 100
prosentase responden berdasarkan Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian
tingkat stres hospitalisasi di tingkat stres hospitalisasi pada anak

6
yang tidak diterapkan penggunaan kelompok intervensi dan kelompok
apron bergambar pada kelompok kontrol, sehingga Ho ditolak dan Ha
kontrol yaitu mayoritas responden diterima atau dapat disimpulkan ada
mengalami stres berat yaitu sebanyak pengaruh penggunaan apron
14 responden (56%). bergambar terhadap tingkat stres
hospitalisasi anak usia 3–4 tahun.
Tabel 4.5 Pengaruh Penggunaan
Apron Bergambar Terhadap Tingkat PEMBAHASAN
Stres Hospitalisasi Anak Usia 3 – 4 Karakteristik Responden
tahun di RSUD Kardinah Tegal Mayoritas anak usia 3–4 tahun yang
Tingkat
Mean Std. P dirawat di rumah sakit berjenis
Stes Mean N U
Reank D Value kelamin laki-laki. Menurut
(Post Test)
Intervensi 1,50 13,80 505
50 20 0,000 Sureskiarti & Brutu (2017) bahwa
Kontrol 2,88 37,20 849
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan anak laki-laki akan lebih berisiko
hasil setelah diberikan perlakuan besar terkena virus atau sakit
rata-rata nilai post test pada dibandingkan dengan anak
kelompok intervensi sebanyak 25 perempuan dikarenakan biasanya
responden adalah 1,50. Rata-rata anak laki-laki lebih sering bermain
nilai post test pada kelompok kontrol diluar lingkungan rumah. Anak laki-
sebanyak 25 responden adalah 2,88. laki juga mempunyai tingkat stes
Hasil uji statistik untuk mengetahui lebih tinggi jika dibandingkan anak
ada tidaknya pengaruh penggunaan perempuan ketika dilakukan
apron bergambar terhadap tingkat perawatan di rumah sakit (Roohafza
stres hospitalisasi anak usia 3–4 dkk, 2009).Hal ini dipengaruhi oleh
tahun menggunakan mann whitney faktor budaya dan faktor hormonal
test diperoleh nilai p-value = 0,000 < yang berbeda antara laki-laki dan
0,05. Dasar pengambilan keputusan perempuan.
uji mann whitney test adalah jika
nilai Asymp Sign. (2-tailed) < 0,05. Mayoritas lama hari perawatan
Maka terdapat pengaruh yang dalam penelitian ini adalah 2 hari.
signifikan antara hasil perlakuan Menurut Widayati, Budiarti, &

7
Donatus (2008) mayoritas anak yang Kelompok Intervensi
menjalani masa rawat 2-3 hari Berdasarkan hasil perhitungan
biasanya dengan diagnosa yang tidak statistik penelitian nilai post test
memerlukan waktu yang lama seperti kelompok intervensi dengan
febris. Hal ini ditunjang seperti diterapkan penggunaan apron
kasus yang di temukan di RSUD bergambar mayoritas responden
Kardinah, mayoritas anak usia 3–4 mengalami stres ringan. Reaksi stres
tahun yang dirawat di rumah sakit ringan yang ditunjukkan anak seperti
mengalami diagnosa febris, dimana anak tidak menangis ketika perawat
diagnosa febris jika di hari kedua dan mendekatinya, anak tersenyum
ketiga akan mengalami perubahan dengan perawat, anak tidak menangis
suhu tubuh yang lebih membaik (jika ketika perawat melakukan tindakan
tidak disertai penyakit lain). Anak injeksi, dan anak tidak menangis
yang dirawat di RSUD Kardinah ketika perawat melakukan perawatan
dengan masa rawat 2-3 hari masih infus.
menunjukkan reaksi stres
hospitalisasi seperti anak menangis, Kelompok Kontrol
menolak makan, dll. Hal ini seperti Berdasarkan hasil perhitungan
yang dikatakan oleh Asmayanty statistik diperoleh nilai post test
(2010) bahwa stres hospitalisasi anak kelompok kontrol dengan tanpa
usia prasekolah biasanya terjadi pada diterapkan penggunaan apron
≤ 3 hari perawatan. Berbeda dengan bergambar saat perawat akan
pasien anak yang sudah sering melakukan tindakan pada anak,
dirawat dirumah sakit seperti mayoritas responden mengalami
contohnya anak yang mengalami stres berat. Reaksi stres berat yang
thalasemia, asma, dll. Menurut ditunjukkan anak ada banyak
Karlings (2009) anak akan bermacam-macam seperti anak selalu
menunjukkan perubahan sikap yang berteriak ketakutan ketika perawat
lebih baik ketika dilakukan masa hanya datang untuk sekedar
perawatan di rumah sakit yang lebih mengobrol dengan orang tua, anak
lama. memandangi perawat dengan dengan

8
tatapan tajam, dan anak biasanya sehingga mampu menciptakan
akan menolak tindakan suasana yang lebih santai, nyaman,
dan menyenangkan serta dapat
Pengaruh Penggunaan Apron membantu memudahkan dalam
Bergambar Terhadap Tingkat melakukan tindakan asuhan
Stres Hospitalisasi Anak Usia 3 – 4 keperawatan pada anak.Berdasarkan
tahun di RSUD Kardinah Tegal hasil dari data kuesioner yang
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan dari RSUD Kardinah,
menggunakan uji Mann Whitney Test rata-rata mayoritas anak yang
diperoleh nilai p-value = 0,000 < diterapkan penggunaan apron
0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha bergambar menunjukkan stres
diterima atau dapat disimpulkan ada ringan, sedangkan mayoritas anak
pengaruh penggunaan apron yang tidak diterapkan penggunaan
bergambar terhadap tingkat stres apron bergambar menunjukkan stres
hospitalisasi anak usia 3–4 tahun di berat. Seragam perawat yang
RSUD Kardinah Tegal. Hal ini juga bermotif bergambar hewan atau
senada dengan penelitian yang telah kartun dapat menghilangkan citra
dilakukan Roohafza, Pirnia, Sadeghi, buruk seragam perawat yang selama
Toghianifar, Talaei, & Ashrafi ini membuat anak mengalami stres
(2009) menunjukkan bahwa hospitalisasi karena gambar hewan
penggunaan seragam perawat dengan atau kartun yang ada pada apron
motif berwarna-warni dapat dapat membantu anak mengalihkan
membantu menurunkan tingkat stres perasaan takutnya saat bersama
hospitalisasi pada anak usia perawat. Hal ini dapat membantu
prasekolah. membuat anak merasa nyaman
dengan perawat, saat anak merasa
Penurunan tingkat stres dikarenakan nyaman dengan kedatangan perawat
seragam perawat yang bergambar anak akan merasa percaya bahwa
lucu dan berwarna-warni lebih ketika perawat datang mendekati
disukai anak dan membuat anak anak, perawat tidak akan
merasa lebih dekat dengan perawat menyakitinya, dengan begitu dapat

9
mempermudah asuhan keperawatan kondisi sehat maupun sakit ketika
yang akan dilakukan. tidak didampingi oleh orangtua. 25
responden dari kelompok yang
Kelompok anak yang tidak diterapkan penggunaan apron
diterapkan penggunaan apron bergambar, ada 4 anak yang masih
bergambar dari 25 responden tidak mengalami stres hsopitalisasi sedang
semuanya mengalami stres berat, ada dimungkinkan tidak didampingi oleh
11 anak yang masih mengalami stres orangtuanya. Faktor lain seperti
sedang. Menurut Karlings (2009) daya tahan rasa sakit yang dirasakan
anak yang sering “keluar-masuk” oleh anak berbeda-beda. Seperti
rumah sakit karena jenis penyakit yang Junaidi (2013) katakan bahwa
dan terapi yang didapatkan pasti ada beberapa anak yang mampu
akan terlihat lebih biasa atau santai menahan rasa nyeri ketika
jika harus berinteraksi dengan menemukan sesuatu hal yang disukai
lingkungan rumah sakit maupun contohnya seperti permainan.
dengan perawat jika dibandingkan
dengan anak yang baru pertama atau KESIMPULAN
kedua kali dirawat di rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
Meskipun anak tidak diterapkan ditarik kesimpulan bahwa ada
penggunaan apron bergambar, anak pengaruh penggunaan apron
dengan pengalaman rawat inap yang bergambar terhadap tingkat stres
sering akan menunjukkan hal-hal hospitalisasi anak usia 3–4 tahun di
yang kooperatif baik terhadap RSUD Kardinah Tegal.
lingkungan rumah sakit maupun
dengan perawat. SARAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan
Pendampingan orangtua salah satu bagi perawat atau rumah sakit agar
cara menangani untuk membantu dapat mempertimbangkan hasil
mengurangi stres hospitalisasi pada penelitian ini dengan melakukan
anak. Menurut Karlings (2009) anak upaya tindak lanjut penggunaan
akan mudah rewel baik dalam apron bergmabar sebagai bagian dari

10
ketetapan seragam perawat untuk Journal of Nursing, 8(2), 92-
104.
membantu menurunkan tingkat stres
hospitalisasi anak dan diharapkan Apriliawati, A. (2011). Pengaruh
biblioterapi terhadap tingkat
bagi peneliti lain dapat meneliti kecemasan anak usia sekolah
faktor-faktor lainnya yang dapat yang menjalani hospitalisasi di
Rumah Sakit Islam Jakarta.
menurunkan tingkat stres Tesis yang tidak
hospitalisasi anak seperti lingkungan dipublikasikan, Universitas
Indonesia, Depok.
rumah sakit, kehadiran keluarga atau
orangtua, kesakitan atau luka, dll. Deslidel, H. (2011). Buku ajar
asuhan neonatus, bayi, dan
balita. Jakarta: EGC.
UCAPAN TERIMAKASIH
Festini, F., Occhipinti, V., Cocco,
Peneliti mengucapkan terimakasih M., Biermann, K., Neri, S.,
kepada orang tua serta kepada ibu Giannini, C., dkk. (2008). Use
of non-conventional nurses’
Woro Hapsari, S.Kep.Ns.M.Kep dan attire in a pediatric hospital: a
bapak Arif Rakhman, quasi-experimental study.
Journal of Clinical Nursing,
S.Kep.Ns.M.A.N yang telah 18, 1018–1026.
membimbing peneliti dalam
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar
menempuh pendidikan sarjana
ilmu keperawatan anak.
keperawatan di STIKes Bhakti
Jakarta: Salemba Medika.
Mandala Husada Slawi.
Ilmiasih, R. (2012). Pengaruh
seragam perawat: rompi
DAFTAR PUSTAKA bergambar terhadap kecemasan
Aizah, S., & Wati, S. E. (2014). anak pra sekolah akibat
Upaya menurunkan tingkat hospitalisasi.Tesis tidak
stres hospitalisasi dengan dipublikasian, Universitas
aktivitas mewarnai gambar Indonesia, Depok.
pada anak usia 4-6 tahun di Junaidi.(2013). Pengaruh terapi
Ruang Anggrek RSUD bermain terhadap respon
Gambiran Kediri. Efektor, penerimaan pemberian obat
1(25), 6-10. injeksi pada anak pra sekolah
Apriany, D. (2013). Hubungan antara di RSUD H. Padjonga DG.
hospitalisasi anak dengan Ngalle Takalar. Tesis tidak
tingkat kecemasan dipublikasikan, Politeknik
orangtua.The Soedirman Kesehatan Kemenkes
Makassar, Makassar.

11
Karlings, M. (2009). Child behaviour Widayati, A., Budiarti, L. E., &
and pain after hospitalization, Donatus, I. A. (2008).Evaluasi
surgery and anaesthesia. penggunaan antibiotika pada
UMEA. University Medical pasien febris rawat inap di
Dissertation. Sweden. Rumah Sakit Swasta
Yogyakarta.Jurnal Farmasi
Roohafza, H., Pirnia, A., Sadeghi, Indonesia, 15(3), 144-150.
M., Toghianifar, N., Talaei, M
& Ashrafi, M. (2009).Impact of
nurses clothing on anxiety of
hospital children.Journal of
Clinical Nursing, 18, 1953–
1959.
Sugiyono.(2013). Metode penelitian
pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Sureskiarti, E., & Brutu, M.M.N.K.
(2017). Perbedaan kecemasan
anak usia prasekolah pada
tindakan injeksi dengan
diterapkan dan tanpa
diterapkan pemakaian rompi
bergambar di Ruang Melati
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Jurnal Ilmiah
Manuntung, 3(1), 106-115.
Suryanti, Sodikin, & Yulistiani, M.
(2011, April). Pengaruh terapi
bermain mewarnai dan origami
terhadap tingkat kecemasan
sebagai efek hospitalisasi pada
anak usia pra sekolah di RSUD
dr. R. Goetheng Tarunadibrata
Purbalingga. Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Kesehatan, 5(1), 38-
44.
Warastuti, W., Astuti, E. S. (2015).
Kecemasan anak usia 3–6
tahun dengan hospitalisasi pre
dan post pemberian terapi
bermain. Jurnal Keperawatan
Terapan, 1(2), 67-73.

12

Vous aimerez peut-être aussi