Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Keperawatan
Oleh :
KELOMPOK 1
AKADEMI PERAWATAN MALAHAYATI
MEDAN
2012/2013
Medan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..4
1.2 Tujuan…………………………………………………………………….…...5
1.3 Metode………………………………………………………………………...5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Praktik Keperawatan Profesional………………………………….6
2.2 Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan Praktik Keperawatan……..………8
2.3 Kredensial Praktik Keperawatan………..……………………………………11
2.4 Pelindungan Hukum Untuk Keperawatan……….…………………………..14
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang
sakit, luka dan usia lanjut (di kutip oleh Ellis, Harley, 1980).
Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap
masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence Nigthingale dalam bukunya What it is
and What it is not)
PENGERTIAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Keperawatan adalah fungsi unik dari perawat membantu individu sakit atau sehat dalam
melaksanakan segala aktivitasnya untuk mencapai kesehatan atau untuk meninggal dunia
dengan tenang yang dapat dapat ia lakukan sendiri tanpa bantuan apabila cukup kekuatan,
harapan dan pengetahuan (Virginia Handerson, 1958)
Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif serta di tujukan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yg mencakup seluruh siklus kehdpan manusia
(Lokakarya keperawatan Nasional 1986)
Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan
atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji
status, menentukan diagnosa, merencanakan dan mengimplementasi strategi keperawatan
untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan
(National Council of State Board of Nursing/NCSBN)
Praktik keperawatan profesional tertuang juga dlm Nurse Practice Art New York 1972
Praktik keperawatan terdapat dalam American Nursing Association/ANA)
PERANAN LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN
A.Pengertian Legal
Legal adalah sesuat yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
B.DimensiLegal dalam Keperawatan
Perawat perlu tahu ttg hukum yang mengatur prakteknya untuk:
1.Memberikan kepastian bahwa keputusan & tdkan prwt yg di lakukan konsisten dg
prinsip-prinsip hokum
2. Melindungi perawat dari liabilitas
C.Perjanjian atau kontrak dalam perwalian
Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau lebih
partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu. Dalam konteks hukum, kontrak sering di sebut
dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya mengikat orang yg satu dengan orang lain.
Hukum perikatan di atur dlm UU hukum Perdata pasal 1239
" Semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak mempunyai nama
tertentu, tunduk pada ketentuan2 umum yang termatub dlm bab ini dan bab yg lalu." Lebih
lanjut menurut ketentuan pasal 1234 KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk memberikan,
berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat sbb:
Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (Consencius)
Ada kecakapan thp pihak2 untuk membuat perjanjian (capacity)
Ada sesuatu hal tertentu ( a certain subjec matter) dan ada sesuatu sebab yg halal (Legal
Cause) (Muhammad 1990) Kontrak perawat-pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan
keperawatan. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan di terima di tempat kerja
Kontrak P-PS di gunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yg bekerja sama
Kontrak jg untuk menggugat pihak yg melanggar kontrak yg di sepakati
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya adalah sebagai
berikut :
1. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan.
2. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan
semakin meningkat.
3. 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, memontum tersebut akan
digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Undang
Praktik keperawatan.
4. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-
Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan dan profesi perawat.
5. Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-
Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam
jumlah besar.
6. Perawat Indonesia dinilai belum bisa bersaing ditingkat global.
7. Undang Undang Praktik Keperawatan, terlalu terlambat untuk disahkan, apalagi untuk
dipertanyakan. Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore,
Malaysia, sudah memiliki Undang- Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts)
sejak puluhan tahun yang lalu.
8. Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara
penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
9. Konsil keperawatan bertujuan untuk melindungi masyarakat, menentukan siapa yang boleh
menjadi anggota komunitas profesi (mekanisme registrasi), menjaga kualitas pelayanan dan
memberikan sangsi atas anggota profesi yang melanggar norma profesi (mekanisme
pendisiplinan).
10. UU Praktik Perawat, selain mengatur kualifikasi dan kompetensi serta pengakuan profesi
perawat, kesejahteraan perawat, juga diharapkan dapat lebih menjamin perlindungan kepada
pemberi dan penerima layanan kesehatan di Indonesia
http://akpermalahayatimedan.blogspot.co.id/2013/05/aspek-hukum-dalam-praktek-
keperawatan.html
PERTEMUAN V
Pokok Bahasan
Yakni suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis
antara manusia dengan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat, sejahtera, dan bahagia. (UU No. 4/1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup)
Hygiene: Segalah usaha untuk memelihara dan mempertinggi drajad kesehatan. (UU No.
11/1962)
Usaha-usaha Umum:
1. Dilakukan oleh pemerintah, swasta, perorangan yang menghasilkan sesuatu yang
dapat digunakan oleh umum.
2. Menghasilkan suatu yang dapat dimanfaatkan langsung oleh umum, seperti: PDAM,
Pabrik makanan dan mainuman, dll
3. Dipergunakan langsung oleh masyarakat, seperti KA, Kapal Laut, Terminal, Bioskop,
Pasar, sekolah dll
1. Hygiene air, susu, makanan dan minuman untuk dkonsumsi umum perlu diwasi
mutu kesehatannya.
2. Hygiene perusahaan dan lingkungan perlu memenuhi syarat kesehatan, agar
karyawannya selalu dalam keadaan sehat.
3. Hygiene tempat umum (stasiun, pelabuhan, sekolah, tempat pemandian)harus
memenuhi syarat.
4. Hygiene alat transportasi (KA, is, Kapal, Pesawat) harus memenuhi syarat.
1. Masyarakat harus mengerti dan sadar akan keadaan yang sehat, baik kesehatan
individu, maupun kesehatan masyrakat/lingkungan.
2. Pemerintah harus memperhatikan pelayanan kesehatan/lingkungan.
UU Kesehatan no.23/92
Pasal 22:
Untuk mencapai kesehatan masyatakat yang optimal, perlu ditingkatkan sanitasi lingkungan
termaksud pengobatan perilaku masyarakat.
Tempat umum, Hotel, pasar, pusat pertokoan, swalayan, mal, bioskop, lingkungan kerja
(perkantoran, pabrik), lingkungan permukima, angkutan umum dll
Penyehatan air dan udarah untuk meningkatkan kualitas, termaksud penanganan masalah
polusi, penanganan limbah padat, cair, gas, limbah rumah tangga, industri, penanganan
radiaktif, listrik tegangan tinggi, dll.
Sanksi Hukum.
Pasal 82 / UU kesehatan:
Dipidana dengan kurungan maximal 1 tahun dengan denda Maximal Rp. 15 jt.
KESIMPULAN.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa, apa sebenarnya kesehatan lingkungan itu, memelihara
kesehatan lingkungan (Hygiene makanan dan minuman, peusahaan, alat tansportasi ang sesua
dengan ketentuaan UU tentang kesehatan lingkungan serta sanksi untuk pelanggaran UU tersebut.
Yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan darajad kesehatan masyarakat yang optimal
Aspek Hukum Pengobatan Tradisional
Pendahuluan.
3. Efek parmakologi
UU No. 23/1992
Pasal 47:
1. Pengobatan tradisional merupakan pengobatan upaya pengobatan dan atau perawatan cara
lain diluar ilmu kedokteran dan keperawatan.
2. Pengobatan tradisional aat (1) perlu dibina dan diawasi untuk diarahkan agar dapat menjadi
pengobatan atau perawatan cara caa lain yang didapat di-tanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya.
3. Pengobatab tradisional yang telah dapat di pertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya perlu terus ditingkatkan dan di kembangkan.
Sanksi
Memprodoksi atau mengerdarkan sediaan farmasi berupa obat/ramuan dll yang tidak
memenuhisyarat kefarmasian, pidana 15th penjara/ denda Rp.300jt.
Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewemangan dengn sengaja melakukan pengobatan atau
perawatan, Pidana 5th penjara / denda 100jt / + 1/3 luka berat dan ¼ bila menimbulkan kematian.
Barang siapa menyelenggarakan sarana kesehatan tang tidak memenuhi syarat, Pidana 1th penjara /
denda Rp.15jt
KESIMPULAN.
PERTEMUAN VI
Pokok Bahasan
“Laporan hasil penelitian dan makalah ilmiah dalam bidang kesehatan untuk pengembangan
ilmu kesehatan yang dipresentasikan pada pertemuan ilmiah atau akan dipubilkasikan dalam
majalah atau jurnal ilmia kesehatan (Kedokteran)”
Perkembangan serta timbunan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dewasa ini adalah
berkat akumulasi dari riset yang telah dipblikasikan dan kontribusi ilmuan sbelumnya.
Setiap penelitian berkewajiban membuat publikasi hasil pemelitiannya, sehingga dapatdi
manfaatkan oleh ilmuan lain serta masyarakat luas.
Dengan dipublikasikannya hasil penelitian, peneliti akan menerima umpan balik demi
penyempurnaan dinasa mendatang.
UU no.23/92
Pasal 69
1. Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna yang diperlukan dalam rangka peningkatan derajad
kesehatan masyarakat
2. Penelitian, Pengembangan dan penerapan hasil pemelitian pada manusia sebagai ayat(1)
Dilaksanakan dengan memperhatikan norma tang berlaku dalan masyarakat.
Keterangan tulisan
1. Judul (Title)
2. Nama penulis (Author)
3. Nama Institusi/tempat pemelitian (name of the Institution)
4. Abstrak (absrtak)
5. Pendahuluan(Intoductiion)
6. Bahan/Pasien dan cara kerja (Material/patien and methods)
7. Hasil (Results) dan Diskusi (Discussion)
8. Ringkasan (Summary) dan kesimpulan (Conclusion)
9. Ucapan terima kasih (aknowledgemenents)
10. Daftar rujukan (Refrences)
1. Judul (Title)
Singkat, tepat, logik, dan informatif mencakup penelitian yang telah dilakukan serta spesifik (tidak
meluas)
Jumlah kata dalam judul paling banyak 12 kata, Bila perlu gunakan anak judul
Author: Orang yang mempunyai ide Dan bertanggungjawab penuh terhadap penelitian/penulisan,
bukan senior/prof/pimpinan
4. Abstrak (absrtak)
Berisikan secara singkat seluruk unsur isi makalah, terdiri dari: judul, nama penulis,
Nama Institusi, tujuan penelitian, design penelitian, bahan/pasien, cara, hasil dan kesimpulan,
jumlah kata + 200 kata.
5. Pendahuluan(Intoductiion)
Berisikan latar belakang masalah, Rumusan masalah, Hipotesis dan tinjauan keputusan (dijelaskan
sumber dan pengarangnya dengan memakai kaedah kutipan umum) Hindari terjadinya plagiat (UU
no.6/82 tentang hakcipta, maximal kutipan 10%, bila lebih melanggar hak cipta)
Jelasan secara rinci bahan / pasien yang digunakan sebagai objek penelitian, Jelaskan cara/tahapan
serta prosedur yang digunakan, cara penetapan dan besar sample, cara pengelolahan data, metoda
statistic serta makananya.
Data yang diperoleh harus disajikan secara jujur dan objektif yang mendukung tujuan penelitian dan
hipotesis yang dibangun . Perlu ditambahkan perbandingan hasil penelitian dengan penelitian lai
sebagai bahan diskusi.
8. Ringkasan (Summary) dan kesimpulan (Conclusion)
Merupakan pokok-pokok informasi tulisan secara ringkas dan kesimpulan berisikan ringkasan buah
pikiran penulis (mendukung/menolak hipotesis)
Publikasi.
Etika Publikasi:
KESIMPULAN.
Semua apa yang kita lakukan pasti ada tat caranyan tak kecuali Pernyataan diatas
menjelaskan bahwa untuk membuat suatu tulisan ilmiah harus melalui tahap-tahap, seperti: Judul
(Title), Nama penulis (Author), Nama Institusi/tempat pemelitian (name of the Institution), Abstrak
(absrtak), Pendahuluan(Intoductiion), Bahan/Pasien dan cara kerja (Material/patien and methods),
Hasil (Results) dan Diskusi (Discussion), Ringkasan (Summary) dan kesimpulan (Conclusion), Ucapan
terima kasih (aknowledgemenents), Daftar rujukan (Refrences) dan tata cara mempublikasikan hasil
penelitiannya, serta menjelaskan apa itu makalah ilmiah kesehatan.
PERTEMUAN VII
Pokok Bahasan
Manusia: Merupoakan the final test site, setelah dinyatakan aman efektif dan berhasil
dilaksanakan pada hewan.
Hewan: Mahkluk yang peka dan mempunyai perasaan. Untuk dilakukan uji coba perlu
pertimbangan / etik;
I: Pertama kali obat di uji coba pada manusia/sukarelawan (sehat) di RS/lembaga dengan
pengawasan ketat para ahli.
II: Obat diuji coba Pada sekelompok kecil penderita, Subjek diseleksi dengan ketat, dan dawasi ahli
(kompeten)
Tujuan: Melihat efek terapeutik pada penderita
III: Obat dicoba kan pada kelompok penderita yang lebib besar, apabila tahapan ini sudah aman
dan cukup efektif maka sudah dapat dipasarkan.
IV: Tahap pengumpulan dat efektifitas, Efek samping obat penggunaan jangka panjang serta
penggunaan yang berlebihan dan penyalahgunaan obat.
Ilmiah berdasarkan ekseperiment labratorium hewan dan pengetahuan secara Literatur yang
Adekuat
Desain eksperimen diajukan dalam bentuk protokol kepada komisi Independen untuk
dipertimbangkan, dikomentari dan dibimbing.
Dikerjakan oleh orang yang kompeten dan diawasi oleh tenaga medik.
Penelitian harus mengerti resiko yang akan muncul serta manfaat yang diharapkan.
Subjek harus dijelaskan semua resiko dan kemungkinan yang akan terjadi Eksperimen harus
dihentikan bila timbul bahaya atau efek yang tidak diharapkan.
Harus melalui perjanjian tertulis yang jelas dengan subjek, peneliti dan Depkes serta penegak
hukum.
Dokter memilih dan diperbolehkan cara pengobatan yang cocok dengan tujuan menyelamatkan
jiwa, memulihkan kesehatan dan mengurangi penderita.
Asas manfaat, bahaya yang akan timbul serta rasa ketidak enakan pada subjek yang selalu
dipertimbangkan.
Setiap kelompok eksperimen harus mendapatkan perlakukan yang baik, layak dan manusiawi.
Harus melalui perjanjian tertulis yang jelas dengan subjek, peneliti dan Depkes serta penegak
hukum.
Subjek sukarela, sehat atau pasien (tidak ada hubungan dengan penyakit yang sedang ia derita).
Anak-anak: secara umum anak-anak tidak boleh jadi ujicoba, kecuali kasus tertentu yang tidak bias
dianalogkan dan usia diatas 7 tahun (persetujuan orang tua).
Wanita hamil/menyusui tidak boleh ikut penelitian bila akan membawa akibat pada janinnya kecuali
pada riset non terapeutik.
Penderita penyakit jiwa/cacat mental: tidak dibolehkan untuk ikut penelitian (sama dengan anak-
anak).
Masyarakat ekonomi lemah dikhawatirkan keikutsertaan mereka semata karena ingin keuntungan
bukan karena ilmu.
Kewajiban penelitian
Melaksanakan tertib administrasi dan kearsipan (Rekam Medis dan Informan Consent Subjek).
Laporan Khusus (hal diluar dugaan sebelum kondisi lebih parah atau gawat)
Informan Consent
UU No. 23/1992.
1. Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan Iptek yang
tepat guna meningkatkan derajat kesehatan.
2. Penelitian, pengembangan dan penerapan hasil pada manusia memperhatikan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
KESIMPULAN
Ungkapan diatas menjelaskan bahwa, semua uji coba harus melihat resiko serata efek
samping yang muncul akibat uji coba tersebut dan memiliki tanggungjawab tersendiri, Baik manusia
ataupun hewan, sebab keduanya adalah mahkluk hidup yang mempunyai perasaan dan bias
merasakan sakit.
http://handri-haryadi.blogspot.co.id/2011/12/makalah-aspek-hukum-kesehatan.html
Pengertian Hukum
Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai manusia dalam
kehidupan bersama. Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem
peraturan, sistem asas-asas, mengandung pesan kultural karena tumbuh dan berkembang
bersama masyarakat.
Pengertian hukum kesehatan :
Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari tenaga kesehatan
dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima
upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta organisasi dan sarana.
Informed Consent
2. Pasien berhak bertanya tentang hal-hal seputar rencana tindakan medis yang akan
diterimanya tersebut apabila informasi yang diberikan dirasakan masih belum jelas,
3. Pasien berhak meminta pendapat atau penjelasan dari dokter lain untuk memperjelas
atau membandingkan informasi tentang rencana tindakan medis yang akan dialaminya,
5. Semua informasi diatas sudah harus diterima pasien SEBELUM rencana tindakan
medis dilaksanakan. Pemberian informasi ini selayaknya bersifat obyektif, tidak memihak,
dan tanpa tekanan. Setelah menerima semua informasi tersebut, pasien seharusnya diberi
waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan keputusannya.
2. Prosedur pelaksanaannya
6. Alternatif lain sebagai pengganti rencana tindakan medis itu, termasuk keuntungan dan
kerugian dari masing-masing alternatif tersebut
Jadi yang paling berhak untuk menentukan dan memberikan pernyataan persetujuan terhadap
rencana tindakan medis adalah pasien itu sendiri. Namun apabila pasien tersebut tidak
memenuhi 3 kriteria tersebut diatas maka dia akan diwakili oleh wali keluarga atau wali
hukumnya.
Untuk beberapa jenis tindakan medis yang berkaitan dengan kehidupan berpasangan sebagai
suami-istri. Misalnya tindakan terhadap organ reproduksi, KB, dan tindakan medis yang bisa
berpengaruh terhadap kemampuan seksual atau reproduksi dari pasien tersebut.
Proses pemberian informasi dan permintaan persetujuan rencana tindakan medis ini bisa saja
tidak dilaksanakan oleh dokter apabila situasi pasien tersebut dalam kondisi gawat darurat.
Dalam kondisi ini, dokter akan mendahulukan tindakan untuk penyelamatan nyawa pasien.
Prosedur penyelamatan nyawa ini tetap harus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan /
prosedur medis yang berlaku disertai profesionalisme yang dijunjung tinggi.
Setelah masa kritis terlewati dan pasien sudah bisa berkomunikasi, maka pasien berhak untuk
mendapat informasi lengkap tentang tindakan medis yang sudah dialaminya tersebut.
Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi
dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan
dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah
dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan
langsung.
Pada pasal 2, ayat (3)dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah
wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun.
Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga
kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis, sehingga dari aspek profesionalisasian,
perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.
Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan)
dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa
tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan.
5. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan
bidan. Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga
keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau
adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan membuka praktik
swasta.
Dalam sistem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.
Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung
kepada pangkat/golongan atasannya
2. Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan
pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :
3. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak
pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
5. Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi
tenaga kesehatan.