Vous êtes sur la page 1sur 34

Aspek Hukum Dalam Praktek

Keperawatan

Oleh :

KELOMPOK 1
AKADEMI PERAWATAN MALAHAYATI
MEDAN
2012/2013

AKADEMI PERAWAT MALAHAYATI MEDAN


TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Aspek Hukum
Dalam Praktek Keperawatan” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber.
Makalah ini memuat tentang “Aspek Hukum Dalam Praktek Keperawatan” yang
mengidentifikasikan dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan dengan hal-hal
nyata dalam keperawatan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh sebab itu kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami yang
telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun
makalah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..4
1.2 Tujuan…………………………………………………………………….…...5
1.3 Metode………………………………………………………………………...5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Praktik Keperawatan Profesional………………………………….6
2.2 Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan Praktik Keperawatan……..………8
2.3 Kredensial Praktik Keperawatan………..……………………………………11
2.4 Pelindungan Hukum Untuk Keperawatan……….…………………………..14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………….………………………16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….……………………..17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat. PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum
bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat
menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan
yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi
dan beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya
kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua
perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar
belakang ilmiah yang mereka miliki.
12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum tersebut
akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Undang
Praktik keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa
keberadaan Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat
terhadap pelayanan keperawatan dan profesi perawat. Indonesia, Laos dan Vietnam adalah
tiga Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-Undang Praktik
Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal ini
mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya regulasi praktik
keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita sulit
memasuki dan mendapat pengakuan dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk
ke negara kita.
Masih perlukah kita mempertanyakan lagi, apakah harus ada Undang Undang Praktik
Keperawatan di bumi pertiwi ini? Jawaban dari pertanyaan yang amat mendasar, apakah
masyarakat Indonesia mempunyai hak untuk menerima pelayanan keperawatan yang
bermutu, adalah jawaban untuk memastikan bahwa Undang Undang Praktik Keperawatan,
terlalu terlambat untuk disahkan, apalagi untuk dipertanyakan. Sementara negara negara
ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang Undang
Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu.
Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk
menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara
lain. Ketika penandatanganan Mutual Recognition Arrangementdi Philippines tahun 2006,
posisi Indonesia sama dengan Vietnam, Laos dan Myanmar.., yang belum memiliki Konsil
Keperawatan. Memprihatinkan.....!!! Sangat wajar, jika PPNI pada Rakernas II di Semarang
mendeklarasikan ”Gerakan Nasional: Sukseskan Undang Undang Praktik
Keperawatan”. Gerakan Nasional ini menggunakan momentum International Nurses Day,
12 Mei 2008, sebagaiHari Kebangkitan Perawat Indonesia. Bangkitlah
PerawatIndonesia....berikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia. Bersama Perawat,
Masyarakat Sehat...!!! ”
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui masalah-masalah RUU praktik
keperawatan.
1. Mengetahui definisi dan tujuan praktik keperawatan
2. Mengetahui pentingnya Undang-undang Praktik Keperawatan
3. Untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan
4. Mengetahui isi Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik
keperawatan
5. Mengetahui tujuan dan komponen regulasi dalam praktik keperawatan
C. METODE
Dalam pembuatan makalah ini,metode yang digunakan adalah metode deskriftif yang
mencangkup pengumpulan buku dan literature serta diskusi kelompok.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang
sakit, luka dan usia lanjut (di kutip oleh Ellis, Harley, 1980).
Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap
masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence Nigthingale dalam bukunya What it is
and What it is not)
PENGERTIAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Keperawatan adalah fungsi unik dari perawat membantu individu sakit atau sehat dalam
melaksanakan segala aktivitasnya untuk mencapai kesehatan atau untuk meninggal dunia
dengan tenang yang dapat dapat ia lakukan sendiri tanpa bantuan apabila cukup kekuatan,
harapan dan pengetahuan (Virginia Handerson, 1958)
Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif serta di tujukan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yg mencakup seluruh siklus kehdpan manusia
(Lokakarya keperawatan Nasional 1986)
Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan
atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji
status, menentukan diagnosa, merencanakan dan mengimplementasi strategi keperawatan
untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan
(National Council of State Board of Nursing/NCSBN)
Praktik keperawatan profesional tertuang juga dlm Nurse Practice Art New York 1972
Praktik keperawatan terdapat dalam American Nursing Association/ANA)
PERANAN LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN
A.Pengertian Legal
Legal adalah sesuat yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
B.DimensiLegal dalam Keperawatan
Perawat perlu tahu ttg hukum yang mengatur prakteknya untuk:
1.Memberikan kepastian bahwa keputusan & tdkan prwt yg di lakukan konsisten dg
prinsip-prinsip hokum
2. Melindungi perawat dari liabilitas
C.Perjanjian atau kontrak dalam perwalian
Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau lebih
partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu. Dalam konteks hukum, kontrak sering di sebut
dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya mengikat orang yg satu dengan orang lain.
Hukum perikatan di atur dlm UU hukum Perdata pasal 1239
" Semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak mempunyai nama
tertentu, tunduk pada ketentuan2 umum yang termatub dlm bab ini dan bab yg lalu." Lebih
lanjut menurut ketentuan pasal 1234 KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk memberikan,
berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat sbb:
Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (Consencius)
Ada kecakapan thp pihak2 untuk membuat perjanjian (capacity)
Ada sesuatu hal tertentu ( a certain subjec matter) dan ada sesuatu sebab yg halal (Legal
Cause) (Muhammad 1990) Kontrak perawat-pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan
keperawatan. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan di terima di tempat kerja
Kontrak P-PS di gunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yg bekerja sama
Kontrak jg untuk menggugat pihak yg melanggar kontrak yg di sepakati

D. Batas Tanggung Jawab dalam Keperawatan


Menjalan Pesanan Dokter Menurut Becker (Dlm Kozier,Erb 1990) empat hal yg hrs di
tanyakan perawat untuk melindungi mereka secara hukum:
 Tanyakan pesanan yg di tanyakan pasien
 Tanyakan setiap pesanan setiap kondisi pasien berubah
 Tanyakan dan catat pesan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi.
 Tanyakan pesanan (Standing Order ), terutama bila perawat tdk berpengalaman.
Fungsi Hukum Dalam Praktek Keperawatan
a. Hkm memberikan kerangka u/ menentukan tindakan keperawatan mana yg sesuai dg
hukum
b. Membedakan tujuan perawat dengan tujuan profesi yang lain
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tidkan keprwt mandiri
d. Membantu dlm mempertahankan standar praktik keprwt dg meletakan posisi prwt
memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier,Erb)
2.2 UNDANG-UNDANG YANG BERKAITAN DENGAN PRAKTIK KEPERAWATAN
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat.
PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan
perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga
keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan
perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka
lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering tejadi dan beberapa
perawat lulus pendidikan tinggi merasa prustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran,
fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama
pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka
miliki.
UU dan peraturan lainnya yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktek
keperawatan :
1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
2. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga
kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan apoteker.
Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan
pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas
dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga
pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa
pengawasan langsung.
UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya mengklaripikasikan tenaga kesehatan
secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan
hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum
tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat
ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri
karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.
3. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan
rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3
dihelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada
pasal 2 memiliki kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai
negeri juga diberlakukan terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan
kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga
tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh bagai mana sisitem rekruitmen calon pesrta
wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak menjalankaqn wajib kerja dll. Yang perlu
diperhatikan dalam UU ini,lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi
tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek propesionalisasian, perawat
rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.
4. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan (termasuk
bidan) dan paramedic non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini
bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.
5. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan
bidan. Bidan seperti halnya dokter, diizinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga
keperawatan secara resmi tidak diizinkan. Dokter dapat membuka praktik swasta untuk
mengobati orang sakit dan bidan dapat menolong persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini
boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi propesi keperawatan. Kita ketahuai Negara lain
perawat diizinkan membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak perawat harus
menggantikan atau mengisi kekujrangan tenaga dokter untuk mengobati penyakit terutam
dipuskesmas- puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi
perawat yang memperpanjang pelayanan dirumah. Bila memang secara resmi tidak diakui,
maka seharusnya perawat dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan untuk benar-
benar melakuan nursing care.
6. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/ 1986,tanggal 4
Nopember 1989, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan system kredit
poin.
Dalam system ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap 2 tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga
keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang kesehatan, yang sudah mencapai golongan
II/a, Pengatur Rawat/ Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan
Sarjana/S I Keperawatan.
System ini menguntungkan perawat karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung
kepada pangkat/ golongan atasannya
7. UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak
pasien, kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk
keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan
UU praaktik keperawatan adalah :
a. Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
b. Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesui
dengan profesinya.
c. Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien.
2.3 KREDENSIAL PRAKTIK KEPERAWATAN
Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi
keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi keperawatan
mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya.
Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi), registrasi (pendaftaran), pemberian
sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi ( Kozier Erb, 1990).
Karena proses kredensial praktik keperawatan di Indonesia belum ditata secara
sempurna, maka dalam penjelasan berikut akan diuraikan proses kredensial yang
dilaksanakan baik di Amerika maupun Kanada.
IZIN PRAKTIK DAN REGISTRASI
Izin praktik keperawatan pada dasarnya bukan merupakan topik baru bagi para perawat
Indonesia. PPNI dalam berbagai kesempatan telah mendiskusikan topik ini. Para ahli yang
antusias dalam mengembangkan kualitas dan praktik keperawatan telah pula memberikan
sumbangan pikiran. Namun, izin praktik keperawatan sampai tulisan ini dibuat masih tetap
merupakan perjuangan keperawatan.
Bagi setiap profesi atau pekerjaan untuk mendapatkan hak izin praktik bagi anggotanya,
biasanya harus memenuhi tiga kriteria :
Ada kebutuhan untuk melindungi keamanan atau kesejahteraan masyarakat.
Pekerjaan secara jelas merupakan area kerja yang tersendiri dan terpisah.
Ada suatu organisasi yang melaksanakan tanggung jawab proses pemberian izin.
(KozierErb,1990).
Izin praktik keperawatan diperlukan oleh profesi dalam upaya meningkatkan dan
menjamin professional anggotanya. Bagi masyarakat izin praktik keperawatan merupakan
perangkat perlindungan bagi mereka untuk mendapat pelayanan dari perawat professional
yang benar-benar mampu dan mendapat pelayanan keperawatan dengan mutu tinggi.
Tidak adanya izin keperawatan menempatkan profesi keperawatan berasa pada posisi yang
sulit untuk menentukan mutu keperawatan. Kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai
jenjang pendidikan keperawatan dengan standar atau mutu antar institusi pendidikan yang
tidak sama. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa seseorang yang telah lulus dari
pendidikan keperawatan belum tentu cukup menguasai kompetensinya sebagai perawat.
Situasi inilah yang membuat para pemimpin keperawatan cukup prihatin. Pihak pasien tidak
tahu apakah pendidikan perawat atau justru diperburuk oleh kualitas keperawatan yang
diberikan oleh para perawat yang dipersiapkan dengan tidak mantap.
Perkembangan pemberian izin praktik keperawatan cukup bervariasi di setiap Negara. Di
Amerika Serikat misalnya, izin praktik keperawatan diberikan pada perawat professional
mulai pada tahun 1903 tepatnya di Negara bagian North Carolina.
Pada tahun 1923 semua Negara bagian telah mempunyai izin praktik bagi para
perawat.Untuk mendapatkan izin praktik maka seorang lulusan dari pendidikan professional
keperawatan harus mendaftarkan diri pada dewan keperawatan yang ada di setiap provinsi
untuk mengikuti ujian. Di Amerika Dewan ini bernama State Board of Nursing, atau Board of
Registered Nursing, atau Board of Nurse Examinors. Biaya ujian cukup bervariasi antara US$
25- 100.
Di Kanada, perawat dalam bekerja tidak melalui proses pemberian izin kecuali di
provinsi Quebec. Namun, mereka tercatat atau didaftar oleh persatuan perawat di masing-
masing provinsi dan oleh College of Nurse of Ontario. Perawat di Amerika juga didaftar
sebagai pelengkap dari pemberian izin praktik.
Selain kepada perawat professional maka izin praktik juga diberikan pada para lulusan
dari pendidikan jangka pendek (misalnya dua tahun) untuk menjadi registrated Nurse
Assistance (RNA) yang lingkup kerjanya adalah membantu para RN dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Bagi para perawat yang telah menyelesaikan pendidikan spesialisasi keperawatan
(Master Degree) maka kepada mereka diperbolehkan mengikuti ujian untuk mendapatkan
izin advanced nursing practice. Ujian yang diselenggarakan sesuai dengan spesialisasi
misalnya perawat spesialis anestesi, perawat spesialis kebidanan, perawat spesialis klinik,
perawat spesialis anak, perawat spesialis kesehatan keluarga, perawat spesialis kesehatan
sekolah, perawat spesialis jiwa dan lain-lain. Setelah lulus ujian maka kepada mereka diberi
sebutan keprofesian sesuai spesialisasi yang diambil.
REGISTRASI
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan
resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan
memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan
pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima.
Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun.
Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem pemberian izin praktik
dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk semua perawat baik bagi lulusan SPK,
akademi, sarjana keperawatan maupun program master keperawatan dengan lingkup praktik
sesuai dengan kompetensi masing-masing.
SERTIFIKASI
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah memenuhi standar
minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu seperti kesehatan ibu dan anak,
pediatric , kesehatan mental, gerontology dan kesehatan sekolah. Sertifikasi telah diterapkan
di Amerika Serikat. Di Indonesia sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak menutup
kemungkinan dimasa mendatang hal ini dilaksanakan.
AKREDITASI
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi kepada
institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau badan pemerintah
tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil. Pendidikan
keperawatan pada waktu tertentu dilakukan penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III
keperawatan dan sekolah perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan
untuk jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem
akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.
2.4 . PELINDUNGAN HUKUM UNTUK KEPERAWATAN
Perawat sebagai tenaga professional memiliki akuntabilitas terhadap keputusan dan
tindakannya. Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat
membuat kesalahan dan kelalaian baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja.
Untuk menjalankan praktiknya, maka secara hukum perawat harus dilindungi
terutama dari tuntutan malpraktik dan kelalaian pada keadaan darurat. Sebagai contoh,
misalnya di amerika serikat terdapat UU yang bernama Good Samaritan Acts yang
melindungi tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan pada keadaan darurat. Di
Kanada, terdapat UU lalu lintas yang membolehkan setiap orang untuk menolong korban
pada setiap situasi kecelakaan, yang bernama Traffic Acts.
Di Indonesia, dengan telah terbitnya UU kesehatan No.23 tahun 1992 memberikan
suatu jalan untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah termasuk disini UU yang mengatur
praktik keperawatan dan perlindungan dari tuntunan malpraktik. Diberbagai Negara maju
dimana tuntutan malpraktik terhadap tenaga professional semakin meningkat jumlahnya,
maka berbagai area pelayanan kesehatan telah melindungi para tenaga kesehatan termasuk
perawat dengan asuransi liabilitas atau asuransi malpraktik. Seiring dengan perkembangan
zaman, tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang asuransi malpraktik juga perlu
dipertimbangkan bagi semua tenaga kesehatan termasuk perawat di Indonesia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya adalah sebagai
berikut :
1. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan.
2. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan
semakin meningkat.
3. 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, memontum tersebut akan
digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Undang
Praktik keperawatan.
4. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-
Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan dan profesi perawat.
5. Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-
Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam
jumlah besar.
6. Perawat Indonesia dinilai belum bisa bersaing ditingkat global.
7. Undang Undang Praktik Keperawatan, terlalu terlambat untuk disahkan, apalagi untuk
dipertanyakan. Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore,
Malaysia, sudah memiliki Undang- Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts)
sejak puluhan tahun yang lalu.
8. Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara
penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
9. Konsil keperawatan bertujuan untuk melindungi masyarakat, menentukan siapa yang boleh
menjadi anggota komunitas profesi (mekanisme registrasi), menjaga kualitas pelayanan dan
memberikan sangsi atas anggota profesi yang melanggar norma profesi (mekanisme
pendisiplinan).
10. UU Praktik Perawat, selain mengatur kualifikasi dan kompetensi serta pengakuan profesi
perawat, kesejahteraan perawat, juga diharapkan dapat lebih menjamin perlindungan kepada
pemberi dan penerima layanan kesehatan di Indonesia
http://akpermalahayatimedan.blogspot.co.id/2013/05/aspek-hukum-dalam-praktek-
keperawatan.html

makalah Aspek Hukum kesehatan Lingkungan


Hendri Haryadi

STIKes ALIFAH Padang

PERTEMUAN V

Aspek Hukum kesehatan Lingkungan

Pokok Bahasan

 Pengertian kesehatan lingkungan


 Kesehatan Lingkungan dalam perundang-undangan

Pengertian Kesehatan Lingkungan.

 Yakni suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis
antara manusia dengan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat, sejahtera, dan bahagia. (UU No. 4/1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup)
 Hygiene: Segalah usaha untuk memelihara dan mempertinggi drajad kesehatan. (UU No.
11/1962)
 Usaha-usaha Umum:
1. Dilakukan oleh pemerintah, swasta, perorangan yang menghasilkan sesuatu yang
dapat digunakan oleh umum.
2. Menghasilkan suatu yang dapat dimanfaatkan langsung oleh umum, seperti: PDAM,
Pabrik makanan dan mainuman, dll
3. Dipergunakan langsung oleh masyarakat, seperti KA, Kapal Laut, Terminal, Bioskop,
Pasar, sekolah dll

Kesehatan Lingkungan Dalam Perundang-undangan.

 UU no. 11/62: hygiene usaha bagi Umum


Tujuannya adalah memelihara dan mempertinggi drajad kesehatan masyarakat yang meliputi:

1. Hygiene air, susu, makanan dan minuman untuk dkonsumsi umum perlu diwasi
mutu kesehatannya.
2. Hygiene perusahaan dan lingkungan perlu memenuhi syarat kesehatan, agar
karyawannya selalu dalam keadaan sehat.
3. Hygiene tempat umum (stasiun, pelabuhan, sekolah, tempat pemandian)harus
memenuhi syarat.
4. Hygiene alat transportasi (KA, is, Kapal, Pesawat) harus memenuhi syarat.

 UU no. 2/66: hygiene

Seluruh usaha manusia/masyarakat yangperlu dijalankan guna mempertahankan dan perkembangan


kesejahteraan, dimana:

1. Masyarakat harus mengerti dan sadar akan keadaan yang sehat, baik kesehatan
individu, maupun kesehatan masyrakat/lingkungan.
2. Pemerintah harus memperhatikan pelayanan kesehatan/lingkungan.

 UU Kesehatan no.23/92

Pasal 22:

1. Keehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujutkan kwalitas lingkungan yang


sehat.
2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan
permukiman, lingkungan kerja, angkutan umum, dll
3. Kesehatan lingkungan meliputi penyidiaan air dan udarah, pengamana limbah padat,
cair, gas, radiasi dan kebisingan pengendalian vektor penyakit dll
4. Setiap tempat/sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan
kesehatan lingkungannya sesuai dengan syarat kesehatan.
Penjelasan:

 Untuk mencapai kesehatan masyatakat yang optimal, perlu ditingkatkan sanitasi lingkungan
termaksud pengobatan perilaku masyarakat.
 Tempat umum, Hotel, pasar, pusat pertokoan, swalayan, mal, bioskop, lingkungan kerja
(perkantoran, pabrik), lingkungan permukima, angkutan umum dll
 Penyehatan air dan udarah untuk meningkatkan kualitas, termaksud penanganan masalah
polusi, penanganan limbah padat, cair, gas, limbah rumah tangga, industri, penanganan
radiaktif, listrik tegangan tinggi, dll.

Sanksi Hukum.

Pasal 82 / UU kesehatan:

Menyelenggarakan tempat/sarana pelanyanan umum yang tidak memenuhi syarat / standart /


ketentuan kesehatan.

Dipidana dengan kurungan maximal 1 tahun dengan denda Maximal Rp. 15 jt.

KESIMPULAN.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa, apa sebenarnya kesehatan lingkungan itu, memelihara
kesehatan lingkungan (Hygiene makanan dan minuman, peusahaan, alat tansportasi ang sesua
dengan ketentuaan UU tentang kesehatan lingkungan serta sanksi untuk pelanggaran UU tersebut.
Yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan darajad kesehatan masyarakat yang optimal
Aspek Hukum Pengobatan Tradisional

Pendahuluan.

 Pengobatan/penyembuhan tradisional atau pengobatan alternatif:”merupakan salah satu


upaya penyembuhan dan perwatan cara lain diluar ilmu kedokteran/keperawatan.
 U[paya lain yang di lakukan sebahagian masyarakat inuk mencapai kesembuhan.
 Diawali pada abad ke 19, pengaruh ajaran agama (Hindu, Budha, Islam,dan Kristen) da aliran
dari Cina, India, Timur tengah, dan Eropa.
Kelompok Pengobatan Tradisional Di Indonesia.

 Ramuan tumbuhan obat


 Fisk. (dukun Beranak, Sunat, Patah tulang, susuk, ketok, refliksiologi akupuntur, dll)
 Meditasi, pernafasan, dan tenaga dalam.
 Cara spiritual (do’a, mantera, psikorerapi)

Beberapa Hasil Penelitian.

 Ramuan tumbuhan Obat.

1. Elemen dan senyawa yang terkandung.

2. Bahan baku alternatif Campuran obat.

3. Efek parmakologi

4. Bahan aktif dari tumbuhan untuk pengobatan.

5. Senyawa yang mempunyai efek samping

6. Gen setelah direkayasa untuk bahan dasar obat

 Meditasi, pernafasan dan tenaga dalam.

Dimungkini terjadinya perubahan metabolismedan konsumsi oksigen atau dapat mengubah


gelombang listrik otak.

UU No. 23/1992
Pasal 47:

1. Pengobatan tradisional merupakan pengobatan upaya pengobatan dan atau perawatan cara
lain diluar ilmu kedokteran dan keperawatan.
2. Pengobatan tradisional aat (1) perlu dibina dan diawasi untuk diarahkan agar dapat menjadi
pengobatan atau perawatan cara caa lain yang didapat di-tanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya.
3. Pengobatab tradisional yang telah dapat di pertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya perlu terus ditingkatkan dan di kembangkan.

Sanksi

 Pasal 80/ ayat (4b)

Memprodoksi atau mengerdarkan sediaan farmasi berupa obat/ramuan dll yang tidak
memenuhisyarat kefarmasian, pidana 15th penjara/ denda Rp.300jt.

 Pasal 82 / Ayat (1a)

Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewemangan dengn sengaja melakukan pengobatan atau
perawatan, Pidana 5th penjara / denda 100jt / + 1/3 luka berat dan ¼ bila menimbulkan kematian.

 Pasal 84 / Ayat (5)

Barang siapa menyelenggarakan sarana kesehatan tang tidak memenuhi syarat, Pidana 1th penjara /
denda Rp.15jt

KESIMPULAN.

Dari pernyataan diatas (Aspek Hukum Pengobatan Tradisional) menjelaskan tengtang


penyembuhan atau pengobatan atau perawatan diluar dari cara medis (Ilmu
kedokteran/keperawatan)/tradisional, dan penggelongan-penggolongan pengobatan tradisional
yaitu Ramuan tumbuhan obat,Fisik. (dukun Beranak, Sunat, Patah tulang, susuk, ketok, refliksiologi
akupuntur, dll), Meditasi, pernafasan, dan tenaga dalam.,Cara spiritual (do’a, mantera, psikorerapi),
serta perlunya pembinaan dan pengawasan pengobatan perawatan tradisional yang dapat
dipernanggungjawabankan manfaat dan keamanannya, Serta beberapa sanksi jika terjadi
pelanggaran pengobatan atau perawatan, seperti Pasal 80 / ayat (4b), Pasal 82 / Ayat (1a), dan Pasal
84 / Ayat (5).

PERTEMUAN VI

Penelitian Ilmia (Pengembangan Kesehatan)

Pokok Bahasan

 Penulisan makalah kesehatan.


 Publikasi makalah kesehatan.

Pengertian Makalah Ilmiah Kesehatan

“Laporan hasil penelitian dan makalah ilmiah dalam bidang kesehatan untuk pengembangan
ilmu kesehatan yang dipresentasikan pada pertemuan ilmiah atau akan dipubilkasikan dalam
majalah atau jurnal ilmia kesehatan (Kedokteran)”

 Perkembangan serta timbunan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dewasa ini adalah
berkat akumulasi dari riset yang telah dipblikasikan dan kontribusi ilmuan sbelumnya.
 Setiap penelitian berkewajiban membuat publikasi hasil pemelitiannya, sehingga dapatdi
manfaatkan oleh ilmuan lain serta masyarakat luas.
 Dengan dipublikasikannya hasil penelitian, peneliti akan menerima umpan balik demi
penyempurnaan dinasa mendatang.

UU no.23/92

Pasal 69

1. Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna yang diperlukan dalam rangka peningkatan derajad
kesehatan masyarakat
2. Penelitian, Pengembangan dan penerapan hasil pemelitian pada manusia sebagai ayat(1)
Dilaksanakan dengan memperhatikan norma tang berlaku dalan masyarakat.

Penulisan Makalah Ilmih Kasehatan.

Keterangan tulisan

1. Judul (Title)
2. Nama penulis (Author)
3. Nama Institusi/tempat pemelitian (name of the Institution)
4. Abstrak (absrtak)
5. Pendahuluan(Intoductiion)
6. Bahan/Pasien dan cara kerja (Material/patien and methods)
7. Hasil (Results) dan Diskusi (Discussion)
8. Ringkasan (Summary) dan kesimpulan (Conclusion)
9. Ucapan terima kasih (aknowledgemenents)
10. Daftar rujukan (Refrences)

Etik tulisan ilmiah:

1. Judul (Title)

Singkat, tepat, logik, dan informatif mencakup penelitian yang telah dilakukan serta spesifik (tidak
meluas)
Jumlah kata dalam judul paling banyak 12 kata, Bila perlu gunakan anak judul

2. Nama penulis (Author)


3. Penulis dalam hal ini boleh dilakukan 1 orang atau lebih. Jika lebih dari 1 orang tetepkan
penulis utama (Author) dan penulis penyerta/ pembantu (co-Author)

Author: Orang yang mempunyai ide Dan bertanggungjawab penuh terhadap penelitian/penulisan,
bukan senior/prof/pimpinan

4. Abstrak (absrtak)

Berisikan secara singkat seluruk unsur isi makalah, terdiri dari: judul, nama penulis,
Nama Institusi, tujuan penelitian, design penelitian, bahan/pasien, cara, hasil dan kesimpulan,
jumlah kata + 200 kata.

Atau komponen abstrak:

IMRAT (Introductions, Methods, Results, And Discussion)

5. Pendahuluan(Intoductiion)

Berisikan latar belakang masalah, Rumusan masalah, Hipotesis dan tinjauan keputusan (dijelaskan
sumber dan pengarangnya dengan memakai kaedah kutipan umum) Hindari terjadinya plagiat (UU
no.6/82 tentang hakcipta, maximal kutipan 10%, bila lebih melanggar hak cipta)

6. Bahan/Pasien dan cara kerja (Material/patien and methods)

Jelasan secara rinci bahan / pasien yang digunakan sebagai objek penelitian, Jelaskan cara/tahapan
serta prosedur yang digunakan, cara penetapan dan besar sample, cara pengelolahan data, metoda
statistic serta makananya.

7. Hasil (Results) dan Diskusi (Discussion)

Data yang diperoleh harus disajikan secara jujur dan objektif yang mendukung tujuan penelitian dan
hipotesis yang dibangun . Perlu ditambahkan perbandingan hasil penelitian dengan penelitian lai
sebagai bahan diskusi.
8. Ringkasan (Summary) dan kesimpulan (Conclusion)

Merupakan pokok-pokok informasi tulisan secara ringkas dan kesimpulan berisikan ringkasan buah
pikiran penulis (mendukung/menolak hipotesis)

9. Ucapan terima kasih (aknowledgemenents)

Ucapan terina kasih kepada orang/ instansi tempat dilaksamakannya penelitian.

10. Daftar rujukan (Refrences)

Publikasi.

Etika Publikasi:

1. Sebaiknya dipresentasikan dahulu sebelun di publikasikan.


2. Pemuatan ilustrasi dari orang lain sebaiknya ada izin yang jelas
3. Pemuatan foto wajah orang lain harus seizing yang bersangkutan. Ditutup bagian mata (agar
idak dikenali) dan tidak boleh dicantumkan nam.
4. Hanya dibolehkan publikasi pada satu media.

KESIMPULAN.

Semua apa yang kita lakukan pasti ada tat caranyan tak kecuali Pernyataan diatas
menjelaskan bahwa untuk membuat suatu tulisan ilmiah harus melalui tahap-tahap, seperti: Judul
(Title), Nama penulis (Author), Nama Institusi/tempat pemelitian (name of the Institution), Abstrak
(absrtak), Pendahuluan(Intoductiion), Bahan/Pasien dan cara kerja (Material/patien and methods),
Hasil (Results) dan Diskusi (Discussion), Ringkasan (Summary) dan kesimpulan (Conclusion), Ucapan
terima kasih (aknowledgemenents), Daftar rujukan (Refrences) dan tata cara mempublikasikan hasil
penelitiannya, serta menjelaskan apa itu makalah ilmiah kesehatan.
PERTEMUAN VII

Riset Biomedik Pada Manusia

Pokok Bahasan

 Riset biomedik pada manusia dan hewan


 Uji klinik
 Informent concent Untuk riset biomedik pada manusia.

Riset Biomedik Pada Manusia Dan hewan

 Manusia: Merupoakan the final test site, setelah dinyatakan aman efektif dan berhasil
dilaksanakan pada hewan.
 Hewan: Mahkluk yang peka dan mempunyai perasaan. Untuk dilakukan uji coba perlu
pertimbangan / etik;

Cara memperoleh hewan, trasportasi , perkandangan, lingkungan, makanan, perawatan dan


pengwasan(Dokter Hewan) serta teknik ujui coba (Tidak menimbulkan rasa sakit/anestesis). Uji coba
meliputi: Fisiologik, Patologik, Taksikologok, dan terapeutik.
Tujuan: Penyempurnaan tatacara diagnosis, terapi, Pencegahan serta peningkatan pengetahuan
tentang etikolagi dan patogenesis penyakit atau kesejahteraan umat.

Uji klinik/ “Clinical Tricial”.

 I: Pertama kali obat di uji coba pada manusia/sukarelawan (sehat) di RS/lembaga dengan
pengawasan ketat para ahli.

Tujuan: mengetahui parmakokinitik dan fatmakodinamik.

 II: Obat diuji coba Pada sekelompok kecil penderita, Subjek diseleksi dengan ketat, dan dawasi ahli
(kompeten)
Tujuan: Melihat efek terapeutik pada penderita

 III: Obat dicoba kan pada kelompok penderita yang lebib besar, apabila tahapan ini sudah aman
dan cukup efektif maka sudah dapat dipasarkan.

 IV: Tahap pengumpulan dat efektifitas, Efek samping obat penggunaan jangka panjang serta
penggunaan yang berlebihan dan penyalahgunaan obat.

Prinsip-Prinsip dasar (Deklarasi Helsinki).

1. Prinsip Dasar riset.

 Ilmiah berdasarkan ekseperiment labratorium hewan dan pengetahuan secara Literatur yang
Adekuat
 Desain eksperimen diajukan dalam bentuk protokol kepada komisi Independen untuk
dipertimbangkan, dikomentari dan dibimbing.

 Dikerjakan oleh orang yang kompeten dan diawasi oleh tenaga medik.

 Penelitian harus mengerti resiko yang akan muncul serta manfaat yang diharapkan.

 Subjek harus dijelaskan semua resiko dan kemungkinan yang akan terjadi Eksperimen harus
dihentikan bila timbul bahaya atau efek yang tidak diharapkan.

 Harus melalui perjanjian tertulis yang jelas dengan subjek, peneliti dan Depkes serta penegak
hukum.

2. Riset Klinik (Kombinasi Riset Kedokteran dan Pengobatan)

 Dokter memilih dan diperbolehkan cara pengobatan yang cocok dengan tujuan menyelamatkan
jiwa, memulihkan kesehatan dan mengurangi penderita.
 Asas manfaat, bahaya yang akan timbul serta rasa ketidak enakan pada subjek yang selalu
dipertimbangkan.

 Setiap kelompok eksperimen harus mendapatkan perlakukan yang baik, layak dan manusiawi.

 Penolakan subjek atau pasien dalam eksperimen harus dihargai.


 Setiap sikap yang akan diambil oleh peneliti harus melalui pertimbangan panitia independen dengan
protokol yang jelas.

 Harus melalui perjanjian tertulis yang jelas dengan subjek, peneliti dan Depkes serta penegak
hukum.

3. Riset Biomedik Nin Klinik (Riset Non Terapi)

 Tujuan: Ilmiah murni melindungi jiwa dan kesehatan.

 Subjek sukarela, sehat atau pasien (tidak ada hubungan dengan penyakit yang sedang ia derita).

 Penelitian harus dihentikan bila timbul bahaya.

 Harus mendahulukan kesejahteraan subjek daripada kepentingan ilmu pengetahuan/masyarakat.

4. Riset pada subjek khusus.

 Anak-anak: secara umum anak-anak tidak boleh jadi ujicoba, kecuali kasus tertentu yang tidak bias
dianalogkan dan usia diatas 7 tahun (persetujuan orang tua).

 Wanita hamil/menyusui tidak boleh ikut penelitian bila akan membawa akibat pada janinnya kecuali
pada riset non terapeutik.

 Penderita penyakit jiwa/cacat mental: tidak dibolehkan untuk ikut penelitian (sama dengan anak-
anak).

 Masyarakat ekonomi lemah dikhawatirkan keikutsertaan mereka semata karena ingin keuntungan
bukan karena ilmu.

 Masyarakat sedang berkembang: (sama halnya dengan masyarakat ekonomi lemah).

Kewajiban penelitian

 Menyempurnakan rancangan menjadi dokumen resmi.

 Melaksanakan pemelitian sesuai dengan protokol.

 Melaksanakan tertib administrasi dan kearsipan (Rekam Medis dan Informan Consent Subjek).

 Menyiapkan laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari:


 Laporan Periodik

 Laporan Khusus (hal diluar dugaan sebelum kondisi lebih parah atau gawat)

 Laporan akhir penelitian.

Informan Consent

 Pengakuan kesediaan dalam penelitian

 Penjelasan latar belakang dan sebab penelitian.

 Jangka waktu subjek ikut berpartisipasi.

 Gambaran harapan subjek dan penjelasan prosedur.

 Gambaran manfaat resiko yang mungkin terjadi.

 Gambaran untung atau imbalan dan rugi bagi subjek.

 Jaminan pengobatan dan kerahasian subjek.

 Jumlah subjek yang diteliti.

UU No. 23/1992.

1. Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan Iptek yang
tepat guna meningkatkan derajat kesehatan.

2. Penelitian, pengembangan dan penerapan hasil pada manusia memperhatikan norma yang berlaku
dalam masyarakat.

3. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan Iptek pada manusia harus memperhatikan


kesehatan dan keselamatan.

KESIMPULAN
Ungkapan diatas menjelaskan bahwa, semua uji coba harus melihat resiko serata efek
samping yang muncul akibat uji coba tersebut dan memiliki tanggungjawab tersendiri, Baik manusia
ataupun hewan, sebab keduanya adalah mahkluk hidup yang mempunyai perasaan dan bias
merasakan sakit.

http://handri-haryadi.blogspot.co.id/2011/12/makalah-aspek-hukum-kesehatan.html

Aspek Hukum Dalam keperawatan


Posted on March 23, 2013

Pengertian Hukum

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan


atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan tingkah laku
yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan
suatu sanksi.

Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai manusia dalam
kehidupan bersama. Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem
peraturan, sistem asas-asas, mengandung pesan kultural karena tumbuh dan berkembang
bersama masyarakat.
Pengertian hukum kesehatan :

Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari tenaga kesehatan
dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima
upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta organisasi dan sarana.

Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan

1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawata

2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain

3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi


perawat memiliki akuntabilitas di bawah hokum

Hak – hak pasien

1. Memberikan persetujuan (consent)

2. Hak untuk memilih mati

3. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya

4. Hak pasien dalam penelitian

Hak – hak perawat

1. Hak perlindungan wanita

2. Hak berserikat dan berkumpul


3. Hak mengendalikan praktek keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum

4. Hak mendapat upah yang layak

5. Hak bekerja di lingkungan yang baik

6. Hak terhadap pengembangan profesional

7. Hak menyusun standar praktek dan pendidikan keperawatan

Informed Consent

Ada 3 hal yang menjadi hak mendasar dalam Menyatakan Persetujuan


Rencana Tindakan Medis yaitu hal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (the right to
health care), hak untuk mendapatkan informasi (the right to information), dan hak untuk ikut
menentukan (the right to determination)

Hak atas informasi

1. Sebelum melakukan tindakan medis baik ringan maupun berat.

2. Pasien berhak bertanya tentang hal-hal seputar rencana tindakan medis yang akan
diterimanya tersebut apabila informasi yang diberikan dirasakan masih belum jelas,

3. Pasien berhak meminta pendapat atau penjelasan dari dokter lain untuk memperjelas
atau membandingkan informasi tentang rencana tindakan medis yang akan dialaminya,

4. Pasien berhak menolak rencana tindakan medis tersebut

5. Semua informasi diatas sudah harus diterima pasien SEBELUM rencana tindakan
medis dilaksanakan. Pemberian informasi ini selayaknya bersifat obyektif, tidak memihak,
dan tanpa tekanan. Setelah menerima semua informasi tersebut, pasien seharusnya diberi
waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan keputusannya.

Informasi yang diperoleh:

1. Bentuk tindakan medis

2. Prosedur pelaksanaannya

3. Tujuan dan keuntungan dari pelaksanaannya


4. Resiko dan efek samping dari pelaksanaannya

5. Resiko / kerugian apabila rencana tindakan medis itu tidak dilakukan

6. Alternatif lain sebagai pengganti rencana tindakan medis itu, termasuk keuntungan dan
kerugian dari masing-masing alternatif tersebut

Kriteria pasien yang berhak

1. Pasien tersebut sudah dewasa. batas 21 tahun.

2. Pasien dalam keadaan sadar.

Pasien harus bisa diajak berkomunikasi secara wajar dan lancar.

3. Pasien dalam keadaan sehat akal.

Jadi yang paling berhak untuk menentukan dan memberikan pernyataan persetujuan terhadap
rencana tindakan medis adalah pasien itu sendiri. Namun apabila pasien tersebut tidak
memenuhi 3 kriteria tersebut diatas maka dia akan diwakili oleh wali keluarga atau wali
hukumnya.

Hak suami/istri pasien

Untuk beberapa jenis tindakan medis yang berkaitan dengan kehidupan berpasangan sebagai
suami-istri. Misalnya tindakan terhadap organ reproduksi, KB, dan tindakan medis yang bisa
berpengaruh terhadap kemampuan seksual atau reproduksi dari pasien tersebut.

Dalam Keadaan Gawat Darurat

Proses pemberian informasi dan permintaan persetujuan rencana tindakan medis ini bisa saja
tidak dilaksanakan oleh dokter apabila situasi pasien tersebut dalam kondisi gawat darurat.
Dalam kondisi ini, dokter akan mendahulukan tindakan untuk penyelamatan nyawa pasien.
Prosedur penyelamatan nyawa ini tetap harus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan /
prosedur medis yang berlaku disertai profesionalisme yang dijunjung tinggi.

Setelah masa kritis terlewati dan pasien sudah bisa berkomunikasi, maka pasien berhak untuk
mendapat informasi lengkap tentang tindakan medis yang sudah dialaminya tersebut.

Tidak berarti kebal hukum


Pelaksanaan informed consent ini semata-mata menyatakan bahwa pasien (dan/atau walinya
yang sah) telah menyetujui rencana tindakan medis yang akan dilakukan. Pelaksanaan
tindakan medis itu sendiri tetap harus sesuai dengan standar proferi kedokteran. Setiap
kelalaian, kecelakaan, atau bentuk kesalahan lain yang timbul dalam pelaksanaan tindakan
medis itu tetap bisa menyebabkan pasien merasa tidak puas dan berpotensi untuk mengajukan
tuntutan hukum. Informed consent tidak menjadikan tenaga medis kebal terhadap hukum atas
kejadian yang disebabkan karena kelalaiannya dalam melaksanakan tindakan medis.

1. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan

UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan

Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.

2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.

UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi
dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan
dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah
dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan
langsung.

3. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan

UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.

Pada pasal 2, ayat (3)dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah
wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun.

Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga
kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis, sehingga dari aspek profesionalisasian,
perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

4. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan

SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979

Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan)
dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa
tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan.
5. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan

Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan
bidan. Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga
keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau
adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan membuka praktik
swasta.

6. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan

SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986, tanggal 4


November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit point.

Dalam sistem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.

Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung
kepada pangkat/golongan atasannya

7. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan

1. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, merupakan UU yang banyak memberi kesempatan


bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini
dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

2. Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan
pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :

3. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak
pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

4. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau


melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya

5. Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi
tenaga kesehatan.

Namun kenyataannya sampai sekarang UU praktek keperawatan belum juga disahkan


https://imalisaanatri.wordpress.com/2013/03/23/aspek-hukum-dalam-keperawatan/

Vous aimerez peut-être aussi