Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Kegemukan / obesitas
4
usia (lebih dari 60 th), jenis kelamin (pria lebih berisiko), serta kebiasaan
merokok,kurang gerak, kegemukan dsb.
3. Diabetes Militus
Adalah keadaan/kelainan dimana terdapat gangguan metabolisme
karnohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan karena kekurangan insulin. Hal
ini dapat menyebabkan gula darah tertimmbun dalam darah (hiperglikemia) dengan
berbagai akibat yang mungkin terjadi. Pada orang kegemukan, hiperglikemia
terjadi karena insulin yang dihasilkan tidak memenuhi kecukupan.
Tipe DM:
a. Tipe I
Insulin Dependent DM (IDDM) terjadi kerusakan sel dan pankreas sehingga
kadar insnulin kurang. Biasanya berat badan normal atau dibawah normal yanng
disertai dnegan gejala banyak makan dan minumm dan kurang buang air kecil
b. Tipe II
Non Insulin Dependent DM (NIDM) selain terjadi kerusakan sel dan
pankreas juga disertaii tidak fungsiya insulin, 75% penderitanya adalah
obesitas dengan riwayat obesitas.
c. Tipe III/ Serosis Hepatis
Lemak yang berlebihan akan ditimbunndalm hati yang akan menyebabkan
terjadinya pelemakan hati dan memicu terjadinya penyakit serosis hepatis.
Selain itu serosis hepatis juga disebabkan karena radang hati (hepatis) akibat
kebiasaan minum alkohol yang berlebih. Sirosis hati ini akan berkembang
menjadi kanker hati.
6
akibat pemberiann obat-obatan tertentu dan lain-lain. Akibatnya,pengosongan
isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usu sulit terjadi atau isi usus
tertahan.pada konstipasi kotoran didalam usus menjadi keras dan kering dan
pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan pada usus disertai rasa
sakit pada daerah tertentu
8. isolation (depresi)
prubahan status sosial, betambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian
sosial serta perubahan-perubahan akibat prosesnya kemandirian sosial serta
perubahan-peruahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu
munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering kali gejala depresi
menyertai penderia dengan penyakit ganggguan fisik, yang tidak dapat
diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang
muncul sering kali dianggap menjadi suatu bagian dari proses menua yang
normal ataupun tidak khas.
Gejala dpresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia,sering
menangis,merasa kesepian,tidur terganggu,pikiran dan gerakan tubuh
melambat cepat lelah dan mmenurunnya aktivitas, tidak selera makan, berat
baan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan
perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya
dinikmati,menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin
hidup, dan gejal fisik lainnya
9. inanition (kurang gizi)
Hal ini dapat disebabkan perubahan perubahan lingkungan aupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih
makanan yang bergizi, isolasi sosia (terasing dari masyarakat) terutama
karena gangguan panca indra, kemiskinan, hidup seoranng diri yang terutama
terjadi pada pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup,
sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan
tidur, alkoholisme, obat-obatan dll
10. impecunity (tida punya uang).
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemapuan fisik dan mental akan
berkurang secara perlahan, yang menyebabkan ketidak mampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua agar bahagia
kelak , ada 3 syarat yang perludierhatikan yaitu memiliki uang yang
diperlukan,memenuhi kebutuhan sahari-hari, memiliki tempat yang layak,
mempunyai perranan didalam menjalani masa tuanya.
11. iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan).
7
disini lansia yang menderita penyakit lebih dari satu akan sering dijumpai
sehingga akan membutuhkan obat yag lebih banyak, apalagi pengonsumsian
obatnya dalam waktu jangka panjang tanpa pengawasan dokter maka dapat
mennyebabkan tibulnya penyakit akibat pemakaian obat yang digunakan.
12.Insomnia (gangguan tidur).
Hal ini sering terjadi karena para lansia sulit untuk tidur disebabkan oleh
mudahnya terbangun,tidurnya banyak mimpi sehingga hal itu berakibat lesu
setelah bangun tidur karena tidak bisa tidur.
13.Immune ficiency (daya tahan tubuh yang menurun).
Merupakan salah satu gangguan fungsi tubuh yang terganggu dengan
bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya halini disebabkan
oleh proses menua, tetapi juga dikarenakan berbagai keadaan seperti
penyakit yang sudah lama.
14.Impotence (impotensi).
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yag
cukup untukmelakukan senggama yang memuaskan hal ini terjadi paling
sedikit 3 bulan. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran
darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh
darah (artiosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakiy, dan juga
berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap ranngsangan.
a. Berat Badan
Berat badan ini juga dapat digunakan sebagai indikator status gizi pada
saat skrining gizi dilakukan. Hal ini disebabkan karena berat badan sangat
sensitive terhadap berbagai perubahan komposisi tubuh, sehingga
penurunan atau kenaikan berat badan ini berkaitan erat dengan komposisi
tubuh (Jus’at, 1995). Arisman (2004) mengemukakan beberapa
pertimbangan mengapa berat badan paling sering digunakan sebagai
indikator penialian status gizi, diantaranya : 5
Kategori IMT
f. Lingkar Betis
Lingkar betis ini merupakan salah satu bagian yang diukur pada penilaian
antropometri khusu untuk melihat gambaran status gizi pada lansia.
2) Pemeriksaan Klinis
10
Pada pemeriksaan ini terdapat dua jenis kategori untuk mengetahui status
gizi pada lansia, diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan fisik
Berbagai kelaianan akibat kurang gizi dapat ditemukan pada pemeriksaan
fisik antara lain kehilangan lemak subkutan, ulkus dekubitus karena
kekuurangan protein dan enrgi, edema akibat kekurangan protein,
penyembuhan luka yang lambat karena defisiensi seng dan vitamin C.
Manifestasi klinis lain yang sering dijumpai pada lansia adalah gangguan
keseimbangan cairan, khususnya dehidrasi. Dehidrasi pada lansia dapat
berupa peningkatan suhu tubuh, penurunan volume urin, penurunan
tekanan darah, mual, muntah, dan gagal ginjal akut (Darmojo, 2010).
b. Pemeriksaan Fungsional
Menurut Darmojo (2010) gangguan fungsi pada kemampuan untuk
menyiapkan makanan dan makan secara mandiri dapat menganggu asupan
makan seorang lansia. Seorang lansia yang dapat bergerak bebas di dalam
rumah akan banyak menyiapkan makanan sesuai dengan yang
diinginkannya, sedangkan lansia yang menderita stroke, misalnya, tidak
dapat bergerak bebas untuk menyiapkan 8 makanan sesuai seleranya
sehingga hanya bergantung kepada orang lain untuk makan. Fungsi
kognitif dan psikologis juga menentukan status gizi lansia. Sebagian besar
kehiilangan berat badan pada lansia disebabkan karena depresi.
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Selain itu,kadar protein dan kolesterol
juga bisa dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui status gizi pada
lansia. Pengukuran simpanan protein tubuh seperti albumin, trransferin
dan total iron binding (TIBC) sering dipakai untuk mengukur status gizi
lansia. Sementara serum kolesterol yang rendah pada lansia juga
merupakan indikator status gizi yang kurang pada lansia (Darmojo, 2010).
a) Hemoglobin dan Hematokrit
Protein yang kaya akan protein disebut juga dengan hemoglobin.
Hemoglobin ini memiliki afinitas atau daya gabung terhadap
oksigen dan oksigen tersebut membentuk oxihemoglobin di dalam
sel darah merah. Pengukuran hemoglobin (Hb) dan kematokrit (Ht)
merupakan pengukuran yang mengindikasikan defisiensi sebagai
bahan nutrisi. Kadar hemoglobin dapat mencerminkan status protein
pada malnutrisi berat. Pada pengukuran hematokritmenggunakan
11
satuan persen (%) dan untuk hemoglobin menggunakan satuan
gram/dl.
b) Transferin
Nilai serum transferin adalah parameter lain yang digunakan dalam
mengkaji status protein visceral.
c) Serum Albumin
Indikator yang tak kalah pentingnya dalam menilai status nutrisi dan
sintesa protein adalah nilai dari serum albumin. Kadar albumin
rendah sering terjadi pada keadaan infeksi, injuri, atau penyakit
yang mempengaruhi kerja dari hepar, ginjal, dan saluran pencernaan
d) Keseimbangan Nitrogen
Pemeriksaan keseimbangan nitrogen digunakan untuk menentukan
kadar pemecahan protein di dalam tubuh. Dalam keadaan normal,
tubuh memperoleh nitrogen melalui makanan dan kemudian
dikeluarkan melalui urin. Seseorang beresiko mengalami
malnutrisi protein terjadi jika nilai keseimbangan nitrogen yang
negatif terjadi secara terus menerus. Dikatakan keseimbangan
nitrogen dalam tubuh negative jika katabolisme protein melebihi
pemasukan protein melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari
(Nurachmah, 2001)
2. Metode Frekuensi Makan
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama
periode tertentu seperti hari, minggu, bulan ataupun tahun. Selain itu juga akan
diperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi
karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu
berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi maka cara ini paling sering
digunakan dalam penelitian epidemiologigizi. Kuesioner frekuensi makana
dalah metode penilaiaan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
kualitatif pola konsumsimakanan agar diperoleh data tentang frekuensi dari
konsumsi sejumlahbahan makanan atau makanan jadi dalam suatu periode
hari, minggu,bulan atau tahun (Gibson, 2005).Langkah-langkah metode
frekuensi makanan menurut Supariasa (2002)adalah sebagai berikut:
12
b. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis
bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber
zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.
3. Metode Food Recall 2 x 24 Jam
Tingkat konsumsi makanan dapat diukur dengan menggunakan metode
food recall 2x24 hours. Prinsip dari metode recall 2x24 jam dilakukan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24
jam yang lalu.
Dalam metode ini responden disuruh menceritakan semua yang dim akan
dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak
responden bangun pagi kemarin sampai istirahat tidur malam harinya, atau
dapat juga dimulaidari waktu saat dilakukan wawan cara mundur ke belakang
sampai 24 jam penuh. Apabila pengukuran hanya dilakukan satu kali(1X 24
jam), maka data data yang diperoleh kurang representatif untuk
menggambarkan kebiasaan makan individu. Food recall 24 hours sebaiknya
dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berurutan sehingga dapat
menghasilkan gambaran asupan gizi secara lebih optimal dan bervariasi
(Supariasa, 2002).
Hal penting yang diketahui adalah dengan recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung lebih bersifat kuantitatif. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secra teliti dengan menggunakan alat URT( sendok, gelas, piring
dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari. Untuk
mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan
pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-
upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain
13
E. KEADAAN GIZI LANSIA
1. Kebutuhan energi usia lanjut > 60 tahun 2200 kalori untuk laki-laki dan
1850 kalori untuk wanita.kebutuhan energi menurun sejalan dengan
pertambahan usia karena metabolisme sel dan kegiatan otot berkurang
,penurunan kebutuhan energi adalah 5% per decade namun jika masih
aktif bekerja kebutuhan energy relative tidak menurun.energi yang
diperoleh dari karbohidrat 60%, protein 15% dan, lemak 25 %
2. Kebutuhan protein sehari 0,9 g/kg BB.kebutuhan protein meningkat bila
ada strees fisiologis seperti infeksi, luka bakar, patah tulang, dan operasi.
3. Kebutuhan vitamin dan mineral relative sama dengan usia
sebelumnya.namun asupanya perlu mendapat perhatian karena efisiensi
pencernaaan menurun.vitamin dan mineral yang sering kurang : vitamin
A,B,D,kalsium dan zat besi
4. Konsumsi serat perlu diperhatikan untuk mencegah konstipasi
5. Cairan perlu diperhatikan pada usia lanjut untuk membantu system
pencernaan dan eksresi yang lancer.usia lanjut membutuhkan cairan 1,5
liter atau gelas sehari
14
esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit
dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
d) Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons
antibodi, dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel
T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel
helper, produksi cytokine. Contohnya Yoghurt yang mengandung
Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain. Meningkatkan aktivitas
sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi usus
dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
e) Mikronutrien (vitamin dan mineral)
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun
tubuh orang tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral
yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat,
dan Se.
f) Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak
langsung mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor
dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan
pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan
produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau
rangsangan, dan produksi IL
g) Lycopene
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)
h) Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di
Canada pada sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate
dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen
(pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru
menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan
memori populasi lansia (Daniels S, 2002).
i) Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses
penuaan. Studi yang dilakukan oleh Simin Meydani, PhD. di Boston
menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu peningkatan
respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah
antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara
bertahap akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada
15
respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus
dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).
j) Vitamin C
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada
orang tua, meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta
memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan infeksi
virus, contohnya virus influenzae.
k) Vitamin A
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses
pematangan sel-sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan
antigen asing, menolong mukosa membran termasuk paruparu dari
invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi
tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta
menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta karoten (prekursor
vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi
terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan
memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu
didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni
panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan
urogenital lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan
plasebo
l) Vitamin D
Menghambat respons limfosit Th-1.
16
Selingan Papais 2 bungkus
Semur 1 potong
Pisang 1 buah
Pepaya 1 buah
17
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih
sering dengan porsi yang kecil.
Contoh menu :
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah
dicerna, menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-
gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam
porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari
buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu
makan.
18
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus,
direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng.
H. PENGERTIAN ASMA
“Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi
ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif
(Guyton & Hall 1997).”
Pada saat ini tersedia banyak jenis obat asma yang dapat diperoleh di
Indonesia, tetapi hal ini tidak mengurangi jumlah penderita asma. Beberapa
negara melaporkan terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penderita
asma (Taufik et al 1999). Hal ini antara lain disebabkan karena kurang
tepatnya penatalaksanaan atau kepatuhan penderita. Oleh karena itu, makalah
19
ini disusun untuk memberikan informasi mengenai penyakit asma berupa
penyebab dan faktor risiko serta alternatif pencegahan dan pengobatan baik
dari segi klinis maupun terapi diet.
J. STADIUM ASMA
2. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan
berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam,
ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing). Klien lebih suka
duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita
tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru.
K. GEJALA ASMA
Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan
suara napas yang berbunyi ngikngik (mengi) dimana seringnya gejala ini
timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh
keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai
faktor lainnya.
20
dan tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan
menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.
21
akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler
yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah
semakin menyempitnya saluran nafas, peningkatan sekresi kelenjar
mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut
menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli,
akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada
tahap yang sangat lanjut (Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, &
Fauziah N 2007).
22
1. Reliever adalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma yaitu
obstruksi saluran napas .
23
SUMBER-SUMBER
24
25