Vous êtes sur la page 1sur 25

PEMBAHASAN

A. KONSEP GIZI PADA LANSIA


a. Definisi ilmu gizi
Gizi berasal dari bahasa Arab “Ghizda”. Gizi adalah suatu proses
penggunanan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme
melalui digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tisak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan ATP/energi.
Sedangkan ilmu gizi didefinizikan sebagai suatu cabang ilmu yang
mempelajari zat-zat pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan proses yang
terjadi pada pangan sejak dikonsumsi,dicerna,diserap sampaip dimanfaatkan
tubuh serta dampaknya terhadap pertumbuhan,perkmbangan dan kelangsungan
hidup manusia sertafaktor yang mempengaruhinya.
b. Pengelompokan Zat Gizi
Zat gizi digolongkan kedalam 6 kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, vitamin,mineral dan air. Pegelolaan lain dikelompokan menjadi esensial
dan tidak esensial. Fungsi umum zat gizi dalam tubuh adalah:
1. sumber energi
2. Pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh
3. Mengatur proses metabolisme didalam tubuh
a. Kalori (Energi
b. Protein .
c. Lemak
d. Karbohidrat Dan Serat Makanan
e. Vitamin Dan Mineral
f. Air

Fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah:


a.) Fungsi utamanya sebagai sumber energi (1gram karbohidrat menghasilkan 4
kalori) bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh.sebagian dari karbohidrat diubah
langsung menjadi energi untuk aktifitas tubuh.dan sebagian lagi disimpan dalam
bentuk glikogen di hati dan di otot.
b.) Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi.
c.) Apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk kebutuhan
energi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak didalam makanan atau cadangan
lemak yang disimpan didalam tubuh.maka protein akan menggantikan fungsi
karbohidrat sebagai penghasil energi.
d.) Membantu metabolisme lemak dan protein.sehingga dapat mencegah
terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan.
e.) Didalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu
f.) Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh.laktosa
misalnya berfungsi mebantu penyerapan kalsium,ribosa merupakan komponen
yang penting dalam asam nuklear.
1
g.) Selain itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat di
cerna,mengandung serat (dietaryfibet) berguna untuk pencernaan dalam
memperlancar defeksi.
h.) Bahan pembentuk asam amino esensial,metabolisme normal
lemak,menghemat protein ,meningkatkan pertumbuhan bakteri
usus,mempertahankan gerak usus,meningkatkan konsumsi protein,mineral,dan
vitamin B

Jenis dan sumber vitamin


Berdasarkan larutan dalam air vitamin ibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Vitamin yang larut dalam air
a. Vitamin C
Adalah derivatheksana dan digolongkan sebagai suatu karbohidrat
asam askorbat yang mudah teroksidasi menjadi dehidroaskobrat yang
mudah pula tereduksi menjadi asam askorbat
Vitamin C yang mudah larut air dan mudah rusak oleh oksidasi, Panas
dan alkali , sehingga vitamin C tidak banyak hilang , sebaiknya
menghindari penghancuran dan pengirisan makanan berlebihan yang
terlalu lembut
b. Vitamin B kompleks
Jika dari segi gizi vitamin B termasuk dalam kelompok vitamin yang d
sebut vitamin B kompleks yang meliputi tiamin(vitamin B1),
riboflavin(vitamin B2), niasin(B3) (asam nikotinat,niasinamida),
piridoksin(vitamin B6), asam patontenat
(B5), biotin (B10), folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta
vitamin B12 (sianokobalamin). Tiamin adalah zat yang berupa kristal
tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan belerang,
mudah larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol.
2. Vitamin tidak larut didalam air (larut lemak)
a. Vitamin A
Vitamin ini biasanya ditemukan dalam bahan-bahan makanan yang
berlemak. Vitamin A umumnya stabil terhadap panas, asam dan alkali
dan mempunyai sifat yang sangat teroksidasi oleh udara dan akan
rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi bersama udara, sinar dan lemak.
Contoh bahhan makanan yang mengandung karoten seperti sayuran
dan buah-buahan yang berwarna hijau atau kuning, ubi jalar dan waluh.
b. Vitamin D
Laju vitamin ini dalm kulit tergantung pada jumlah sinar matahari yang
diterima serta konsentrasi pigmen di kulit.
Vitamin D banyak terkandung padabahan makanan seperti minyak
ikan, mentega, susu, kuning telur, ragi dan sedikit buah pisang.
c. Vitamin E
2
Terdapat dalam 4 bentuk yaitu tokoferol alfa, beta, gamma dan delta.
Zat inilah yang merupakan antioksidan yang utama dalam lemak dan
minyak yang dapat mencegah ketengikan. Vitamin E merupakan salah
satu faktor yang larut dalam lemak. Sumber vitamin E banyak
diperoleh pada bahan makanan seperti minyak gandum, minyak
jagung, sayuran, hati, telur,mentega, susu, daging dan terutama
kecambah
d. Vitamin K
Merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin ini
disintesis dan diisolasi dari hati ikan, dan proses
pembusukan oleh bakteri usus. Biasanya vitamin ini terdapat didalam
makanan seperti hati,bayam,kubis,kol,susu,kuning telur, dan minyak
kedelai.
Fungsi vitamin:
Vitamin mempunyai fungsi yang spesifik sesuai dengan fungsi spesifik
sebagai biokatalisator atau koenzim. Sebagai contoh koenzim
metabolism karbohidrat, lemak, protein, dll.

B. FAKTOR –FAKTOR PENYEBAB KURANG GIZI PADA LANSIA


a. Lingkuan sosial
Sosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya untuk menghindari terjadinya depresi
,stres ,paranoia ,dan gangguan lain dengan cara :
a. Melakukan komunikasi dengan keluarga ,teman maupun tetangga
sekitarnya
b. Melakukan aktivitas yang sesuai minat dan kemampuannya untuk
mengisi waktu luang .
c. Berkumpul bersama teman-teman semua sekolah /kerja dan membuat
teman baru untuk menggantikan mereka yang telah meninggal atau yang telah
pindah.
b. Asupan Makanan
Merupakan faktoryang cukup penting dalam mempengaruhi status gizi
pada lansia. Gangguan asupan makanan sering dialami oleh lansia. Ada 2 jenis
gangguan asupan makanan, yaitu berkurangnya asupan makanan dari biasanya.
Hal ini dapat menyebabkan dampak yang buruk terhadap status gizi.
Selain itu, gangguan asupan makanan banyak disebabkan oleh
berkurangnya daya kecap lidah (loss of taste), dan hypsomia (berkurangmya
bau). Hal ini banyak terjadi karena pengobatan-pengobatan yang dilakukan
lansia.
c. Penyakit
Sering bertambahnya usia, sistem imun pada lansia pun semakin menurun.
Penyakit berhubungan dengan proses inflamasi. Tubuh akan mensintesis
mediator inflamasi berupa sitoksin. Sitoksin ini akan berpengaruh buruk
3
terhadap nutrisi. Gejala ini berdampak pada berkurangnya napsu makan
sehingga asupan makanan menurun dan nutrisi tidak tercukupi.
d. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik berhubungan erat dengan berat badan. Aktivitas fisik yang
kurang menyebabkan terakumulasinya nutrisi dalam tubuh sehingga
meningkatkan risiko obesitas.
e. Kondisi Mental
Kondisi mental pada lansia sering menunjukan gejala depresi. Gejala depresi
yang timbul banyak disebabkan oleh penyakit yang diderita oleh lansia tersebut.

C. PERMASALAHAN PADA LANSIA

1. Kegemukan / obesitas

Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi berlebihan yang banyak


mengandung (lemak,protein dan karbohidrat) yang tidak sesuai kebutuhan. Hal ini
biasanya terjadi sejak usia muda, bahkan sejak anak-anak. Proses metabolisme
yang menurun pada usia lanjut, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas
fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga kalori yang erlebihan tersebut akan
diubah menjadi lemak yang yang dapat menybabkan obesitas.
Selain itu kegemukan akan meningkatkan risiko menderitapenyakit jantung
koroner 1-3 ksli, peyakit hipertensi 1-5 kali, diabetes militus 2-9 kali dan penyakit
empedu 1-6 kali. Selain itu juga sebagai faktor risiko kardiovaskular yang
merupakan penyebab kematian.
2. Penyakit jantung koroner (PJK)
Menurut Kennedey dkk, penambahan usia menyebabkan jantung mengecil
(atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahn terjadi hipermetrofi.
PJK ini terjadi jika ada penyempitanpembuluh darah oleh lemak (plak)
sehinggajantung kekurangan oksigen. Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalh

4
usia (lebih dari 60 th), jenis kelamin (pria lebih berisiko), serta kebiasaan
merokok,kurang gerak, kegemukan dsb.
3. Diabetes Militus
Adalah keadaan/kelainan dimana terdapat gangguan metabolisme
karnohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan karena kekurangan insulin. Hal
ini dapat menyebabkan gula darah tertimmbun dalam darah (hiperglikemia) dengan
berbagai akibat yang mungkin terjadi. Pada orang kegemukan, hiperglikemia
terjadi karena insulin yang dihasilkan tidak memenuhi kecukupan.

Tipe DM:
a. Tipe I
Insulin Dependent DM (IDDM) terjadi kerusakan sel dan pankreas sehingga
kadar insnulin kurang. Biasanya berat badan normal atau dibawah normal yanng
disertai dnegan gejala banyak makan dan minumm dan kurang buang air kecil
b. Tipe II
Non Insulin Dependent DM (NIDM) selain terjadi kerusakan sel dan
pankreas juga disertaii tidak fungsiya insulin, 75% penderitanya adalah
obesitas dengan riwayat obesitas.
c. Tipe III/ Serosis Hepatis
Lemak yang berlebihan akan ditimbunndalm hati yang akan menyebabkan
terjadinya pelemakan hati dan memicu terjadinya penyakit serosis hepatis.
Selain itu serosis hepatis juga disebabkan karena radang hati (hepatis) akibat
kebiasaan minum alkohol yang berlebih. Sirosis hati ini akan berkembang
menjadi kanker hati.

Menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 ,tentang


masalah kesehatan utama pada lansiayaitu :
1. immobility (kurang bergerak)
Gangguan fisik,jiwa dan faktor lingkungan yang menyebabkan lansia kurang
bergerak. Penyebab yang sering adalah gangguan tulang sendi dan
otot,gangguan saraf dan penyakit gangguan tulang,sendi dan otot,gangguan
saraf dan penyakit jantung dan pemmbuluh darah
2. instability (berdiri dan berjalan stabil atau muda jatuh)
Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik(hal-hal yang
berhubungan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua,
penyakit maupun faktor ekstrensik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh)
seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering
terjadi yang menyebabkan lansia terjatuh adalah kerusakan bagian tertentu
dari tubuh yang menyebabkan rasa sakit,patah tulang,cedera kepala,luka
bakar karena air panas akibat terjatuh kedalam tembat mandi.
5
3. incontinence (beser buang air kecil atau buang air besar)
Beser, buang air kecil (BAK) merupakan salah satu masalah yang sering
didapati pada lansia yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dalam jumlah dan
kekerapan yang cukup mengaibatkan masakah kesehatan atau sosial. Besar
bak merupakan masalah yang sering kali dianggap wajar dan normalpada
lansia walupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia
tersebut maupun keluarganya.
4. intellectual impairment (gangguan itelektual/dimensia/pikun)
merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual
dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunnya
aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat saat
lansia berusia 60-85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5% lansia yang
berusia 60-74 tahun mengalami mensia(kepikunan berat) sedangkan pada
usia 85 tahun kejadian ini meningkat cukup drastis 50%. Salah satu hal yang
menyebabkan gangguan intelektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan
dengan gangguan intelektual lainnya.
5. infection (infeksi)
merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting dan lansia karena
selain sering didapati juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang
menyebabkan keterlambatan didalam diagnosis dan pengobatan serta risiko
menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor yang menyebabkan lansia mudah kena infeksi diantaranya
diakrenakan kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun, berkurangnya
fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus
(komordibitas) yang menyebabkan daya tahan tubuh sangat berkurang.
Selain itu dikarenakan nutrisi, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan
kuman akan mempermudah tubuh menngalami infeksi.
6. Ivision and hearing,taste,smell,communication,convelanscance,skin integrity
(gangguan panca indra,komunikasi, penyembuhan, dan kulit) Merupakan
kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan
ingatan yang cuukup berat sehingga menyebabkan terganggunya kehidupan
akitivitas sehari-hari. Kejadian biasanya dimulai sejak usia 60-85 tahun atau
lebih yaitu kurang dari 5% lansia berusia 60-74 tahun mengalami
dimensia(pikun) sedangkan 85 tahun kejadia ini meningkat mendekati50%.
Salah satu yang mennyebabkna gangguan intelektual adalah depresi sehingga
perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya
7. impaction (sulit buang air besar)
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya
gerakan fisik,makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum,

6
akibat pemberiann obat-obatan tertentu dan lain-lain. Akibatnya,pengosongan
isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usu sulit terjadi atau isi usus
tertahan.pada konstipasi kotoran didalam usus menjadi keras dan kering dan
pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan pada usus disertai rasa
sakit pada daerah tertentu
8. isolation (depresi)
prubahan status sosial, betambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian
sosial serta perubahan-perubahan akibat prosesnya kemandirian sosial serta
perubahan-peruahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu
munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering kali gejala depresi
menyertai penderia dengan penyakit ganggguan fisik, yang tidak dapat
diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang
muncul sering kali dianggap menjadi suatu bagian dari proses menua yang
normal ataupun tidak khas.
Gejala dpresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia,sering
menangis,merasa kesepian,tidur terganggu,pikiran dan gerakan tubuh
melambat cepat lelah dan mmenurunnya aktivitas, tidak selera makan, berat
baan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan
perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya
dinikmati,menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin
hidup, dan gejal fisik lainnya
9. inanition (kurang gizi)
Hal ini dapat disebabkan perubahan perubahan lingkungan aupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih
makanan yang bergizi, isolasi sosia (terasing dari masyarakat) terutama
karena gangguan panca indra, kemiskinan, hidup seoranng diri yang terutama
terjadi pada pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup,
sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan
tidur, alkoholisme, obat-obatan dll
10. impecunity (tida punya uang).
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemapuan fisik dan mental akan
berkurang secara perlahan, yang menyebabkan ketidak mampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua agar bahagia
kelak , ada 3 syarat yang perludierhatikan yaitu memiliki uang yang
diperlukan,memenuhi kebutuhan sahari-hari, memiliki tempat yang layak,
mempunyai perranan didalam menjalani masa tuanya.
11. iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan).
7
disini lansia yang menderita penyakit lebih dari satu akan sering dijumpai
sehingga akan membutuhkan obat yag lebih banyak, apalagi pengonsumsian
obatnya dalam waktu jangka panjang tanpa pengawasan dokter maka dapat
mennyebabkan tibulnya penyakit akibat pemakaian obat yang digunakan.
12.Insomnia (gangguan tidur).
Hal ini sering terjadi karena para lansia sulit untuk tidur disebabkan oleh
mudahnya terbangun,tidurnya banyak mimpi sehingga hal itu berakibat lesu
setelah bangun tidur karena tidak bisa tidur.
13.Immune ficiency (daya tahan tubuh yang menurun).
Merupakan salah satu gangguan fungsi tubuh yang terganggu dengan
bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya halini disebabkan
oleh proses menua, tetapi juga dikarenakan berbagai keadaan seperti
penyakit yang sudah lama.
14.Impotence (impotensi).
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yag
cukup untukmelakukan senggama yang memuaskan hal ini terjadi paling
sedikit 3 bulan. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran
darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh
darah (artiosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakiy, dan juga
berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap ranngsangan.

D. PENILAIAN STATUS GIZI PADA LANSIA


1. Mini Nutritional Assessment (MNA)
Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan salah satu alat ukur yang
digunakan untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi
akibat penyakit yang diderita dan atau perawatan di rumah sakit. MNA ini banyak
digunakan karena sangat sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. Darmojo
(2010) dalam penelitian yang dilakukan pada 200 pasien preoperasi
gastrointestinal menunjukkan bahwa MNA dapat dilakukan oleh klinisi terlatih,
mempunyai reprodusibilitas tinggi dan dapat menskrining pasien yang
mempunyai resiiko malnutrisi.
Mini Nutritional Asessment (MNA) didesain dan telah dibuktikan bagus
sebagai alat kajian tunggal dan cepat untuk menilai status gizi pada lansia. MNA
ini merupakan kuesioner dalam bahasa Indonesia dan sudah diuji validasnya
untuk menskrining status gizi lansia. Banyak penelitian-penelitian yang telah
dilakukan menggunakan MNA sebagai alat ukur untuk menilai status gizi lansia.
Diantaranya Agustiana (2007) melakukan penelitian hubungan Mini Nutritional
Asessment (MNA) dengan albumin serum pasien usia lanjut dimana hasilnya
8
menunjukkan melalui skor MNA diketahui risiko malnutrisi (MNA skor 17-23,5)
84,6% dan sebesar 46,2% mengalami malnutrisi berat jika dilihat dari albumin
<2,8 mg/dl. Skor MNA ini dapat menggambarkan kadar albumin serum.
Penelitian lain Wulandari (2010) mengenai resiko malnutrisi berdasarkan Mini
Nutritional Asessment (MNA) terkait dengan kadar hemoglobin pasien lansia
yang menunjukkan hasil bahwa resiko malnutrisi berdasarkan MNA memiliki
keterkaitan dengan kadar Hb. Dalam pengukuran MNA ini, pengukuran
antropometri menjadi salah satu yang diukur untuk menilai status gizi lansia.
1) Pengukuran Antropometri

a. Berat Badan

Berat badan ini juga dapat digunakan sebagai indikator status gizi pada
saat skrining gizi dilakukan. Hal ini disebabkan karena berat badan sangat
sensitive terhadap berbagai perubahan komposisi tubuh, sehingga
penurunan atau kenaikan berat badan ini berkaitan erat dengan komposisi
tubuh (Jus’at, 1995). Arisman (2004) mengemukakan beberapa
pertimbangan mengapa berat badan paling sering digunakan sebagai
indikator penialian status gizi, diantaranya : 5

a) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu


singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan
kesehatan
b) Memberikan gambaran status gizi sekarang
c) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum
dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang
memerlukan penjelasan secara meluas.Ketelitian pengukuran tidak
banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan hasil pertumbuhan kumulatif sejak lahir


sehingga parameter ini dapat memberikan gambaran mengenai riwayat
status gizi masa lalu. Tinggi badan ini diukur dengan menggunakan alat
ukur dengan menggunakan alat pengukuran seperti microtoise dengan
ketepatan 1 cm tetapi bisa juga dengan alat pengukuran non elastik
ataupun metal. hal ini dikemukan oleh Humlea dalam Natipulu (2002).

d. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Indeks Massa Tubuh (IMT) atau biasa dikenal dengan Body Mass Index
merupakan alat ukur yang sering digunakan untuk mengetahui kekurangan
9
dan kelebihan berat badan seseorang. Dimana IMT ini merupakan alat
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Klasifikasi IMT untuk
Indonesia merujuk kepada ketentuan WHO tahun 1985 sebagai berikut :

Tabel 1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT

Kurang : < 18,5

Normal : 18,5 – 25,0

Lebih : < 25,0

Sumber : Depkes dalam Nurrachmah (2001)

e. Lingkar Lengan Atas (LLA)


Selain beberapa hal yang diukur di atas untuk mengidentifikasi
status gizi pada seseorang, Lingkar Lengan Atas (LLA) juga digunakan
untuk menetapkan dan mengidentifikasi status gizi .

Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai berikut :

1) LLA < 21 = buruk

2) LLA 21 sampai ≤ 22 = sedang

3) LLA > 22 = baik/normal

f. Lingkar Betis

Lingkar betis ini merupakan salah satu bagian yang diukur pada penilaian
antropometri khusu untuk melihat gambaran status gizi pada lansia.

2) Pemeriksaan Klinis

10
Pada pemeriksaan ini terdapat dua jenis kategori untuk mengetahui status
gizi pada lansia, diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan fisik
Berbagai kelaianan akibat kurang gizi dapat ditemukan pada pemeriksaan
fisik antara lain kehilangan lemak subkutan, ulkus dekubitus karena
kekuurangan protein dan enrgi, edema akibat kekurangan protein,
penyembuhan luka yang lambat karena defisiensi seng dan vitamin C.
Manifestasi klinis lain yang sering dijumpai pada lansia adalah gangguan
keseimbangan cairan, khususnya dehidrasi. Dehidrasi pada lansia dapat
berupa peningkatan suhu tubuh, penurunan volume urin, penurunan
tekanan darah, mual, muntah, dan gagal ginjal akut (Darmojo, 2010).
b. Pemeriksaan Fungsional
Menurut Darmojo (2010) gangguan fungsi pada kemampuan untuk
menyiapkan makanan dan makan secara mandiri dapat menganggu asupan
makan seorang lansia. Seorang lansia yang dapat bergerak bebas di dalam
rumah akan banyak menyiapkan makanan sesuai dengan yang
diinginkannya, sedangkan lansia yang menderita stroke, misalnya, tidak
dapat bergerak bebas untuk menyiapkan 8 makanan sesuai seleranya
sehingga hanya bergantung kepada orang lain untuk makan. Fungsi
kognitif dan psikologis juga menentukan status gizi lansia. Sebagian besar
kehiilangan berat badan pada lansia disebabkan karena depresi.
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Selain itu,kadar protein dan kolesterol
juga bisa dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui status gizi pada
lansia. Pengukuran simpanan protein tubuh seperti albumin, trransferin
dan total iron binding (TIBC) sering dipakai untuk mengukur status gizi
lansia. Sementara serum kolesterol yang rendah pada lansia juga
merupakan indikator status gizi yang kurang pada lansia (Darmojo, 2010).
a) Hemoglobin dan Hematokrit
Protein yang kaya akan protein disebut juga dengan hemoglobin.
Hemoglobin ini memiliki afinitas atau daya gabung terhadap
oksigen dan oksigen tersebut membentuk oxihemoglobin di dalam
sel darah merah. Pengukuran hemoglobin (Hb) dan kematokrit (Ht)
merupakan pengukuran yang mengindikasikan defisiensi sebagai
bahan nutrisi. Kadar hemoglobin dapat mencerminkan status protein
pada malnutrisi berat. Pada pengukuran hematokritmenggunakan
11
satuan persen (%) dan untuk hemoglobin menggunakan satuan
gram/dl.
b) Transferin
Nilai serum transferin adalah parameter lain yang digunakan dalam
mengkaji status protein visceral.
c) Serum Albumin
Indikator yang tak kalah pentingnya dalam menilai status nutrisi dan
sintesa protein adalah nilai dari serum albumin. Kadar albumin
rendah sering terjadi pada keadaan infeksi, injuri, atau penyakit
yang mempengaruhi kerja dari hepar, ginjal, dan saluran pencernaan
d) Keseimbangan Nitrogen
Pemeriksaan keseimbangan nitrogen digunakan untuk menentukan
kadar pemecahan protein di dalam tubuh. Dalam keadaan normal,
tubuh memperoleh nitrogen melalui makanan dan kemudian
dikeluarkan melalui urin. Seseorang beresiko mengalami
malnutrisi protein terjadi jika nilai keseimbangan nitrogen yang
negatif terjadi secara terus menerus. Dikatakan keseimbangan
nitrogen dalam tubuh negative jika katabolisme protein melebihi
pemasukan protein melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari
(Nurachmah, 2001)
2. Metode Frekuensi Makan
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama
periode tertentu seperti hari, minggu, bulan ataupun tahun. Selain itu juga akan
diperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi
karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu
berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi maka cara ini paling sering
digunakan dalam penelitian epidemiologigizi. Kuesioner frekuensi makana
dalah metode penilaiaan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
kualitatif pola konsumsimakanan agar diperoleh data tentang frekuensi dari
konsumsi sejumlahbahan makanan atau makanan jadi dalam suatu periode
hari, minggu,bulan atau tahun (Gibson, 2005).Langkah-langkah metode
frekuensi makanan menurut Supariasa (2002)adalah sebagai berikut:

a. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang


tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran
porsinya.

12
b. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis
bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber
zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.
3. Metode Food Recall 2 x 24 Jam
Tingkat konsumsi makanan dapat diukur dengan menggunakan metode
food recall 2x24 hours. Prinsip dari metode recall 2x24 jam dilakukan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24
jam yang lalu.
Dalam metode ini responden disuruh menceritakan semua yang dim akan
dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak
responden bangun pagi kemarin sampai istirahat tidur malam harinya, atau
dapat juga dimulaidari waktu saat dilakukan wawan cara mundur ke belakang
sampai 24 jam penuh. Apabila pengukuran hanya dilakukan satu kali(1X 24
jam), maka data data yang diperoleh kurang representatif untuk
menggambarkan kebiasaan makan individu. Food recall 24 hours sebaiknya
dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berurutan sehingga dapat
menghasilkan gambaran asupan gizi secara lebih optimal dan bervariasi
(Supariasa, 2002).
Hal penting yang diketahui adalah dengan recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung lebih bersifat kuantitatif. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secra teliti dengan menggunakan alat URT( sendok, gelas, piring
dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari. Untuk
mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan
pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-
upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain

13
E. KEADAAN GIZI LANSIA
1. Kebutuhan energi usia lanjut > 60 tahun 2200 kalori untuk laki-laki dan
1850 kalori untuk wanita.kebutuhan energi menurun sejalan dengan
pertambahan usia karena metabolisme sel dan kegiatan otot berkurang
,penurunan kebutuhan energi adalah 5% per decade namun jika masih
aktif bekerja kebutuhan energy relative tidak menurun.energi yang
diperoleh dari karbohidrat 60%, protein 15% dan, lemak 25 %
2. Kebutuhan protein sehari 0,9 g/kg BB.kebutuhan protein meningkat bila
ada strees fisiologis seperti infeksi, luka bakar, patah tulang, dan operasi.
3. Kebutuhan vitamin dan mineral relative sama dengan usia
sebelumnya.namun asupanya perlu mendapat perhatian karena efisiensi
pencernaaan menurun.vitamin dan mineral yang sering kurang : vitamin
A,B,D,kalsium dan zat besi
4. Konsumsi serat perlu diperhatikan untuk mencegah konstipasi
5. Cairan perlu diperhatikan pada usia lanjut untuk membantu system
pencernaan dan eksresi yang lancer.usia lanjut membutuhkan cairan 1,5
liter atau gelas sehari

F. MENU SEHAT BAGI LANSIA


a. Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang
Tua
a) Beta-glucan
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh
dari dinding sel ragi roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa
studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat mengaktifkan sel darah
putih (makrofag dan neutrofil)
b) Hormon DHEA
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA
dengan aktivasi fungsi imun pada kelompok orang tua yang diberikan
DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita menopause mengalami
peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan
DHEA.
c) Protein: arginin dan glutamin
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan
penurunan infeksi pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi
sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon
prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi

14
esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit
dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
d) Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons
antibodi, dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel
T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel
helper, produksi cytokine. Contohnya Yoghurt yang mengandung
Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain. Meningkatkan aktivitas
sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi usus
dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
e) Mikronutrien (vitamin dan mineral)
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun
tubuh orang tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral
yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat,
dan Se.
f) Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak
langsung mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor
dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan
pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan
produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau
rangsangan, dan produksi IL
g) Lycopene
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)
h) Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di
Canada pada sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate
dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen
(pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru
menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan
memori populasi lansia (Daniels S, 2002).
i) Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses
penuaan. Studi yang dilakukan oleh Simin Meydani, PhD. di Boston
menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu peningkatan
respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah
antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara
bertahap akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada

15
respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus
dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).
j) Vitamin C
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada
orang tua, meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta
memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan infeksi
virus, contohnya virus influenzae.
k) Vitamin A
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses
pematangan sel-sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan
antigen asing, menolong mukosa membran termasuk paruparu dari
invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi
tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta
menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta karoten (prekursor
vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi
terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan
memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu
didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni
panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan
urogenital lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan
plasebo
l) Vitamin D
Menghambat respons limfosit Th-1.

Menu untuk Lansia dalam sehari :

WAKTU MENU PORSI

Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas

16
Selingan Papais 2 bungkus

Siang Nasi 1 piring

Semur 1 potong

Pepes tahu 1 bungkus

Sayur bayam 1 mangkok

Pisang 1 buah

Selingan Kolak pisang 1 mangkok

Malam Mie baso 1 mangkok

Pepaya 1 buah

G. PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA


1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam,
yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

17
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih
sering dengan porsi yang kecil.

Contoh menu :

Pagi : Bubur ayam

Jam 10.00 : Roti

Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya

Jam 16.00 : Nagasari

Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang

3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat


memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang
terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan
terjadinya darah tinggi.

4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dll.

5. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah
dicerna, menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-
gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam
porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari
buah sebaiknya diberikan

6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu
makan.

7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur,


daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.

18
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus,
direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng.

H. PENGERTIAN ASMA
“Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi
ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif
(Guyton & Hall 1997).”

Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa


disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak
menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan
berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor
ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang
menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi
pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi
problem tersendiri. Asma dapat bersifat ringan dan tindak mengganggu
aktifitas, namun asma juga dapat bersifat menetap dan mengganggu
penderitanya dalam beraktifitas sehari-hari.

I. ASMA DALAM ANGKA

Berdasarkan laporan Heru Sundaru (Departemen Ilmu Penyakit


Dalam FKUI/RSCM), prevalensi asma di Bandung (5,2%), Semarang (5,5%),
Denpasar (4,3%) dan Jakarta (7,5%). Secara nasional, 10 kabupaten/kota
dengan prevalensi penyakit Asma tertinggi di Indonesia adalah Aceh Barat
(13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (13,0%), Sumba Barat (11,5%), Boalemo
(11,0%), Sorong Selatan (10,6%), Kaimana (10,5%), Tana Toraja (9,5%),
Banjar (9,2%), dan Manggarai (9,2%) (DepKes R.I. 2009).

Pada saat ini tersedia banyak jenis obat asma yang dapat diperoleh di
Indonesia, tetapi hal ini tidak mengurangi jumlah penderita asma. Beberapa
negara melaporkan terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penderita
asma (Taufik et al 1999). Hal ini antara lain disebabkan karena kurang
tepatnya penatalaksanaan atau kepatuhan penderita. Oleh karena itu, makalah

19
ini disusun untuk memberikan informasi mengenai penyakit asma berupa
penyebab dan faktor risiko serta alternatif pencegahan dan pengobatan baik
dari segi klinis maupun terapi diet.

J. STADIUM ASMA

Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga


stadium, yaitu:

1. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk


ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada
stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus.

2. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan
berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam,
ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing). Klien lebih suka
duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita
tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru.

3. Stadium ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena


aliran udara kecil, tidak ada batuk, pernafasan menjadi dangkal dan tidak
teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia (Nurafiatin A, Ayu ES,
Mabruroh F, & Fauziah N 2007

K. GEJALA ASMA

Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan
suara napas yang berbunyi ngikngik (mengi) dimana seringnya gejala ini
timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh
keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai
faktor lainnya.

Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada


waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang
sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada
saat bernafas, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Pada penderita
asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan

20
dan tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan
menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.

Berdasarkan etiologinya, asma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis


yaitu: Asma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergi terhadap pencetus-
pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti: tepung, debu, bulu
binatang, susu, telur, ikan, obat-obatan, serta bahan-bahan alergen yang lain.
Sedangkan asma intrinsik (non atopi) ditandai dengan mekanisme non alergik
yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti: Udara dingin, zat
kimia yang bersifat sebagai iritan seperti: ozon, eter, dan nitrogen, perubahan
musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih, ketegangan mental serta faktor-
faktor intrinsik lain (Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah N 2007).

Patofisiologi Penyakit ASMA

Individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk


terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin,
bradikinin dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang
bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru
ini akan menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama yaitu: kontraksi
otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang

21
akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler
yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah
semakin menyempitnya saluran nafas, peningkatan sekresi kelenjar
mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut
menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli,
akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada
tahap yang sangat lanjut (Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, &
Fauziah N 2007).

L. PENGOBATAN PENYAKIT ASMA SECARA TERAPI KLINIS

Tujuan pengobatan asma adalah agar penderita dapat hidup normal,


bebas dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin,
mengurangi reaktifasi saluran napas, sehingga menurunkan angka perawatan
dan angka kematian akibat asma (Surjanto, Hambali & Subroto 1988). Suatu
kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam jangka pendek dapat
menyebabkan kematian, sedangkan jangka panjang dapat mengakibatkan
peningkatan serangan atau terjadi obstruksi paru yang menahun. Untuk
pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit, pemilihan obat
yang tepat, cara untuk menghindari faktor pencetus. Dalam penanganan pasien
asma penting diberikan penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar,
pengenalan dan pengontrolan faktor alergi. Faktor alergi banyak ditemukan
dalam rumah seperti tungau debu rumah, alergen dari hewan, jamur, dan
alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari tepung sari, jamur, polusi
udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor
pencetus asma. Olah raga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat
mengurangi gejala asma. Psikoterapi dan fisioterapi perlu diberikan pada
penderita asma.

Obat asma digunakan untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya


gejala dan obstruksi saluran pernafasan. Pada saat ini obat asma dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu reliever dan controller.

22
1. Reliever adalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma yaitu
obstruksi saluran napas .

2. Controller adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan asma yang


persisten. Obat yang termasuk golongan reliever adalah agonis beta-2,
antikolinergik, teofilin,dan kortikosteroid sistemik (Surjanto, Hambali &
Subroto 1988). Obat yang termasuk dalam golongan controller adalah obat
anti inflamasi seperti kortikosteroid, natrium kromoglikat, natrium nedokromil
, dan antihistamin aksi lambat (Rogayah 1995)

Pengobatan asma secara cepat/jangka pendek yaitu dengan


menggunakan obat pelega saluran pernafasan seperti inhaler dan nebulizer
yang berfungsi menghentikan serangan asma. Pengobatan jangka panjang yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya serangan asma adalah dengan
menggunakan obat-obatan seperti steroid berfungsi untuk tetap membuat
saluran pernafasan terbuka dan mengurangi pembengkakan (Abidin & Angela
M 2002).

M. ANJURAN GIZI UNTUK PENYAKIT ASMA

Makanan yang dihindari oleh penderita asma:

1. Makanan yang dapat menyebabkan reaksi alergi seperti telur, susu,


gandum, ikan, kerang, kacang-kacangan, kedelai dan kacang tanah,

2. Makanan yang mengandung sulfida seperti acar, sayuran dan buah-buahan


kering, dan udang.

3. Makanan yang menyebabkan produksi lendir berlebih seperti gula putih,


tepung putih, roti putih dan coklat.

4. Makanan dengan pewarna buatan, dan makanan yang diawetkan.

“Sebaiknya memperbanyak asupan yang dapat membantu


mengurangi gejala-gejala asma, seperti sayur-sayuran, buah-buahan,
dan makanan yang kaya akan asam lemak omega-3. Olahraga teratur
akan memperkuat paru-paru dan meningkatkan kualitas kesehatan
sehingga dapat mengurangi gejala asma.”

23
SUMBER-SUMBER

Agoes,Arizal dkk.2011.Penyakit Di Usia Tua.Jakarta:EGC


Crockett,Antony.1997.Penanganan Asma Dalam Perawatan Primer.Jakarta:Hipokrates
Edelstein, Sari Phd,RD.2012.Buku Saku Nutrisi.Jakarta :EGC
Moore, Mary Courtney.1997.Terapi Diet Dan Nutrisi Edisi II.Jakarta:Hipokrates
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6589/pengukuranstatusgizip
adalanjutusia.pdf?sequence=1

24
25

Vous aimerez peut-être aussi