Vous êtes sur la page 1sur 19

KEJURUAN I

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)


HERNIA

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Nama :

Arsya R. Wahid
Delisca Daniella Christiaan
Frisca Teovania Pattipawaej
Husen Kohunussa
Mervis Ricci Rieuwpassa
Noviyanti Keilayoka
Rey Glanon Tupamahu
Sentickha Claudia Sarimanella
Vivilia G. Parinussa

Kelas : XI Keperawatan B

SMK KESEHATAN TIANT MANDIRI

AMBON
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup
memproses sebuahzat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat
menjadi nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi perubahan maka akan terjadi gangguan
pencernaan termasuk hernia.
Hernia terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap tuberkulum
pubikum, tonjolan timbul apabila klien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya
menghilang secara spontan bila klien dalam keadaan istirahat atau terlentang.
Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi prematur 5%.Laki-laki paling
sering terkena (85% kasus).Setengah dari kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-kanak
terjadi pada bayi di bawah 6 bulan.Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri (2:
1).25% klien menderita hernia bilateral.Sedangkan insiden tertinggi adalah pada masa bayi 9
lebih dari 50%), selebihnya terdapat pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun.
Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana penyakit tersebut sehingga dapat
diputuskan tindakan secara tepat, apalagi insiden yang terjadi pada anak-anak, maka sangat
diperlukan suatu tindakan secara dini dan tepat.
Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih detail lagi mengenai hernia meliputi etiologi, tanda
dan gejala, pathofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, komplikasi serta
bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang baik pada klien dengan gangguan hernia.
B. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.
1. Apakah hernia itu?
2. Bagaimana konsep dasar penyakit anemia?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hernia?

C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus sebagai berikut
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah memberikan gambaran mengenai
penerapan asuhan keperawatan pada klien hernia.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ilmiah ini adalah agar dapat menggambarkan tentang:
 Konsep dasar hernia.
 Pengkajian pada klien dengan hernia.
 Perumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan hernia.
 Rencana asuhan keperawatan dan implementasi pada klien dengan hernia.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah
itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki
defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
B. Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia
adalah :
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk
menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut
disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit
ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh
yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang
lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya
saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon,
batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian
perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir
normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi
jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang
pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).
C. Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital
atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih
sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi,
2009).
Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis
setelah apendiktomi (Erfandi, 2009).
Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. Hernia
inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong
skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung,
nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah) (Erfandi, 2009).
Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak
dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis (Arief Mansjoer, 2004). Pada hernia
reponibilis, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri pada hernia
ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa
nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantung hernia (Jennifer, 2007).
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan
pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia
strangulata. Secara klinis keluhan klien adalah rasa sakit yang terus menerus. Terjadi gangguan
pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah. (Arief Mansjoer, 2004).
Pembuluh darah yang terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racun yang akan
berakibat terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh
dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu kematian (Jennifer, 2007)
D. Klasifikasi
1. Berdasarkan Terjadinya
a) Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih
sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
b) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat,
terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses terjadinya
hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang
muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi,
2009).
2. Berdasarkan sifatnya
a) Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus
(Erfandi, 2009).
b) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut
hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus (Erfandi, 2009).
c) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk
hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai
“hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya
karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).
3. Berdasarkan Letaknya
a) Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya
dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya
berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan aktivitas yang
menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang
pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi
hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan
tipe hernia ini.
b) Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada
bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia
umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui
cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis.
Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita
dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara
tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
c) Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan anestesi
kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat,
2004).
d) Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang
sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis
adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat
bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Klien laki-laki lebih banyak daripada klien
wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika
keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
 Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut
hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi klien berdiri dapat timbul
kembali.
 Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentuminguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus
transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi
lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya
tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila klien berdiri atau mengejan, tetap akan
timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas
skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada
klien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila
klien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.

E. Manifestasi Klinik
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang
hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan,
batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila klien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
2. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu
satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat
kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan
pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan
klien adalah rasa sakit yang terus menerus.
3. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada Inspeksi : saat klien
mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis
yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan
sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.Dengan jari telunjuk
atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan
kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, klien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari
ovarium.
F. Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia.
Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance
Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap
dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan
operasi.
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan
ketidak seimbangan elektrolit.

G. Penatalaksanaan
1. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju
abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2. Istirahat baring
3. Pengobatan dengan pemberian obat nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi
infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
4. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB.
5. Pembedahan :
 Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.
 Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu
dipotong.
 Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang
terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus
abdominus ke ligamen inguinal.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn.s
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Batu Merah
Tanggal Masuk : 05 November 2018
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Diagnosa medis : Hernia inguinalis dextra
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.s
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Batu Merah
Hubungan dengan klien : keluarga (istri)
3. Keluhan Utama : Nyeri pada benjolan di lipat paha kanan
4. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk ke rumahsakit dengan keluhan terdapat benjolan di lipat paha kanan berdiameter
sekitar 3 cm. Benjolan terlihat terutama jelas saat pasien batuk, bersin, mengedan dan bila
diberdirikan. Tapi saat pasien berbaring, benjolan tersebut hilang atau tidak nampak, ada rasa
nyeri pada benjolan dengan skala 6 dari (0-10) nyeri hanya di rasakan pada daerah benjolan.
5. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit Jantung tidak ada
- Riwayat penyakit Paru tidak ada
- Riwayat penyakit Saluran Pencernaan tidak ada
- Riwayat penyakit Genitalia tidak ada
- Riwayat Pembedahan tidak ada

6. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
7. Kebiasaan Sehari-hari
NO JENIS KEGIATAN POLA DI RUMAH POLA DI RUMAH
SAKIT
1 Nutrisi
Makan 2-3 x / hari 1x/hari
Jenis Makanan Nasi + sayur/ kadang daging bubur+tempe+sayuran
Minum 5-6 gelas / hari 6-8 gelas/ hari
Jenis Minuman Air putih Air putih
2 Eliminasi .
Bab 1-2 x /hari Tidak ada
Karakter Feses Lembek, kuning Tidak ada
Keluhan Tidak ada Susah BAB
Bak 2-3x/hari 1-2x/hari
Warna Kuning bening
Keluhan Tidak ada agak susah BAK
Personal Hygine
Mandi 2-3x/hari Tidak ada
Gosok Gigi 2x/hari Tidak ada
Keramas 2-3x/hari Tidak ada
Istirahat / Tidur
Siang Hari 2-3jam/hari 3-4 jam/hari
Ganguan Nyeri pada benjolan Nyeri pada benjolan
Malam Hari 6-8 jam/hari 4-5 jam/hari
Gangguan Tidak ada Terasa sakit pada benjolan

8. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : klient lemah
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,8 °c
Berat badan : 51 kg
a. Kepala : setelah dilkukan inspeksi bentuk kepala klien terlihat Simetris, kebersihan kulit kepala
agak kotor, distribusi rambut banyak ,hitam dan tidak mudah rontok. Setelah dilakukan palpasi
tidak ada benjolan/edema di kepala.
b. Mata : setelah dilakukan inspeksi Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik , pupil bulat isokor,
pupil merangsang cahaya mengecil, reflek mengedip menutup saat di instruksikan menutup,
reflek klopak mata membuka saat di instuksikan membuka.
c. Hidung : setelah di lakukan inspeksi septum nasal ada, lubang hidung ada dua, bentuk hidung
simetris, produksi sputum tidak mengganggu jalan nafas.
d. Telinga: setelah di lakukan inspeksi telinga kanan dan telinga kiri Simetris, kebersihan nampak
tidak kotor, setelah dilkukan palpasi tidak ada nyeri tekan pada tragus.
e. Mulut: setelah dilakukan inspeksi Mukosa tidak hiperemis, bibir tidak kering, keberishan lidah
agak kotor, mulut terlihat simetris, kebersihan gigi agak kotor, ada lubang pada beberapa gigi
belakang.
f. Leher: setelah dilakukan inspeksi Trakea simetris di tengah, refleks menelan bergerak
keatas.tidak pembesaran vena jugularis.
g. Thorax
- Paru-paru
 Setelah dilakukan Inspeksi : ,kedalaman retraksi tidak ada, ketinggalan gerak tidak ada
 Setelah dilakukan Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan kiri
 Setelah dilakukan Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru.
 Setelah dilakukan Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan tidak ada.
- Jantung
 Setelah dilakukan Auskultasi : S1 > S2 reguler, bising tidak ada, gallop tidak ada.
h. Abdomen
- Setelah dilakukan Inspeksi : ada benjolan di bagian kuadran 3 perut bawah (di atas
selangkangan), bentuk perut simetris, kebersihan kulit tidak kotor, umbilikus tidak kotor,
distribusi bulu perut ada.
- Setelah dilakukan Palpasi : nyeri tekan pada benjolan di kuadran 3 perut bawah.
- Setelah dilakukan Perkusi : tidak ada kembung, turgor kulit perut 2 detik.
- Setelah dilakukan tindakan Auskultasi : Bising usus 2 x / menit
i. Status Lokalis
Regio Inguinalis Dextra
Stelah dilakukan Inspeksi : - Terlihat benjolan sebesar kelereng di daerah Inguinalis Dextra,
diameter ± 1 cm.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
- Setelah dilakukan Palpasi : - Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar kelereng, konsistensi
kenyal, nyeri tekan ada
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring
- Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari
- Bila anulus inguinalis ditekan keluar benjolan

9. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Tanggal spesemen sample di ambil : 01 februari 2016
Jenis pemeriksaan : satuan nilai normal
Hemoglobin : 13.1 g/dl 13 -17
Leukosit : 11.300 L 4000 – 10.000
Hematokrit : 39% 40 - 54
Eritrosit : 4.1 juta/ µL 4.4 - 60
Trombosit : 237.000 µL 150.000 – 450.000

TERAPI OBAT
Keterolax : 2 x 1 amp : (iv)
Ranitidine : 2 x 1 amp : (iv)
Ceftriaxcon : 2 x 1 vial : (iv)
10. Pemeriksaan penunjang
- EKG : nadi dan irama jantung regular
- poto rontgen : pemeriksaan radiologi yaitu nampak hernia inguinalis lateralis dextra.

3.2 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
Pre Operasi
DS:
Pasien mengatakan nyeri di perut
kanan bawah dan ada benjolan diatas
selangkangan.
DO: Terjadinya ganggua8n
- ada benjolan pada kemaluan aliran darah di usus Nyeri
- S: 36, 4°C yang terjepit berhubungan
- N: 84 x/mnt Menyebabkan kematian dengan trauma
- RR: 20x/mnt jaringan (Nekrosis) jaringan (usus
1. - TD: 120/70 mmHg, Menimbulkan Perforasi. terjepit)
Ds: klien mengeluh cemas dengan
rencana penbedahan
Do : Cemas Rencana Ansietas
- ada benjolan pada kemaluan pembedahan berhubungan
- S: 36, 4°C karena dengan
2. - N: 84 x/mnt Kurang pengetahuan kurangnya
- RR: 20x/mnt rencana tindakan pengetahuan
- TD: 120/70 mmHg, pembedahan tindakan
-Terapi infus rl/ 500 ml/20tpm pembedahan
Di tnagan kanan
Post Operasi
DS:
Pasien mengeluh nyeri bagian luka
post-op dan pusing di kepala
DO:
- lemah Terputusnya kontuinitas
- kesadaran CM jaringan kulit pada
- pasien tampak meringis post-op
kesakitan Menstimulasi saraf Nyeri
- berhati-hati saat bergerak. nyeri berhubungan
- S: 36°C Menimbulkan rasa dengan trauma
- N: 80 x/mnt nyeri jaringan (insisi
3 - RR: 24 x/mnt bedah)
- TD: 130/70 mmHg
- BAB tidak ada
- BAK ada kuning jernih
DS: Pasien mengatakan nyeri bagian
operasi berkurang, namun pasien
merasa mual dan lemas.
DO:
- Pasien telihat lemas. Efek luka operasi
- S: 37°C ↓
- N: 82 x/mnt Menimbulkan rasa
- RR 32 x/mnt mual
Intoleransi
- TD: 130/70 mmHg ↓ aktifitas
- ada mual Memicu terjadinya berhubungan
- ada platus intoleransi aktifitas dengan respon
- tidak ada muntah ↓ tubuh akibat
4 - BAK ada kuning jernih. Terhadap respon tubuh. luka post-op.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit).
2. Ansietas berhubungan dengan rencana tindakan pembedahan
3. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
4 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.

3.4 RENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


no Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi rasional
hasil
1 Nyeri berhubungan Tujuan: Nyeri 1. Mengkaji tanda-tanda Untuk menentukan
dengan trauma jaringan berkurang/hilang nyeri pasien. rencana tindakan
(usus terjepit) (1-2 hari) 2. Mengajarkan tehnik menghilangkan nyeri.
DS: Kriteria Hasil: relaksasi. Membantu klien
Pasien mengatakan Pasien tampak 3. Memberi posisi semi mengurangi rasa nyeri.
nyeri di perut kanan rileks dan keluhan fowler. Mempermudah kontraksi
bawah dan ada nyeri 4. Memberi informasi dada.
berkurang/hilang yang akurat untuk Mengurangi cemas klien
benjolan diatas
selangkangan. mengurangi rasa sakit.
5. Kolaborasi dalam
DO:
pemberian terapi.
- ada benjolan pada
kemaluan
- S: 36, 4°C
- N: 84 x/mnt
- RR: 20x/mnt
- TD: 120/70
mmHg,

.
2 Cemas berhubungan Tujuan : Setelah a. Jelaskan seluruh
rencana pembedahan dilakukan tidakan prosedur tidakan kepada
keperawatan klien dan perasaan yang
Ds: klien mengeluh penurunan mungkin muncul pada
cemas dengan rencana kecemasan selama saat melakukan tindakan.
penbedahan proses keperawatanb. Kaji tingkat kecemasan
Do : cemas dapat dan reaksi fisik pada
- ada benjolan pada hilang/berkurang tingkat kecemasan
kemaluan Kriteria hasil : (takikardi, takipnea,
- S: 36, 4°C a. Monitor ekspresi cemas non
intensitas verbal).
- N: 84 x/mnt
kecemasan. c. Temani pasien untuk
- RR: 20x/mnt
b. Mencari mendukung keaman dan
- TD: 120/70 mmHg,
informasi untuk menurunkan rasa takut.
-Terapi infus rl/ 500 menurunkan d. Instruksikan pasien
ml/20tpm cemas. untuk menggunakan
Di tnagan kanan c. Menurunkan teknik relaksasi.
stimulasi
lingkungan ketika
cemas.
d. Menyingkirkan
tanda kecemasan.
3 Nyeri berhubungan Tujuan: Nyeri Mengkaji pengalaman Untuk menentukan
dengan trauma jaringan berkurang/hilang nyeri pasien rencana tindakan
post-op (insisi bedah) (1- 5 hari) 1. Tentukan tingkat nyeri menghilangkan nyeri.
Kriteria Hasil: yang dialami. Membantu klien
DS: Keluhan nyeri 2. Memantau keluhan mengurangi rasa nyeri.
Pasien mengeluh nyeri berkurang, pasien nyeri. Mempermudah kontraksi
rileks, dan skala 3. Mengjarkan tehnik dada.
bagian luka post-op
nyeri 0. relaksasi. Mengurangi cemas klien
dan pusing di kepala
DO: 4. Menganjurkan
mobilisasi dini.
- lemah
5. Kolaborasi dalam
- kesadaran CM pemberian terap
- pasien tampak
meringis kesakitan
-berhati-hati saat
bergerak.
-S: 36°C
-N: 80 x/mnt
- RR: 24 x/mnt
- TD: 130/70 mmHg
- BAB tidak ada
- BAK ada
kuning jernih

4 ntoleransi aktifitas Tujuan: Aktifitas 1. Menjelaskan batasan Mengurangi resiko


berhubungan dengan dapat maksimal aktifitas pasien sesuai cedera.
respon tubuh akibat terjadi. kondisi. Melatih otot tubuh akibat
luka post-op. Kriteria Hasil: 2. Meningkatkan aktifitas tirah baring.
DS: Pasien mengatakan Memperlihatkan secara bertahap. Mengontrol aktifitas
nyeri bagian operasi kemajuan aktifitas 3. Merencanakan waktu sesuai kebutuhan.
berkurang, namun s.d mandiri dan ada istirahat sesuai jadwal.
pasien merasa mual dan respon positif 4. Memotivasi
terhadap aktifitas. peningkatan dan beri
lemas.
DO: penghargaan pada
kemajuan yang telah
- Pasien telihat lemas. dicapai.
- S: 37°C
- N: 82 x/mnt
- RR 32 x/mnt
- TD: 130/70 mmHg
- ada mual
- ada platus
- tidak ada muntah
- BAK ada kuning
jernih

PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanggal/ No Tanda
Waktu DK Tindakan Keperawatan Evaluasi tangan
08/11/2018
10.00 WIT Tindakan: S : klien mengatakan nyeri berkurang
10.45 WIT a. Kaji tanda-tanda nyeri (0-10) (skala 5)
10.50 WIT 1.b. Ajarkan tehnik relaksasi. O : pasien tampak rileks
11.00 WIT c. Berikan posisi semi fowler. Td: 120/80 mmHg
d. Berikan informasi yang akurat untuk R : 19
mengurangi rasa sakit. N : 78
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi. S : 36,4 °C
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan “ mengatur
posisi semi powler dan menggunakan
tehnik relaksasi”
S : pasien mengatakan sudah mengerti
a. menjelaskan seluruh prosedur tidakan tentang tindakan pembedahan yang
kepada klien dan perasaan yang mungkin akan dilakukan
muncul pada saat melakukan tindakan. O : pasien tampak rileks
09/11/2018 b. mengkaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik Td: 120/80 mmHg
10.00 WIT pada tingkat kecemasan (takikardi, takipnea, R : 19
ekspresi cemas non verbal). N : 78
10.20 WIT c. menemani pasien untuk mendukung S : 36,4 °C
keaman dan menurunkan rasa takut. A : masalah teratasi sebagian
d. meninstruksikan pasien untuk menggunakan P : intervensi dilanjutkan
13.45 WIT 2. teknik relaksasi “ menggunakan tehnik relaksasi”
S : klien mengatakan bisa menahan
nyeri skala : 5 namun masih merasa
Tindakan: sedikit pusing
a. Kaji pengalaman nyeri pasien, dan O : klien terlihat sedikit lemas
09/11/2018 mendorong tingkatkan istirahat - S: 36°C
b. Memonitor intake nutrisi - N: 80 x/mnt
17.30 WIT c. menetukan tingkat nyeri yang dialami. - RR: 24 x/mnt
3.d. Pantau keluhan nyeri. - TD: 130/70 mmHg
e. Ajarkan tehnik relaksasi. A : masalah teratasi sebagian
f. Anjurkan mobilisasi dini. P : intervensi dilanjutkan : tingkatkan
19.00 WIT g. Kolaborasi dalam pemberian terapi. istirahat dan monitor intake nutrisi
S : Klien mengatakan sudah dapat
melakukan BAK sendiri Keluhan
nyeri 3.
Tindakan: O : kliaen tampak rileks
a. Jelaskan batasan aktifitas pasien sesuai Td : 120 / 90 mmHg
kondisi. N : 75 x /menit
b. Tingkatkan aktifitas secara bertahap. R : 18 x / menit
10/11/2018 c. Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal. S : 36.1 °C
d. Berikan motivasi peningkatan dan memberi A : malasah teratasi
05.30 WIT penghargaan pada kemajuan yang telah P : intervensi di hentikan (klien di
4 dicapai. izinkan pulang)

Vous aimerez peut-être aussi