Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(DISKUSI)
DEPRESI, SKIZOFRENIA DAN KESEHATAN JIWA PADA NARAPIDANA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 2, selama 2 x 170 menit materi
di ruang kelas, diharapkan Anda dapat :
1. Menjelaskan mengenai depresi
2. Menjelaskan mengenai skizofrenia
3. Menjelaskan mengenai kesehatan jiwa pada narapidana
B. POKOK MATERI
Diskusi mengenai depresi, skizofrenia dan kesehatan jiwa pada
narapidana
C. URAIAN MATERI
A. Depresi
1. Pengertian
b. Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari
1
mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008,
hal.388)
adalah gangguan alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan
2
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang
mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi
realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya
Bersedih, berhenti kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri,
berlangsung tidak lama.
2) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini
dapat dibagi 3 tingkatan yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal,
menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap
lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang mengganggu fungsi kehidupan individu
Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.
c) Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui
intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi
social.
3. Psikopatologi
seseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada
dalam afek yang tidak stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah
sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan saying emosi ini terjadi sebagai
3
1) Penyebab Terjadinya Depresi
a) Kekecewaan
menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat – saat
khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada
orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang
dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu
keputusasaan.
Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya
membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang
mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan
4
d) Penyakit
f) Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa
mengingat kehilangan.
5
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah
sebagai berikut :
berdaya);
3) Tingkat Depresi
a) Depresi Ringan
b) Depresi Sedang
6
(1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis
mudah tersinggung.
c) Depresi Berat
inisiatif berkurang
lingkungan.
4. Penatalaksanaan depresi
sebelumnya.
1) Terapi Psikologik
7
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan,
akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal
mungkin (mula – mula 1 – 3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi
pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi
8
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan
2) Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang
obat yang efektif bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap
manik pada beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI
9
beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta
Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan litium
terlihat efektif.
a) Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu
pengobatan,
b) Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang
akut),
d) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua
respons.
a. Pengkajian
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik
10
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan
c) Teori Kehilangan
d) Teori kepribadian
e) Teori Kognitif
11
Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali
g) Model perilaku
h) Model Biologis
2) Faktor Presipitasi
12
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan
berharga.
13
irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), berkesan
b. Analisa Data
1) Data subjektif
tidak berharga.
2) Data obyektif
cemas, marah.
c. Rumusan Masalah
2) Sedih kronis
d. Pohon Masalah
Sedih kronis
14
e. Diagnosa Keperawatan
2) Sedih kronis.
1) Sedih kronis.
15
(e) Klien mau minum obat sesuai aturan
Rencana tindakan :
komunikasi terapeutik.
mengungkapkan perasaannya.
klien.
klien.
klien
16
(g) Anjurkan, jelaskan dan awasi minum obat sesuai aturan.
B. Bunuh Diri
1. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Beberapa istilah :
2. Pencederaan diri
3. Aniaya diri
5. Membahayakan diri
6. Mutilasi diri
Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian
17
Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif
2. Etiologi
masalah
Terbagi menjadi :
1. Faktor Genetik
a. 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu
dizigot
a. Stroke
c. Diabetes
e. Kanker
f. HIV / AIDS
g. dll
18
Teori Freud : bhw kehilangan objek berkaitan dgn agresi &
d. Teori sosiologi
4. Faktor lain
ketidakberdayaan
3. Predisposisi
19
Penyakit jiwa merupakan faktor predisposisi terpenting terjadinya bunuh
bunuh diri terjadi akibat penyakit jiwa yang tidak didiagnosa dan diobati, di
itu, masyarakat dalam hal ini tokoh agama dan pemerintah juga mempunyai
peran penting dalam mencegah dan meminimalkan kasus bunuh diri dengan
diri seumur hidup akan dialami orang yang mengalami mood disorder,
4. Patofisiologi
20
Luka yang terjadi karena disengaja sering terjadi dan pemeriksaannya
biasanya menjadi tugas ahli patologi dan dokter ahli forensik klinik.
Kejadian-kejadian ini terdiri dari: bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan
bunuh diri berencana, pada akhirnya tidak adanya makud untuk untuk
Salah satu keputusan yang sulit di hadapi oleh ahli patologi dan pemeriksa
medis, dan untuk bertindak yang legal, seperti juga pemeriksa sebab dari
oleh diri sendiri lainnya. Meskipun ini bukan merupakan juga fungsi yang
mereka dan latihan juga factor-faktor yang sering sehingga mereka dapat
Cidera akibat bunuh diri, Diskusi ini dibatasi dengan trauma fisik,
meracuni diri sendiri, yang akan dibicarakan lebih lanjut. Bunuh diri akibat
melukai diri sendiri dengan berbagai macam cara, yaitu dengan cara yang
ganjil atau aneh. Ahli patologi harus selalu waspada dengan kemungkinan-
kemungkinan lain selain karena bunuh diri. Pada beberapa kejadian biasanya
diri.
21
1. Perlaku destruktif diri langsung
b. Niat kematian
c. Individu menyadarinya
perilakunya
d. Durasi lebih lama dari perilaku bunuh diri yang secara langsung
c. Penyalahgunaan zat
f. Gangguan makan
22
a. Ada peringatan verbal & non verbal
Semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri sendiri yang dapat
3. Bunuh diri
koping
1. Pemeriksaan
23
a. klinik harus menilai resiko bunuh diri pada pasien individual berdasarkan
dengan gangguan depresi berat mungkin diobati sebaga pasien rawat jalan
f. ide bunuh diri pada pasien skizofrenia harus ditanggapi secara serius,
bertanggung jawab.
mutilasi diri.
24
2. Penatalaksanaan
catatlah fikirannya
f. Apakah cara yang dipilih untuk bunuh diri tersedia pada pasien.
1. Pengkajian
masalah
25
e. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi) Kehilangan orang yang
g. Lain – lain Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko
i. Gejala
perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi, gelisah,
withdrawl.
j. Penyakit psikiatrik:
Upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif, depresi remaja,
k. Riwayat psikososial
kronik.
l. Faktor kepribadian
26
Impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kakuk, putus asa,
m. Riwayat keluarga
2. Diagnose
a. Kecemasan / Ansietas
b. Gangguan penyesuaian
g. Isolasi sosial
i. Resiko kekerasan
3. Intervensi
27
2) Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup,
diindikasikan.
28
9) Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
Sesuai dengan intervensi yang telah disusun dan tujuan serta kriteria hasil
yang di harapkan
29
B. Skizofrenia
1. Pengertian skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran , persepsi , emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh ,dan
terggangu .(videbeck ,2008). Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai
penyakit tersendiri , melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit
yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti jenis kanker.
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dankemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian (Sadock, 2003).
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu
gejala positif dan gejala negatif.Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan
pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah
alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari
pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis
atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau
inisiatif.
Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan psikis yang paling serius
karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam melaksanakan
aktivitas kehidupan sehari - hari seperti kesulitan dalam merawat diri sendiri.,
bekerja atau bersekolah., memenuhi kewajiban peran, dan membangun hubungan
yang dekat dengan seseorang (Jested an Mueses, 2008).
2. Tipe Skizofrenia
Menurut videbeck , 2008 beberapa tipe skizofrenia dari dari DSM-IV-TR
2000. Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala yang dominan.
a. Skizofrenia ,tipe paranoid : ditandai dengan waham kejar(rasa menjadi korban
atau dimata-matai) atau waham kebesaran , halusinasi , dan kadang-kadang
30
keagaman yang berlebihan ( focus waham agama), atau perilaku agresif dan
bermusuhan.
b. Skizofrenia ,tipe tidak terorganisasi : ditandai dengan afek datar atau afek
yang tidak sesuai secara nyata , inkoherensi , asosiasi longgar , dan
disorganisasi perilaku yang ekstern.
c. Skizofrenia , tipe katatonik : ditandai dengan gangguan psikomotor yang
nyata , baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang
berlebihan , negativism yang ekstrem , mutisme , geraka volunter yang aneh ,
ekolalia atau ekopraksia. Imobilitas motorik dapat terlihat berupa katalepsi
atau stupor. Aktivitas motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
d. Skizofrenia , tipe tidak dapt dibedakan : ditandai dengan gejala-gejala
skizofrenia campuran disertai gangguan pikiran , afek , dan perilaku.
e. Skizofrenia , tipe residual : ditandai dengan setidaknya satu episode
skizofrenia sebelumnya tetapi saat ini tidak psikotik , menarik diri dari
masyarakat , afek datar , serta asosiasi longgar.
3. Etiologi
Menurut keliat(2011) ada beberapa penyebab Skizofrenia antara lain:
a. Faktor genetik , belum teridentifikasi secara spesifik namun pengaruh
lokasi kromosom 6 pada gen dengan kromosom 4,8,15,22
berhubungan dengan terjadinya Skizofrenia.
b. Faktor keturunan atau bawaan merupakn factor penyebab yang tidak
besar pengaruhnya bagi munculnya gangguan Skizofrenia.
c. Ketidak seimbangan neurotransmitter ( dopemin dan glutamate)
d. Faktor lingkungan seperti kurang gizi selama kehamilan , masalah
dalam proses kelahiran , stress pada kondisi lingkungan , dan stigma
(penyebab kekambuhanpasien Skizofrenia).
31
Sedangkan menurut videbeck (2008) etiologi Skizofrenia adalah:
a) Faktor genetik
Kebanyakan penelitiangenetik berfokus pada keluarga terdekat ,
seperti orang tua, saudara kandung, dan anak cucu untuk melihat apakah
skizofrenia diwariskan atau diturunkan secara genetic.hanya sedikit penelitian
yang memfokuskan pada kerabat yang lebih jauh. Penelitian yang paling
penting memusatkan pada penelitian anak kembar yang menunjukan bahwa
kembar identik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%, sedangkan
kembar fraternal beresiko hanya 15%, dan angka inidapat meningkat sampai
35% jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia. Anak-anak yang
memiliki orang tua biologis dengan riwayat skizofrenia tetapi diadopsi pada
saat lahir oleh keluarga tanpa riwayat skizofrenia masih memiliki resiko
genetik dari orang tua biologis mereka.
b) Faktor neuroanatomi dan neurokimia
Dengan perkembangan teknik pencitraan noninvasif , sperti CT scan ,
MRI , PET dalam waktu 25 tahun berakhir , para ilmuan mampu meneliti
struktur otak (neuroanatomi) dan aktivitas otak (neurokimia) individu
penderita skizofrenia.penelitian menunjukan bahwa individu penderita
skizofrenia memiliki jaringan otak yang relatif lebih sedikit , hal ini dapat
memperlihatkan suatu kegagalan perkembangan atau kehilangan jaringan. CT
scan menunjukan pembesaran ventrikel otak dan atrofi korteks otak.
Penelitian PET menunjukan bahwa ada penurunan oksigen dan metabolisme
glukosa pada struktur korteks frontal otak . Penelitian neurokimia secara
konsisten mempelihatkan danya perubahan sistem neurotransmiter otak pada
individu penderita skizofrenia.
c) Factor imunologi
Ada teori popular yang mengatakan bahwa perubahan patologi otak
pada individu penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pajanan virus , atau
respon imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak. Walupun
ilmuwan terus meneliti hal ini , tidak banyak penelitian mampu memvalidasi
32
teori tersebut. Baru-baru ini para penelitian memfokuskan infeksi pada ibu
hamil sebagai kemungkinan penyebab awal skizofrenia. Epidemik flu diikuti
dengan peningkatan kejadian skizofrenia diinggris , Wales, Denmark ,
Finlandia , dan Negara lain.
4. Patofisiologi
Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa
premorbid.Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti
dengan berkembangnya simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari
sampai beberapa bulan.Adanya perubahan social / lingkungan dapat memicu
munculnya simtom gangguan.Masa prodormal ini bisa langsung sampai
bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan
remisi.Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal
untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus
dipertahankan.Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami
kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami
deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh.
Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, dan ini bisa
berlangsung seumur hidup.Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif
hilang, berkurang, atau tetap ada, sedangkan simtom negative relative sulit
hilang bahkan bertambah parah.
Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah
Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah
satu orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia,
kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak,
terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai
anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak
patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan
perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir
normal, memiliki gerakan bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat
33
tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain, Mempunyai riwayat epilepsi,
memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh
yang jelek dan tonus otot yang jelek.
5. Manifestasi Klinis
Menurut keliat ( 2011) gejala- gejala skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Gejala positif
a. Waham : keyakinan yang salah , tidak sesuai dengan kenyatan ,
dipertahankan dan disampaikan berulang-ulang ( waham kejar, waham
curiga, waham kebesaran).
b. Halusinasi : gangguan penerimaan pencaindra tanpa stimulus eksternal (
halusinasi pendengaran , penglihatan , pengecapan , penciuman dan
perabaan)
c. Perubahan arus piker :
· Arus piker terputus : dalam pembicaran tiba-tiba tidak dapat
melanjutkan isi pembicaran.
· Inkoheren : berbicara tidak selaras dengan lawan bicara( bicara kacau)
· Neologisme : menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti oleh
diri sendiri , tetapi tidak dimengerti oleh orang lain.
d. Perubahan perilaku
· Hiperaktif : perilaku motorik yang berlebihan
· Agitasi : perilaku yang menunjukan kegelisahan
· Iritabilitas : mudah tersinggung
2. Gejala negatif
· Sikap masa bodoh
· Pembicaran berhenti tiba-tiba
· Menarik diri dari pergaulan social
· Menurunya kinerja atau aktivitas social sehari-hari
Fase skizofrenia dibagi menjadi 2:
1. Fase akut :fase mulai munculnya gejala sampai dengan sebelum 6 bulan ,
ditandai dengan gejala positif dan negative
34
2. Fase kronik : diagnosis skizofrenia kronik ditandai dengan gejala akut ,
sudah berlangsung 6 bulan atau lebih disertai:
· Tidak memperhatikan kebersihan diri
· Gangguan motorik atau pergerakan
6. Terapi Medis
Terapi medis utama untuk skizofrenia ialah psikofarmakologi. Dimasa lalu
, terapi elektrokonvulsif , terapi syok insulin , dan bedah psikosis digunakan tetapi
dengan ditemukannya klorpromazin tada tahun 1952 , modelitas terapi lain ada
semua , tetapi tidak lagi digunakan. Antipsikotik yang juga dikenal sebagai
neuroleptik deprogramkan terutama karena ketidakefektifanya dalam mengurangi
gejala psikotik. Obat-obatan ini menyembuhkan skizofrenia , tetapi digunakan
untuk mengatasi gejala penyakit tersebut.
Antipsikotik tipikal atau yang lebih dulu digunakan adalah antagonis
serotonin dan antagonis dopamine. Obat-obatan ini , dosis harian yang lazim , dan
efek samping yang umum diuraikan. Antipsikotik tipikal mengatasi tanda-tanda
positif skizofrenia , sperti waham , halusinasi , gangguan pikiran dan gejala
psikotik lain , tetapi tidak memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda negatif.
Antipsikotik apical tidak hanya mengurangi gejala psikotik , tetapi untuk banyak
klien , obat-obatan ini juga mengurangi tanda-tanda negative seperti tidak
memiliki kemauan dan motivasi , menarik diri dari masyarakat , dan anhedonia.
Dua antipsikotik tersedia dalam bentuk injeksi depot untuk terapi rumatan ,
flufenazin (prolixin) , dalam sedian dekanoat dan enantat ,dan haloperidol. Media
untuk injeksi depot ialah minyak wijen sehingga obat diabsorbsi dengan lambat
sepanjang waktu dalam system tubuh klien. Efek obat-obatan ini berlangsung dua
sampai empat minggu sehingga antispsikotik tidak perlu diberikan setiap hari.
Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian
saat mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu :
1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang
mempunyai sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.
35
2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar
monozigotik adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti
untuk menyarankan bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak
diketahui tetapi kemungkinan spesifik telah berperan dalam
perkembangan gangguan.
3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan
terapetik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan
gangguan yang memiliki berbagai segi.Walaupun medikasi antipsikotik
adalah inti dari pengobatan skizofrenia, penelitian telah menemukan
bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikkan klinis.
Beberapa terapi yang digunakan untuk pengotan pada apsien skizofrenie yaitu :
A. Terapi Somatik
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan
skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:
a. Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali
b. jumlah fungsi mental yang cukup normal.
c. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek
mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip
parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial adalah
tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.“Remoxipride“ adalah
antagonis reseptor dopamin dari kelas yang berbeda dari pada antagonis
reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia. Awalnya obat ini disertai efek
samping neurologist yang bermakna, tetapi akhirnya remoxipride disertai
dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai klinisnya.
2. Risperidone
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang
bermakna padareseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor
dopamine tipe 2 ( d2 ). Risperidone menjadi obat lini pertama dalam
36
pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif
dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.
3. Clozapine
Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif.Mekanisme kerjanya
belum diketahuisecara pasti.Clozapine adalah suatu antagonis lemah
terhadap reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap
reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistic pada reseptor
serotogenik.Agranulositosis merupakan suatu efek samping yang
mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah.Obat ini
merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive dyskinesia
karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai
dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut.
Terapi Somatik Lainnya
1. Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi
pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik (
kurang efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah
yang paling mungkin berespon. Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma
yang di timbulkan insulin (insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan
barbiturat (barbiturate-induced coma).
2. Terapeutik
a. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati
b. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien
harus digunakan lagi.
c. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu
pada dosis yang adekuat.
d. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah
jarang diindikasikan.
e. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik.
37
3. Terapi Psikososial
a. Terapi Perilaku
Tehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah
yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan.Dengan demikian
frekuensi perilaku mal adaptif atau menyimpang dapat diturunkan.
Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning )
Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi
ini dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan
merupakan tambahan alami bagi terapi farmakologis. Latihan keterampilan
ini melibatkan penggunaan kaset videon orang lain dan pasien permainan
simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang
keterampilan yang telah dilakukan.
· b. Terapi Berorientasi Keluarga
Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk
mengidentifikasik dan menghindari situasi yang kemungkinan
menimbulkan kesulitan.Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam
keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat.
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan
kecepatannya. Di dalam session keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli
terapi harus mengendalikan intensitas emosional dari session.
38
C. Narapidana
1. Definisi
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani saksi kurungan atau
saksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang
menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum. Menurut Pasal 1
Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan,
narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
Lembaga Permasyarakatan.
Karena terkucilkan dari masyarakat umum, berbagai masalah kejiwaan
narapidana kemungkinan akan muncul, diantaranya :
- Harga diri rendah dan Konsep diri yang negative
- Risiko bunuh diri
Dalam makalah ini kelompok penulis berfokus membahas masalah
harga diri rendah yang terjadi terhadap narapidana.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (
Keliat, 1998).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung di
ekspresikan.
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat
berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak
disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri
negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya,
39
entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang
lain (Rini, J.F, 2002).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu
dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman
yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu
(Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan
cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai
pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan
tugas utama pada masa remaja.
d. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang
diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran
yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart &
Sundeen, 1998).
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
40
penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,
tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen,
1998.
2. Penyebab Gejala
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan
dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi,
perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu
tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan
memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan
peran. Adapun Penyebab Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah, yaitu :
a. Faktor Presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua, penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehillangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktifitas yang menurun.
Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah :
- Mengejek dan mengkritik diri
41
- Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
- Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi
- Menunda keputusan
- Sulit bergaul
- Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
- Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
- Merusak diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhiri
hidupnya
- Merusak/melukai orang lain
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang pesimistis
- Tidak menerima pujian
- Penurunan produktivitas
- Penolakan terhadap kemampuan diri
- Kurang memerhatikan perawatan diri
- Berpakaian tidak rapih
- Berkurang selera makan
- Tidak berani menatap lawan bicara
- Lebih banyak menunduk
- Bicara lambat dengan nada suara lemah
3. Penatalaksanaan Terapi
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
b. Keperawatan
42
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi
aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan
gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah
terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005)
4. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis.
b. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor
biologis, faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor genetic.
c. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social
dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
43
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
g. Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara
dapatkan adalah:
MASALAH YANG PERLU DIKAJI
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1 Masalah utama : Mengungkapkan ingin
gangguan konsep diri : diakui jati dirinya.
Merusak diri sendiri,
harga diri rendah Mengungkapkan tidak
Merusak orang lain,
ada lagi yang peduli.
Ekspresi malu,
Mengungkapkan tidak
Menarik diri dari
bisa apa-apa.
hubungan social,
Mengungkapkan
Tampak mudah
dirinya tidak berguna.
tersinggung,
Mengkritik diri
Tidak mau makan
sendiri.
dan tidak tidur.
Perasaan tidak
mampu.
2 Penyebab tidak efektifnya Mengungkapkan Tampak
koping individu ketidakmampuan dan ketergantungan
meminta bantuan terhadap orang lain
orang lain. Tampak sedih dan
Mengungkapkan malu tidak melakukan
dan tidak bisa ketika aktivitas yang
diajak melakukan seharusnya dapat
sesuatu. dilakukan
Mengungkapkan tidak Wajah tampak
berdaya dan tidak murung
44
ingin hidup lagi.
3 Akibat isolasi sosial Mengungkapkan Ekspresi wajah
menarik diri enggan bicara dengan kosong tidak ada
orang lain kontak mata ketika
Klien mengatakan diajak bicara
malu bertemu dan Suara pelan dan tidak
berhadapan dengan jelas
orang lain Hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak)
Menghindar ketika
didekati
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi,
wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka
perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai
berikut:
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
45
D. TRIGER CASE
Setelah Anda selesai membaca materi tentang depresi, skizofrenia dan
kesehatan jiwa pada narapidana pada kegiatan belajar 2, buatlah rangkuman
pada buku catatan mengenai depresi, skizofrenia dan kesehatan jiwa pada
narapidana untuk memudahkan Anda mengingat dan mendokumentasikan
kembali.
E. UMPAN BALIK
Apakah Anda sudah mempelajari depresi, skizofrenia dan kesehatan
jiwa pada narapidana ? Jika sudah memahaminya, cobalah untuk berdiskusi
dengan teman Anda. Anda akan dinyatakan lulus dan berkompeten bila telah
mampu memahami mengenai depresi, skizofrenia dan kesehatan jiwa pada
narapidana
46
DAFTAR PUSTAKA :
47