Vous êtes sur la page 1sur 47

KEGIATAN BELAJAR 2

(DISKUSI)
DEPRESI, SKIZOFRENIA DAN KESEHATAN JIWA PADA NARAPIDANA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah Anda menyelesaikan kegiatan belajar 2, selama 2 x 170 menit materi
di ruang kelas, diharapkan Anda dapat :
1. Menjelaskan mengenai depresi
2. Menjelaskan mengenai skizofrenia
3. Menjelaskan mengenai kesehatan jiwa pada narapidana

B. POKOK MATERI
Diskusi mengenai depresi, skizofrenia dan kesehatan jiwa pada
narapidana

C. URAIAN MATERI

A. Depresi

1. Pengertian

a. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga

hilangnya kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal.19)

b. Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari

empat minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan

konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering

menangis, waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan

1
mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008,

hal.388)

c. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan

perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

(Purwaningsih, 2009, hal. 130)

d. Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan,

berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidakberdayaan

dan keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal. 121)

Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi

adalah gangguan alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan

komponen somatic yang terjadi akibat kesedihan yang panjang.

2. Rentang respon emosional

Respon adaptif Respon maladaptive

Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:


1) Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap
rangsangan yang diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi
adaptif :
a) Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada
rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan
internal.

2
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang
mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi
realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya
Bersedih, berhenti kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri,
berlangsung tidak lama.
2) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini
dapat dibagi 3 tingkatan yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal,
menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap
lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang  mengganggu fungsi kehidupan individu
Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.
c) Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui
intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi
social.
3. Psikopatologi

Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang mempengaruhi

seseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada

dalam afek yang tidak stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah

sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan saying emosi ini terjadi sebagai

kasih sayang sesorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan

lingkungannya baik internal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam

rentang dari reaksi adaptif sampai maladaptive.

3
1) Penyebab Terjadinya Depresi

Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan

kehilangan. Tak ada orang yang mengalami depresi bila kenyataan

hidupnya sesuai dengan keinginan dan harapannya.

a) Kekecewaan

Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang

menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat – saat

khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada

orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang

dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu

direnungkan terus – menerus akan menyebabkan kekesalan dan

keputusasaan.

b) Kurang Rasa Harga Diri

Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya

rasa harga diri, sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih

– lebihkan menjadi estrim, karena harapan – harapan yang realistis

membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang

benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna

yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya.

c) Perbandingan yang tidak adil

Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang

mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan

tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi.

4
d) Penyakit

Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic

contoh individu yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara

dapat menyebabkan depresi.

e) Aktivitas mental yang berlebihan

Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.

f) Penolakan

Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa

cinta itu tak terpenuhi maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)

Menurut Nanda (2005-2006) adapun Faktor – faktor yang berhubungan

dengan sedih kronis adalah:

a) Kematian orang yang dicintai

b) Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental,

sklerosis multiple, prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan,

sakit mental kronis, infertilitas, kanker, sakit Parkinson)

c) Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam

manajemen penyakit, krisis berhubungan dengan stase

perkembangan, kehilangan kesempatan yang dapat meningkatkan

perkembangan, norma social atau personal)

d) Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan

mengingat kehilangan.

2) Gejala Klinis Depresi

5
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah

sebagai berikut :

a) Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun,

tidak semangat, merasa tidak berdaya;

b) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan;

c) Nafsu makan menurun;

d) Berat badan menurun;

e) Konsentrasi dan daya ingat menurun

f) Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya

hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai

dengan mimpi – mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi

orang yang telah meninggal;

g) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak

berdaya);

h) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi

melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun;

i) Gangguan seksual (libido menurun);

j) Pikiran – pikiran tentang kematian, bunuh diri.

3) Tingkat Depresi

a) Depresi Ringan

Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir

komunikasi social dan rasa tidak nyaman.

b) Depresi Sedang

6
(1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis

(2) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang

komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.

(3) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal,

komunikasi non verbal meningkat.

(4) Partisipasi social : menarik diri tak mau bekerja/ sekolah,

mudah tersinggung.

c) Depresi Berat

(1) Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung,

inisiatif berkurang

(2) Gangguan proses pikir

(3) Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu

lama, tiba – tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau

makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan

lingkungan.

4. Penatalaksanaan depresi

Menurut (Tomb, 2003, hal.61)

Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa

memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung

pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi

sebelumnya.

1) Terapi Psikologik

7
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan,

empati, pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan

mengekspresikan hal – hal yang membuatnya prihatin dan

melontarkannya. Identifikasi factor pencetus dan bantulah untuk

mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (misal,

pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama selama periode

akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal

tanda – tanda dekompensasi yang akan dating. Temui pasien sesering

mungkin (mula – mula 1 – 3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi

jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa

beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui

kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.).

psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang, dapat berguna pada

pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi

mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.

Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien

depresi sedang dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai

“ketidakberdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi dengan

memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman –

pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk

mengenal dan menghilangkan pikiran – pikiran negative dan harapan –

harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.

8
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan

tetap terjaga sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi

gejala – gejala depresi mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari,

berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang

belum dimengerti dengan baik.

2) Terapi Fisik

Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang

tidak membaik membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon

terhadap antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau

dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan

terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik,

atau MAOI (terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa

obat yang efektif bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap

efek samping dan bahwa antidepresan “dapat” mencetuskan episode

manik pada beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI

lebih rendah, tetapi semua koonsep tentang “presipitasi manic” masih

diperdebatkan). Setelah semuh dari episode depresi pertama, obat

dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun

demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan,

membutuhkan obat rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja

(tunggal) tidak dapat mengobati depresi psikosis unipolar.

Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan

mungkin bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan

9
beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta

untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien unipolar.

Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium untuk

mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan.

Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan litium

diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi

membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama – sama dengan

antidepresan, litium atau ECT – antidepresan antipikal yang baru saja

terlihat efektif.

ECT mungkin merupakan terapi terpilih :

a) Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu

pengobatan,

b) Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang

akut),

c) Pada beberapa depresi psikotik,

d) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua

yang berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan

respons.

5. Konsep dasar asuhan keperawatan gangguan alam perasaan

a. Pengkajian

1) Faktor Predisposisi

a) Faktor Genetik

10
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan

melalui garis keturunan. Frekwensi gangguan alam perasaan

meningkat pada kembar monozigote dari dizigote.

b) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri

Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah

yang dialihkan pada diri sendiri.

Diawali dengan proses kehilangan  terjadi ambivalensi

terhadap objek yang hilang  tidak mampu mengekspresikan

kemarahan  marah pada diri sendiri.

c) Teori Kehilangan

Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya

kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat

traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak

berdaya mengatasi kehilangan.

d) Teori kepribadian

Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan

seseorang mengalami depresi atau mania.

e) Teori Kognitif

Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif

yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri,

lingkungan dan masa depan.

f)Teori Belajar Ketidakberdayaan

11
Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali

diri, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah.

Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan

mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya

mengembangkan respon yang adaptif.

g) Model perilaku

Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian

(reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan.

h) Model Biologis

Mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan

kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin

dan hipersekresi kortisol.

2) Faktor Presipitasi

Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi

factor biologis, psikologis dan social budaya. Factor biologis

meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat – obatan

atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan

ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi

kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan

kehilangan harga diri. Factor social budaya meliputi kehilangan

peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.

3) Perilaku dan Mekanisme koping

12
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan

depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi

agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan

yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk

menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka

yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi.

4) Adapun perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut

Purwaningsih (2009) adalah :

a) Afektif : sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan,

marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya,

putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak

berharga.

b) Kognitif : ambivalen, bingung, ragu – ragu, tidak mampu

berkonsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri

sendiri,pikiran merusak diri,rasa tidak menentu, pesimis.

c) Fisik : sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan

pencernaan, konstipasi, lemas, lesu, nyeri, kepala pusing,

insomnia, nyeri dada, over acting, perubaha berat badan,

gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impotensi, tidak

berespon terhadap seksual.

d) Tingkah laku : agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat

aktifitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social,

13
irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), berkesan

menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

b. Analisa Data

1) Data subjektif

Klien mengatakan sedih, klien mengatakan tidak bergairah untuk

bekerja, klien mengatakan menyesal, klien mengatakan merasa

bersalah, klien merasa ditolak, klien merasa tidak berdaya, merasa

tidak berharga.

2) Data obyektif

Klien tampak sedih, murung, lambat, lemah, lesu, tidak bergairah,

cemas, marah.

c. Rumusan Masalah

1) Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri

2) Sedih kronis

3) Harga diri rendah kronis

4) Koping individu tak efektif

5) Koping keluarga tak efektif

d. Pohon Masalah

Resiko tinggi terjadi kekerasan

Yang diarahkan pada diri sendiri

Sedih kronis

14

Harga diri rendah kronis

Koping individu tak efektif

Koping keluarga tak efektif

e. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang umum muncul pada klien dengan gangguan

alam perasaan : depresi yaitu :

1) Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri.

2) Sedih kronis.

3) Harga diri rendah kronis

4) Koping individu tak efektif

f. Rencana tindakan keperawatan

1) Sedih kronis.

Tujuan jangka panjang : klien tidak mengalami sedih kronis

Tujuan jangka pendek :

(a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

(b) Klien mengungkapkan perasaannya

(c) Klien dapat menyebutkan cara- cara mengatasi depresi

(d) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

15
(e) Klien mau minum obat sesuai aturan

Rencana tindakan :

(a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik.

Rasional : Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan

meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dan perawat.

(b) Dorong dan beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaannya.

Rasional : Mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh

klien.

(c) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

Rasional : Mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh

klien.

(d) Bantu klien untuk mengidentifikasi cara yang tepat untuk

mengatasi sedih kronis

Rasional : Mengidentifikasi cara atau koping yang tepat

untuk mengatasi sedih kronis

(e) Beri pujian atas kemampuan klien mengatasi sedih kronis

Rasional : Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri

klien

(f) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara

merawat klien dengan depresi

Rasional : Diharapkan klien akan merasa diperhatikan

16
(g) Anjurkan, jelaskan dan awasi minum obat sesuai aturan.

Rasional : Diharapkan dapat mengefektifkan obat yang

diminum oleh klien.

(h) Delegatif dalam pemberian terapi obat

Rasional : Pemberian obat psikosis dapat mengontrol

manifestasi dari kelainan psikosis.

B. Bunuh Diri

1. Pengertian

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat

mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir

dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).

Beberapa istilah :

1. Perilaku Destruktif diri

2. Pencederaan diri

3. Aniaya diri

4. Agresi terhadap diri sendiri

5. Membahayakan diri

6. Mutilasi diri

Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian

(Gail w.Stuart,Keperawatan Jiwa,2007)

Pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, Keperawatan Jiwa

& Psikiatri, 2004)

17
Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif

 sering terjadi pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997)

2. Etiologi

Secara universal : karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan

masalah

Terbagi menjadi :

1. Faktor Genetik

a. 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu

yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami

gangguan mood/depresi/yg pernah melakukan upaya bunuh diri

b. Lebih sering terjadi pada kembar Monozigot dari pada kembar

dizigot

2. Faktor Biologis lain

Biasanya karena penyakit kronis / kondisi medis tertentu :

a. Stroke

b. Gangg. Kerusakan kognitif (demensia )

c. Diabetes

d. Peny. Arteri koronaria

e. Kanker

f. HIV / AIDS

g. dll

3. Faktor Psikososial & Lingkungan

a. Teori Psikoanalitik / Psikodinamika :

18
Teori Freud : bhw kehilangan objek berkaitan dgn agresi &

kemarahan  perasaan negatif thd diri  depresi. Sigmund Freud

dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil

dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

b. Teori Perilaku Kognitif :

Teori Beck : Pola kognitif negatif yang berkembang  memandang

rendah diri sendiri

c. Stressor Lingkungan : Kehilangan anggota keluarga, penipuan,

kurangnya sistem pendukung social

d. Teori sosiologi

Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik

(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik

(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic (

suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan

beradaptasi dengan stressor).

4. Faktor lain

a. Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.

b. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan

ketidakberdayaan

c. Tangisan untuk minta bantuan

d. Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari

kehidupan yang lebih baik

3. Predisposisi

19
Penyakit jiwa merupakan faktor predisposisi terpenting terjadinya bunuh

diri. WHO memperkirakan sebanyak 90% orang yang melakukan tindakan

bunuh diri terjadi akibat penyakit jiwa yang tidak didiagnosa dan diobati, di

samping penggunaan obat-obatan terlarang dan konsumsi alkohol. yang

mempresentasikan 1,4% dari beban masalah kesehatan dunia. Di samping

itu, masyarakat dalam hal ini tokoh agama dan pemerintah juga mempunyai

peran penting dalam mencegah dan meminimalkan kasus bunuh diri dengan

menanamkan nilai-nilai kesehatan jiwa sejak dini.

Preveler dkk dalam jurnal yang berjudul ‘ABC of Psychological

Medicine: Depression in Medical Patients’ (2002) mengatakan, risiko bunuh

diri seumur hidup akan dialami orang yang mengalami mood disorder,

terutama depresi yaitu sebesar 6-15%, sedangkan schizophrenia sebesar 4-

10%. Data tahun 2005 menyebutkan, di negara-negara maju seperti Amerika

Serikat, kejadian bunuh diri akibat depresi menempati ranking ke-11

penyebab kematian penduduk.

Depresi merupakan kondisi medis yang disebabkan karena adanya

disregulasi neurotransmitter (zat penghantar dalam sistem syaraf) terutama

serotonin (neurotransmitter yang mengatur perasaan) dan norepinefrin

(neurotransmitter yang mengatur energi dan minat). Spektrum depresi sangat

luas dengan keluhan penyakit dan manifestasi klinik yang bermacam-macam

sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara holistik.

4. Patofisiologi

20
Luka yang terjadi karena disengaja sering terjadi dan pemeriksaannya

biasanya menjadi tugas ahli patologi dan dokter ahli forensik klinik.

Kejadian-kejadian ini terdiri dari: bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan

bunuh diri berencana, pada akhirnya tidak adanya makud untuk untuk

membunuh, meskipun kematian mungkin terjadi karena kurang hati-hati.

Salah satu keputusan yang sulit di hadapi oleh ahli patologi dan pemeriksa

medis, dan untuk bertindak yang legal, seperti juga pemeriksa sebab dari

kematian, terdapat perbedaan antara bunuh diri, pembunuhan, dan perlukaan

oleh diri sendiri lainnya. Meskipun ini bukan merupakan juga fungsi yang

legal ahli patologi dalam ,menghubung-hubungkan motif, pengalaman

mereka dan latihan juga factor-faktor yang sering sehingga mereka dapat

membuat keputusan dalam pengklasifikasian kebiasaan-kebiasaan atau cara

kematian serta perlukaan.

Cidera akibat bunuh diri, Diskusi ini dibatasi dengan trauma fisik,

meracuni diri sendiri, yang akan dibicarakan lebih lanjut. Bunuh diri akibat

melukai diri sendiri dengan berbagai macam cara, yaitu dengan cara yang

ganjil atau aneh. Ahli patologi harus selalu waspada dengan kemungkinan-

kemungkinan lain selain karena bunuh diri. Pada beberapa kejadian biasanya

disebabkan karena ketidaksengajaan dilakukan oleh korban. Contoh primer

yaitu “Masochistic Asfiksia”, dimana kadang sering keliru dengan bunuh

diri.

5. Perilaku destruktif diri

Dapat diklasifikasikan menjadi :

21
1. Perlaku destruktif diri langsung

a. Mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri

b. Niat  kematian

c. Individu menyadarinya

d. Lama perilaku : berjangka pendek

2. Perilaku destruktif diri tidak langsung

a. Meliputi setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu

dan dapat mengarah pada kematian

b. Individu tsb tidak menyadari ttg potensial kematian akibat

perilakunya

c. Menyangkal apabila dikonfirmasi

d. Durasi lebih lama dari perilaku bunuh diri yang secara langsung

Contohnya perilaku destruktif diri tidak langsung :

a. Merokok, mengebut, berjudi, tindakan kriminal

b. Terlibat dalam aktivitas rekreasi yang beresiko tinggi

c. Penyalahgunaan zat

d. Perilaku yang menyimpang secara sosial

e. Perilaku yang menimbulkan stress

f. Gangguan makan

g. Ketidakpatuhan pada pengobatan medis

6. Perilaku Bunuh diri

Dibagi menjadi tiga kategori :

1. Ancaman bunuh diri

22
a. Ada peringatan verbal & non verbal

b. Ancaman ini menunjukkan ambivalensi seseorang thd kematian

c. Jika tdk mendapat respon  maka akan ditafsirkan sbg dukungan

untuk melakukan tindakan bunuh diri

2. Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri sendiri yang dapat

menyebabkan kematian  jika tidak dicegah

3. Bunuh diri

a. Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.

b. Orang yang melakuakn upaya bunuh diri, walaupun tidak benar-benar

ingin mati mungkin akan mati

c. Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme

koping

d. Ancaman bunuh diri merupakan upaya terakhir untuk mendapatkan

pertolongan untuk mengatasi masalahnya

C. Pemeriksaan dan penatalaksanaan

1. Pemeriksaan

23
a. klinik harus menilai resiko bunuh diri pada pasien individual berdasarkan

pemeriksaan klinis. Hal yang paling prediktif yang berhubungan dengan

resiko bunuh diri

b. memeriksa pasien yang berusaha bunuh diri, jangan meninggalkan

mereka sendirian dan keluarkan benda yang berbahaya dari ruangan

c. pasien yang baru saja melakukan usaha bunuh diri.

d. penatalaksaannya adalah sangat tergantung pada diagnosis. Pada pasien

dengan gangguan depresi berat mungkin diobati sebaga pasien rawat jalan

jika keluarganya dapat mengawasi mereka secara ketat dan

pengobatannya dapat dimulai secar cepat.

e. ide bunuh diri pada pasien alkoholik biasanya menghilang dengan

abstinensia dalam beberapa hari. Jika depresi menetap setelah tanda

psikologis dari putusnya alkohol yang menghilang dengan adanya

kecurigaan yang tinggi pada ganguan depresi berat

f. ide bunuh diri pada pasien skizofrenia harus ditanggapi secara serius,

karena mereka cendrung menggunakan kekerasan atau metode yang

kacau dengan letalitas yang tinggi

g. pasien dengan gangguan keperibadian mendapat manfaat dari konfrontasi

empatik dan bantuan dengan mendapatkan pendekatan yang rasional dan

bertanggung jawab.

h. hospitalisasi jangka panjang, diindikasi pada keadaan yang menyebabkan

mutilasi diri.

i. Psikoterapi dengan pedoman wawancara.

24
2. Penatalaksanaan

a. Mulailah dengan bertanya apakah pasien pernah merasa menyerah atau

merasa mereka lebih baik meninggal.

b. Pendekatan tersebut menyebabkan stigma yang kecil dan dapat dilakukan

sebagian besar orang

c. Berbicaralah mengenai apa yang sebenarnya yang difikirkan pasien dan

catatlah fikirannya

d. Lontarkan pertanyaan pada pasien

e. Pertimbangkan usia dan kecanggihan pasien dan apakah maksud

pertanyaan pasien sesuai dengan caranya.

f. Apakah cara yang dipilih untuk bunuh diri tersedia pada pasien.

g. Pertanyaan yang terakhir menentukan penilaian dan pengobatan karena

pasien dapat menunjukkan cara untuk keluar dari dilemanya

D. Konsep dasar asuhan keperawatan perilaku bunuh diri

1. Pengkajian

a. Jenis kelamin  resiko meningkat pada pria

b. Usia  lebih tua, masalah semakin banyak

c. Status perkawinan  menikah dpt menurunkan resiko, hidup sendiri mrpk

masalah

d. Riwayat keluarga  meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan

bunuh diri / penyalahgunaan zat

25
e. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi)  Kehilangan orang yang

dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan sosial, dll

f. Faktor kepribadian  >>> sering pd kepribadian introvert/menutup diri

g. Lain – lain  Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko

mengalami perilaku bunuh diri

h. Lingkungan dan upaya bunuh diri

Perawat perlu mengkjai pristiwa yang menghina atau menyakitkan , upaya

persiapan , ungkapan verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang

berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun.

i. Gejala

Perawat mencatat adaya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri,

perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan depresi, agitasi, gelisah,

insomnia menetap, bewrat badan menurun, bicara lamban, keletihan,

withdrawl.

j. Penyakit psikiatrik:

Upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif, depresi remaja,

gangguan mental lansia.

k. Riwayat psikososial

Bercerai, putus hubungan , kehilangan pekerjaan, stress multiple (pindah,

kehilangan, putus hubungan, masalah sekolah, krisis disiplin, penyakit

kronik.

l. Faktor kepribadian

26
Impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kakuk, putus asa,

jharga diri rendah, antisocial

m. Riwayat keluarga

Riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme

2. Diagnose

a. Kecemasan / Ansietas

b. Gangguan penyesuaian

c. Gangguan harga diri

d. Koping individu in-efektif

e. Koping keluarga in-efektif

f. Gangguan pola tidur

g. Isolasi sosial

h. Perubahan proses pikir

i. Resiko kekerasan

3. Intervensi

a. Fokus : melindungi klien dari bahaya

b. Menghindari faktor penunjang terjadinya perilaku bunuh diri

c. Menurunkan faktor resiko  bantu penyelesaian masalah &

meningkatkan harga diri

d. Penyuluhan  meningkatkan support system

e. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan

pada diri sendiri, dengan cara :

1) Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.

27
2) Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup,

dukungan social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam

kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan.

f. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko ,

managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi

1) Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan

didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.

2) Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat

membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel

listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.

g. Membantu meningkatkan harga diri klien

1) Tidak menghakimi dan empati

2) Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya

3) Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain

4) Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan

control impuls yang rendah

5) Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila

diindikasikan.

6) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social

7) Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien

membutuhkan dukungan social yang adekuat

8) Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai

termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.

28
9) Dorong klien untuk melakukan aktivitas social

h. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.

1) Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif

2) Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.

3) Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi

sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri’

4) Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping

5) Explorasi perilaku alternative

6) Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

4. Implementasi dan evaluasi

Sesuai dengan intervensi yang telah disusun dan tujuan serta kriteria hasil

yang di harapkan

5. Pedoman yang perlu diperhatikan :

1) Semua ancaman bunuh diri adalah SERIUS , laporkan sesegera mungkin

dan lakukan tindakan pengamanan

2) Jauhkan benda yg membahayakan dr pasien

3) Observasi ketat, baik di tempat tidur maupun di kamar mandi

4) Komunikasikan dengan keluarga & tunjukkan kepedulian perawat

5) Waspada jika pasien tiba-tiba tenang dan tampak tentram 

menunjukkan rencana lain sedang disusun

29
B. Skizofrenia

1. Pengertian skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran , persepsi , emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh ,dan
terggangu .(videbeck ,2008). Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai
penyakit tersendiri , melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit
yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti jenis kanker.
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dankemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian (Sadock, 2003).
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu
gejala positif dan gejala negatif.Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan
pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah
alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari
pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis
atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau
inisiatif.
Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan psikis yang paling serius
karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam melaksanakan
aktivitas kehidupan sehari - hari seperti kesulitan dalam merawat diri sendiri.,
bekerja atau bersekolah., memenuhi kewajiban peran, dan membangun hubungan
yang dekat dengan seseorang (Jested an Mueses, 2008).
2. Tipe Skizofrenia
Menurut videbeck , 2008 beberapa tipe skizofrenia dari dari DSM-IV-TR
2000. Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala yang dominan.
a. Skizofrenia ,tipe paranoid : ditandai dengan waham kejar(rasa menjadi korban
atau dimata-matai) atau waham kebesaran , halusinasi , dan kadang-kadang

30
keagaman yang berlebihan ( focus waham agama), atau perilaku agresif dan
bermusuhan.
b. Skizofrenia ,tipe tidak terorganisasi : ditandai dengan afek datar atau afek
yang tidak sesuai secara nyata , inkoherensi , asosiasi longgar , dan
disorganisasi perilaku yang ekstern.
c. Skizofrenia , tipe katatonik : ditandai dengan gangguan psikomotor yang
nyata , baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang
berlebihan , negativism yang ekstrem , mutisme , geraka volunter yang aneh ,
ekolalia atau ekopraksia. Imobilitas motorik dapat terlihat berupa katalepsi
atau stupor. Aktivitas motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
d. Skizofrenia , tipe tidak dapt dibedakan : ditandai dengan gejala-gejala
skizofrenia campuran disertai gangguan pikiran , afek , dan perilaku.
e. Skizofrenia , tipe residual : ditandai dengan setidaknya satu episode
skizofrenia sebelumnya tetapi saat ini tidak psikotik , menarik diri dari
masyarakat , afek datar , serta asosiasi longgar.
3. Etiologi
Menurut keliat(2011) ada beberapa penyebab Skizofrenia antara lain:
a. Faktor genetik , belum teridentifikasi secara spesifik namun pengaruh
lokasi kromosom 6 pada gen dengan kromosom 4,8,15,22
berhubungan dengan terjadinya Skizofrenia.
b. Faktor keturunan atau bawaan merupakn factor penyebab yang tidak
besar pengaruhnya bagi munculnya gangguan Skizofrenia.
c. Ketidak seimbangan neurotransmitter ( dopemin dan glutamate)
d. Faktor lingkungan seperti kurang gizi selama kehamilan , masalah
dalam proses kelahiran , stress pada kondisi lingkungan , dan stigma
(penyebab kekambuhanpasien Skizofrenia).

31
Sedangkan menurut videbeck (2008) etiologi Skizofrenia adalah:
a) Faktor genetik
Kebanyakan penelitiangenetik berfokus pada keluarga terdekat ,
seperti orang tua, saudara kandung, dan anak cucu untuk melihat apakah
skizofrenia diwariskan atau diturunkan secara genetic.hanya sedikit penelitian
yang memfokuskan pada kerabat yang lebih jauh. Penelitian yang paling
penting memusatkan pada penelitian anak kembar yang menunjukan bahwa
kembar identik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%, sedangkan
kembar fraternal beresiko hanya 15%, dan angka inidapat meningkat sampai
35% jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia. Anak-anak yang
memiliki orang tua biologis dengan riwayat skizofrenia tetapi diadopsi pada
saat lahir oleh keluarga tanpa riwayat skizofrenia masih memiliki resiko
genetik dari orang tua biologis mereka.
b) Faktor neuroanatomi dan neurokimia
Dengan perkembangan teknik pencitraan noninvasif , sperti CT scan ,
MRI , PET dalam waktu 25 tahun berakhir , para ilmuan mampu meneliti
struktur otak (neuroanatomi) dan aktivitas otak (neurokimia) individu
penderita skizofrenia.penelitian menunjukan bahwa individu penderita
skizofrenia memiliki jaringan otak yang relatif lebih sedikit , hal ini dapat
memperlihatkan suatu kegagalan perkembangan atau kehilangan jaringan. CT
scan menunjukan pembesaran ventrikel otak dan atrofi korteks otak.
Penelitian PET menunjukan bahwa ada penurunan oksigen dan metabolisme
glukosa pada struktur korteks frontal otak . Penelitian neurokimia secara
konsisten mempelihatkan danya perubahan sistem neurotransmiter otak pada
individu penderita skizofrenia.
c) Factor imunologi
Ada teori popular yang mengatakan bahwa perubahan patologi otak
pada individu penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pajanan virus , atau
respon imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak. Walupun
ilmuwan terus meneliti hal ini , tidak banyak penelitian mampu memvalidasi

32
teori tersebut. Baru-baru ini para penelitian memfokuskan infeksi pada ibu
hamil sebagai kemungkinan penyebab awal skizofrenia. Epidemik flu diikuti
dengan peningkatan kejadian skizofrenia diinggris , Wales, Denmark ,
Finlandia , dan Negara lain.
4. Patofisiologi
Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa
premorbid.Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti
dengan berkembangnya simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari
sampai beberapa bulan.Adanya perubahan social / lingkungan dapat memicu
munculnya simtom gangguan.Masa prodormal ini bisa langsung sampai
bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan
remisi.Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal
untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus
dipertahankan.Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami
kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami
deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh.
Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, dan ini bisa
berlangsung seumur hidup.Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif
hilang, berkurang, atau tetap ada, sedangkan simtom negative relative sulit
hilang bahkan bertambah parah.
Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah
Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah
satu orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia,
kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak,
terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai
anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak
patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan
perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir
normal, memiliki gerakan bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat

33
tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain, Mempunyai riwayat epilepsi,
memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh
yang jelek dan tonus otot yang jelek.
5. Manifestasi Klinis
Menurut keliat ( 2011) gejala- gejala skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Gejala positif
a. Waham : keyakinan yang salah , tidak sesuai dengan kenyatan ,
dipertahankan dan disampaikan berulang-ulang ( waham kejar, waham
curiga, waham kebesaran).
b. Halusinasi : gangguan penerimaan pencaindra tanpa stimulus eksternal (
halusinasi pendengaran , penglihatan , pengecapan , penciuman dan
perabaan)
c. Perubahan arus piker :
· Arus piker terputus : dalam pembicaran tiba-tiba tidak dapat
melanjutkan isi pembicaran.
· Inkoheren : berbicara tidak selaras dengan lawan bicara( bicara kacau)
· Neologisme : menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti oleh
diri sendiri , tetapi tidak dimengerti oleh orang lain.
d. Perubahan perilaku
· Hiperaktif : perilaku motorik yang berlebihan
· Agitasi : perilaku yang menunjukan kegelisahan
· Iritabilitas : mudah tersinggung
2. Gejala negatif
· Sikap masa bodoh
· Pembicaran berhenti tiba-tiba
· Menarik diri dari pergaulan social
· Menurunya kinerja atau aktivitas social sehari-hari
Fase skizofrenia dibagi menjadi 2:
1. Fase akut :fase mulai munculnya gejala sampai dengan sebelum 6 bulan ,
ditandai dengan gejala positif dan negative

34
2. Fase kronik : diagnosis skizofrenia kronik ditandai dengan gejala akut ,
sudah berlangsung 6 bulan atau lebih disertai:
· Tidak memperhatikan kebersihan diri
· Gangguan motorik atau pergerakan

6. Terapi Medis
Terapi medis utama untuk skizofrenia ialah psikofarmakologi. Dimasa lalu
, terapi elektrokonvulsif , terapi syok insulin , dan bedah psikosis digunakan tetapi
dengan ditemukannya klorpromazin tada tahun 1952 , modelitas terapi lain ada
semua , tetapi tidak lagi digunakan. Antipsikotik yang juga dikenal sebagai
neuroleptik deprogramkan terutama karena ketidakefektifanya dalam mengurangi
gejala psikotik. Obat-obatan ini menyembuhkan skizofrenia , tetapi digunakan
untuk mengatasi gejala penyakit tersebut.
Antipsikotik tipikal atau yang lebih dulu digunakan adalah antagonis
serotonin dan antagonis dopamine. Obat-obatan ini , dosis harian yang lazim , dan
efek samping yang umum diuraikan. Antipsikotik tipikal mengatasi tanda-tanda
positif skizofrenia , sperti waham , halusinasi , gangguan pikiran dan gejala
psikotik lain , tetapi tidak memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda negatif.
Antipsikotik apical tidak hanya mengurangi gejala psikotik , tetapi untuk banyak
klien , obat-obatan ini juga mengurangi tanda-tanda negative seperti tidak
memiliki kemauan dan motivasi , menarik diri dari masyarakat , dan anhedonia.
Dua antipsikotik tersedia dalam bentuk injeksi depot untuk terapi rumatan ,
flufenazin (prolixin) , dalam sedian dekanoat dan enantat ,dan haloperidol. Media
untuk injeksi depot ialah minyak wijen sehingga obat diabsorbsi dengan lambat
sepanjang waktu dalam system tubuh klien. Efek obat-obatan ini berlangsung dua
sampai empat minggu sehingga antispsikotik tidak perlu diberikan setiap hari.
Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian
saat mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu :
1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang
mempunyai sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.

35
2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar
monozigotik adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti
untuk menyarankan bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak
diketahui tetapi kemungkinan spesifik telah berperan dalam
perkembangan gangguan.
3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan
terapetik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan
gangguan yang memiliki berbagai segi.Walaupun medikasi antipsikotik
adalah inti dari pengobatan skizofrenia, penelitian telah menemukan
bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikkan klinis.
Beberapa terapi yang digunakan untuk pengotan pada apsien skizofrenie yaitu :
A. Terapi Somatik
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan
skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:
a. Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali
b. jumlah fungsi mental yang cukup normal.
c. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek
mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip
parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial adalah
tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.“Remoxipride“ adalah
antagonis reseptor dopamin dari kelas yang berbeda dari pada antagonis
reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia. Awalnya obat ini disertai efek
samping neurologist yang bermakna, tetapi akhirnya remoxipride disertai
dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai klinisnya.
2. Risperidone
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang
bermakna padareseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor
dopamine tipe 2 ( d2 ). Risperidone menjadi obat lini pertama dalam

36
pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif
dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.
3. Clozapine
Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif.Mekanisme kerjanya
belum diketahuisecara pasti.Clozapine adalah suatu antagonis lemah
terhadap reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap
reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistic pada reseptor
serotogenik.Agranulositosis merupakan suatu efek samping yang
mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah.Obat ini
merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive dyskinesia
karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai
dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut.
Terapi Somatik Lainnya
1. Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi
pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik (
kurang efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah
yang paling mungkin berespon. Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma
yang di timbulkan insulin (insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan
barbiturat (barbiturate-induced coma).
2. Terapeutik
a. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati
b. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien
harus digunakan lagi.
c. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu
pada dosis yang adekuat.
d. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah
jarang diindikasikan.
e. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik.

37
3. Terapi Psikososial
a. Terapi Perilaku
Tehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah
yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan.Dengan demikian
frekuensi perilaku mal adaptif atau menyimpang dapat diturunkan.
Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning )
Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi
ini dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan
merupakan tambahan alami bagi terapi farmakologis. Latihan keterampilan
ini melibatkan penggunaan kaset videon orang lain dan pasien permainan
simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang
keterampilan yang telah dilakukan.
· b. Terapi Berorientasi Keluarga
Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk
mengidentifikasik dan menghindari situasi yang kemungkinan
menimbulkan kesulitan.Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam
keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat.
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan
kecepatannya. Di dalam session keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli
terapi harus mengendalikan intensitas emosional dari session.

38
C. Narapidana

1. Definisi
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani saksi kurungan atau
saksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang
menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum. Menurut Pasal 1
Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan,
narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
Lembaga Permasyarakatan.
Karena terkucilkan dari masyarakat umum, berbagai masalah kejiwaan
narapidana kemungkinan akan muncul, diantaranya :
- Harga diri rendah dan Konsep diri yang negative
- Risiko bunuh diri
Dalam makalah ini kelompok penulis berfokus membahas masalah
harga diri rendah yang terjadi terhadap narapidana.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (
Keliat, 1998).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung di
ekspresikan.
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat
berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak
disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri
negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya,

39
entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang
lain (Rini, J.F, 2002).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu
dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman
yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu
(Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan
cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai
pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan
tugas utama pada masa remaja.
d. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang
diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran
yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart &
Sundeen, 1998).
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam

40
penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,
tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen,
1998.

2. Penyebab Gejala
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan
dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi,
perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu
tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan
memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan
peran. Adapun Penyebab Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah, yaitu :
a. Faktor Presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua, penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehillangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktifitas yang menurun.
Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah :
- Mengejek dan mengkritik diri

41
- Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
- Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi
- Menunda keputusan
- Sulit bergaul
- Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
- Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
- Merusak diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhiri
hidupnya
- Merusak/melukai orang lain
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang pesimistis
- Tidak menerima pujian
- Penurunan produktivitas
- Penolakan terhadap kemampuan diri
- Kurang memerhatikan perawatan diri
- Berpakaian tidak rapih
- Berkurang selera makan
- Tidak berani menatap lawan bicara
- Lebih banyak menunduk
- Bicara lambat dengan nada suara lemah

3. Penatalaksanaan Terapi
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
b. Keperawatan

42
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi
aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan
gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah
terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005)
4. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis.
b. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor
biologis, faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor genetic.
c. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social
dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,

43
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
g. Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara
dapatkan adalah:
MASALAH YANG PERLU DIKAJI
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1 Masalah utama : Mengungkapkan ingin
gangguan konsep diri : diakui jati dirinya.
Merusak diri sendiri,
harga diri rendah Mengungkapkan tidak
Merusak orang lain,
ada lagi yang peduli.
Ekspresi malu,
Mengungkapkan tidak
Menarik diri dari
bisa apa-apa.
hubungan social,
Mengungkapkan
Tampak mudah
dirinya tidak berguna.
tersinggung,
Mengkritik diri
Tidak mau makan
sendiri.
dan tidak tidur.
Perasaan tidak
mampu.
2 Penyebab tidak efektifnya Mengungkapkan Tampak
koping individu ketidakmampuan dan ketergantungan
meminta bantuan terhadap orang lain
orang lain. Tampak sedih dan
Mengungkapkan malu tidak melakukan
dan tidak bisa ketika aktivitas yang
diajak melakukan seharusnya dapat
sesuatu. dilakukan
Mengungkapkan tidak Wajah tampak
berdaya dan tidak murung

44
ingin hidup lagi.
3 Akibat isolasi sosial Mengungkapkan Ekspresi wajah
menarik diri enggan bicara dengan kosong tidak ada
orang lain kontak mata ketika
Klien mengatakan diajak bicara
malu bertemu dan Suara pelan dan tidak
berhadapan dengan jelas
orang lain Hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak)
Menghindar ketika
didekati

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi,
wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka
perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai
berikut:
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

45
D. TRIGER CASE
Setelah Anda selesai membaca materi tentang depresi, skizofrenia dan
kesehatan jiwa pada narapidana pada kegiatan belajar 2, buatlah rangkuman
pada buku catatan mengenai depresi, skizofrenia dan kesehatan jiwa pada
narapidana untuk memudahkan Anda mengingat dan mendokumentasikan
kembali.

E. UMPAN BALIK
Apakah Anda sudah mempelajari depresi, skizofrenia dan kesehatan
jiwa pada narapidana ? Jika sudah memahaminya, cobalah untuk berdiskusi
dengan teman Anda. Anda akan dinyatakan lulus dan berkompeten bila telah
mampu memahami mengenai depresi, skizofrenia dan kesehatan jiwa pada
narapidana

46
DAFTAR PUSTAKA :

Isaac, Ann. 2004. Panduan Belajar : Keperawatan Kesehatan Jiwa dan


Psikiatrik. Jakarta: EGC.

47

Vous aimerez peut-être aussi