Vous êtes sur la page 1sur 11

KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

“PENGKAJIAN BUKU SKN DAN ARAH KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN KESEHATAN NASIONAL”

DOSEN PENGAMPU : SYAMSUL RIDZAL


DISUSUN OLEH :
1. BUDHI PRYONO PO.71.20.1.15.12
2. DEDEK AMELIA PO.71.20.1.15.12
3. DINA YULIANTI PO.71.20.1.15.12
4. RIKO APRIZAL PO.71.20.1.15.13
5. SONDANG YULIANA SINAGA PO.71.20.1.15.144

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2017/2018
PENGKAJIAN TERHADAP BUKU SISTEM KESEHATAN NASIONAL

ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL


1. Upaya Kesehatan
a) Belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Penyelenggaraan upaya promotif dan preventif masih kurang. Jumlah sarana dan
prasarana kesehatan masih belum memadai.
b) Penyebaran sarana dan prasarana kesehatan belum merata.
c) Potensi pelayanan kesehatan swasta dan upaya kesehatan berbasis masyarakat
yg semakin meningkat, belum didayagunakan sebagaimana mestinya.
d) Keterlibatatan Dinkes dalam penyelenggaraan upaya kesmas dan keterkaitannya
dg pelayanan rumah sakit sbg sarana rujukan masih dirasakan sangat kurang.
Sedangkan anjuran WHO adl paling sedikit 5% dari PDB per tahun.
e) Derajat kesehatan belum memadai.
f) Angka Kematian Bayi (50/1000 kelahiran hidup) dan Angka Kematian Ibu
(373/10.000 kelahiran hidup) masih tinggi.
g) Umur harapan hidup masih rendah, yaitu rata-rata 66,2 tahun (tahun1999).
h) Kondisi tersebut berakibat pada masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia
(HDI) Indonesia, yaitu pada urutan 112 dari 175 Negara (UNDP, 2003).
2. Pembiayaan Kesehatan
a) Masih rendah, yaitu rata-rata 2,2% dari Produk Domestik Bruto, atau rata-rata
antara USD 12-18 per kapita per tahun. Sedangkan anjuran WHO adalah paling
sedikit 5% dari PDB pertahun.
b) 30% pembiayaan bersumber dari pemerintah, dan 70% bersumber dari
masyarakat termasuk swasta, yg sebagian besar masih digunakan untuk
pelayanan kuratif.
c) Mobilisasi sumber pembiayaan dari masyarakat masih terbatas serta bersifat
perseorangan (out of pocket).
d) Jumlah masyarakat yg memiliki jaminan kesehatan masih terbatas (kurang dari
20%).
e) Penerapan teknologi canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat
meningkatnya umur harapan hidup akan mendorong meningkatnya biaya
kesehatan.
f) Tingginya angka kesakitan berdampak thd biaya kesehatan yang akan
memperberat beban ekonomi. Sementara itu, anggaran pembangunan berbagai
sektor lain belum sepenuhnya mendukung pembangunan kes.
3. Sumberdaya Manusia Kesehatan
a) Jumlah SDM kesehatan belum memadai. Rasio tenaga kes dengan jumlah
penduduk masih rendah. Penyebaran SDM kes belum menggembirakan.
b) Mutu SDM kes masih membutuhkan pembenahan.
c) Sistem penghargaan dan sanksi, peningkatan karier, pendidikan dan
pelatihanberjenjang dan berkelanjutan, akreditasi pendidikan dan pelatihan,
serta sertifikasi, regristasi dan lisensi SDM kes belum mantap.
d) Sistem sertifikasi, registrasi dan lisensi SDM di Indonesia belum mencakup aspek
profesionalisme.
e) Kerjasama lintas program, lintas sektor dan dg organisasi profesi serta LSM
dalam pengembangan tenaga kes masih terbatas.
4. Sumber Daya Obat dan Perbekalan Kesehatan
a) Industri farmasi di Indonesia sebanyak 198 buah, tdd 34 PMA, 4 BUMN, 160
PMDN/Swasta Nasional.
b) PBF berjumlah 1.473 buah, apotek 6.058 buah dan took obat 4.743.
c) Mutu industry farmasi telah distandarisasi dengan ditetapkannya cara pembuatan
obat yang baik (COPB).
d) Untuk menunjang upaya kes terutama yang diselenggarakan oleh pemerintah
telah ditetapkan kebijakan obat generic yang mencakup 220 jenis obat.
e) Pengawasan perbekalan dan alkes sejak dari produksi, distriusi sampai dengan
pemanfaatannya belum dilakukan dengan optimal. Sedangkan untuk
pengadaannya untuk sarana kes pemerintah belum sesuai dengan kebutuhan.
5. Pemberdayaan Masyarakat
a) Keberhasilan pembangunan kes di Indonesia tidak terlepas dari partisipasi aktif
masyarakat. Berbagai bentuk upaya kes berbasis masyarakat banyak didirikan,
a.l dalam bentuk Posyandu (sekitar 240.000 buah), 33.083 Polindes, 12.414 Pos
Obat Desa, 4.049 Pos Upaya Kesehatan Kerja.
b) Dalam pembiayaan kes, pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk
dana sehat yg berjumlah 23.316 serta berbagai yayasan peduli dan penyandang
dana kes.
c) Pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan, advokasi kesehatan, serta
pengawasan sosial dalam program pembangunan kes belum banyak
dilaksanakan.
d) Jaringan kemitraan antara sektor pemerintah dan swasta belum dikembangkan
secara optimal.
6. Manajemen Kesehatan
a. Penerapan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan telah
dilaksanakan sesuai dg perkembangan.
b. Penerapan tsb diutamakan pada IPTEK tepat guna untuk pelayanan kesehatan tk
pertama (Puskesmas) serta IPTEK canggih untuk pelayanan kesehatan rujukan.
c. Hukum kesehatan terutama yg menyangkut upaya kesmas secara bertahap telah
dikembangkan.
d. Administrasi kes, yg mencakup perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan dan
pertanggungjawaban pembangunan kes di berbagai tk dan bidang sudah
dikembangkan.
e. Telah disusun berbagai panduan administrasi kes, termasuk Rencana
pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Rencana Strategis
Pembangunan Kesehatan 2001-2004 serta sistem perencanaan dan
penganggaran kesehatan terpadu (P2KT).

POKOK-POKOK SKN
A. LANDASAN SKN
1. Landasan Idiil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : UUD 1945, khususnya :
a) Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
b) Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang.
c) Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

B. PRINSIP DASAR SKN


Adalah norma, nilai, dan aturan pokok yg bersumber dari falsafah dan budaya
Bangsa Indonesia, yg dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak dalam
penyelenggaraan SKN, meliputi :
1. Perikemanusiaan
2. HAM
3. Adil dan Merata
4. Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat
5. Kemitraan
6. Pengutamaan dan Manfaat
7. Tata Kepemerintahan yang Baik

C. TUJUAN SKN
Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis., berhasil guna dan berdaya
guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

D. KEDUDUKAN SKN
1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara untuk mencapai tujuan
Negara.
2. Kedudukan SKN terhadap Sistem Nasional lain
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yg tidak hanya
menjadi tanggungjawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari
berbagai sektor lain terkait yg terwujud dalam berbagai bentuk sistem nasional. Dengan
demikian, SKN harus berinteraksi secara harmonis dengan berbagai sistem nasional tsb.
3. Kedudukan SKN terhadap Sistem Kesehatan Daerah (SKD)
a. Untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah perlu
dikembangkan SKD. Dalam kaitan ini kedudukan SKN merupakan suprasistem
dari SKD.
b. SKD menguraikan secara spesifik unsur-unsur upaya kes, pembiayaan kes,
sumberdaya manusia kes, sumber daya obat dan perbekalan kes, pemberdayaan
masyarakat dan manajemen kes sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. SKD
merupakan acuan bagi berbagai pihak dalam penyelenggaraan pembangunan
kes di daerah.
4. Kedudukan SKN terhadap Berbagai Sistem Kemasyarakatan termasuk
Swasta
Keberhasilan pembangunan kesehatan juga ditentukan oleh peran aktif swasta.
Dalam kaitan ini potensi swasta merupakan bagian integral dari SKN. Untuk
keberhasilan pembangunan kesehatan perlu digalang kemitraan yg setara, terbuka dan
saling menguntungkan dg berbagai potensi swasta. SKN harus mewarnai potensi
swasta sehingga sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yg berwawasan
kesehatan

E. SUBSISTEM SKN
1) Subsistem Upaya Kesehatan
2) Subsistem Pembiayaan kesehatan
3) Subsistem Sumberdaya Manusia Kesehatan
4) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
5) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
6) Subsistem Manajemen Kesehatan
ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN NASIONAL

1. Arah Pembangunan Kesehatan


Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan
secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada
penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan
mapun di pedesaan.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan
profesionalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini. Upaya pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program peningkatan
perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan
didukung oleh sistem pengamatan, Informasi dan manajemen yang handal.
Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan.
Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki semangat
pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan
terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.
Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling
mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada
upaya peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi
sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.
Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana
dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja
bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan
keselamatan kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah,
perusahaan dan pekerja.
Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan
dan pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban
bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk
menjaga harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-
anak terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang
seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil
angka kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana.
Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan
obat-obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada
produsen, pengedar dan pemakai.
2. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada
memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai berikut:
a) Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas
sektor merupakan hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan
secara seksama. Sosialisasi masalah-masalah kesehatan pada sektor lain perlu
dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada
tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan dengan seksama
pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.
b) Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.
Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu
ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan,
sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran
masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep
pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan dikembangkan untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya kesehatan.
c) Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan kemampuan
pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan
berwawasan kesehatan.
Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta
tempat periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang
memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan
sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi
lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup
sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat
menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan perbaikan
berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dini
usia muda serta pembakuan standar lingkungan.
d) Peningkatan Upaya Kesehatanya.
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui
pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis. Selanjutnya, pemerataan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus–menerus diupayakan.
Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis
ekonomi, upaya kesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping
tetap mempertahankan peningkatan pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus
dalam mengatasi dapak kritis diberikan kepada kelompok berisiko dari keluarga-
keluarga miskin agar derajat kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup produktif.
Pemerintah berttanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk
penduduk miskin.
Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan
ditigkatkan melalui pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan
kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil,
melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan
rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan
wabah yangcenderung meningkat.
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang
tinggi, melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi
dan kebugaran jasmani tenaga kerja serta upaya kesehatan lain yang menyangkut
kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman terutama bagi penduduk
yang tinggal di daerah yang kumuh.
e) Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan
kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan
terampil sesuai pengembangan ilmu dan teknologi, beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan negara
dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga
kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan
pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan
penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan tenaga berbagai
negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga
kesehatan mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan
seksama serta diserasikan secara bertahap.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan
kesehatan melelui penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk
menjamin tersekenggaranya pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan
bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM diselenggarakan sebagai upaya
bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu
disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota masyarakat
yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui
system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu dikembangkan
pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM. Pengembangan
asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi
perasuransian. Secara bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan
dikelolah secara swadana.
f) Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan
terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor
kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan antara berbagai program
kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri.
Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan
pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk
menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut
didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan
kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan
secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari
pengembangan administrasi mder. Organisasi Departemen Kesehatan perlu
disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi : regulasi, perencanaan nasional,
pembinaan dan pengawasan.
Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis, serasi dan
bertanggung jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan
upaya kesehatan kepada daerah Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan
manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih bertanggung jawab
dalam perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan
kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan
pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut
pula didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu
perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik berasal dari
anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan
BelanjaDaerah.
g) Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.
Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan
secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya
untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah
kesehatan dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan. Penelitian
dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan
dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian penting dari pembangunan
kesehatan daerah.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli
Indonesia, pemberatasan penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang
berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta. Setra
meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang terbatas.
Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan
gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada.
h) Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.
Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan
sosial dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan ketahanan sosial
dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosioekonomi masyarakat, sehingga
dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan
dampak negatif dari globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. DEPKES, RI. 2009. SISTEM KESEHATAN NASIONAL. JAKARTA.

Vous aimerez peut-être aussi