Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Di sisi lain, daerah mempunyai sumber daya alam yang berpotensi sebagai bahan
baku industri, diperlukan arah dan fokus pembangunan industri daerah, yang dalam hal ini
dapat melalui konsep One Village One Product (OVOP). Sukses telah diraih Thailand dalam
mengembangkan konsep One Tambon One Product (OTOP) dan salah satu Provinsi di
Jepang, yaitu Oita Prefecture mengembangkan konsep One Village One Product (OVOP).
4. Pendekatan Teknologi (Foot Loose), adalah konsep pembangunan industri dengan hanya
mengandalkan penguasaan teknologi. Industri seperti ini tidak bergantung kepada bahan
baku, dapat dipasarkan kemana saja atau justru pasarnya sudah given, dan tidak
memerlukan tenaga kerja banyak. Contoh terbaik adalah industri elektronika dimana
dengan mudah dipindahkan oleh investor dari suatu daerah ke daerah lain bahkan kini
keluar dari negara Indonesia.
Pada tahun 2006 departemen perindustrian membentuk dan membina klaster industri
pengolahan buah di darah jawa barat. Fokus klaster pengolahan buah adalah daerah Cirebon,
Indramayu, Majalengka dan Kuningan. Secara umum tujuan pembentukan klster ini adalah
untuk peningkatan daya saing ekonomi masyarakat melalui berbagai aktivitas usaha yang
bersifat kemitraan (partnership) dan saling melengkapi satu sama lain diantara para
pemangku kepentingan.
Menurut Chopra dan Meindl (2004), suatu rantai pasok terdiri dari berbagai
pihak, baik terlibat secara langsung maupun yang tidak langsung. Tidak hanya
terkait pada produsen dan pemasok tetapi juga pada distributor dan customer.
Rantai pasok bersifat dinamis dan memiliki aliran informasi, produk dan uang.
Tujuan utama dari rantai pasok adalah memenuhi kepuasan pelanggan, bagi
perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Kegiatan rantai pasok ini
dimulai dari adanya order yang diajukan oleh customer dan berakhir setelah
kepuasan customer terpenuhi.
Struktur rantai pasok buah mangga di Jawa Barat terdiri atas beberapa faktor.
Diawali dari sumber bahan baku dari berbagai sumber, proses pengolahan buah
mangga menjadi produk-produk buah mangga, atau proses distribusi buah mangga
kepada konsumen. Struktur rantai pasok mangga di Jawa Barat, memiliki
beberapa pola sebagai berikut :
Struktur rantai pasok 3, grade mangga yang dijual sama dengang grade
mangga pada struktur rantai pasok 1 dan 2. Aliran mangga dan produk hampir
sama dengan struktur rantai pasok 1, dimana produk olahan dijual dulu di toko
oleh-oleh. Perbedaannya terletak pada aliran buah mangga pada struktur rantai
pasok 1 dari petani langsung ke Industri pengolahan sedangkan pada struktur
rantai pasok 3 dari petani melalui pedagang pengumpul kecil baru ke Industri
pengolahan.
Struktur rantai pasok 4, grade mangga yang dijual sama dengang grade
mangga pada struktur rantai pasok 1, 2 dan 3. Aliran mangga dan produk
hampir sama dengan struktur rantai pasok 2, dimana produk olahan dijual
langsung ke konsumen. Perbedaan struktur rantai pasok 2 dan struktur rantai
pasok 4 terletak pada aliran buah mangga pada struktur rantai pasok 2 dari
petani langsung ke Industri pengolahan sedangkan pada struktur rantai pasok 4
dari petani melalui pedagang pengumpul kecil baru ke Industri pengolahan.
Sistem pembayaran yang terjadi pada rantai pasok 7 adalah pembayaran secara
tunai ataupun pembayaran di muka. Sistem pembayaran di muka terjadi
apabila terjadi pesanan yang melebihi volume penjualan seperti biasanya.
Diperlukan modal yang besar apibila pesanan dari luar pulau melebihi volume
penjualan ke pasar induk yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar.
Pada struktur rantai pasok 8 grade mangga yang diperjualbelikan sama dengan
pada struktur rantai pasok 7 yaitu mangga dengan grade A dan grade B,
dengan harga grade A sebesar Rp 17.000,- per kg dan harga grade B Rp
15.000,- per kg. Perbedaan struktur rantai pasok 7 dan struktur rantai pasok 8
hanya terletak pada aliran mangga dari petani pada struktur rantai pasok 7
menuju pedagang pengumpul kecil, sedangkan pada struktur rantai pasok 8
aliran mangga dari petani langsung menuju ke pedagang pengumpul besar.
Sistem pembayaran pun sama dengan struktur rantai pasok 7 yaitu sistem
pembayaran dimuka.
Pada struktur rantai pasok 9 ini pedagang pengumpul besar kurang menyukai
karena adanya sistem pembayaran tunda dan pembayaran dilakukan atas
jumlah mangga yang terjual saja. Pedagang pengumpul besar mengalami
kesulitan dalam memenuhi grade yang diminta oleh supermarket karena grade
yang harus dipenuhi sama dengan grade untuk ekspor, sedangkan harga yang
diterima pedagang pengumpul besar dari supermarket lebih rendah dari harga
yang diterima bila mangga tersebut untuk ekspor.
Struktur rantai pasok 10 tidak jauh berbeda dengan struktur rantai pasok 9,
seperti sistem pembayaran yang dilakukan serta grade mangga yang
diperjualbelikan sama seperti pada struktur rantai pasok 9. Adapun
perbedaannya hanya pada struktur rantai pasok 9 aliran mangga dari petani
mengalir melalui pedagang pengumpul kecil terlebih dahulu, sedangkan pada
struktur rantai pasok 10 aliran mangga dari petani mengalir langsung ke
pedagang pengumpul besar.
Pada struktur rantai pasok 11 terjadi perdagangan antar Negara, dimana pihak
eksportir merupakan penentu atas harga pembeliaan yang berlaku kepada
pedagang pengumpul besar. Sistem pembayaran yang terjadi pada struktur
rantai pasok 11 adalah sistem pembayaran tunai dengan kontrak pembelian
oleh eksportir atas pedagang pengumpul besar. Dalam pola saluran pemasaran
ini pedagang pengumpul besar mengalami kesulitan dalam memenuhi mangga
di jawa barat untuk memenuhi syarat untuk ekspor tidak sebanding dengan
jumlah permintaan ekspor yang tinggi. Pada struktur rantai pasok 11 grade
mangga yang diperjualbelikan adalah mangga dengan grade A.
Struktur rantai pasok 12 tidak jauh berbeda dengan struktur rantai pasok 11,
dalam hal sistem pembayaran serta grade mangga yang diperjualbelikan.
Perbedaan antara struktur rantai pasok 11 dan struktur rantai pasok 12 hanya
pada aliran mangga di struktur rantai pasok 11 terlebih dahulu melalui
pedagang pengumpul kecil sedangkan pada struktur rantai pasok 12 langsung
menuju ke pedagang pengumpul besar.
Anggota rantai pasok yang menjelaskan aliran komoditas mulai dari hulu sampai
hilir dijelaskan pada tabel xxx.
Tingkata
Anggota Proses Aktivitas
n
Produsen Petani Budidaya Melakukan pembibitan,
Industri Pengolahan Distribusi penanaman, perawatan,
Penjualan pemanenan. Setelah
panen petani akan
mendistribusikan ke
bandar, ke Industri
pengolahan atau dijual
langsung di pasar
tradisional.
Pengolah Pedagang Pembelian Bandar melakukan
pengumpul kecil Sortasi pembeliaan buah mangga
Pedagang Pengolahan dari petani, selanjutnya
pengumpul besar Penyimpanan di sortasi dan
Eksportir Penjualan didistribusikan kepada
Industri pengolahan eksportir dan Industri
pengolahan.
Ekspotir melakukan
pembelian buah mangga
ke bandar, lalu mangga
akan dijual ke pasar luar
negeri.
Industri pengolahan
melakukan pembelian ke
bandar dan petani,
mangga akan diolah lalu
dipasarkan di toko oleh-
oleh maupun langsung ke
konsumen.
Ritel Supermarket Pembelian Melakukan pembelian ke
Toko Oleh-oleh Penyimpanan bandar/eksportir untuk
Penjualan selanjutnya penjualan ke
konsumen.
Konsumen Pedagang pengecer Pembeliaan Melakukan pembelian
di pasar lokal produk olahan mangga
Pedagang pengecer dari pasar tradisional,
di luar daerah toko oleh-oleh atau
Pedagang di pasar langsung ke Industri
induk Pengolahan
Masyarakat umum
a) Produk
Produksi buah mangga 80% dijual segar, dan sisanya diolah menjadi
produk olahan seperti manisan mangga, minuman sari buah, sirop, pure dan
dodol. Mangga yang digunakan sebagai bahan baku IKM ini biasanya grade C .
Tabel xx. Grading Buah Mangga di Indonesia Menurut Jenis dan Ukurannya
Varietas Besar (gr) Sedang (gr) Kecil (gr) Sangat Kecil (gr)
b) Pasar
c) Pemangku kepentingan
a) Sasaran Pasar
Produk hulu yang dihasilkan dari buah mangga yaitu buah mangga segar
dan produk olahan mangga. Produk mangga segar dibedakan menjadi tiga grade
yaitu grade A, grade B, grade C. kualitas mangga grade A dan grade B yaitu
buahnya memiliki warna merah merata, bentuk sempurna, berat untuk grade A >
2,2 ons per buah dan berat untuk grade B < 2,2 ons per buah, tanpa cacat dan
getah yang tertinggal di kulit. Grade mangga jenis C yaitu buah yang rusak
karena jatuh pada saat pemanenan, gigitan lalat buah dan hama pengganggu
lainnya, bentuk yang tidak sempurna (buah tidak dapat diberdirikan, terlalu besar
atau terlalu kecil, banyak getah yang tertinggal pada kulit buah).
b) Sasaran Pengembangan
c) Pengembangan kemitraan
Pengembangan kemitraan yang dilakukan kepada petani mangga agar
kualitas mangga yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pasar maka perlu
dibina dalam melakukan budidaya pertanian mangga dari mulai penanaman,
pemupukan dan pemanenan.
a) Struktur Manajemen
Pada rantai pasokan Mangga di Jawa Barat, anggota rantai pasok mulai
dari petani, pedagang pengumpul kecil dan besar, pedagang pengecer local,
pedagang pengecer luar daerah, pedagang pasar induk, supermarket dan eksportir
belum menggunakan sistem manajemen yang baik. Petani mangga bertindak
sebagai produsen yang menanam dan membudidayakan mangga. Pengumpul kecil
dan besar membeli hasil panen mangga dari petani, pengumpul melakukan sortasi
dan grading. Pedagang local,Pedagang luar daerah dan eksportir akan membeli
mangga dari pengumpul besar dan melakukan sortasi dan pengemasan. Mangga
yang telah dikemas akan langsung dijual ke konsumen.
b) Pemilihan Mitra
c) Kesepakatan Kontraktual
Kesepakatan yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul keci dan
besar, belum menggunakan kesepakatan kontraktual tertulis. Kesepakatan yang
terjadi biasanya berupa kesepakatan jual beli yang didasarkan atas dasar
kepercayaan. Biasanya kesepakatan kontraktual terjadi antara pedagang
pengumpul besar dengan supermarket dan eksportir. Kesepakatan yang diatur
mengenai kualitas produk, volume produksi, harga, waktu pengiriman, dan produk
yang ditolak.
d) Sistem Transaksi
e) Dukungan Kebijakan
a) Fisik
Sumber daya fisik rantai pasok mangga meliputi lahan pertanian, kondisi
jalan transportasi, dan infrastruktur lainnya seperti stasiun, bandara, sarana dan
prasarana pengangkutan
b) Teknologi
a) Pola Distribusi
Pola distribusi yang dibangun oleh anggota rantai pasok memiliki pola
yang berbeda. Pola tersebut dibangun berdasarkan kemudahan aplikasi di
lapangan dan upaya untuk menghemat biaya. Menurut Chopra dan Meindl
(2004) ada enam pola jaringan distribusi yang berbeda untuk memindahkan
produk dari produsen ke konsumen, yaitu :
4. Distributor storage with last mile delivery, seperti pada pola distribusi
sebelumnya namun pihak ekspedisi memiliki tempat penyimpanan yang
menyebar dan berdekatan dengan lokasi konsumen (hanya beberapa mil).
1. Pelatihan
a) Trust building
d) Dukungan pemerintah
Chopra S dan P. Meindl. 2007. Supply Chain Management : Strategy, Planning and
Operation. Pearson Prentice Hall.
Satuhu, S. 2000. Penanganan Mangga Segar untuk Ekspor. PT Penebar Swadaya. Jakarta.