Vous êtes sur la page 1sur 15

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG YOSEPH I


RUMAH SAKIT RK CHARITAS

Disusun Oleh :

NI WAYAN CATRIANI
1835032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KATOLIK
MUSI CHARITAS PALEMBANG 2018
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Medis
1) Definisi
2) Anatomi Fisiologi
3) Pathway/patoflow diagram
2. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul ” Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis di Ruang Yoseph I di Rs Rk Charitas” untuk memenuhi tugas
laporan pendahuluan asuhan keperawatan mingguan. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada pembimbing pendidikan dan pembimbing di
tempat praktik klinik diruangan Yoseph I dan pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa laporan ini masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Palembang, November 2018

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia. Akan tetapi
pengetahuan masyarakat tentang ginjal masih jauh dari memadai. Organ yang
memiliki besar seperti telapak tangan fungsinya banyak sekali. Bukan hanya
sebagai alat penyaring dan pembersih darah seperti yang sudah luas terkenal.
Akan tetapi ginjal dapat mengalami gangguan seperti gangguan ginjal akut
dan kronik.
Hasil Riskesdas 2013, populasi umur ≥ 15 tahun yang terdiagnosis gagal
ginjal kronis sebesar 0,2%. Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan
prevalensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, dengan
peningkatan tajam pada kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan kelompok
umur 25-34 tahun. Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari
perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat pedesaan
(0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh
(0,3%), dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah
masing-masing 0,3%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah
Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara
masing-masing 0,4 %.
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia. Penyakit gagal ginjal kronik terjadi bila kedua ginjal
sudah
Tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk
kelangsungan hidup. Penyebab gagal ginjal kronik antara lain penyakit
infeksi, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensif, gangguan
jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik,
nefropati toksik, nefropati obstruktif
B. Ruang Lingkup
Laporan ini termasuk dalam ruang lingkup sistem
perkemihan yang difokuskan untuk mengetahui tentang
penyakit gagal ginjal kronik di Rumah Sakit R.K Charitas
palembang.

C. Tujuan
1. Mengetahui tanda fungsi ginjal terganggu pada tubuh manusia
2. Mengetahui perbedaan gagal ginjal kronis dan akut
3. Mengetahui penyebab gagal ginjal akut dan kronik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1) Definisi
Gagal ginjal kronik terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut
sampah metabolik tubuh atau ginjal gagal melakukan fungsi
regulernyaSuatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk
dalam cairan tubuhakibat gangguan eksresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrine,metabolik, cairan, elektrolit dan asam basa.
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairandan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001;
1448)

2) Anatomi Fisiologi

Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam


mempertahankan keseimbangan internal dengan jalan menjaga
komposisi cairan tubuh/ekstraselular. Ginjal merupakan dua buah organ
berbentuk seperti kacang polong, berwarna merah kebiruan. Ginjal
terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal
disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak
yang tebal di belakang peritoneum atau di luar rongga peritoneum.
Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang di mulai dari
ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena letak hati yang
menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Masing-masing ginjal
memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal2,5 cm. Berat ginjal
pada pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram.
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunikafibrosa yang kuat, apabila kapsul di
buka terlihat permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua.
Ginjal terdiri dari bagian dalam, medula, dan bagian luar, korteks.
Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari
piramid renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai
basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus
renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansahenle, vasa rekta
dan duktus koli gensterminal. Bagian luar (eksternal) korteks. Subtansia
kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula.
Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang
basis piramid yang berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam
di antara pyramid dinamakan kolumna renalis. Mengandung
glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan
duktus koligens.

3) Pathway/patoflow diagram
1. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengakjian adalah upaya untuk mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatanyang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.
 Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasar status
kesehatan
 Kaji derajat kerusakan ginjal dan gangguan sistem tubuh lainnya
melalui pengkajian sistem tubuh dan kaji hasil laboratorium
 Lakukan pemeriksaan fisik, tanda vital, sistem kardiovaskuler,
pencernaan, sistem saraf, integumen, dan sistem muskulus skeletal

2) Diagnosa
a) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
b) Penurunan curah jantung berhubungan dengaan perubahan afterload
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen

3) Intervensi
NOC: status pernafasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan status pernafasan 3x24 jam
dengan indikator frekuensi pernafasan dari skala 1 menjadi skala 5, irama
pernafasan dari skala 1 menjadi skaal 5, kedalaman inspirasi dari skala 1
menjadi skala 5, kepatenan jalan napas dari skala 1 menjadi skala 5,
saturasi oksigen dari skala 1 menjadi skala 5.

NIC: manajemen jalan nafas


1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
3. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Monitor pernafasan
4. Monitor kecepatan,irama, kedalaman, kesulitan bernafas
5. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorork atau mengi
6. Monitor keluhan sesak nafas, termasuk kegiatan yang
meningkatkan ata memperburuk sesak nafas tersebut
7. Monitor saturasi oksigen spo2

4) Implementasi keperawatan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

5) Evaluasi
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah
tercapai.
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Nama : Ny “G”
Jenis kelamin : perempuan
Usia : 42 tahun
Diagnosa Medik : CKD
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Keluhan : pasien mengatakan sesak napas
Riwayat penyakit sekarang : pasien mengatakan Sebelumnya pasien sudah
berobat ke RSL dengan keluhan yang sama
namun tidak ada perubahan. Pasien memiliki
riwayat penyakit hipertensi dan DM. Pasien
mengatakan sesak napas dan badannya
lemas.

B. Diagnosa
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
2) Penurunan curah jantung berhubungan dnegan perubahan afterload
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen

C. Intervensi
Diagnosa I
NOC: status pernafasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan status pernafasan 3x24 jam dengan
indikator frekuensi pernafasan dari skala 1 menjadi skala 5, irama pernafasan
dari skala 1 menjadi skaal 5, kedalaman inspirasi dari skala 1 menjadi skala 5,
kepatenan jalan napas dari skala 1 menjadi skala 5, saturasi oksigen dari skala
1 menjadi skala 5.
NIC: manajemen jalan nafas
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
3. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Monitor pernafasan
4. Monitor kecepatan,irama, kedalaman, kesulitan bernafas
5. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorork atau mengi
6. Monitor keluhan sesak nafas, termasuk kegiatan yang meningkatkan atas
memperburuk sesak nafas tersebut
7. Monitor saturasi oksigen spo2

Diagnosa II
NOC: Kefektifan pompa jantung
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keefektifan pompa jantung dalam
waktu 3x7 jam dengan indikator tekanan darah sistol, tekanan darah diastol,
keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, dipsnea dengan aktivitas
ringan, intoleransi aktivitas dari skala I menjadi skala 5.

NIC: perawatan jantung


1. Monitor tanda-tanda vital secara rutin
2. Monitor status pernafasan terkait dengan adanya gejala gagal jantung
3. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah
jantung atau mempromvokasi serangan jantung
4. Monitor sesak nafas, kelelahan, takipnea, dan orthopnea
5. Monitor keseimbangan cairan
6. Intrusikan pasien tentang pentingnya untuk segera melaporkan bila
merasakan nyeri dada
Manajemen jalan nafas
7. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
8. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya
Diagnosa
Diagnosa III
NOC: toleransi aktivitas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan toleransi aktivitas dalam waktu 3x7
jam dengan indikator saturasi oksigen ketika beraktivitas, frekuensi nadi
ketika beraktivitas, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik,
kemudahan bernapas ketika beraktivitas, frekuensi pernapasan ketika
beraktivitas, kekuatan tubuh bagian atas dan bawah dari skala 1 menjadi skala
5.
NIC: perawatan jantung
1. Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas
Terapi aktivitas
2. Berikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas dengan cara
yang tepat
3. Bantu klien dan keluarga memantau perkembangan klien terhadap
pencapaian tujuan yang diharapkan
4. Sarankan metode metode untuk meningkatkan aktivitas fisik yang tepat
5. Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur sesuai dengan kebutuhan

D. Implementasi
Dianosa I hari ke I
13.00 Mengukur tanda-tanda vital
r: TD: 200/110 mmHg, Spo2: 94%, N: 110x/menit,
S: 36,5 RR: 23x/menit
14.00 Memberikan terapi oksigen
r: pasien terpasang nasal 3 liter/menit
15.00 Monitor status oksigenasi
r: RR : 23x/menit
16.00 Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
r: sesak berkurang dengan posisi semifowler
17.00 Memberikan obat hasil kolaborasi
r: infus Ns 100 + 5 amp furosemid 15 ttes/menit
hari ke 2
13.30 monitor tanda-tanda vita pasien
r: TTV: TD: 180/80 mmHg, Spo2: 95%, N: 100x/menit, S: 36,3 RR:
22x/menit

14.50 memberikan posis semifowler


r: memaksimalkan ventilasi dan mengurangi sesak pasien
15.00 memberikan obat pada pasien
r: amlodipin 1x1, folic acid 1x1
16.00 memberikan terapi oksigen pada pasien
r: pasien terpasang oksigen nasal 3 liter/menit
hari ke 3
07.50 memonitor tanda-tanda vital pasien
r: TTV: TD: 170/80 mmHg, Spo2: 95%, N: 100x/menit, S: 36,8 RR:
20x/menit
08.30 memberikan terapi oksigen pada pasien
r: pasien terpasang oksigen nasal 3 liter/menit
09.00 memberikan obat hasil kolaborasi pasien
r: clonidine 3x1, ceftriaxone, candesartan 1x1
10.00 membantu aktivitas yang dapat menyebabkan munculnya sesak
r: mengurangi aktivitas yang memicu sesak napas kembali
E. Evaluasi
Diagnosa I
S: pasien mengatakan sesak napas sudah berkurang
O:
• pasien tampak sesak
• Pasien tampak menggunakan otot-otot bantu pernafasan
• TTV: TD: 170/80 mmHg, Spo2: 95%, N: 100x/menit, S: 36,8 RR:
20x/menit
A: ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P: intervensi 1 sampai 8 diteruskan

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa ginjal merupakan organterpenting
di dalam tubuh manusia. Akan tetapi, pengetahuan manusia akanpentingnya
fungsi ginjal sangatlah rendah.Gagal ginjal akut adalah gagalnyafungsi ginjal
yang berlangsung dalam waktu relatif singkat (beberapa hari ataubeberapa
minggu). Sedangkan gagal ginjal kronik adalah penyakit gagal ginjalyang
prosesnya bertahap dan memakan waktu relatif lama. Penyebab
utamanyaadalah penyakit gula, glomerulonefritis, infeksi, kelainan bawaan,
dansumbatan oleh batu saluran kemih.Jika kondisi ginjal sangat
parah,pekerjaannya perlu dibantu dengan mesin cuci darah (dialisis)
untuk membersihkan sampah yang berbahaya di dalam tubuh.

B. Saran
1. Diharapkan penulis selanjutnya melakukan penyusunan yang lebih
komplek tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal
kronik dengan melihat fakta yang terjadi dilapangan.
2. Diharapkan pembaca lebih aktif dalam mencari informasi melalui media
cetak atau media masa untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik.

Daftar Pustaka
Baradero, Mary, Mary Wilfrid Dayrit, Yokobus Siswandi. 2008. Klien Gangguan
Ginjal. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah:Buku Saku. Jakarta:
EGC
Nuari, Nian Afrian & Dhina Widayati. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan
& Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish
Nursalam & Fransisca B. Batticaca. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan/Nursalam. Jakarta: Salemba
Medika

Vous aimerez peut-être aussi