Vous êtes sur la page 1sur 21

LAPORAN PENDAHULAN

ASFIKSIA NEONATUS

A. Pengertian

Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang


tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.
(Mochtar, 2008).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan
makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2008).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah
lahir (Mansjoer, 2000) Asfiksia berarti hipoksia yang progresif,
penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu
jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia
juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)
Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
B. Jenis Asfiksia

Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :


1. Asfiksia livida (biru)
2. Asfiksia pallida (putih)
C. Klasifikasi Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGA 8-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
D. Etiologi
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :

1. Asfiksia dalam kehamilan

a. Penyakit infeksi akut

b. Penyakit infeksi kronik

c. Keracunan oleh obat-obat bius

d. Uraemia dan toksemia gravidarum

e. Anemia berat

f. Cacat bawaan

g. Trauma

2. Asfiksia dalam persalinana. Kekurangan O2.

 Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)


 Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-
menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri.
 Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.• Prolaps
fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
 Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya.
 Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
 Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi
uteri.

Penyebab asfiksia menurut Stright (2004) :

1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag


diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi.
2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin
abnormal.
3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta,
insufisiensi plasenta.
4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.
5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital,
kesulitan kelahiran.

E. Manifestasi Klinis

1. Pada Kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari
100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

 Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia


 Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang
asfiksia
 Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam
gawat

2. Pada bayi setelah lahir

 Bayi pucat dan kebiru-biruan


 Usaha bernafas minimal atau tidak ada
 Hipoksia
 Asidosis metabolik atau respiratori
 Perubahan fungsi jantung
 Kegagalan sistem multiorgan
 Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak
menangis.
F. Pathway
G. Patofisiologi
Dapat disebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan
gangguan pertukaran O2 dan CO2, sehingga berakibat :

 O2 tidak cukup dalam darah yang disebut hipoksia


 CO2 tertimbun dalam darah yang disebut hipercapnea.

Sebagai akibatnya dapat menyebabkan asidosis tipe respiratorik atau


campuran dengan asidosis metabolik karena mengalami metabolisme
anaerob, juga dapat mengalami hipoglikemia.

1. Gejala Klinik

 Pernapasan terganggu
 Detik jantung menurun
 Refleks/ respons bayi melemah
 Tonus otot menurun
 Warna kulit biru atau pucat.

2. Diagnosa Dengan Melihat Apgar Score

Dengan menilai Apgar Score pada menit ke I :

Hasil Apgar Score : 0 – 3 : Asfiksia Berat

Hasil Apgar Score : 4 – 6 : Asfiksia Sedang

Hasil Apgar Score : 7 – 10: Normal.

Klinis 0 1 2

Detik jantung Tidak Kurang dari lebih dari


ada 100/menit 100/menit
Pernapasan Tidak Tidak teratur Tangis kuat
ada
Refl waktu Tidak Menyeringai Batuk/bersin
jalan napas ada
dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi Fleksi kuat
ekstermitas Gerak aktif
(lemah)
Warna kulit Biru Tubuh merah Merah
pucat Ekstermitas seluruh
biru Tubuh

H. Prosedur
1. Penatalaksanaan
Persiapan sebelum bayi lahir ( bayi dengan resiko tinggi terjadinya
asfiksia ) :
- Siapkan obat
- Periksa alat yang akan digunakan, antara lain :
 Alat penghisap lendir ( jangan elektrik ), sungkup
 Tabung O2 terisi
 Handuk, gunting tali pusat, penjepit tali pusat, Natrium
bicarbonat.
- Pada waktu bayi lahir :
Sejak muka bayi terlihat, bersihkan muka, kemudian hidung
dan mulut, hisap lendir secara hati-hati.
Penatalaksanaan untuk Asfiksia :
Posisi bayi trendelenburg dengan kepala miring.
Bila sudah bernapas spontan letakkan dengan posisi horizontal.
- Apgar Score I 7 – 10 :
a. Bersihkan jalan napas dengan kateter dari lubang hidung,
sambil melihat adanya atresia choane,kemudian bersihkan
jalan napas dengan kateter melalui mulut sampai
nasopharynx. Kecuali pada bayi asfiksia yang air ketubannya
mengandung meconeum.
b. Bayi dibersihkan ( boleh dimandikan ) kemudian dikeringkan,
termasuk rambut kepala.
c. Observasi tanda vital sampai stabil, biasanya sekitar 2 – 4
jam.
- Apgar Score I 4 – 6 :
a. Jangan dimandikan, cukup dikeringkan termasuk rambut
kepala.
b. Beri rangsangan taktil dengan tepukan pada telapak kaki,
maksimum 15 – 30 detik.
c. Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong ( lebih
baik yang dihangatkan )
- Apgar Score I 4 – 6 dengan detik jantung > 100
a. Lakukan bag and mask ventilation dan pijat jantung.
- Apgar Score I 0 – 3 :
a. Jaga agar bayi tidak kedinginan, sebab dapat menimbulkan
hipotermia dengan segala akibatnya.
b. Jangan diberi rangsangan taktil.
c. Jangan diberi obat perangsang napas.
d. Segera lakukan resusitasi.
RESUSITASI
Apgar Score 0 – 3 :
 Jangan diberi rangsangan taktil
 Lakukan segera intubasi dan lakukan ventilasi
 Mouth to tube atau pulmonator to tube
 Bila intubasi tidak dapat, lakukan mouth to mouth respiration
atau mask and pulmonator respiration, kemudian bawa ke ICU.
Ventilasi Biokemial :
 Lakukan pemeriksaan blood gas, kalau perlu dikoreksi dengan
Natrium bicarbonat. Bila fasilitas blood gas tidak ada, berikan
Natrium bicarbonat pada asfiksia berat dengan dosis 2 – 4
mEq/ kg BB, maksimum 8 mEq/ kg BB/ 24 jam.
 Ventilasi tetap dilakukan
 Pada detik jantung

I. Kemungkinan Komplikasi Yang Muncul


Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang
telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran
darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan
hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak,
hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada
keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ
seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal
yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan
tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia
dan perdarahan pada otak.
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
1. Sirkulasi
 Nadi dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
 Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang
intercosta III/ IV.
 Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama
kehidupan.
 Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1
vena.
2. Eliminasi
 Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
 Berat badan : 2500-4000 gram
 Panjang badan : 44-45 cm
 Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
 Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
 Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap
selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama
reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema,
hematoma).
 Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek
narkotik yang memanjang)
5. Pernafasan
 Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus
antara 7-10.
 Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
 Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada
awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum
terjadi.
6. Keamanan
 Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks
(jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
 Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat
terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin
belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran
dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie
pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan
tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal),
bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara
alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
7. Pemeriksaan Diagnostik
 PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
 Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht
43%-61%.
 Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan
adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah
merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
2) Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak
teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2
dalam darah.
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status
kesehatan anggota keluarga.
3) Intervensi Keperawatan
DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus
banyak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.
NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas
Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan demam.
2. Tidak menunjukkan cemas.
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
5. Tidak ada suara nafas tambahan.
NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas
Kriteria Hasil :
1. Mudah dalam bernafas.
2. Tidak menunjukkan kegelisahan.
3. Tidak adanya sianosis.
4. PaCO2 dalam batas normal.
5. PaO2 dalam batas normal.
6. Keseimbangan perfusi ventilasi
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Suction jalan nafas
Intevensi :
1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
3. Beritahu keluarga tentang suction.
4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai
dilakukan.
5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik
segera sebelum, selama dan sesudah suction.
NIC II : Resusitasi : Neonatus
Intervensi :
1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan.
2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk
memastikan dapat berfungsi dengan baik.
3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi.
4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea
untuk menghisap mekonium.
5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan
mekonium dari jalan nafas bawah.
6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung
bayi.
7. Monitor respirasi.
8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat.

DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.
NOC : Status respirasi : Ventilasi
Kriteria hasil :
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.
2. Ekspansi dada simetris.
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen jalan nafas


Intervensi :
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan
pengisapan lender.
2. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan
kebutuhan.
3. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya
penurunan ventilasi.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan
pemakaian alan bantu nafas
5. Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
6. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan


perfusi ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.
NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas
2. Fungsi paru dalam batas normal
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen asam basa


Intervensi :
1. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan
produksi sputum.
2. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
3. Pantau hasil Analisa Gas Darah

DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi


atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan risiko cidera dapat dicegah.
NOC : Pengetahuan : Keamanan Anak
Kriteria hasil :
1. Bebas dari cidera/ komplikasi.
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level
perkembangan anak.
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.
Keterangan Skala :
1 : Tidak sama sekali
2 : Sedikit
3 : Agak
4 : Kadang
5 : Selalu
NIC : Kontrol Infeksi
Intervensi :
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.
2. Pakai sarung tangan steril.
3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru
lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya
anomali.
4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan
melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan.
5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin
hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu
mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag),
antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag).
DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya
suplai O2 dalam darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan suhu tubuh normal.
NOC I : Termoregulasi : Neonatus
Kriteria Hasil :
1. Temperatur badan dalam batas normal.
2. Tidak terjadi distress pernafasan.
3. Tidak gelisah.
4. Perubahan warna kulit.
5. Bilirubin dalam batas normal.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Perawatan Hipotermi
Intervensi :
1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan
pada lingkungan yang hangat.
2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi,
misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll.
3. Monitor temperatur dan warna kulit.
4. Monitor TTV.
5. Monitor adanya bradikardi.
6. Monitor status pernafasan.
NIC II : Temperatur Regulasi
Intervensi :
1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu
stabil.
2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.

DP VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status


kesehatan anggota keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat.
NOC I : Koping keluarga
Kriteria Hasil :
1. Percaya dapat mengatasi masalah.
2. Kestabilan prioritas.
3. Mempunyai rencana darurat.
4. Mengatur ulang cara perawatan.
Keterangan skala :
1 : Tidak pernah dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
NOC II : Status Kesehatan Keluarga
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga.
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan.
3. Akses perawatan kesehatan.
4. Kesehatan fisik anggota keluarga.
Keterangan Skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Pemeliharaan proses keluarga
Intervensi :
1. Tentukan tipe proses keluarga.
2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses
keluarga.
3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan
mekanisme support yang ada.
4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan
strategi normal dalam segala situasi.
NIC II : Dukungan Keluarga
Intervensi :
1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien
memperoleh perawat yang terbaik.
2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga.
3. Beri harapan realistik.
4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga.
4) Evaluasi Keperawatan
DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus
banyak.
NOC I
Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3)
2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3)
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.(skala 3)
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.(skala 3)
5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3)
NOC II
Kriteria Hasil :
1. Mudah dalam bernafas.(skala 3)
2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3)
3. Tidak adanya sianosis.(skala 3)
4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3)
5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3)
DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
Kriteria hasil :
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.(skala 3)
2. Ekspansi dada simetris.(skala 3)
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.(skala 3)
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.(skala 3)
DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan
perfusi ventilasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas.(skala 3)
2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala 3)
DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi
atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4)
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level
perkembangan anak.(skala 4)
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4)
DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya
suplai O2 dalam darah.
NOC I
Kriteria Hasil :
1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala 3)
2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala 3)
3. Tidak gelisah. (skala 3)
4. Perubahan warna kulit. (skala 3)
5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3)
NOC II
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3)
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala
3)
3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)
4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3)
DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi
atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
NOC I
Kriteria Hasil :
1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3)
2. Kestabilan prioritas. (skala 3)
3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3)
4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3)
NOC II
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3)
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala
3)
3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)
4. Kesehatan fisik anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC
Hassan, R dkk. 2009. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta :
Informedika
Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid
II. Jakarta : Media Aesculapius.
Santosa, B. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.
Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :Prima Medika.
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta :
EGC
Manuaba, I. B. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta :EGC
Mochtar. R. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Saifudin. A. B. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
Straight. B. R. 2014. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3.
Jakarta : EGC
terdapat pada
http://www.freewebs.com/asfiksia/polacederaasfiksia.htm

Vous aimerez peut-être aussi