Vous êtes sur la page 1sur 21

LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS

I. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Sirosis Hepar

Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh obstruksi difus
dan regenerasi fibrotic sel-sel hepar. Karena jaringan yang nekrotik menghasikan
fibrosis, maka penyakit ini akan merusak jaringan hati serta pembuluh darah yang
normal, mengganggu aliran darah serta cairan limfe, dan pada akhirnya menyebabkan
insufisiensi hati. Sirosis hepatis ditemukan pada laki-laki dengan insidensi dua kali
lebih sering dibandingkan pada wanita dan khususnya prevalen di antara para
penderita malnutrisi usia di atas 50 tahun dengan alkoholisme kronis. Angka
mortalitasnya tinggi dan banyak pasien meninggal dalam lima tahun sejak awitan
sirosis tersebut (Kowalak, 2011). Dan menurut (Price, Wilson, & Carty, 2006),
Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsetektur hati yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan
dengan vaskulatur normal.

Menurut (Sudoyo, 2009), Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang


menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang
ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative.
Sedangkan menurut (McPhee & Ganong, 2010), Sirosis hati adalah penyakit kronis
progresif dicirikan dengan fibrosis luas (jaringan parut) dan pemberntukan nodul.
Sorosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan metabolism hepatic diubah
oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit, duktus empedu, jalur vaskuler dan sel
retikuler.

B. Klasifikasi Sirosis Hepar


Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh intrahepatik dan ekstrahepatik,
kolestasis, hepatitis virus, dan hepatotolsin. Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua
factor pencetus utama untuk sirosis Laennec. Sirosis pascanekrotik akibat
hepatotoksin adalah sirosis yang paling seing dijumpai. Ada empat macam sirosis
yaitu:
1. Sirosis Laennec. Sirosis ini disebabkan ileh alkoholisme dan malnutrisi. Pada
tahap awal sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap
akhir, hepar mengecil dan nodular
2. Sirosis pascanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena
hepatotoksin biasanya berasal dari hepatitis virus. Hepar mengecil
denganbanyak nocul dan jaringan fibrosa
3. Sirosis bilier. Penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan duktus
koledukus komunis (duktus sistikus)
4. Sirosis jantung. Penyebabnya adalah gagal jantung sisi kanan (gagal jantung
kongestif)(Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, & Yakobus Siswadi, 2008).

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


C. Etiologi

Penyebab sirosis belum teridentifikasi jelas, meskipun hubungan antara sirosis dan
minum alkhol berlebihan telah ditetapkan dengan baik. Negara-negara dengan
insidensi sirosis tertinggi memiliki konsumsi alcohol per kapita terbesar.
Kecenderungan keluarga dengan predisposisi genetic, juga hipersensitivitas terhadap
alcohol, tampak pada sirosis alkoholik (McPhee & Ganong, 2010).

Menurut (Kowalak, 2011),sirosis hati dapat terjadi karenan berbagai macam


penyakit. Tipe klinis sirosis berikut ini mencerminkan etiooginya yang bergam

1. Penyakit hepatoseluler. Kelompok ini meliputi gangguan berikut :


a) Sirosis pasca nekrotik terdapat pada 10% hingga 30% pasien sirosis dan
berasal dari berbagai tipe hepatis (seperti hepatis virus tipe A, B, C, D) atau
terjasi karena intoksikasi
b) Sirosis Laennec yagn juga dinamakan sirosis portal, sirosis nutrisional, atau
sirosis alcoholic merupakan tipe yang paling sering ditemukan dan terutama
disebabkan oleh hepatitis C serta alkoholisme. Kerusakan hati terjadi
karena malnutrisi (khususnya kekurangan protein dari makanan) dan
kebiasaan minum alcohol yang menahun. Jaringan fibrosis terbentuk di
daerah porta dan di sekitar vena sentralis
c) Penyakit autoimun, sesperti sarkoidosis atau penyakit usus inflamatorik,
yang kronis dapat menyebabkan sirosis hepatis
2. Penyakit kolestalik. Kelompok ini meliputi penyakit pada percabangan bilier
(sirosis bilier terjadi karena penyakit pada saluran empedu yang menekan aliran
empedu) dan kolangitis sklerosis
3. Penyakit metabolic. Kelompok ini meliputi gangguan seperti penyakit Wilson,
alfa, -antitripsin, dan hemokromatosis (sirosis pigmen)
4. Tipe sirosi lain. Tip sirosis hepatis yang meliputi sindrom Budd-Chiari (nyeri
epigastrium, pembesaran hati, dan asites akibat obstruksi vena hepatika) sirosis
jantung dan sirosis kriptogenik. Sirosis jantung merupakan penyakit yang
langka; kerusakan hai terjadikarena gagal jantung kanan. Kriptogenik berarti
sirosis dengan etiologi yang tidak diketahui.

D. Manefestasi Klinis
1. Berikut ini merupakan tanda dan gejala menurut (Kowalak, 2011):
a) Anoreksia akibat perubahan citarasa terhadap makanan tertentu
b) Mual dan mutah akibat respons inflamasi dan efek sistemik inflamasi hati
c) Diare akibat malabsorbsi
d) Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


2. Berikut ini merupakan tanda dan gejala stadium lanjut :
a) Respirasi-efusi pleura, ekspansi toraks yang terbatas karena terdapat asites
dalam rongga perut; gangguan pada efisiensi pertukaran gas sehingga terjadi
hipoksia
b) System saraf pusat-tanda dan gejala ensafalopati hepatic yang berlangsung
progresif dan meliputi letargi perubahan mental, bicara pelo, asteriksi, neuritis
perifer, paranoia, halusinasi, somnolensia berat dan koma, yang semua terjadi
sekunder karena terganggunya proses perubahan ammonia menjadi ureum dan
sebagai akibatnya, senyawa ammonia yang toksik itu akan terbawa kedalam otak
c) Hematologic-kecenderungan berdarah (epistaksis, gejala mudah memar, gusi
yang mudah berdarah), splenomegali, anemia yan gdisebabkan oleh trombositopenia
(terjadi sekunder karena splenomegali serta penrunan absorbs vitamin K), dan
hipertensi porta
d) Endokrin-atrofi testis, ketidakteraturan haid, ginekomastia dan bulu dada serta
ketiak rontok akibat penurunan metabolism hormone
e) Kulit-pigmentasi yang abnormal, spider angioma (spider naevi), eritema
palmarum, dan gejala ikterus yang berhubungan dennga kerusakan fungsi hati;
pruritus hebat yang terjadi sekunder karena ikterus akibat hiperbilirubinemia,
kekeringan kulit yang ekstrem dan turgor jaringan yang buruk, yang semua ini
berhubungan dengan malnutrisi
E. Patofisiologi

Sirosis hepatis dimulai dengan pembentukan jaringan parut atau fibrosis. Parut
atau sikatriks ini berawal sebgai peningkatan komponen matrik ekstrasel, yaitu
kolegen yang membenruk fibril, proteoglikan, fibronektin, dan asam hialuronat.
Lokasi pengendapan kolagen bervariasi menurut penyebabnya. Fungsi hepatosis
akhirnya akan terganggu karena terjadi perubahan matriks. Sel-sel yangmenyimpan
lemak diyakini sebagai sumber pembentukan komponen matriks yang baru.
Pengerutan sel-sel ini juga dpat turut menimbulkan disrupsi arsitektur lobules hati dan
obstruksi aliran darah ataupun getah empedu. Perubahan seluler yang menghasilkan
pita jaringan parut juga menghancurkan struktur lobulus (Kowalak, 2011).

Multifactor penyebab:

- Malnutrisi

- Kolestasis kronik

- Toksik/infeksi

- Metabolic:DM

- Alcohol

- Hepatitis virus B dan C

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
a) Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi
jaringan hepar)
b) Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism protein)
c) PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)
2. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
pemeriksaan radiologis tidak dapat menyimpulkan
3. Scan CT, atau MRT di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dari
aliran darah hepatic
4. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia
(disebabkan oleh peningkatan skresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan
volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites)
5. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan SDP
(hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan
metabolisme nutrient)
6. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
8. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus
9. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
10. Biopsy hepar & ultrasonografi (Nurarif & Kusuma, 2015).

G. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik untuk sirosis. Tindakan medis diarahkan pada faktor-faktor
penyebab, seperti menangani alkoholisme, malnutrisi, obstruksi bilier, toksin, masalah
jantung, dan sebagainya. Tindakan medis yang lain disesuaikan pada tanda-tanda
yang timbul, misalnya:
1. Antihistamin untuk pruritus
2. Kalium untuk hipokalemia
3. Diuretic untuk edema
4. Vitamin, seperti asam folat, tiamin, vitamin K, dan sebagainya (Mary Baradero,
Mary Wilfrid Dayrit, & Yakobus Siswadi, 2008).

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


II. Tinjauan keperawatan
1. Pengkajian

Identitas Klien

a. Nama :-
b. No. Register :-
c. Umur : Khususnya prevalen di antara para penderita
malnutrisi usia di atas 50 tahun dengan alkoholisme kronis(Kowalak, 2011).
d. Jenis Kelamin : Sirosis hepatis ditemukan pada laki-laki dengan
insidensi dua kali lebih sering dibandingkan pada wanita(Kowalak, 2011).
e. Suku/Bangsa :-
f. Agama :-
g. Status :-
h. Pekerjaan :-
i. Pendidikan :-
j. Alamat :-
k. Tgl. Mrs :-
2. Penanggung Jawab
1. Nama :-
2. Jenis Kelamin :-
3. Pekerjaan :-
4. Hubungan Dengan Klien :-
3. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama

 Anoreksia (mual dan mutah), diare, Nyeri tumpul abdomen

Riwayat Penyakit Sekarang

 Anoreksia akibat perubahan citarasa terhadap makanan tertentu


 Mual dan mutah akibat respons inflamasi dan efek sistemik inflamasi hati
 Diare akibat malabsorbsi
 Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati

Riwayat Penyakit Dahulu

 Sebelumnya menderita penyakit Hepatitis Virus dan Kolangitis

Riwayat Penyakit Keluarga

 Ada keluarga yang menderita penyakit yang sama

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


4. Pemeriksaan Fisik

Penampilan secara umum dan tanda-tanda vital

a Penampilan Umum

b Tanda-Tanda Vital

• Tekanan Darah : Hipertensi

• Suhu : Normal

• RR : Dispnea

• Nadi : Bradikardia

Kepala dan Leher

a Kepala

• Kulit dan rambut :

- Kulit kering

- Telapak tangan berwarna merah

- Rambut rontok

• Muka : simetris

• Mata

- Lapang Pandang : Normal

- Palpebra : Tidak ada edema

- Conjungtiva : Anemis

- Sklera : Berwarna Kuning (Ikterus)

- Refleks Cahaya Pupil : Miosis

- Refleks Kornea : Dapat berkedip (Normal)

- Gerakan Mata Okuler : Pasien dapat mengikuti gerakan perawat kedelapam


arah (normal)

• Hidung : bentuk hidung normal, tidak ada sekresi/benda asing, tidak ada
peradangan mukosa, tidak ada nyeri tekan pada sinus, ada pernafasan cuping hidung.

• Mulut : bibir kering, lidah bersih, adanya bau mulut, tidak ada stomatitis

• Telinga :daun telinga simetris, tidak ada serumen/benda asing

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


B. Leher

• JVP : distensi vena jugularis

• Kelenjar tiroid : normal

• Kaku kuduk : tidak ada nyeri(normal)

• Kelenjar limfa :tidak ada pembesaran kelenjar limfa

Dada

1. Inspeksi

• Bentuk Dada : Simetris

• Pernafasan

Tipe :Takipnea

Irama :Irregular

Frekuensi :>24X/Menit

• Retraksi intercose : ada penggunaan otot bantu

• Ictus cordis : pada ICS 5(normal)

2. Palpasi

• Taktil fremitus : getaran sama (normal)

• Nyeri tekan :tidak ada nyeri tekan

• Massa :tidak ada massa

3. Perkusi

• Paru : sonor

• Jantung : pekak

4. Auskultasi

• Paru

Suara napas (tidak ada suara nafas tambahan)

- Bronkial : terdengar keras dan bernada tinggi (normal)

- Bronkoveskuler : bernada sedang dan bunyi tiupan dengan intensitas sedang


(normal)

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


- Vesikuler : terdengar halus, lembut dan rendah (normal)

• Jantung

Tidak ada bunyi jantung tambahan

Payudara dan Ketiak

1. Inspeksi

- Payudara menggantung, bersih, putting susu menonjol (normal)

- Ketiak bersih, tidak ada edema

2. Palpasi

Tidak teraba massa padapeyudara dan ketiak

Abdomen

1. Inspeksi

Kulit Bersih, Umbilicus Menonjol

2. Auskultasi

Bisimg Usus

3. Palpasi

• Palpasi ringan

Ada nyeri tekan pada lumbalis kanan

• Palpasi dalam

Pada kuadran kanan atas (RUQ), hati teraba terjadi hepartomegali, asites

• Turgor kulit : kembali 2 detik (dehidrasi ringan)

4. Perkusi : Sifting dullness

Ekstremitas

1. Bentuk kuku : normal, bentuk kuku seperti sendok

2. Jumlah jari : ada 5 (normal)

3. Kekuatan otot : nilai 4 (normal)

4. ada edema

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


Genetalia

1. Inspeksi

Penyebaran pubis merata, bersih

2. Palpasi

Tidak ada edema

3.1.1.8 Anus

1. Inspeksi

Warna coklat, bersih, tidak ada hemoroid

2. Palpasi

Tidak ada benjolan di rectum

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:


a. Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi
jaringan hepar)
b.Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism
protein)
c. PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)
1. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
pemeriksaan radiologis tidak dapat menyimpulkan
2. Scan CT, atau MRT di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat
obstruksi dari aliran darah hepatic
3. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia
(disebabkan oleh peningkatan skresi aldosteron pada respons terhadap
kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites)
4. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan
SDP (hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan
kerusakan metabolisme nutrient)
5. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
6. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
7. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus
koledukus
8. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
9. Biopsy hepar & ultrasonografi (Nurarif & Kusuma, 2015).

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat sekuder terhadap anoreksia
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal sekunder
terhadap sirosis hepatis
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi akut
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder terhadap
kelemahan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
8. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan koma
9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan peningkatan peristaltic
usus
10. Resiko perdarahan berhubungan dengan Factor pembekuan darah & sintesis
prosumber terganggu
11. Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan sirosis hepatis

Rencana Keperawatan

No Diagnose keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

Tujuan dan criteria hasil

NOC

Rerpiratory status : ventilation

Respiratory status : Airway patency

Vital sign status

Criteria hasil

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


Intervensi

NIC

Airway Management

- Posiskan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

- Monitor respirasi dan status o2

- Pertahankan jalan nafas yang paten

- Atur peralatan oksigenasi

- Monitor aliran oksigen

- Pertahankan posisi pasien

- Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

Vital sign Monitoring

- Monitor TD, nadi, shu, dan RR

- Monitor pola pernafasan abnormal

- Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan intake yang


tidak adekuat sekuder terhadap anoreksia

NOC

Nutritional status

Nutritional status : food and fluid

Intake

Nutritional status : nutrient intake

Weight control

Criteria hasil

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


Mempu mengidentifikasi kenutuhan nutrisi

Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC

Nutritional Management

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuuhkan pasien

- Anjurkan pasien untuk meningakatkan protein dan vitamin c

- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutritional Monitoring

- Monitor adanya penurunan berat badan

- Monitoring lingkungan selama makan

- Monitoring kulit kering dan perubahan pigmentasi

- Monitor turgor kulit

- Monitor mual dan muntah

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal sekunder


terhadap sirosis hepatis

NOC

Elekcttrolit and acid base balance

Fluid balance

Hydration

Criteria hasil

Terbebas dari edema, efusi anaskara

Bunyi nafas berish, tidak ada dyspneu/ortopneu

Terbebas dari distensi vena jugularis, refleks hepatojogular (+)

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital
sign dalam batas normal

Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan

Menjelaskan indicator kelebihan cairan

NIC

Fluid management

- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

- Monitor hasi Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolaritas
urin)

- Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP,dan PCWP

- Kaji lokasi dan luas edema

- Monitor status nutrisi

- Kolaborasi pemberian diuretic sesuai intruksi

- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk

Fluid monitoring

- Tentukian riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi

- Monitor berar badan

4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi akut

NOC

Pain level

Pain control

Confort level

Criteria hasil

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensita, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


NIC

Pain management

- Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi

- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

- Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan kebisingan

- Kaji tipe nyeri dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

- Ajarkan teknik nonfarmakologi

- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Analgesic administration

- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosisi dan frekuensi

- Cek riwayat alergi

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder terhadap


kelemahan

NOC

Tissue integrity : skin and mucous

Membranes

Hemodyalis akses

Criteria hasil

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature,


hidrasi, pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi pada kulit

Perfusi jaringan baik

Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya


cedera berulang

Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit

NIC

Pressure management

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


- anjurkan pasien untuk menggunaan pakaian yang longgar

- Hindari kerutan pada tempat tidur

- Jaga kebersihan kulit afar tetap bersih dan lembut

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak/bay oil pada daerah yang tertekan

- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Insision site care

- Monitor proses kesembuhan area insisi

- Gunakan preparat antiseptic, sesuai program

6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi

NOC

Body image

Self esteem

Criteria hasil

Body image positif

Mampu mengidentifikasi kekuatan personal

Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh

Mempertahankan interaksi sosial

NIC

Body image enhancement

- Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya

- Monitor frekuensi megnkritik dirinya

- Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit

- Dorong klien mengungkapkan perasaanya

- Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu

- Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

NOC

Energy conservation

Activity tolerance

Self care : ADLs

Criteria hasil

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningaktan tekanan darah, nadi
dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari-dari (ADLs) secara mandiri

Tanda-tanda vital normal

Energy psikomotor

Level kelemahan

Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat

Status kardipulmunari adekuat

Sirkulasi status baik

Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat

NIC

Activity terapi

- Kolaborasikan denfan tenaga rehabilitasi medic dalam merencakanakan


program terapi yang tepat

- Bentu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempu dilakukan

- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan


fisik, psikologi dan social

- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai monitor respon fisik,


emosi, social dan spiritual

8. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan koma

NOC

Family coping, disable

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


Parenting, impaired

Therapeutic regimen management,

Ineffective

Violence : other directed, risk for

Criteria hasil

Hubungan pemberi asuhan pasien : interaksi dan hubungan yang positif antara
pemberi dan penerima asuhan

Performa pemberi asuhan

Perawatan langsung : penyediaan perawatan kesehatan dan perawatan yang tepat


kepada anggota keluarga oleh pemberi perawatan keluarga

Perawatan tidak langsung : pengaturan dan pengawasan perawatan yang sesuai bagi
anggota keluarga oleh pemberi perawatan keluarga

Kesejahteraan pemberi asuhan : derajat persepsi positif mengenai status kesehatan


dan kondisi kehidupan pemberi perawatan primer

NIC

Coping Enhanchement

- Bantu keluarga mengenai masalah

- Dorong partisipasi keluarga dalam semua pertemuan kelompok

- Membantu osien beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan, atau


ancaman yang mungkin mengganggu pemenuhan tuntutan

- Mendorong pasien ikut dalam aktivitas social dan komunitas

- Mendorong pasien mencari dorongan dalam spiritual, jika diperlukan

9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan peningkatan


peristaltic usus

NOC

Fluid balance

Hydration

Nutritional status : food and fluid

Intake

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


Criteria hasil

Mempertahankan urine, output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan

NIC

Fluid Management

- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

- Monitor status hidrasi

- Kolaborasikan pemberian cairan IV

- Kolaborasikan dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk

Hypoventilasi management

- Monitor status cairan termsuk intake dan output

- Monitor berat badan

10. Resiko perdarahan berhubungan dengan Factor pembekuan darah & sintesis
prosumber terganggu

NOC

Blood lose severity

Blood koagulation

Criteria hasil

Tidak ada hematuria dan hematesis

Kehilangan darah yang terlihat

Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole

Tidak ada perdarahan pervagina

Tidak ada distensi abdominal

Hemoglobin dab hematokrit dalam batas normal

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


Plasma, PT, PTT dalam batas normal

NIC

Bleeding precautions

- Monitor ketat tanda-tanda perdarahan

- Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah perdarahan

- Monitor TTV

- Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif

- Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau fresh frozen plasma)

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang mengandung


vitamin K

- Instruksikan pasien untuk membatasi aktivitas

11. Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan sirosis hepatis

NOC

Liver function, risk for impaired

Risk control drug use

Risk control alcohol use

Risk control:sexually transmitted

Disease (STD)

Criteria hasil

Penghentian perilaku penyalahgunaan alcohol dan narkoba

Pengendalian risiko :

- Penggunaan alcohol

- Penggunaan narkoba

- Proses menular

- Penyakit menular seksual

Deteksi risiko

Zat penarikan keparahan

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


NIC

Teaching : disease process

- Beritahukan pengetahuan tentang proses penyakit

- Kaji pengetahuan pasien tentang kondisinya

- Mendiskusikan pemberian terapi

- Identifikasi perubahan kondisi fisik pasien

- Deskripsikan kemingkinan komplikasi kronik

- Memberikan informasi kepada keluarga tentang kemajuan kesehatan pasien

Surveiliance

- Menumpukkan, mengintrepetasi dan mensintesis data pasien secara terarah


dan kontinyu untuk mengambil keputusan klinis

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038


Daftar Pustaka

Bibliography

Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

M.Black, J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


Salemba Medika.

Mary Baradero, S. M., Mary Wilfrid Dayrit, S. M., & Yakobus Siswadi, M.
(2008). Klien Gangguan Hati : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010). Patofisiologi Penyakit : Pengantar


Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Nurdjanah, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen


Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Price, S. A., Wilson, & Carty, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Sudoyo, A. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publising.

Odi remsa sanggola S.Kep. Ns. 17.038

Vous aimerez peut-être aussi