Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan.
Keberhasilan suatu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru. Guru harus
senantiasa didorong untuk mampu mengembangkan dirinya sendiri untuk
mencapai tingkat kualitas tertentu, mempertahankan dan memelihara kualitas itu
dalam bentuk penjaminan kualitas, untuk senantiasa melakukan upaya
peningkatan kualitas kerjanya secara berkelanjutan. Kualitas kinerja professional
seorang guru tidak hanya sebatas menguasai bahan ajar dan menerapkan metode
pembelajaran yang baik. Lebih dari itu, guru harus memahami keadaan dan
kebutuhan peserta didik yang unik dan bervariasi antara siswa yang satu dengan
yang lainnya dan selalu berkembang dengan cepat dan sulit untuk diperkirakan
sebelumnya.
Pada tahun ajaran baru, beberapa sekolah dasar menerima murid-murid
baru yang berasal dari bermacam-macam TK dan bermacam-macam kebiasaan di
rumah yang selalu terbawa di sekolah.
Pada masa ini, kebiasaan-kebiasaan, seperti bermain, mewarnai, dan
menebalkan sangat sulit untuk langsung diubah ke tingkat membaca, dikte,
menghitung, menulis, dan menghafal. Perubahan tersebut tentu memerlukan
waktu. Kebiasaan-kebiasaan dari TK harus segera dikembangkan pada
kemampuan membaca, menghitung, dan menghafal, karena semakin lama siswa
menyesuaikan diri dalam kegiatan belajar mengajar, maka semakin tertinggal dia
dalam memahami pelajaran tersebut dan semakin malas dia untuk mengikuti
pelajaran.
Untuk mengembangkan fungsi dari pendidikan tersebut maka guru
merupakan ujung tombak dalam mewujudkannya. Guru mempunyai tugas untuk
mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung

1
jawab tersebut, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan
keterampilan tertentu.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai
motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar
siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa
yang efektif. Motivasi bisa datang dari dalam diri sendiri ataupun dari orang lain.
Dengan adanya motivasi maka seseorang dapat mengerjakan sesuatu dengan antusias.
Motivasi adalah suatu dorongan atau alasan yang menjadi dasar semangat
seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Arti motivasi juga
dapat didefinisikan sebagai semua hal yang menimbulkan dorongan atau semangat di
dalam diri seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Secara etimologi kata motivasi berasal
dari bahasa Inggris, yaitu “motivation”, yang artinya “daya batin” atau “dorongan”.
Sehingga pengertian motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong atau menggerakkan
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu
Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai
beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang
diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan
keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi
belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya
memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau
dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal
yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan
dengan perilaku individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal
dari individu itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran
yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses
pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran
guru sebagai motivator.

2
Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) merupakan hasil yang
dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan
waktu.
Maka dari itu faktor yang berperan mempengaruhi pendidikan adalah
kinerja guru yang berkualitas. Seorang guru dituntut untuk dapat memberikan
kontribusi yang sangat besar terhadap pendidikan di lingkungan sekolah terutama
dalam hal belajar mengajar. Kita tentunya ingin mempunyai guru yang berkualitas
dengan kinerja yang bagus dan bertanggung jawab.Kompetensi, pengetahuan dan
perilaku yang baik merupakan syarat bagi pengembangan karier seorang guru.
Dari keterangan diatas penulis kemudian tertarik melakukan penelitian
dengan judul . “Analisis Peran Guru Sebagai Motivator (Studi Kasus pada
SDN 3 Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan)”.

B. Fokus Masalah
Fokus masalah pada penelitian ini adalah Analisis Peran Guru Sebagai
Motivator di SDN 3 Kasongan Lama Kecamatan Katingan Kabupaten Katingan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat
dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa di SDN 3 Kasongan Lama


Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan?
2. Bagaimana kesiapan guru dalam mempersiapkan proses belajar mengajar di
SDN 3 Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat peran guru sebagai
motivator di SDN 3 Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten
Katingan?

3
D. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa di SDN 3 Kasongan Lama
Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan?
2. Untuk mengetahui kesiapan guru dalam mempersiapkan proses belajar
mengajar di SDN 3 Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten
Katingan ?
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
peran guru sebagai motivator di SDN 3 Kasongan Lama Kecamatan Katingan
Hilir Kabupaten Katingan ?

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini meliputi dua dimensi, yaitu :

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan


ilmu manajemen pendidikan khususnya dalam pengembangan pegawai.
Temuan penelitian ini dapat digunakan landasan pengembangan ilmu,
pengetahuan, khususnya dalam pendidikan yang terkait dengan kinerja guru.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh organisasi untuk menjadi


dasar dalam pegambilan kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan
kinerja guru. Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai motivasi
untuk mengembangkan karier dan kinerjanya. Selain dari pada itu bagi guru
dapat dimanfaatkan sebagai bahan intropeksi atas kinerja yang selama ini
dilakukan dan sebagai wawasan kedepan bagi guru untuk meningkatkan
kinerja yang lebih baik agar dapat menjadi guru yang berkualitas yaitu sebagai
agen perubahan, pengembang sikap toleransi dan pengertian dan sebagai
pendidik professional.

4
BAB II.
KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN PERAN

Teori peran pada dasarnya suatu analogi. Kata peran berasal dari teater
dan ada sedikit arti teoritisnya dan itu tidak menggambarkan arti mengenai
teaternya (Brown, 1965). Peran sosial didefinisikan sebagai suatu susunan
ketentuan tingkah laku, yang berhungan satu dengan yang lainnya yang menyusun
satu sistem sosial. Secara tradisional, teori peran telah mengembangkan dua
konsep dasar yaitu: posisi dan peran.
Posisi adalah suatu kategori dari orang yang menduduki suatu tempat
dalam satu hubungan sosial. Peran didefinisikan sebagai sejumlah ketentuan yang
menggambarkan peri laku yang sesuai dari satu posisi terhadap posisi lainnya
yang saling berhubungan.
Teori peran tradisional menyatakan adanya beberapa posisi yang pasti,
dan yang lain adalah posisi prestasi. Ascribed postion (Posisi yang pasti) adalah
tugas dari individu-individu yang berbasis pada faktor-faktor di mana individu-
individu tersebut tidak mempunyai kendali apapun, seperti jenis kelamin atau
umur mereka. Posisi anak laki-laki atau anak perempuan, tua atau muda, adalah
contoh-contoh dari posisi yang pasti.
Achieved posistion (Posisi prestasi) adalah persetujuan secara luas atas
dasar prestasi individual-individu. Pengawas sekolah atau profesor dalam suatu
universitas adalah contoh-contoh dari posisi prestasi.
Terdapat tiga definisi operasional dari peran yang digunakan dalam
penelitian tentang teori peran (Deutsch dan Krauss, 1965): Pertama, peran
tertentu, terdiri dari sekumpulan ekspektasi dimana pemegang posisi tersebut
adalah posisi komplementer atau individu-individu yang mengamati dan bereaksi
kepada posisi seseorang yang mengarah terhadap perilakunya. Kedua, diistilahkan
peran utama yang terdiri dari ekspektasi spesifik dari pemegang posisi tersebut
merasa perilakunya dapat digunakan untuk pada saat dia berinteraksi dengan
pemegang posisi komplementer. Ketiga, peran tetap, terdiri dari peri laku spesifik

5
yang jelas dari pemegang posisi yang terlibat pada saat berinteraksi dengan
pemegang dari beberapa posisi.
Ketentuan dari perilaku peran dalam hubungannya dengan peran
komplementer didefinisikan sebagai hak-hak (apakah individu-individu dalam
peran yang cocok akan berbuat untuk seseorang) dan kewajiban (apakah individu-
individu dalam peran mengharapkan sesuatu dari seseorang).Kewajiban dari satu
posisi adalah hak bagi posisi yang sesuai; hak satu posisi adalah kewajiban dari
posisi yang sesuai.

1. Ekspektasi antar pribadi dan teori peran

Terdapat dua ciri dari ekspektasi antar pribadi yang terpenting untuk
memahami konsep peran sosial yaitu: ekspektasi antisipasi yang alami dan
kualitas normatif (Secord dan Backman, 1964).
Suatu antisipasi tentang perilaku orang lain adalah berdasarkan pada
isyarat yang sulit dipisahkan dengan kehadirannyannya, oleh orang
sebelumnya diketahui dan perilaku saat ini, dan oleh konteks situasi di mana
interaksi berlangsung. Kualitas Normatif adalah frekwensi interaksi atau
konteks situasi benar-benar penting untuk masing-masing kelompok dalam
bertindak untuk cara prediksi dan saling tergantung, ekspektasi yang tidak bisa
dipungkiri akan muncul yang mempunyai satu kewajiban.

2. Struktur peran di kelas


Setiap kelas adalah satu subsistem terpisah di sekolah. Ruang kelas
secara tradisional telah mempunyai dua posisi yaitu guru dan siswa. Posisi ini
komplementer dan mereka saling berhubungan, menguatkan satu sama lain,
dan saling tergantung. Masing-masing tidak bisa berfungsi tanpa yang lainnya.
Peran Guru adalah orang yang mengajar siswa; dan Peran Siswa adalah orang
yang belajar dengan bantuan guru.
Selain struktur peran di kelas perlu diketahui bahwa di dalam kelas
terdapat banyak aktivitas-aktivitas yang berlangsung dalam waktu yang
terbatas. Kondisi kelas yang penuh sesak dan desakan waktu yang tersedia
sehingga guru kelihatan begitu sibuk. Selain dari pada itu, pemaksaan waktu,

6
kondisi yang kacau, dan langkah cepat adalah kehidupan kelas yang
kesemuanya itu mengganggu kebebasan guru untuk meneliti, mengevaluasi,
dan memodifikasi peristiwa di dalam kelas.

B. PERAN GURU

1. Guru sebagai birokrat


Sejak sekolah menjadi suatu organisasi birokratis maka guru adalah
pejabat birokrat (Brickell, 1964; Wayland, 1964; Mil, 1964). Tata kearsipan,
supervisi dari penggunaan standar materi instruksional, presentasi dari informasi
kognitif dalam suatu tata cara yang tinggi, menjaga-waktu resmi, dan
pengendalian pada suplai kelas, yang kesemuanya itu merepresentasikan
ekspektasi peran birokratis guru. Sejak guru menjadi pejabat birokrat tingkat
rendah, maka kemampuannya untuk mempengaruhi kebijakan sekolah atau
memulai perubahan di dalam sekolah secara keseluruhan, biasanya sangat kecil.

2. Peran guru di kelasnya


Beck dan rekannya ( 1968 ) menyatakan bahwa ada tiga perilaku peran
guru di dalam kelas:
a. Penempatan siswa dalam berhubungan dengan materi pelajaran, mungkin
menyelesaikannya melalui ceramah, memberikan bacaan, program
pembelajaran, film, TV edukasi;
b. Memediasi antara rencana kurikulum dan siswa yang ditugaskan untuk
mendorong keterlibatan terbaik dari setiap individu dalam menyajikan materi
pembelajaran, dan
c. Membuat kondisi kelas yang spesifik yaitu lingkungan kelas dan struktur
normatif.
Tiga perilaku peran utama guru di atas berhubungan dengan 4 tipe keputusan
utama, yang diputuskan oleh guru untuk membuatnya, yaitu:
a. Guru harus mampu untuk memilih dari tujuan besar sekolah dan tujuan
materi pelajaran dari susunan instruksi khusus yang obyektif yang dia akan
mengikuti suatu kebiasaan kelas.

7
b. Guru harus mampu untuk memilih belajar dari pengalaman dimana akan
memaksimalkan kemungkinan dari keberhasilan objek tersebut.
c. Guru memutuskan pada organisasi bahwa pengalaman belajar dari waktu ke
waktu dan hubungan dari aktivitas-aktivitas bidang mata pelajaran setiap
waktu harus diberikan.
d. Guru harus memutuskan bagaimana untuk mengevaluasi kinerja siswa, kapan
mengevaluasinya, dan bagaimana menggunakan data evaluasi itu untuk
peningkatan proses belajar dan mengajar.

Amidon dan Hunter (1966) mendefinisikan mengajar sebagai satu proses


interaktif, terutama menyertakan kelas dalam percakapan yang berlangsung antara
guru dan siswa serta terjadi selama aktivitas-aktivitas tersebut dapat didefinisikan
Peran-peran yang lain:memotivasi siswa, merencankan aktivitas-aktivitas
kelas, informasi siswa, memimpin diskusi dengan siswa, menertibkan siswa,
menasihati siswa, dan mengevaluasi siswa. Dari Peran Guru tersebut lahirlah
istilah guru efektif dan guru tidak efektif, yaitu:
a. Guru efektif mempunyai keterampilan sosial yaitu komunikasi yang meliputi:
penerimaan, klarifikasi dan penggunaan bakat untuk ide-ide dan semangat
siswa, walaupun mereka tidak menggunakannya dalam porsi waktu utama,
tapi mereka menggunakannya secara hemat, dan efektif pada saat diperlukan.
b. Guru yang tidak efektip secara relatif tidak menggunakan keterampilan sosial
itu.

3. Peran Guru di Luar Kelas


Peran guru adalah satu dari tuntutan-tuntutan penyesuaian dan
kebiasaan, tidak hanya dalam kelas bahkan pada kehidupan pribadi guru
(Backman dan Secord, 1968). Peran di luar kelas, seperti mengawasi hall/aula,
mengawasi siswa di kafetaria, dan menjaga ketertiban tempat bermain, para orang
tua siswa, kepala sekolah, pengawas, dan anggota dewan sekolah secara
tradisional peka terhadap saran pada perilaku guru yang tidak menyesuaikan diri
dengan adat istiadat masyarakatnya, dan mereka cenderung untuk memelakukan
penolakan yang mereka ketahui ketika menemui penyimpangan perbuatan.

8
4. Peran dan Kepribadian Guru
Hubungan antara peran dan kepribadian timbal balik. Di satu sisi,
seseorang cenderung untuk memilih peran yang dipenuhinya untuk bertindak pada
satu satu cara yang sesuai dengan kepribadiannya. Di sisi lain, aspek dari satu
peran mungkin saja disatukan ke dalam kepribadian seseorang. Hal itu terbukti
dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli, seperti:
a. Lebih dari 33,000 mahasiswa senior yang segera diwisuda sebelum bulan
Juni, 1961, ditemukan bahwa 70 persennya memilih pendidikan sebagai
sebuah karier yang lebih suka pada "pekerjaan dengan orang dari pada benda."
(Davis, 1964, Rosenberg, 1957)
b. Guru juga mencetak prestasi lebih tinggi dari norma-norma terhadap ciri
kepribadian seperti keramahan, keakraban, dan hubungan personal (Mac Lean
Gowan, dan Gowan, 1955).
c. Penelitian tentang guru pada Minnesota Multiphasic Personality Inventory
memberi kesimpulan bahwa guru satu tingkat lebih tinggi dari pada individu,
guru: 1.bertanggung jawab, teliti, menyesuaikan diri dan peramah dan 2.
menekankan pada pengendalian diri dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan
dan tuntutan lainnya.

Dari bukti di atas disimpulkan bahwa individu dan kepribadian


memerlukan kesesuaian dengan persyaratan peran guru, dalam memilih
lapangan kerja sebagai pengajar. Dengan adanya persyaratan profesionalisme
guru , perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia
yang profesional di abad 21 yaitu;
a. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang,
b. Penguasaan ilmu yang kuat,
c. Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan
teknologi, dan
d. Pengembangan profesi secara berkesinambungan.
Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak
dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut
mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional. Dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu

9
sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator,
change agent, inovator, konselor, evaluator, dan administrator (Soewondo,
1972 dalam Arifin 2000).

C. MOTIVASI
Motivasi adalah suatu dorongan atau alasan yang menjadi dasar semangat
seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Arti motivasi juga
dapat didefinisikan sebagai semua hal yang menimbulkan dorongan atau semangat di
dalam diri seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Secara etimologi kata motivasi
berasal dari bahasa Inggris, yaitu “motivation”, yang artinya “daya batin” atau
“dorongan”. Sehingga pengertian motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong atau
menggerakkan seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu.
Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai
beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating)
yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru) untuk
mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar
menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian,
dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-
teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator
yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya
masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku individu (siswa), baik yang
terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun keadaan
eksternal yang mempengaruhinya.
Menurut A.M. Sardiman (2007: 73) mengatakan bahwa motivasi adalah
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau
mendesak. Sedangkan, Mc. Donald (A.M. Sardiman 2001: 71-73) mengatakan
bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ada tiga elemen penting
yaitu sebagai berikut:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme

10
manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi
itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut
kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan energi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi,
yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain,
dalam hal ini adalah tujuan.
M. Ngalim Purwanto (2007: 71) mengemukakan definisi motivasi adalah
pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar seseorang tersebut menjadi tergerak hatinya untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Sedangkan,
W.S.Winkel (2004: 169) mengatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak
di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
tujuan tertentu. A.M. Sardiman (2007: 75) mengatakan dalam kegiatan
pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

D. GURU SEBAGAI MOTIVATOR


Motivator adalah orang yang memiliki profesi atau pencaharian dari memberikan
motivasi kepada orang lain. KBBI mendefinisikan motivator adalah orang
(perangsang) yang menyebabkan motivasi orang lain untuk melaksanakan sesuatu,
pendorong, penggerak. Pengertian Guru Sebagai Motivator artinya guru sebagai
pendorong siswa dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan
belajar siswa. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi, hal ini bukan disebabkan
karena memiliki kemampuan yang rendah, akan tetapi disebabkan tidak adanya
motivasi belajar dari siswa sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala
kemampuannya.

11
Dalam hal seperti di atas guru sebagai motivator harus mengetahui motif-motif
yang menyebabkan daya belajar siswa yang rendah yang menyebabkan menurunnya
prestasi belajarnya. Guru harus merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk membangkitkan kembali gairah dan semangat belajar siswa.
Pembelajaran yang yang baik manakala berorientasi kepada siswa dengan tujuan agar
dapat menimbulkan motivasi pada diri siswa. Maksudnya bahwa motivasi siswa dapat
timbul tanpa perlu adanya rangsangan dari luar karena di dalam diri mereka sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya siswa yang memiliki minat membaca.
Timbulnya minat membaca dari dalam diri siswa atas kesadarannya sendiri. Ia rajin
mencari buku-buku yang ingin dibacanya. Keinginan untuk membaca timbul karena
dorongan dan kesadaran dari dalam dirinya sendiri, jadi siswa tidak terus-terusan
dijejali dengan perintah atau instruksi untuk melakukan aktivitas membaca.
Guru Sebagai motivator hendaknya menunjukkan sikap sebagai berikut :
1. Bersikap terbuka, artinya bahwa seorang guru harus dapat mendorong siswanya
agar berani mengungkapkan pendapat dan menanggapinya dengan positif. Guru
juga harus bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan tiap siswanya. Dalam
batas tertentu, guru berusaha memahami kemungkinan terdapatnya masalah
pribadi dari siswa, yakni dengan menunjukkan perhatian terhadap permasalahan
yang dihadapi siswa, dan menunjukkan sikap ramah serta penuh pengertian
terhadap siswa.
2. Membantu siswa agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada
pada dirinya secara optimal. Maksudnya bahwa dalam proses penemuan bakat
terkadang tidak secepat yang dibayangkan. Harus disesuaikan dengan karakter
bawaan setiap siswa. Bakat diibaratkan seperti tanaman. Karena dalam
mengembangkan bakat siswa diperlukan “pupuk” layaknya tanaman yang harus
dirawat dengan telaten, sabar dan penuh perhatian. Dalam hal ini motivasi sangat
dibutuhkan untuk setiap siswa guna mengembangkan bakatnya tersebut sehingga
dapat meraih prestasi yang membanggakan. Ini berguna untuk membantu siswa
agar memiliki rasa percaya diri dan memiliki keberanian dalam membuat
keputusan.
3. Menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar
mengajar di kelas. Hal ini dapat ditunjukkan antara lain, menangani perilaku siswa
yang tidak diinginkan secara positif, menunjukkan kegairahan dalam mengajar,
murah senyum, mampu mengendalikan emosi, dan mampu bersifat proporsional

12
sehingga berbagai masalah pribadi dari guru itu sendiri dapat didudukan pada
tempatnya.
4. Menanamkan kepada siswa bahwa belajar itu ditujukan untuk mendapatkan
prestasi yang tinggi atau agar mudah memperoleh pekerjaan, atau keinginan untuk
menyenangkan orang tua, atau demi ibadah kepada Allah, dan masih banyak lagi
hal lain yang dapat dijadikan motivasi demi ditumbuhkannya minat belajar siswa.
5. Sikap aktif dari subjek belajar (siswa) mutlak diperlukan karena minat belajar itu
seharusnya dapat tumbuh dari dalam diri subjek belajar sendiri dengan atau tanpa
bantuan orang lain, melalui penekanan pemahaman bahwa belajar itu ada
manfaatnya bagi dirinya. Untuk menumbuhkan minat belajar siswa, guru juga
perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar proses belajar di ruang
kelas dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan menyenangkan.
Dengan kata lain, siswa akan memiliki motivasi yang besar dalam mengikuti
proses belajar mengajar di ruang kelas. Lingkungan belajar kondusif yang
dimaksudkan adalah: Suasana santai dan nyaman, Berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, Mengembangkan dan mempertahankan sikap positif. (Bobby De Porter
dan Mike Hernacki: 2001:65-67)

13
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini diadakan di SDN 3 Kasongan Lama Kecamatan Katingan


Hilir Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah.

2. Waktu penelitian

Proses penelitian yang akan penulis laksanakan diharapkan dapat selesai


dalam 4 bulan, mulai dari seminar usulan penelitian sampai menyelesaikan
laporan tesis.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yakni menggambarkan
peran guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN 3 Kasongan Lama
Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan. Moleong (1994) mengemukakan
bahwa penelitian kualitatif antara lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan
bersifat kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Brannen (2002) mengatakan
bahwa dalam tradisi deskriptif kualitatif harus menggunakan diri sebagai
instrument, mengikuti asumsi-asumsi cultural sekaligus mengikuti data.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Populasi
Nazir (1988:3) menyatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan
orang atau bendanya. Kemudian populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap
(Handari,1995:141).
Jadi, populasi merupakan objek atau subjek yang berada satu wilayah
yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitan dengan masalah
yang diteliti.

14
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah murid, kepala sekolah, guru,
dan staf pegawai di SDN 3 Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten
Katingan.
2. Teknik pengambilan sampel
Sejalan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu
Analisis peran guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN 3
Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan, sehingga untuk
distorsi hasil penelitian maka pengambilan sampel akan dikerjakan memakai
teknik Purposive Sampling.
D. Pengertian Konsep
Untuk menyatukan persepsi maka pengertian dasar yang digunakan
dalam penelitian ini perlu dijelaskan secara lebih detil.
1. Peran Guru adalah fungsi yang dijalankan oleh guru, salah satunya sebagai
motivator yaitu pendidik berperan untuk menimbulkan minat dan semangat
belajar peserta didik yang dilakukan secara terus menerus.
2. Kualitas Pembelajaran (Y) adalah hasil akhir dari proses belajar mengajar
yang dilakukan yang diharapkan dapat bermutu tinggi.

E. Instrumen (Alat pengumpul data)


Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah : teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi (pengamatan)
Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia
sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu,
menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek. Pengamatan
memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh
subjek sehingga memungkinkan pula sebagai peneliti menjadi sumber data.
Pengamatan dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas pada SDN 3
Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan.

15
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada seluruh populasi yang juga adalah sampel
dalam penelitian ini yaitu pada kepala sekolah, guru, siswa dan staff pada SDN
3 Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan
3. Dokumentasi
Dokumentasi penelitian adalah semua yang berkaitan dengan masalah
penelitian, baik berupa catatan, foto maupun film (video).

F. Teknik analisis data


Data yang dikumpulkan melalui hasil wawancara dan dokumen diolah
dengan menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman. Dan untuk
mengetahui seberapa jauh peran guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
maka akan dibandingkan dengan tingkat ketercapaian hasil bejar siswa SDN 3
Kasongan Lama Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E., Dr. M.Pd., Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2008.
Rivai, H. Veithzal, Prof., Dr. dan Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si., Educational
Management, Rajawali Pers, 2009

Departemen Pendidikan Nasional (2005). Managemen berbasis sekolah. Jakarta:


Depdiknas
Kusnandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo

Sadirman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Raja


Grafindo Persada
Muhammad Surya. Organisasi profesi, kode etik dan Dewan Kehormatan Guru.

Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

17
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL..................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
B. FOKUS PENELITIAN .................................................................................... 3
C. RUMUSAN MASALAH ................................................................................. 3
D. TUJUAN MASALAH ..................................................................................... 4
E. MANFAAT PENELITIAN .............................................................................. 4
II. KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN PERAN ................................................................................. 5
B. PERAN GURU ............................................................................................... 7
C. MOTIVASI ..................................................................................................... 10
D. GURU SEBAGAI MOTIVATOR.................................................................. 11
III. METODE PENELITIAN......................................................................................
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ...................................................... 14
B. JENIS METODE PENELITIAN .................................................................... 14
C. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL ............................. 14
D. PENGERTIAN KONSEP............................................................................... 15
E. INSTRUMEN ................................................................................................. 15
F. TEKNIK ANALISIS DATA .......................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

i
PROPOSAL TESIS
“Analisis Peran Guru Sebagai Motivator

(Studi Kasus di SDN 3 Kasongan Lama


Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan ) ”

Oleh :
Hari Siswanto NIM 1720111320013

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

2018

Vous aimerez peut-être aussi