Vous êtes sur la page 1sur 24

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tuberkolosis

Penyakit tuberkolosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi.

Menurut hasil penelitian, penyakit tubercolosis sudah ada sejak zaman

mesir kuno yang dibuktikan dengan penemuan pada mumi, dan penyakit ini

juga sudah ada pada kitab pengobatan cina ‘pen tsao’ sekitar 5000 tahun

yang lalu. Pada tahun 1882, ilmuan Robert Koch berhasil menemukan

kuman tubercolosis, yang merupakan penyebab penyakit ini.Kuman ini

berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama ‘mycobacterium

tuberrculosis’ (Widoyono. 2011), menurut hasil SKRT (survey kesehatan

rumah tangga) tahun 1986, penyakit tuberkolosis di Indonesia merupakan

penyebab kamatian ke-3 dan menduduki urutan ke-10 penyakit terbanyak

dimasyakat. WHO memperkerikan terjadi kasus tuberkolosis sebanyak 9

juta per tahun diseluruh dunia pada tahun 1999, dengan jumlah kematian

sebanyak 3 juta orang pertahun.

Pada saat candi Borobudur didirikan (abad VIII), rupanya saat itu

tubercolosis paru sudah pula menjadi penyakit rakyat, sehingga pemahatnya

mengambil sebagai contoh orang sakit yang bertemu dengan pangeran

sidharta Gautama. Orang tersebut kurus kering dengan bahu tertarik keatas

dan tulang-tulang igannya menonjol gambaran ini cocok sekali dengan

gambaran ‘phtisi’-nya . Hippocrates (van joost, 1951). Bahwa di indonesia

penyakit tubercolosis merupakan penyakit rakyat yang sejak dahulu dan


8

telah tersebar diseluruh Nusantara juga tampak dari adanya berbagi istilah

dalam berbagai bahasa daerah yang menunjukan gejala umum tuberkolosis

yaitu batuk, batuk darah. Dan mengurus (DE LANGEN, 1919).

Diseluruh dunia tak terhitung jumlah korban penyakit ini, mulai dari

raja sampai rakyat jelata.Raja yang menderita penyakit ini adalah Attila

(meninggal tahun 453), Henry VII dari inggris (1509), Charles IX (1574)

dan Louis XIII (1643) dari perancis, Josef II (1790) dari Austria dan putra

tunggal Napoleon (1832). Di Indonesia pun keadaan sama saja. jenderal

sudirman dan punjagga Chairil Anwar juga menjadi tuberculosis.

(Danusantoso Halim, 2011).

1. Pengertian

Suatu penyakit menular yang biasanya mucul sebagai penyakit

paru-paru, karena paru-paru merupakan lahan yang paling empuk bagi

penyakit tubercolosis (Saydam Gouzali, 2011).

2. Penyebab

Penyebab penyakit tubercolosis adalah bakteri Mycobacterium

tubercolosis dan mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai

ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis,

lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung,

tetapi tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal

yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat)(Widoyono, 2011).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan

terhadap pencucian warna dengan asam dan alcohol, sehingga sering


9

disebut basil tahan asam (BTA).Serta tahan terhadap zat kimia dan

fisik.Kuman tubercolosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin,

bersifat dorman dan aerob (Widoyono, 2011).

Untuk detail dari jenis bakteri ini dapat dijelaskan pada buku

bakteriologi.

1. M.tubercolosis termaksud family Mycobcteriaceae yang mempunyi

berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycobacteriaceae, dan salah

satu speciesnya adalah M.tubercolosis.(Widoyono, 2011).

2. M.tubercolosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type

humanis (kemungkinan infeksi type bovines saat ini dapat diabaikan,

setelah hygine peternakan makin ditingkatkan) (Widoyono, 2011).

3. Basil tubercolosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam.

Sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnainya secara

khusus. Karena itu, kuman ini disebut pula Basil Tahan Asam

(BTA).(Widoyono, 2011).

4. Karena pada umumnya Mycobacterium tahan asam. Secara teroretis

BTA belum tentu identik dengan basil tubercolosis. Namun, karena

dalam keadaan normal penyakit paru yang disebabkan oleh

Mycobacterium lain (yaitu M.atipik) jarang sekali, dalam praktik,

BTA dianggap identik dengan basil tubercolosis. Dinegara dengan

prevalansi AIDS/infeksi HIV yang tinggi, penyakit paru yang

disebabkan M.atipik (bacteriosis) makin sering ditemukan. Dalam

kondisi seperti ini, perlu sekali diwaspadai bahwa BTA belum tentu
10

identik dengan hasil tubercolosis. Mungkin saja, BTA yang ditemukan

adalah mycobacterium atipik. Yang menjadi penyebab

mycobacteriosis (Widoyono, 2011).

a. Kalau bakteri-bakteri lain hanya memrlukan beberapa menit

sampai 20 menit untuk mitosis,basil tubercolosis memerlukan

waktu sampai 12 – 24 jam. Hal ini memungkinkan pemberian

obat secara intermiten (2-3 hari sekali) (Widoyono, 2011).

b. Basil tubercolosis sangat rentang terhadap sinar matahari,

sehingga dalam beberapa menit saja akan mati. Ternyata

kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultra-violet

(Widoyono, 2011).

Basil tubercolosis juga rentang terhadap panas basah, sehingga

dalam 2 menit saja basil tubercolosis yang berada dalam lingkungan basah

sudah akan mati bila terkena air bersuhu 100 celcius. Cara penularan

penyakit tubercolosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tubercolosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien

tubercolosis paru batuk dan percikan ludah yang mengadung bakteri

tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. Bila penderita batuk, bersin,

atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tubercolosis

tersembur dan terhisap kedalam paru orang sehat. Masa inkubasinya selama

3-6 bulan.(Widoyono, 2011).


11

Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan

sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan factor genetic dan factor penjamu

lainnya. (Widoyono, 2011)

A. Diagnostik

Diagnostic tubercolosis paru selama penyakit tubercolosis masih

merupakan penyakit rakyat, selama itu pula penyakit ini akan sering dijumpai

dalam klinik sehari-hari oleh sebab itu, dinegara-negara yang masih endemis

tubercolosis paru seperti Indonesia, sudah selayaknya bila kita harus pertama-

tama mencurigai tubercolosis parubilamana seseorang penderita

mengemukakan keluhan yang relevan untuk penyakit ini ( Danusanto Halim,

2011) .

Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penderita tubercolosis dengan

baik, seseorang ditetapkan sebagai pasien tubercolosis paru apabila

ditemukan gejala kliniks utama (cardinal symptom) pada dirinya. Gejala

utama pada penderita tubercolosis adalah batuk berdahak lebih dari

tigaminggu, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, berkeringat pada malam

hari, demam tidak tinggi/meriang dan penurunan berat badan (Widoyono,

2011). Tes tuberculin sebetulnya, tes ini bertujuan untuk memerikssa

kemampuan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV), yang dianggap

dapat mencerminkan potensi system imunitas seluler seseorang, khususnya

terhadap basil tubercolosis.

Pada seseorang yang belum terinfeksi basil tubercolosis, system

imunitas seluler tentunya belum terangsang untuk melawan basil tubercolosis,


12

dalam keadaan normal, system ini sudah akan terangsang secara efektif 3-8

minggu setelah infeksi primer dan tes tuberkilin akan positif ( yaitu didapatkan

diameter indurasi 10-14 mm pada hari ketiga atau keempat dengan dosis PPD

5 TU intracutan).

Kalau seorang penderita sedang menderita tubercolosis aktif, tes

tuberkulinya dapat positif (artinya diameter indurasi yang ditimbulkan dapat

melebihi 14 mm), namun kalau proses tubercolosis -nya hiperaktif, misalnya

pada tubercolosis miliaris, seolah-olah seluruh kemampuan potensi imunitas

seluler sudah terkuras habis dan tes akan menjadi negative (Halim

Danusantoso, 2011).

B. Pencegahan

Pencegahan, dengan sistem dan pola hidup hidup sehat dan teratur

diharapkan daya tahan tubuh cukup kuat untuk memberikan perlindungan

terhadap berbagai macam penyakit. Pola hidup sehat dan teratur tentu saja

disiapkan sejak dini, biasanya selalu mengomsumsi makanan bergisi dan

berserat serta selalu memelihara kebersihan badan dan makanan serta

lingkungan. Tempat tinggalnya selalu terkena sinar matahari. Selain itu ia pun

dapat terhindar dari kuman tubercolosis paru, bila ia selalu berhati-hati tidak

mendekati orang yang menderita penyakit itu(Saydam Gouzali, 2011).

C. Pengobatan

Pengobatan pada penyakit tubercolosis paru, Penderita penyakit ini

sudah bisa diobati sampai sembuh. Penderita penyakit tubercolosis paru

biasanya memiliki status gizi yang kurang baik, Serangan kuman tubercolosis
13

paru amat berbahaya karena penyakit termaksuk penyakit yang mudah

menular. Menurut beberapa penelitian pengobatan tubercolosis paru umumnya

terdiri dari dua tingkat yaitu fase terapi intensif dan fase pemeliharaan. Fase

terapi intensif dimaksud merupakan kombinasi isoniazid, rifampisin dan

piruzinamida selama 2 bulan berturut-turut. Sedangkan fase pemeliharaan,

dokter menggunakan isoniazid bersama rifampisin selama 4 bulan lagi.

Memang jangka waktu pengobatan tubercolosis paru ini memerlukan waktu

yang lama, diharapkan agar penderita tidak pernah bosan untuk mengomsumsi

obat yang diberikan dokter.

Disamping itu dapat pula digunakan obat untuk peyembuhan alami.

Namun semuanya tergantung pada penderita. Dalam penyembuhan alami ini,

dianjurkan agar penderita dan selalu mengikuti anjuran, agar penyakitnya itu

cepat sembuh. Sebagai langkah pertama, penderita hendaknya ddiberi diet

eksklusif buah segar selama 3 atau 4 hari. Contoh buah yang dikomsumsi apel,

anggur, pir, jeruk, nanas, melon dll (Saydam Gouzali, 2011).

B. Tinjauan Umum Tentang Konsep diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian

yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalm

berhubungan dengan orang lain (Stuat dan Sudeen, 1998) dalam kutipan

buku (Muhit Abdul, 2011).

Hal ini termaksud persepsi individu akan sifat dan kemampuanya,

interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan

dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Upaya


14

memanddang dirinya tersebut berbentuk penilaian subjektif individu

terhadap dirinya, perasaan sadar/tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi,

peran, dan tubuh (Muhit Abdul, 2011)..

Konsep diri social, konsep diri social pada dasarnya berkaitan dengan

relasikita sesame.Kita ingin agar orang lain memandang kita sebagai orang

yang cerdas, menarik, baik hati, peduli pada nasib orang atau memiliki

kemampuan menjalankan tugas-tugas pelik.Keinginan klien untuk menjadi

seperti itu merupakan wujud konsep diri social. Dalam konsep diri social ini

tercermin bagaimana dari satu kelompok masyarakat (Muhlis Abdul, 2014).

Berdasarkan pandangan-pandangan diatas, maka dapat dikatakan

bahwa dalam proses terbentuknya konsep diri seseorang, evaluasi dan

penilaian orang lain sangat mempengaruhi terbentuknya pandangan atau

penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri. Di samping itu, dalam diri

individu terdapat konsep diri yang ideal atau gambaran diri yang

sesungguhnya didamdakan oleh individu. Artinya, konsep diri yang ideal

sangat berpengaruh dalam diri individu karena bila reaksi lingkungan

memiliki intersitas yang tinggi, maka akan semakin kuat pula konsep diri

tersebut. Sebaliknya bila reaksi lingkungan menjadi lemah, maka akan

semakin berkurang atau lemah konsep diri tersebut.

Dengan dmikian, dapat dijelaskan lebih terperinci bahwa dalam

konsep diri akan tergabung dalam beberapa dimensi tentang diri yang satu

sama lain ada keterkaitan yang mendalam, Menurut Allen (Stuart and

Sunden, 1998). Dalam (Abd Muhid, 2011).


15

1. Dimensi konsep diri terbagi menjadi empat bagian yang terdiri atas :

a. Konsep diri actual konsep diri ini dapat dinyatakan sebagai

persepsi yang realistis terhadap diri kita sendiri.Konsep diri juga

merupakan actual persepsi nyata kita kepada diri sendiri dan

persepsi yang saya gambarkan pada orang lain, seperti status

social, usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Ketika kita

menyatakan, misalnya “saya telah didiagnosa oleh dokter

mengidap penyakit tuberculosis paru”. Maka kita sedang

mengungkapkan konsep diri actual kita.

b. Konsep diri ideal, konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang

atas dirinya harus seperti apa tampaknya. Ketika kita memutuskan

untuk meneruskan perawatan dilakukan dipelayana kesehatan

BBPKMM, merupakan keputusan yang berupaya untuk

menunjukan konsep diri yang ideal diri.

c. Konsep diri pribadi (private) merupakan gambaran bagaimana

kita sendiri. Kita berusaha untuk menunjukan bahwa kita

bertindak sebagai orang yang ramah, bersahabat, kreatif atau

menyukai tantangan.

Misalnya dalam konsep diri pribadi, kita digambarkan

menggemari perawatan yang dilakukan pada instansi di

BBPKMM maka kita memilih dirawat di balai paru.

d. Konsep diri social, konsep diri social pada dasarnya berkaitan

dengan relasi kita pada sesame. Kita ingin agar orang lain
16

memandang kita sebagai orang yang cerdas, menarik, bai k hati,

peduli pada nasib orang atau memiliki kemampuan menjalankan

tugas-tugas pelik.

Dengan demikian, konsep diri merupakan satu proses. Ini

merupakan bagian dari diri kita dalam proses menjadi (becoming).

Prosesnya dimulai dengan mengumpulkan informasi.Informasi yang

terkumpul tersebut pada dasarnyanmerupakan pengalaman yang kita

lalui dalam kehidupan.Selanjutnya, kita memberi makna, maksud atau

sifat tertentu pada pengalaman tersebut, Inilah yang kemudian

membentuk kesan dalam diri kita.

Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan bicara

individu, pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan

konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan

tidak mampu. Perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga

individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi perilaku

orang lain, serta mempunyai penghargaan yang pantas tentang tujuan,

perilaku nilai. Memahami konsep diri sangat penting bagi perawat

karena asuhan keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya

penyakit saja tetapi juga menghadapi individu yang mempunyai

pandangan, nilai dan pendapat tentang dirinya (Ermawati,dkk.2002 ).

Komponen konsep diri terdiri dari citra tubuh, ideal diri, harga

diri, penampilan , peran dan identitas personal, Respon individu


17

terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon onsep

diri yaitu dari adaptif sampai maladaptive.

2. Respon konsep diri

Adaptif Mal-adaptif

Aktualisasi konsep diri Harga diri rendah keracunan identitas

diri depersonalisasi

Keterangan :

a. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien

menghadapi suatu masalah dapat menyelesaikan secara baik antara

lain :

1) Aktualisasi diri

Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termaksud

persepsi masa lalu akan diri dan perasaannya.

2) Konsep diri positif

Menunjukan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.

b. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi

masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah

tersebut. Respon mal-adaptif gangguan konsep diri adalah :

1) Gangguan harga diri

Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif.


18

2) Kekacauan identitas

3) Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan

kehidupan dalam mencapai tujuan.

4) Depersonalisasi (tidak mengenal diri)

Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang

sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara

intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina

hubungan baik dengan orang lain.

Pada klien yang mengalami gangguan fisik, dirawat di rumh

sakit umum, mengalami perubahan pern dan lingkungan, mempunyai

resiko terjadinya gangguan kosep diri, untuk itu akan dijelaskan tiap

komponen tentang perubahan yang dapat terjadi.

1. Citra tubuh (body image)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara

sadar. Sikap ini mencangkup persepsi dan perasaan tentang ukuran,

bentuk, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu

yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru

setiap individu (Stuat and Sundeen,1995).

Sejak lahir idividu mengeksplorasikan bagian tubuhnya,

menerima stimulasi dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi

lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari linngkungan (keliat,

1994). Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan kepribadian.


19

Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting

pada aspek psikologinya.

Citra tubuh adalah sikap, persepsi ,keyakinan sikap dan

pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya

yaitu ukuran, bentuk, struktur , fungsi, keterbatasan, makna objek

yang kontak secara terus menerus (Muhit Abdul, 2011).

Citra tubuh dapat diartikan sebagai kumpulan sikap individu

yang disadari maupun tidak terhadap tubuhnya termasuk persepsi

masa lalu atau sekarang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang

dimiliki. Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra

tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan

menyukai tubuhya, ia akan lebih bebas dan merasa aman dari

kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat.

Sikap individu terhadap tubuhnya, ia akan lebih bebas dan

merasa aman dari kecemasan sehingga citra tubuhnya akan

meningkat. Sikap individu terhadap tubunhya mencerminkan aspek

penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik, gemuk atau kurus,

dan lain-lain.(Muhit Abd, 2011).

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh

yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,

keterbatasan, makna dan objek pada klien yang dirawat di rumah sakit

umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi ( Dalami

Ernawati ,Dkk,2014).
20

Stressor pada tiap perubahan adalah :

a. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat

penyakit.

b. Perubahan bentuk tubuh: tindakan invasive seperti operasi,

suntikan dan pemasangan infuse.

c. Perubahan struktur sama : dengan perubahan bentuk tubuh

disertai dengan pemasangan alat didalam tubuh

d. Perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah system

tubuh.

e. Keterbatasan gerak : makan, kegiatan.

f. Makna dan objek yang sering kontak : penampilan dan

dandanan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien seperti

infuse, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital.

Tanda dan gejala gangguan citra tubuh yang dapat terjadi pada

responden (Dalami Ernawati, Dkk 2014).

a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

b. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi /akan terjadi.

c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.

d. Persepsi negative pada tubuh.

e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.

f. Mengungkapkan keputusasaan.

g. Mengungkapkan ketakutan.
21

Penelitian yang dilakukan oleh Frisca Raynel (2009), bahwa

yang mempunyai citra tubuh negatif terdapat 56,8% lebih banyak dari

pada yang memiliki citra tubuh positif. Bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya citra tubuh seseorang yakni aspek fisik,

meliputi ukuran bentuk tubuh (kurus, gemuk, ukuran tinggi badan)

yang disebabkan oleh penyakit yang diderita, sedangkan aspek

psikologis meliputi menerima dan menyukai bagian tubuh yang akan

memberi rasa aman dan terhindar dari kecemasan, individu yang

stabil, dan konsisten terhadap gambaran dirinya.

2. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus

berperilaku berdasarkan strandar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi

tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-

cita,keinginan harapn tentang diri sendiri (Muhith Abd, 2011).

Presepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku

berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu.

Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan,

haraapan tentang diri sendiri (Muhith Abd, 2011).

Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya berperilaku

berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai yang

diyakini.Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga

dan ambisi, kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan


22

orang serta prestasi masayarakt setempat responden (Dalami Ernawati,

Dkk 2014).

Individu cenderung mensetting tujuan yang sesuai dengan

kemampuannya, cultural, realita, menghindari kegagalan dan rasa

cemas.

Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap

diri dan tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur,

ideal diri akan melahirkanharapan individu terhadap dirinya saat

berada ditengah masyarakat dengan norma tertentu, ideal diri berperan

sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan

kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat

bingung, ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan

keseimbangan mental.

Ganngguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar

dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas dan

cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena

sakit, maka ideal drinya dapat terganggu atau ideal diri klien terhadap

hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai responden

(Dalami Ernawati, Dkk 2014).

Tanda dan gejala yang dapat dikaji :

a. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalnya saya

tidak bisa berkomunikasi secara langsung karena saya mengidap

penyakit tuberculosis paru


23

b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi misalnya saya

pasti bisa sembuh padahal prognosi penyakitnya buruk.

Penelitian yang dilakukan oleh Frisca Raynel (2010) yang

mengatakan ideal diri seseorang dikatakan negatif apabila individu

cenderung menetapkan ideal dirinya dari batas kemampuannya, faktor

budaya dan norma yang ada di masyarakat, ambisi yang ingin lebih

dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan besar untuk

menghindari kegagalan, dan perasaan cemas serta rendah diri.

3. Harga Diri (self esteem)

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh perliaku memenuhi ideal diri

(Stuart and Sundeen, 1995). Frekuensi pencapaian tujuan akan

menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika

individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah (Muhit Abd,

2011).

Harga diri dibentuk sejak kecil dan adanya penerimaan dan

perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai peningkatan usia dan

terancam masa pubertas. Coopersmith dalam buku stuart dan sundeen

menyatakan ada 4 hal yang dapat meningkatkan harga diri anak yaitu

(Dahlan Ernawati, dkk, 2014).

a. Memberi kesempatan untuk berhasil.

b. Menanamkan idealism

c. Mendukung inspirasi atau ide.


24

d. Membantu membentuk koping.

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang

negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal

mencapai keinginan.(Dahlan Ernawati, dkk, 2014).

Gangguaan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah

dan dapat terjadi secara:

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus

operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus

hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban

perkosaan, dituduh KKN dipenjara tiba-tiba).

Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :

1) Privacy yang kurang diperhatkan , misalnya pemeriksaan

fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan

(pencukuran rambut pubis, pemasangan kateter,

pemeriksaan perineal ).

2) Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi tubuh yang tidak

tercapai karena dirawat/sakit.

3) Perlakuan petugas kesehatan dan tidak menghargai.

Misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan

,berbagai tidakan tanpa persetujuan.

b. Kronik yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung

lama yaitu sebelum sakit dirawat Klien ini mempunyai cara

berfikir yang negative, kejadian sakit .dirawat akan menambah


25

persepsi negative terhadap dirinya (Dahlan Ernawati, dkk,

2014).

Tanda dan gejala yang dapat dikaji :

1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan

akibat tindakan penyakit misalnya malu dan sedih karena

rambut jadi botak sete;ah mendapatkan terapi sinar pada

kanker.(Dahlan Ernawati, dkk, 2014).

2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri ( misalnya ini tidak

akan terjadi jika saya kerumah sakit ), menyalahkan,

mengejek dan mengkritik diri sendiri.(Dahlan Ernawati,

dkk, 2014).

3) Merendahkan martabat ,misalnya saya tidak bisa ,saya

tidak mampu ,saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa

(Dahlan Ernawati, dkk, 2014).

4) Gangguan hubungan social seperti menarik diri ,klien

tidak ingin bertemu dengan orang lain ,lebih suka sendiri

(Dahlan Ernawati, dkk, 2014).

5) Percaya diri kurang ,klien sukar mengambil keputusan

misalnya tentan memilih alternative tindakan (Dahlan

Ernawati, dkk, 2014).

6) Mencederai diri akibat harga diri yang rendah d sertai

harapan yang suram , mungkin klien ingin mengakhiri

kehidupan (Dahlan Ernawati, dkk, 2014).


26

4. Identitas Diri

Identitasa adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang

bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai

dengan kemampuan memandang diri sendiri beda dengan kemampuan

memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai

percayadiri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran

serta citradiri (Zulfan, &Wahyuni Sri, 2012).

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat

diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya”,

menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.

Pengertian identitas adalah organisasi, sintesa dari semua gambaran

utuh dirinya, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut atau

jabatan dan peran (Ernawati, dkk, 2011).

Dalami dentitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya

diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan

menerima diri (Ernawati, dkk, 2011).

Ciri-ciri individu dengan identitas diri yang positif :

1. Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari orang

lain.

2. Mengakui jenis kelamin sendiri.

3. Memandang perlu aspek diri sebagaisuatukeselarasan.

4. Menilai dirisesuaidenganpenilaianmasyarakat.

5. Menyadarihubunganmasalalu, sekarang dan yang akan datang.


27

6. Mempunyai tujuan dan nilai yang disadari.

Gangguan identitas diri adalah kekaburan atau ketidakpastian

memandang diri sendiri, penuh dengan keraguan, sukar menetapkan

keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena penyakit fisik,

makai dentitas dapat terganggu karena :

1. Tubuh klien dikontrol oleh orang lain, misalnya pelaksanaan

pemeriksaan dan pelaksanaan tindak antara penjelasan dan

persetujuan klien.

2. Ketergantungan pada orang lain misalnya untuk self-care perlu

dibantu orang lain sehingga kemandirian terganggu.

3. Perubahan peran dan fungsi klien menjalankan peran sakit.

Peran sebelumnya tidak dapat dijalankan.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji :

1. Tidak ada percaya diri.

2. Sukar mengambil keputusan.

3. Ketergantungan.

4. Masalah dalam hubungan interpersonal.

5. Ragu atau tidak yakin terhadap keinginan.

6. Proyeksi yaitu menyalahkan orang lain.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Frisca Raynel (2009) mengatakan bahwa responden yang

mempempunyai identitas diri positif sebanyak 62,2% karena identitas


28

diri berawal dari pengakuan seseorang individu akan identitas dirinya

sendiri yang dimulai sejak anak-anak, remaja sampai dewasa yang

sada akan pentingnya memiliki perasaan identitas diri yang kuat.

5. Peran

Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara

social yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai peran

yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran yaitu seperangkat

pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat

sesuai posisinya dimasyarakat atau kelompok sosialnya. Peran

memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan social dan

merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada

orang yang berarti (Muhit Abd, 2011).

Hal-hal yang mempengaruhi penyesuaian individu terhadap

peran :

a. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya dari

pengetahuan tentang peran yang diharapkan.

b. Respon atau tanggap yang konsisten dari orang yang berarti

terhadap perannya.

c. Kesesuaian norma budaya dan harapannya dengan peran.

d. Perbedaan situasi yang dapat menimbulkan penampilan peran

yang tidak sesuai.


29

Gangguan penampilan peran adalah berubanya atau berhenti

funsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus

sekolah, putus hubungan kerja.

Pada klien yang sedang dirawat dirumah sakit, otomatis peran

social klien berubah menjadi sakit.Peran klien yang berubah menjadi

sakit, peran klien yang berubah adalah(Dahlan Ernawati, dkk, 2014). :

a. Peran dalam keluarga.

b. Peran dalam pekerjaan sekolah.

c. Peran dalam berbagai kelompok.

Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan

selama dirawat dirumah sakit atau setelah kembali dari rumah sakit,

klien tidak mampu melakukan perannya yang biasa.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji :

a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran.

b. Ketidakpuasan peran.

c. Kegagalan menjalankan peran yang baru.

d. Ketegangan menjalankan peran yang baru.

e. Kurang tanggung jawab.

f. Apatis, bosan dan putus asa.

Ciri-ciri individu yang mempunyai kepribadian yang sehat

adalah (Dahlan Ernawati, dkk, 2014):

a. Citra tubuh yang posiif dan sesuai.

b. Ideal diri realistis.


30

c. Harga diri tinggi.

d. Penampilan peran memuaskan.

e. Identitas jelas.

Vous aimerez peut-être aussi