Vous êtes sur la page 1sur 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325398358

Modernisasi Administrasi Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang


Pribadi di Kota Bandung

Article · September 2017

CITATIONS READS

0 116

3 authors:

Fakultas Ekonomi Uninus Ahmad Ryad


Universitas Islam Nusantara Universitas Islam Nusantara
38 PUBLICATIONS   1 CITATION    8 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Farah Latifah Nurfauziah


Universitas Islam Nusantara
4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perbankan Syariah View project

Research Assignment View project

All content following this page was uploaded by Fakultas Ekonomi Uninus on 28 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950

Modernisasi Administrasi Perpajakan


dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Bandung

A M Ryad Syaiful Hak - Farah Latifah Nurfauziah


amryad@uninus.ac.id - farahlatifahn@uninus.ac.id
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Nusantara

Abstrak
Penerimaan pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk pembiayaan
pemerintah dan pembangunan. Fakta-fakta menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak di
Indonesia masih memprihatinkan, dilihat dari tax ratio dan tax gap yang masih rendah. Direktorat
Jenderal Pajak sebagai lembaga yang berwenang menangani masalah perpajakan harus berbenah
memberi pelayanan yang lebih baik kepada wajib ajak. Perbaikan pelayanan melalui berbagai program
perubahan telah banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modernisasi
proses bisnis & teknologi informasi & komunikasi, modernisasi manajemen sumber daya manusia dan
modernisasi pelaksanaan good governance terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa modernisasi proses bisnis & teknologi informasi & komunikasi,
modernisasi manajemen sumber daya manusia dan modernisasi pelaksanaan good governance yang
dilakukan oleh berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Kata Kunci: Proses bisnis, Good Governance, Kepatuhan

PENDAHULUAN terakhir telah menimbulkan skeptisisme wajib


Penerimaan pajak merupakan sumber pajak dalam melaksanakan kewajiban
utama atau tulang punggung penerimaan negara perpajakannya. Sementara di sisi lain, negara
yang digunakan untuk pembiayaan pemerintah masih mengharapkan pajak sebagai sumber utama
dan pembangunan. Besarnya kontribusi pendapatan. (Lasnofa, Fauzan, 2012).
penerimaan pajak terhadap APBN sejak tahun Pajak bersifat dinamik dan mengikuti
2012-2014 cukup signifikan yaitu mencapai lebih perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi
dari 90%. Oleh karena itu pemerintah dalam hal negara serta masyarakatnya. Tuntutan akan
ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berupaya peningkatan penerimaan, perbaikan dan
untuk mengoptimalkan penerimaan pajak. Namun perubahan mendasar dalam segala aspek
demikian fakta menunjukkan bahwa tingkat perpajakan menjadi alasan dilakukannya
kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih reformasi perpajakan dari waktu ke waktu.
memprihatinkan, karena tax ratio dan tax gap yang Penyempurnaan kebijakan dan sistem administrasi
masih rendah. Untuk itu perlu dikaji secara perpajakan ditujukan agar basis pajak dapat
intensif faktor-faktor yang memengaruhi semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan
kepatuhan wajib pajak. Berbagai kasus yang pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal
menyeret aparatur pajak dalam beberapa tahun dengan menjunjung asas keadilan sosial dan

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 200


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak. bidang sumber daya manusia; peraturan yang
(Sri Rahayu, Salsalina, 2009 : 119). terdiri dari penyederhanaan prosedur administratif
Beberapa upaya telah dilakukan oleh dan ketentuan perpajakan lainnya, dan teknologi
Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan informasi termasuk pemanfaatan teknologi
kepatuhan wajib pajak, diantaranya melalui informasi untuk mempermudah Wajib Pajak (WP)
Reformasi Perpajakan. Reformasi perpajakan dan administrasi perpajakan.
secara komprehensif sebagai satu kesatuan Upaya modernisasi tersebut diwujudkan
dilakukan terhadap tiga (3) bidang pokok, yaitu dalam berbagai bentuk perubahan di segala
meliputi bidang: administrasi, yakni melalui bidang. Pertama yaitu melakukan restrukturisasi
modernisasi administrasi perpajakan, bidang organisasi berdasarkan fungsi dan penerapan
peraturan, dengan melakukan amandemen prinsip segmentasi Wajib Pajak, serta
terhadap undang undang perpajakan, dan bidang debirokratisasi pelayanan melalui penerapan
pengawasan, serta membangun bank data struktur organisasi berdasarkan fungsi. Kemudian
perpajakan nasional. Modernisasi administrasi penyempurnaan proses bisnis melalui optimalisasi
perpajakan pada dasarnya merupakan pewujudan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi
atau bagian dari reformasi perpajakan. yang mengarah kepada full automation (otomasi
Modernisasi administrasi perpajakan ini dapat lengkap) seperti pemanfaatan teknologi informasi
diartikan sebagai penggunaan sarana dan dan komunikasidengan dibukanya fasilitas e-
prasarana perpajakan yang baru dengan filling (pengiriman SPT secara online melalui
memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi. internet), e-billing (Surat Setoran Elektronik) dan
Konsep utama dari modernisasi perpajakan ini e-registration (pendaftaran NPWP secara online
adalah pelayanan prima dan pengawasan insentif melalui internet. Berikut yaitu penyempurnaan
dengan pelaksanaan good governance yang sistem manajemen sumber daya manusia melalui
bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib pengembangan manajemen sumber daya manusia
Pajak (Pandiangan 2008). Tujuan administrasi berbasis kompetensi yang berlandaskan prinsip
perpajakan adalah untuk menjawab latar belakang transparency, fairness, dan performance based
dilakukannya modernisasi administrasi perpajakan sehingga menciptakan pegawai DJP yang
yaitu ketercapaian yang tinggi dalam hal tingkat memiliki kompetensi. Sedangkan dalam kerangka
kepatuhan pajak (tax complience;), tingkat pelaksanaan good governance, telah dilakukan
kepercayaan (trust) terhadap administrasi Penerapan Kode Etik Pegawai pada semua lini
perpajakan, dan tingkat produktivitas pegawai organisasi untuk menjamin terwujudnya
pajak. Menurut Keputusan Menteri Keuangan pelaksanaan good governance. Dalam Peraturan
Nomor 85/KMK 03/2003, modernisasi itu Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 prinsip-
meliputi: aspek kelembagaan termasuk struktur prinsip good governance tersebut adalah:
organisasi, sistem dan prosedur, dan kebijakan di profesionalitas, akuntabilitas, transparansi,

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 201


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
pelayanan prima, demokrasi dan partisipasi, kemudian menganalisis seberapa besar
efisiensi dan efektifitas, dan supremasi hukum. dampaknya terhadap tingkat kepatuhan wajib
Apakah langkah modernisasi perpajakan pajak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
efektif dalam membangun ketaatan wajib pajak, melengkapi khazanah keilmuan dalam bidang
belum ditemukan jawabannya yang memuaskan. perpajakan, khususnya yang berkaitan dengan
Fenomena dampak modernisasi perpajakan faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan wajib
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak ini pajak. Bagi DJP, hasil penelitian ini diharapkan
menjadi motivasi utama peneliti untuk menelaah dapat dijadikan masukan alternative untuk
secara intensif faktor-faktor yang memengaruhi mengembangkan strategi kepatuhan masyarakat
kepatuhan Wajib Pajak. dalam membayar pajak.

Masalah, tujuan dan manfaat penelitian KERANGKA TEORITIS, PENELTIAN


Beberapa upaya telah dilakukan oleh DJP TERDAHULU & HIPOTESIS
Modernisasi perpajakan
untuk meningkatkan penerimaan pajak dengan
Modernisasi sistem administrasi
sasaran antara yaitu meningkatnya kepatuhan
perpajakan dilingkungan DJP bertujuan untuk
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
menerapkan Good Governance dan pelayanan
Salah satu langkah besar yang ditempuh oleh
prima kepada masyarakat.Good governance,
DJP adalah melakukan modernisasi di segala
merupakan penerapan sistem administrasi
bidang, terutama dalam bidang: proses bisnis &
perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan
teknologi informasi dan komunikasi perpajakan,
memanfaatkan sistem informasi teknologi yang
manajemen sumber daya manusia, dan
handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah
pelaksanaan Good Governance. Sejauhmana
pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan
keberhasilan atau efektivitas upaya modernisasi
intensif kepada para wajib pajak. Selain itu adalah
tersebut, atau secara lebih spesifik, apakah ketiga
untuk mencapai tingkat kepatuhan pajak yang
bidang modernisasi tersebut berhasil
tinggi, meningkatkan kepercayaan administrasi
meningkatkan kepatuhan wajib pajak? Masalah
perpajakan dan mencapai tingkat produktivitas
penelitian ini penting untuk diperoleh jawabannya
pegawai pajak yang tinggi. Pengelolaan pajak
mengingat hasilnya merupakan informasi
mengalami perubahan besar yang terus
berharga bagi DJP untuk melakukan evaluasi ke
dikembangkan ke arah modernisasi. Dengan
arah perbaikan selanjutnya.
demikian optimalisasi penerimaan pajak
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan
diharapkan dapat tercapai dengan baik, efektif
kinerja modernisasi proses bisnis & teknologi
dan efisien (Rahayu, 2010:109).
informasi dan komunikasi perpajakan, manajemen
Kunci perbaikan birokrasi yang berbelit-
sumber daya manusia, dan pelaksanaan Good
belit adalah perbaikan proses bisnis, yang
Governance yang dilakukan oleh DJP, dan
mencakup metode, sistem, dan prosedur kerja.

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 202


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
Perbaikan proses bisnis merupakan pilar penting struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan
program modernisasi DJP, yang diarahkan pada alur kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan
penerapan full automation dengan memanfaatkan dapat berjalan dengan optimal tanpa didukung
teknologi informasi dan komunikasi, terutama SDM yang capable dan berintegritas. Dengan
untuk pekerjaan yang bersifat diterapkannya sistem administrasi perpajakan
administratif/klerikal. Pelaksanaan full modern maka diharapkan terciptanya transparansi
automation diharapkan akan menciptakan suatu dan fairnya sistem mutasi, promosi, dan
proses bisnis yang efisien dan efektif karena remunerasi. DJP akan menerapkan kebijakan
proses administrasi menjadi lebih cepat, mudah, “right man in the right place ”, di mana seorang
akurat, dan paperless, sehingga dapat pegawai dapat menempati suatu jabatan yang
meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak, tepat sesuai dengan keahliannya, dan sebaliknya
baik dari segi kualitas maupun waktu. suatu jabatan diisi oleh pegawai yang tepat sesuai
Proses bisnis dirancang sedemikian rupa dengan standar kompetensinya (Diana Sari, 2013).
sehingga dapat mengurangi kontak langsung Elemen terakhir adalah pelaksanaa good
antara pegawai DJP dengan Wajib Pajak untuk governance, yang seringkali dihubungkan dengan
meminimalisasi kemungkinan terjadinya KKN. Di integritas pegawai dan institusi. Suatu organisasi
samping itu, fungsi pengawasan internal akan berikut sistemnya akan berjalan dengan baik
lebih efektif dengan adanya built-in control manakala terdapat rambu-rambu yang jelas untuk
system, karena siapapun dapat mengawasi memandu pelaksanaan tugas dan pekerjaannya,
bergulirnya proses administrasi melalui sistem serta yang lebih penting lagi, konsistensi
yang ada. Beberapa fasilitas pelayanan perpajakan implementasi rambu rambu tersebut. Dalam
yang tersedia di tiap KPP dan siap dimanfaatkan praktek berorganisasi, good governance biasanya
oleh masyarakat atau Wajib Pajak seirama dengan dikaitkan dengan mekanisme pengawasan
modernisasi adalah sebagai berikut: Tempat internal (internal control) yang bertujuan untuk
Pelayanan Terpadu (TPT); Account meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun
Representative; Help Desk; Complaint Center; penyelewengan dalam organisasi, baik itu
Call Center; Media Informasi Pajak; Website; e- dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya,
system perpajakan yang meliputi: E-Registration; baik disengaja maupun tidak. DJP dengan
E-SPT; E-Filling dan E-Payment. (Diana Sari, program modernisasinya senantiasa berupaya
2013) menerapkan prinsip-prinsip good governance
Departemen Keuangan secara tersebut. Salah satunya adalah dengan cara
keseluruhan telah meluncurkan program pembuatan dan penegakan kode etik pegawai
Reformasi Birokrasi sejak akhir tahun 2006. yang secara tegas mencantumkan kewajiban dan
Fokus program reformasi ini adalah perbaikan larangan bagi para pegawai DJP dalam
sistem dan manajemen SDM. Secanggih apapun pelaksanaan tugasnya, termasuk sanksi-sanksi

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 203


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
bagi setiap pelanggaran kode etik pegawai untuk membuat penilaian mengenai orang lain
tersebut. Selain itu pemerintah telah menyediakan sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun
berbagai saluran pengaduan yang sifatnya eksternal orang tersebut (Agus, 2006).
independen untuk menangani pelanggaran atau Pembelajaran dan motivasi merupakan faktor
penyelewengan di bidang perpajakan, seperti internal pembentuk persepsi seorang wajib pajak,
Komisi Ombudsman Nasional. Lebih jauh lagi, yang pada akhirnya persepsi akan berpengaruh
pembentukan complaint center di masing-masing terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
Kanwil modern untuk menampung keluhan Wajib kewajiban perpajakan (Ita, 2005). Caroll (1987)
Pajak merupakan bukti komitmen DJP untuk dalam Komang dan Putu (2015) mengungkapkan
selalu meningkatkan pelayanan kepada Wajib motivasi dari faktor internal lebih memengaruhi
Pajaknya sekaligus pengawasan bagi internal DJP tinggi rendahnya kepatuhan pajak. Sebanyak
(Diana Sari, 2013). apapun upaya yang dilakukan, apabila yang
bermasalah sebenarnya ada dalam diri wajib pajak
Kepatuhan wajib pajak maka upaya yang dilakukan DJP tidak akan pernah
Menurut Simon James (2003) dalam efektif. Faktor eksternal pembentuk persepsi yaitu
Gunadi (2013), kepatuhan pajak dalam hal ini berhubungan dengan lingkungan dan situasi
diartikan bahwa Wajib Pajak mempunyai (Luthans, 2002). Dilihat dari segi eksternal atau
kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya yang berasal dari luar wajib pajak, sudah banyak
sesuai aturan yang berlaku tanpa perlu upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak
diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama (DJP) guna meningkatkan motivasi wajib pajak
(obtrusive investigation), peringatan, ataupun dari pengubahan sistem perpajakan (self
ancaman dan penerapan sangsi baik hukum assessment system) sampai pemodernan sistem
maupun administrasi. Dengan demikian bila administrasi perpajakan. Disamping upaya DJP,
semua wajib pajak menaati dan patuh terhadap terdapat fenomena kasus korupsi yang terus
aturan-aturan perpajakan yang berlaku, maka terungkap hingga kini dan meresahkan
selisih antara penerimaan pajak potensial dengan masyarakat. Munculnya kasus korupsi di kalangan
penerimaan pajak aktual menjadi nol. Oleh karena pegawai pajak hingga pejabat pemerintah, tentu
itu, dalam konsep yang sederhana, meningkatnya menimbulkan persepsi jelek dan mengubah
tingkat kepatuhan pajak akan tercermin pada pandangan wajib pajak akan manfaat sebenarnya
meyempitnya tax gap, yakni selisih antara terkait membayar pajak (Komang & Putu, 2015).
penerimaan pajak potensial dengan penerimaan Merujuk pada Keputusan Menteri
pajak aktual (Gunadi,2013). Keuangan No.554/KMK.04/2000, kriteria
Kepatuhan wajib pajak terkait dengan kepatuhan Wajib yaitu apabila wajib pajak
sikap wajib pajak dalam membuat penilaian memenuhi semua syarat sebagai berikut (Rahayu,
terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang 2010): (a) tepat waktu dalam menyampaikan SPT

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 204


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir; substansif/hakekat memenuhi semua ketentuan
(b) tidak mempunyai tunggakan pajak untuk material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa
semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin undang-undang perpajakan. Misal: wajib pajak
untuk mengangsur atau menunda pembayaran yang mengisi dengan jujur, baik dan benar SPT
pajak; (c) tidak pernah dijatuhi hukuman karena tersebut sesuai dengan ketentuan dalam undang-
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan undang. Kemudian menurut Norman D. Nowak
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; (1980) dalam Zain (2004), kepatuhan pajak
(d) alam waktu 2 tahun terakhir ditunjukkan oleh: (a) tingkat pemahaman wajib
menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal pajak dan upaya untuk memahami memahami
terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan semua ketentuan peraturan perundang-undangan
pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang perpajakan; (b) wajib pajak mengisi formulir
terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang pajak dengan lengkap dan jelas, (c) wajib pajak
terutang paling banyak 5%; dan (e) wajib pajak menghitung jumlah pajak yang terutang dengan
yang laporan keuangannya untuk 2 (dua) tahun benar, dan (d) membayar pajak yang terutang
terakhir diaudit oleh Akuntan Publik dengan tepat pada waktunya.
pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat
wajar dengan pengecualian tidak mempengaruhi Penelitian terdahulu

laba rugi fiskal. Dengan kata lain, kepatuhan Beberapa hasil penelitian terdahulu

Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana Wajib melaporka bahwa dampak modernisasi perpajakan

Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak masih

melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan bervariasi. Misalnya penelitian yang dilakukan

peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakan oleh Irawan, dkk (2013) dan Auwaliah, dkk (2013)

pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan yang menyimpulkan adanya pengaruh negatif

ataupun ancaman dan penerapan sanksi hukum tentang persepsi wajib pajak atas kasus korupsi

maupun administrasi. terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian

Sementara menurut Safri Nurmantu Rahayu dan Salsalina (2009) melaporkan bahwa

(2005) kepatuhan perpajakan terdiri atas 2 bentuk, administrasi perpajakan modern tidak memiliki

yaitu formal dan non-formal. Kepatuhan formal pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib

adalah suatu keadaan dimana wajib pajak pajak. Berbeda dengan penelitian Rapina, Jerry,

memenuhi kewajiban perpajakannya secara dan Carolina (2011) yang menyimpulkan bahwa

formal sesuai dengan ketentuan dalam undang- kontribusi penerapan sistem administrasi

undang perpajakan. Misal: menyampaikannya ke perpajakan modern yang terdiri dari sub variabel

KPP sebelum batas waktu yang telah ditetapkan. struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi

Sedangkan kepatuhan material adalah suatu organisasi, dan budaya organisasi terhadap

keadaan dimana wajib pajak secara kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 205


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
Bandung Cibeunying mencapai 79,74%. Hasil adalah desain deskriptive quantitative (Neuman,
yang sama juga dilaporkan oleh Arruuman 2007; Robson, 2002). Namun menurut Neuman
Nurfanani, Tubandrijah Herawati (2013) yang (2007) penelitian ini juga tergolong kepada
menemukan bahwa modernisasi perpajakan yang evaluation research study yaitu bertujuan untuk
meliputi struktur organisasi, business process dan mengungkapkan dampak (causal link) upaya
teknologi informasi serta komunikasi, manajemen modernisasi yang dilakukan DJP (intervention
sumber daya manusia dan pelaksanaan good program) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
governance berpengaruh secara simultan terhadap (intermediate outcome). Konsep ini sejalan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kota dengan yang dikembangkan oleh ADB yang
Malang. Sedangkan penelitian yang dilakukan menegaskan bahwa studi dampak dilakukan untuk
Delli Maria (2013) mengungkapkan bahwa menentukan apakah sebuah program intervensi
pelaksanaan modernisasi sistem administrasi mempunyai welfare effect terhadap individu,
perpajakan pada KPP Pratama di kota Bandar komunitas atau organisasi, dan apakah dampak itu
Lampung berpengaruh positif dan signifikan telah sesuai dengan yang diharapkan (Asian
terhadap tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Development Bank, 2006). Konsep lain
(PKP) dengan arah hubungan positif menegaskan bahwa studi dampak merupakan
Berdasarkan kerang berfikir di atas, maka langkah assessment untuk menentukan sejauh
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mana program intervensi dinilai telah berdampak
adalah: modernisasi proses bisnis, modernisasi terhadap outcome, dan kemudian apakah telah
SDM dan modernisasi good governance yang sesuai dengan yang direncanakan (Austrian
dilakukan oleh Dirjen Pajak, berpengaruh positif Development Agency: Evaluation Unit, 2009).
terhadap kepatuhan wajib pajak pribadi yang
terdaftar di KPP Bandung, Data penelitian dan teknik pengumpulannya
Data kuantitatif yang digunakan adalah
METODE PENELITIAN data primer yang merupakan pengakuan,
Desain Penelitian pendapat atau persepsi responden mengenai
Karena ditujukan untuk melakukan modernisasi perpajakan yang dilakukan oleh DJP.
pengukuran dan menjawab pertanyaan seberapa Dalam penelitian ini, konstruk modernisasi
besar pengaruh variable independen terhadap administrasi perpajakan diwakili oleh tiga
variable dependen, maka penelitian akan variable, yaitu variabel modernisasi proses bisnis
diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif. & teknologi informasi & komunikasi, modernisasi
Karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sumberdaya manusia, dan modernisasi
gambaran faktual dan akurat serta menemukan pelaksanaan good governance. Variabel
beberapa hubungan antar variabel yang diteliti, modernisasi proses bisnis & teknologi informasi
maka desain penelitian yang dianggap tepat & komunikasi yang diukur dengan menggunakan

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 206


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
indikator penggunaan fasilitas: e-Filling, e- Tabel 1
registration, e-Billing, Website, complaint center, Distribusi sampel penelitian

dan Call Center (Kring Pajak 1500400). KPP Bandung Populasi % Sampel
Tegallega 87.914 17,02 17
Berikutnya variable modernisasi SDM diukur Cibeunying 111.309 19,61 20
dengan indicator: berbasis kompetensi, Karees 107.754 20,86 21
Bojonagara 98.764 19,12 19
optimalisasi teknologi komunikasi & informasi, Cicadas 120.877 23,40 23
dan continous improvement. Kemudian variable TOTAL 516.618 100 100

modernisasi penerapan good governance diukur


Analisis data & pengujian hipotesis
dengan indikator: profesionalitas, akuntabilitas,
Untuk mengetahui kualitas data yang
transparansi, pelayanan prima, demokrasi &
digunakan, dilakukan pengujian validitas internal
partisipasi, efisiensi & efektifitas, serta supremasi
berupa analisis butir. Sedangkan reliabilitas
hukum dan dapat diterima oleh seluruh
internal diuji dengan menggunakan indikator
masyarakat. Sedangkan variable kepatuhan wajib
Alpha Chronbach. Karena penelitian ini
pajak diukur dengan indicator: sikap terhadap
menggunakan analisis regresi, maka diperlukan
perilaku, norma subjektif, dan kontrol perilaku
pengujian apakah telah memenuhi persyaratan
yang dipersepsikan.
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Secara
Semua data primer dihimpun dengan
umum asumsi klasik tersebut adalah: variabel
menggunakan instrumen kuesioner tertutup yang
pengganggu/residual harus berdistribusi normal,
item pernyataan/ pertanyaannya dirumuskan
non multikolinieritas, non autokorelasi, non
dalam bentuk kalimat positif-negatif, dan disusun
heterokedastisitas dan kesalahan spesifikasi model
menurut model Likerts-5 (sangat tidak sesuai
(linearitas model).
dengan harapan – sangat sesuai dengan
Pengujian hipotesis penelitian didekati
harapan). Sampel penelitian adalah 100 orang
menggunakan analisis regresi linear berganda
wajib pajak yang terdaftar lima Kantor Pelayanan
dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least
Pajak di Kota Bandung, dan dipilih dengan teknik
square-OLS). Namun sebelumnya akan diuji
systematic sampling.
terlebih dahulu apakah penggunaan regresi linier
Populasi penelitian adalah wajib pajak
telah memenuhi asumsi klasik atau tidak, yaitu
pribadi yang terdaftar dan telah melaporkan SPT-
meliputi uji normalitas, heteroskedastisitas,
nya di lima KPP wilayah Bandung. Kemudian
multikolinieritas dan uji autokorelasi.
dari populasi tersebut ditarik sampel sebanyak 100
orang responden yang ditentukan berdasarkan
HASIL DAN DISKUSI
formula sampel minimal dari Slovin (Ryan, 2013).
Uji validitas, reliabilitas instrument dan asumsi
Anggota sampel dipilih dengan pendekatan klasik
systematic random sampling. Berdasarkan indicator koefisien korelasi
bivariate antara masing-masing skor indikator

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 207


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
dengan total skor variablenya, semua indicator Tabel 3
terbukti valid yaitu nilainya (berkisar antara Uji multikolinearitas

0,463 – 0,887 ) lebih besar daripada r-tabel =


0,361. Kemudian hasil uji reliabilitas
menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha untuk
variable kualitas proses bisnis yaitu 84,2%,
modernisasi SDM 76,9%, good governance 74%,
dan variable kepatuhan memberikan nilai 80,0 %.
Dengan demikian analisis berikutnya dapat
Ketiga, mengenai masalah heteroskedastis,
dilanjutkan.
berdasarkan hasil Uji Glejser ternyata nilai
Mengenai hasil uji asumsi klasik,
signifikansi variabel modernisasi proses (0,085),
berturut-turut dapat dijelaskan seperti berikut ini.
modernisasi SDM (0,118) dan modernisasi good
Pertama, dengan menggunakan uji statistik non-
governance (0,446) lebih besar daripada alpha
parametrik Kolmogorov-Smirnov, hasil pengujian
(0,05), sehingga dapat disimpulkan ketiga variabel
menunjukkan data residual terdistribusi normal.
independen tersebut tidak mengandung masalah
heteroskedastis.
Tabel 2
Uji normalitas data
Tabel 4
Hasil uji Glejser
Unstandardized Standard
Coefficients Coeffic
Std.
Model B Error Beta t Sig.
(Constant) .248 .067 3.68 .001
Proses -.378 .209 -.371 -1.80 .085
1
SDM -.089 .055 -.332 -1.62 .118
Good Gov -.014 .017 -.162 -.77 .446
a. Dependent Variable: AbsRES

Kedua, mengenai multikolinieritas, dengan Deskripsi variable penelitian


menggunakan indicator nilai tolerance dan Pertama, untuk variable modernisasi
lawannya variance inflation factor (VIF), table proses bisnis & teknologi informasi & komunikasi
berikut menunjukkan tidak ada satu pun variabel perpajakan, distribusi skornya dapat dilihat pada
bebas yang memiliki nilai Tolerance < 0,10 atau table berikut. Hasilnya menunjukkan modernisasi
nilai VIF > 10. Dengan demikian model regresi proses bisnis & teknologi informasi & komunikasi
yang digunakan dapat dinyatakan terbebas dari yang telah dilakukan oleh Dirjen Pajak
gejala multikolinearitas. dipersepsikan baik, bermanfaat dan memudahkan
oleh wajib pajak pribadi (skor = 65,93). Skor
tertinggi ditunjukkan oleh fasilitas e-filling yang

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 208


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
dianggap memudahkan dalam melaporkan SPT.
Tidak memanfaatkan kewenangan 0.73
Sementara skor terendah ditunjukkan oleh
indicator fasilitas complain center. Hal ini Melayani & menerapkan kode etk 0.72

mengindikasikan bahwa keberadaan fasilitas Skor total 0.71


tersebut belum berfungsi sebagaimana yang
Memiliki kompetensi dalam bidangnya 0.70
diharapkan oleh wajib pajak pribadi.
Profesional, transparan & akuntabel 0.68

e-flling
e-billing
Gambar 2. Distribusi skor variable modernisasi
Call Center
SDM
Skor total 65.93
e-regristraton Kemudian mengenai variabel good governance
situs www.pajak.go.id (tata-kelola), secara keseluruah kinerja tata-kelola
complaint center KPP di Kota Bandung dipersepsikan telah

0 memenuhi prinsip-prinsip tata-kelola yang baik.


20 40 60 80 10
0
Kinerja ini terutama didukug oleh faktor
Gambar 1 Skor modernisasi proses bisnis pelayanan yang tidak diskriminatif,
perpajakan
memperhatikan keluhan wajib pajak dan

Berikutnya adalah variable modernisasi pelayanan yang sederhana. Sementara skor

sumberdaya manusia, yang secara keseluruhan terendah ditunjukkan oleh faktor keraguan bahwa

mencapai skor 0,71 atau berada pada kategori hasil pajak akan digunakan dengan benar dan

baik. Skor tertinggi ditujunjukkan oleh indicator penghindaran terhadap gratifikasi.

pegawai KPP tidak memanfaatkan


kewenangan/jabatannya. Sementara skor terendah Pelayanannya tdak diskriminatf 0.73
dipersepsikan oleh responden terhadap indicator Memperhatkan keluhan WP 0.72
profesionalisme, transparansi dan akuntabilitas. Pelayanan yang sederhana 0.71

skor total 0.7

Pegawai pajak adalah panutan 0.7

Menjaga data & informasi WP 0.7

Hasil pajak digunakan dengan tepat 0.68

Menghindari gratfkasi 0.68

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Gambar 3. Deskripsi skor variable tata-kelola

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 209


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
Sedangkan mengenai kepatuhan wajib Ringkasan koefisien determinasi
pajak, gambar berikut menginformasikan bahwa
kepatuhan wajib pajak pribadi tergolong tinggi
(skor = 0,69). Faktor lingkungan wajib pajak
(teman, saudara, lingkungan kerja, dsb) serta
persepsi bahwa mengurus pajak itu tidak sulit,
diperkirakan merupakan contributor terbesar
dalam membentuk kepatuhan wajib pajak. Skor Kedua, secara parsial modernisasi proses bisnis,
terendah ditunjukkan oleh faktor keraguan bahwa modernisasi SDM dan modernisasi good
hasil pajak akan digunakan dengan benar. governance (tata-kelola) yang dilakukan oleh
Dirjen Pajak berpengaruh positif terhadap
Lingkungan saya patuh membayar pajak 0.71 kepatuhan wajib pajak pribadi yang terdaftar di
KPP Bandung. Secara statistic hal ini ditunjukkan
Mengurus pajak itu mudah 0.71
oleh masing-masing p-value yang lebih kecil
Skor total 0.69
daripada α (0,05). Dilihat dari nilai koefisien
Bila patuh, tidak ada masalah dengan DJP 0.69 regresinya, pengaruh modernisasi proses (0,391)

Penetapan pajak sangat transparan 0.67 relative lebih besar dibandingkan dengan kedua
variable lainnya.
Hasil pajak dimanfaatkan dengan baik 0.66

Tabel 6
Ringkasan koefisien determinasi
Gambar 4 Deskripsi skor variable kepatuhan
wajib pajak R Adjusted Std. Error of
Model R Square R Square the Estimate
1 .797a .635 .624 1.41069
Pengujian Hipotesis a. Predictors: (Constant), M_G_Govern, M_SDM, M_Proses
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
pendekatan analysis regresi linear berganda, dan Tabel 7
hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Ringkasan koefisien regresi
Unstandard Standard
Pertama, dari tabel berikut diperoleh informasi Coeffic Coeffic
Std.
bahwa modernisasi proses bisnis, modernisasi Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) -2.47 1.346 -1.83 .069
SDM dan modernisasi good governance (tata-
M_Proses .39 .067 .400 5.79 .000
kelola) yang dilakukan oleh Dirjen Pajak, M_SDM .32 .072 .292 4.47 .000
M_G_Govern .34 .055 .410 6.23 .000
berkontribusi 62,4% terhadap tingkat kepatuhan a. Dependent Variable: Kepatuhan

wajib pajak.
Ketiga, dari table Anova berikut diperoleh p-value
yang lebih kecil α (0,05). Dengan demikian
Tabel 5 hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 210


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
modernisasi proses bisnis, modernisasi SDM dan mengenai fasilitas complain center,
modernisasi good governance yang dilakukan profesionalisme, transparansi dan akuntabilitas
oleh Dirjen Pajak, secara bersama-sama SDM, masih tingginya persepsi wajib pajak
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib terhadap peluang pemberian gratifikasi terhadap
pajak pribadi yang terdaftar di KPP Bandung, petugas pajak, dan keraguan bahwa hasil pajak
harus diterima secara statistic. akan digunakan dengan tepat dan benar. Temuan-
temuan yang terungkap dalam penelitian ini
Tabel 8
belum spesifik, tidak melibatkan indicator yang
Ringkasan koefisien regresi
Sum of Mean lengkap dan ukuran sampel yang terlalu kecil.
Model Squares df Square F Sig.
1Regression 332.79 3 110.93 55.74 .000b Oleh karena itu penelitian ini akan lebih bermakna
Residual 191.04 96 1.99
Total 523.83 99 dan implementatif untuk pengambilan keputusan
a. Dependent Variable: Kepatuhan secara praktis apabila dilanjutkan dengan
b. Predictors: (Constant), M_G_Govern, M_SDM, M_Proses
penelitian-penelitian berikutnya dengan
KESIMPULAN menggunakan kaidah-kaidah teoritis dan
Secara umum persepsi wajib pajak metodologis yang lebih memadai serta melibatkan
terhadap modernisasi administrasi perpajakan variable yang lebih banyak.
tergolong positif dan tinggi. Persepti tertinggi
DAFTAR PUSTAKA
ditunjukkan pada aspek modernisasi sumberdaya
Ajzen, I.1991. The Theory Planned Behavior.
manusia, diikuti kemudian oleh modernisasi SDM
Organizational Behavior and Human
dan yang terendah adalah aspek modernisasi tata- Decision Processes. 50: 179-211.
kelola. Tingkat kepatuhan wajib pajak juga Ajzen, I. 2005. Attitude, Personality, and
Behavior. 2nd Edition. Berkshire, UK
tergolong tinggi, walaupun masih jauh dari
Open University Press-McGraw Hill
kategori sangat tinggi. Faktor lingkungan wajib Education.
pajak serta pengurusan pajak yang sederhana, Arruman nurfanni dan Tubandrijah Herawati.
2013. Pengaruh Modernisasi
diduga merupakan contributor terbesar dalam
Administrasi Perpajakan Terhadap
membentuk kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di
Kota Malang. Artikel. Universitas
pun menemukan bahwa modernisasi proses bisnis,
Brawijaya.
modernisasi sumberdaya manusia dan modernisasi
Asian Development Bank. (2006, September).
tata-kelola telah membentuk persepsi positif wajib Impact evaluation: Metodological &
operational issues. ADB.
pajak terhadap KPP Pajak Pratama di Kota
Austrian Development Agency: Evaluation Unit.
Bandung, yang pada gilirannya kemudian
(2009, July). Guidelines for Project and
berdampak terhadap peningkatan kepatuhan wajib Programme Evaluations. The Guidelines.
Austrian Development Agency.
pajak.
Assegaf Ibrahim Abdullah. 2011. Dictionary Of
Terdapat beberapa factor kritis yang Accounting-Kamus Akuntansi. Jakarta:PT
masih perlu mendapat perhatian DJP, yaitu Mario Gratika.

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 211


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
Bartens K, 2001, “Etika”, Jakarta: Gramedia Euphrasia Susy Suhendra. (2010). Pengaruh
Pustaka Utama. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak
Boynton, William C. Johnson., Raymond N. and
Penghasilan Badan. Jurnal Ekonomi
Kell, Walter G.2001. “Modern Auditing”,
Bisnis No. 1, Volume 15, April 2010
Edisi Ketujuh, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-Dasar
Candra R, Wibisono H dan Mujilan. 2013,
Ekonometrika.Jakarta: Erlangga.
Modernisasi Sistem Administrasi
Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak. Handayani, I Gst Ayu Ngr Adhi. 2009. Pengaruh
Jurnal Riset Manajemen & Akuntansi. Tanggung Jawab Moral dan Kualitas
Vol. 1 No.1 Februari 2013, hal 40-48. Pelayanan terhadap Kepatuhan
Pelaporan Wajib Pajak Badan pada
Chaizi Nasucha. 2004. Reformasi Administrasi
Kantor Pelayanan Pajak Denpasar
Publik: Teori dan Praktik.Jakarta:
Barat.Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi
Penerbit PT Gramedia Widiasarana
pada Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Udayana, Denpasar.
Chasin, James A., Paul D Nevwirth, and John F
Harun Al- Rasyid, 2004. Tekhnik penarikan
Leuy, 2008. “Chasin Headbook for
sample Dan Penyusunan skala, (bahan
Auditors”, 2 th edition, Singapore: The
kuliah) : Program Pasca Sarjana
Grow Hill Book Company.
UNPAD. Bandung
Dan M. Guy, Wayne Alderman, Alan J, 2001.
Haula Rosdiana dan Edi Slamet Irianto. 2011.
“Auditing”, 5 th edition,
Panduan Lengkap Tata Cara Perpajakan
Darmayanti, T. W. 2004. Pelaksanaan Self di Indonesia. Jakarta: Visimedia Pustaka.
Assesment System Menurut Wajib Pajak
Hutagaol,John ,Winarno, Wing Wahyu, dan Arya
(Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan
Pradipta .2007. Strategi Meningkatkan
Salatiga). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. X
Kepatuhan Wajib Pajak. Akuntabilitas,
(1): 109-128
Maret 2007, hal. 186-193 .ISSN 1412-0240
Diana Sari. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Vol .6 No.2
Bandung: PT Refika Aditama.
Imam Ghazali. 2011. Aplikasi Analisis
diterjemahkan oleh Sugiyarto, 2002, Multivariate dengan Program IBM
Jakarta: Erlangga. SPSS 19 (edisi kelima). Semarang.
Dwiyanto. 2005.Mewujudkan Good Governance Universitas Diponegoro.
Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Lasnofa Fasmi dan Fauzan Misra, 2012,
Gadjah Mada University Press. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
Endah Palupi. 2010. “Pengaruh Penerapan Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan
Sistem Administrasi Perpajakan Modern Pengusaha Kena Pajak di Kantor
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dan Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang,
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Artikel. Universitas Andalas.
Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Marcus Taufan Sofyan. 2005. Pengaruh
Pratama Jakarta Gambir Empat”. Tesis. Penerapan Sistem Administrasi
Universitas Indonesia, Depok. Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan
Eric L. Kohler .2011. A Dictionary for Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan
Accountants, edisi, kelima. Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak
Erwin Harinurdin. 2009. Perilaku Kepatuhan Besar, Skripsi Sekolah Tinggi Akuntansi
Wajib Pajak Badan.Jurnal Ilmu Negara, Jakarta.
Administrasi dan Organisasi, ISSN
0854-3844. Mardiasmo. 2011. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 212


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
Nazir. Moh, 2003, Metode Penelitian, Cetakan Rajif Mochammad . 2010, Pengaruh
Kelima, Jakarta, Ghalia Indonesia Pemahaman, Kualitas Pelayanan,
Ketegasan Sanksi Pajak Terhadap
Neuman, W. L. (2007). Basic of Social Research:
Kepatuhan Wajib Pajak Pengusaha
Qualitative & Quantitative Approaches
UKM, Jurnal Universitas Gunadarma.
(2nd ed.). Pearson Education, Inc.
Rapina, Jerry, dan Yenny Carolina. 2011. “
Pandiangan, Liberti. 2008. Modernisasi dan
Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi
Reformasi Pelayanan Perpajakan, PT
Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Wajib Pajak (Survey Terhadap Kantor
Pandiangan, Liberti. 2014. Administrasi Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Perpajakan, Erlangga, Jakarta. Cibeunying)”. Jurnal Riset Akuntansi
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Vol.III No.2 Oktober 2011.
Nomor 32/PMK.03/2007 Tentang Ryan, T. P. (2013). Sample Size Determination
perubahan Kedua Atas Keputusan and Power. New Jersey: John Wiley &
Menteri Keuangan Nomor Sons.
222/KMK.03/2002 Tentang Kode Etik
Sawyer, B.Lawrence et all, 2005. “Internal
Pegawai di Lingkungan Direktorat Jendral
Auditing”, 5 th edition, The Institute of
Pajak Departemen Keuangan.
Internal Auditor, Florida.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Mukhlis,
1/PJ./2008 tanggal 18 Januari 2008
Imam. 2012. Dimensi Ekonomi
tentang Penetapan Wajib Pajak dengan
Perpajakan Dalam Pembangunan
Kriteria Tertentu dan Prosedur dalam
Ekonomi. Jakarta:Raih Asa Sukses
Rangka Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pembayaran Pajak. Siti K. Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia
Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta:
Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
Graha Ilmu
192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara
Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Sri Rahayu dan Salsalina I. Lingga. 2009. “
Tertentu dalam Rangka Pengembalian Pengaruh Modernisasi Sistem
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Administrasi Perpajakan terhadap
Pajak yang selanjutnya dicabut dan Kepatuhan Wajib Pajak (Survei atas
diganti menjadi Peraturan Menteri Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama
Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012. Bandung ”X”)”. Jurnal Akuntansi Vol.1
No.2 November 2009:119-138.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.161/PMK.01/2012 Tentang Perubahan Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Nomor 29/PMK.01/2007 Tentang Methods). Bandung : Alfabeta
Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai
Suharsimi Arikunto. 2005. Metodologi Penelitian
Negeri Sipil di Lingkungan Departemen
Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT.
Keuangan.
Rineka Cipta. Hal. 95.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Suliyanto. 2011, “Ekonomika Terapan: Teori dan
Nomor 74/PMK.03/2012 Tentang Tata
Aplikasi dengan SPSS”. Penerbit Andi.
Cara Penetapan dan Pencabutan
Yogyakarta.
Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria
Tertentu dalam rangka Pengembalian Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
Pendahuluan Kelebihan pembayaran 2/PJ./2008 tentang Tata Cara Penetapan
Pajak. Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu .
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Teguh Prastyo. 2006. “Analisis Faktor-Faktor
Tentang pendidikan, pelatihan jabatan Yang Mempengaruhi Kualitas Layanan
pegawai negeri sipil Relevansinya Terhadap Kinerja

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 213


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950
Perusahaan (Studi pada PT. Bank
Negara Indonesia (Persero),Tbk Kanwil v
Jawa Tengah dan DIY)”. Tesis.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Uma Sekaran. 2011. Research Methods for
business Edisi I and 2. Jakarta: Salemba
Empat.
Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan
Aplikasi. Bandung: Agung Media
Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 28
Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Wati, Widi Dwi Erna dan Purnomosidhi,
Bambang 2013. Pengaruh Sikap, Norma
Subjektif, Kontrol Perilaku yang
Dipersepsikan, dan Sunset Policy
Terhadap Keaptuhan Wajib Pajak
Dengan Niat Sebagai Variable
Intervening. Artikel. Universitas
Brawijaya
Widodo W dan Djefris D. 2008. TaxPayer’s
Right: Apa Yang Perlu Kita Ketahui
Tentang Hak – Hak Wajib Pajak.
Bandung : Alfabeta
Ximenes, Isabel Maria B.F. 2010.” Pengaruh
Kinerja Account Representative Terhadap
Kepatuhan Formal Wajib Pajak Badan
Pada Kantor Pelayanan Pajak Di
Wilayah Kota Bandung”. Skripsi
Universitas Komputer Indonesia,
Bandung

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 214


JURNAL EKUBIS
Volume 2, No. 1, September 2017, ISSN: 2541-1950

AM Ryad Syaiful Hak – Farah Latifah Nurfauziah| 215

View publication stats

Vous aimerez peut-être aussi