Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara indonesia merupakan negara dengan persentase penduduk lansia terbanyak yaitu
sebesar 55.52 % (world population prospect, 2010). Usia harapan hidup (UHH) merupakan salah
satu indikator keberhasilan pembangunan nasional termasuk dibidang kesehatan. Keberhasilan
pembangunan dibidang kesehaatan ini juga terlihat di Indonesia dimana terdapat peningkatan
UHH dari 70.7 tahun pada periode 2010-2015 menjadi 71,7 pada periode 2015-2020
(Kemenkes, 2014) pertambahan jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2005
berjumlah 15.814.511 jiwa atau 7,2 % dan diperkirakan akan terus bertambah menjadi
28.822.879 jiwa atau 11.34 % pada tahun 2020.
Dari data diatas menunjukkan akan terjadi peningkatan jumlah lansia dalam 15 tahun
kedepan. Berdasarkan hasil survey dari Susenas (2013) menyatakan bahwa lansia yang ditinggal
didaerah perkotaan sebanyak 9,26 juta orang atau 7.49 %. Lansia yang tidak tinggal dirumah
sendiri dapat tinggal dengan saudara, anak dan bahkan tidak biasanya tinggal di pinggir jalan
dan terlantar. Berdasarkan situasi tersebut, maka di daerah perkotaan muncul suatu tempat
penampungan bagi lansia yang tidak memiliki tempat tinggal, yang disebut dengan sasana
werdha. (dikutip dari Karya Ilmiah Akhir Ners Universitas Indonesia Zuriati Rahmi, S.Kep
asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami gangguan integritas kulit pada kaki melalui
perawatan kaki (foot care) 2016).
Meningkatnya jumlah lansia di Indonesia tentu saja akan meningkatkan permasalahan
kesehatan terkait lansia. Penyakit pada lanjut usia (lansia) bebeda dengan dewasa muda, hal ini
disebabkan karena penyakit pada lansia merupakan gabungan antara penyakit dengan proses
menua yaitu menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringanuntuk memperbaiki diri serta
mempertahankan fungsi dan struktur normalnya. Sehingga tidak dapat bertahan terhadap
penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakn yang didierita (Stanley, 2006). (dikutip
dari Karya Ilmiah Akhir Ners Universitas Indonesia Zuriati Rahmi, S.Kep, asuhan keperawatan
pada lansia yang mengalami gangguan integritas kulit pada kaki melalui perawatan kaki (foot
care) 2016).

1
Berdasarkan data kemenkes pada tahun 2011, masalah yang umum terjadi pada lansia
adalah hipertensi (4.02 %), Diabetes Melitus (2.1 %), asam urat, dyspepsia (2.52 % ), penyakit
jantung iskemik (2.84 %) dan penyakit kulit (2.33 %). Individu yang telah lanjut usia juga dapat
terlihat dari kulit yang mulai keriput, rambut yang mulai memutih, berkurangnya fungsi
pendengaran dan pengelihatan, melambatnya proses berpikir, dan aktivitas untuk bergerak yang
mulai melambat, yang berarti akan membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan barbagai
aktivitas (Wallace, 2008). Diantara perubahan yang terjadi pada lansia, perubahan kulit seperti
Keratosis merupakan salah satu perubahan nyata yang dapat dilihat. Karena inilah penulis
tertarik menjadikan ini sebagai topik dalam pembahasan berikut.
B. TUJUAN

1. Tujuan umum : agar mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan sistem


integumen pada lansia
2. Tujuan khusus :
 Untuk mengetahui defenisi Keratosis
 Untuk mengetahui apa Etiologi dari Keratosis
 Untuk mengetahui bagaimana Anatominya
 Untuk mengetahui apa Klasifikasi dari Keratosis
 Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari Keratosis
 Untuk mengetahui Patofisiologi dari Keratosis
 Untuk mengetahui Tanda dan gejala dari Keratosis
 Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang dari Keratosis
 Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Keratosis
 Untuk mengetahui Komplikasi dari Keratosis
 Untuk mengetahui Pengkajian dari Keratosis
 Untuk mengetahui Diagnosa dari Keratosis
 Untuk mengetahui Intervensi dari Keratosis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Keratosis adalah tumor jinak yang sering di jumpai pada orang tua berupa tumor kecil
atau macula hitam yang menonjol. merupakan tumor jinak kulit yang paling banyak muncul pada
orang yang sudah tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya tidak ada atau jarang pada orang
dengan usia pertengahan.

Keratosis adalah tumor jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering di jumpai
pada orang tua dan biasanya asymtomatik. Awalnya keratosis seboroik muncul sebagai benjolan
kecil yang kasar. Kemudian perlahan-lahan menebal dan pada permukaan muncul seperti kutil.
Warnanya dari putih sampai ke hitam, namun kebanyakan berwarna coklat.

B. ANATOMI FISIOLOGI

a Epidermis

adalah lapisan kulit terluar yang tipis dan berjenjang yang berhubungan langsung dengan
lingkungan luar, ketebalan epidermis berkisar 0,04 mm pada kelopak mata hingga 1,6 mm pada
telapak tangan dan kaki. Desmosom ( titik pelekatan intersel yang vital bagi adhesi antarsel) di
temukan pada epidermis.

Keratinosit, sel utama dari epidermis, memproduksi keratin dalam proses yang kompleks.
Sel sel di mulai pada lapisan sel basal dan berubah secara konstan, bergerak ke atas melintasi
epidermis. Pada permukaan merka dilepaskan atau hilang melalui abrasi. Oleh karena itu
epidermis secara konstan beregenerasi, menyediakan barier keratin yang kuat.

Warna kulit merefleksikan produksi granula pigmen (melamin) oleh melanosit dan
adanya darah (hemoglobin) pada orang verkulit terang. Warna kulit merefleksikan empat warna
dasar

 Karoteoid di bentuk secara eksogen (kuning)


 Melanin (coklat)

3
 Hemoglobin teroksigenasi di dalam arterior dan kapiler (merah)
 Hemoglobin tereduksi pada venulab(biru atau ungu)

Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis sering
kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan
memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan
kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.Melanosit


(sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan
melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang
melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus
epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit
gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misal puting
susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal
bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit
sistemik juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan bila
terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian
akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang
berbahaya.

Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel
Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.Sel-sel
imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali
partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan
imun. Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit
displastik dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah simpatis ,
yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit melawan
infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan

4
meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langerhans, mengurangi
kemampuannya mencegah kanker.

Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan
fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan lapisan ini akan
berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara bersusun dari lapisan paling luar
hingga paling dalam sebagai berikut:

Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana eleidin berubah menjadi keratin
yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling
melekat erat.Lebih tebal pada area-area yang banyak terjadi gesekan (friction) dengan
permukaan luar, terutama pada tangan & kaki. Juga merupakan lapisan keratinosit terluar yang
tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti.

Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang homogen,
terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari protein
eleidin.Merupakan lapisan sel gepeng yang tidak berinti dan lapisan ini banyak terdapat pada
telapak tangan & kaki.

Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan
granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi
perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta
menyediakan efek pelindung pada kulit.2/3 lapisan ini merupakan lapisan gepeng, dimana
sitoplasma berbutir kasar serta mukosa tidak punya lapisan inti.

Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada lapisan ini
berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop tampak mempunyai
tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut spinadan terlihat saling berhubungan dan di
dalamnya terdapat fibril sebagai intercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan
filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel

5
dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang
berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.

Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, tersusun dari
selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat melanin.Pada
lapisan basile ini terdapat sel-sel mitosis.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal jika
bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge
yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang
disebut fingers prints.

Pada daerah kulit terdapat juga kelenjar keringat. Kelenjar keringat terdiri dari fundus
(bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan
kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat
dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak.
Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari
tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat
tertentu.

Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :

Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang
mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium
klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini
terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala.
Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24
jam pada orang dewasa.Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan
salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.

Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah
kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna
keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya
alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea

6
pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya
sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

b Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”
karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf
perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut
(muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis & tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung
syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea, folikel jaringan rambut & pembuluh darah yang
juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis.

Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun utama dari
dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan
struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan
mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas
yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.

Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari
pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis tersusun
terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu
komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf ,
kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat,
disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit
menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh darah,
saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit.
Lapisan ini tipis mengandung jaringan ikat jarang.

7
Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat
tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan
kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast yang
memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah , limfe, akar rambut,
kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.

Lapisan dermis juga ini mengandung sel-sel khusus yang membantu mengatur suhu,
melawan infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke kulit. Sel-sel khusus dari dermis
juga membantu dalam mendeteksi sensasi dan memberikan kekuatan dan fleksibilitas untuk
kulit. Komponen dermis meliputi:

 Pembuluh darah berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrisi ke kulit dan mengeluarkan
produk sampah. Kapal ini juga mengangkut vitamin D dari kulit tubuh.
 Pembuluh getah bening sebagai pasokan (cairan susu yang mengandung sel-sel darah putih
dari sistem kekebalan tubuh) pada jaringan kulit untuk melawan mikroba.
 Kelenjar Keringat untuk mengatur suhu tubuh dengan mengangkut air ke permukaan kulit di
mana ia dapat menguap untuk mendinginkan kulit.
 Sebasea (minyak) kelenjar yaitu membantu untuk kulit tahan air dan melindungi terhadap
mikroba. Mereka melekat pada folikel rambut.
 Folikel rambut, seperti rongga berbentuk tabung yang melampirkan akar rambut dan
memberikan nutrisi pada rambut.
 Sensory reseptor syaraf yang mengirimkan sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan intensitas
panas ke otak.
 Kolagen protein struktural tangguh yang memegang otot dan organ di tempat dan
memberikan kekuatan dan bentuk ke jaringan tubuh.
 Elastin protein karet yang memberikan elastisitas dan membuat kulit merenggang. Hal ini
juga ditemukan di ligamen, organ, otot dan dinding arteri.

8
c Subkutan atau Hipodermis

Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan
terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga
panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Berfungsi juga sebagai bantalan
antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan
kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan
energi.

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau
penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai
cadangan makanan.

Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di
daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit
dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.

Fungsi kulit:

 Proteksi (melindungi) : Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau
mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan
iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet,
gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak,
tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar
matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
 Absorbsi (menyerap) : Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut

9
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah di antara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang
lebih banyak melalui sel-sel epidermis.
 Regulasi (Pengatur Panas) : Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu
lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat
pengatur panas, medula oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu viseral 36-37,5
derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial
kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan
panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan
tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin,
hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
 Ekskresi (Pengeluaran) : Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum
(bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit
tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada
kulit.
 Persepsi / Reseptor (Peraba) : Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap
dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan markel renvier,
sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis.
 Pembentukan Pigmen : Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan
sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk
oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari
memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit
sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya
dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan
karoten.
 Keratinisasi : Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas

10
sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya
menghilang dan keratonosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus
menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan
tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap
infeksi secara mekanis-fisiologik.

C. ETIOLOGI

Perkembangan lesi keratosis pada usia tua tidak dapat diketahui dengan pasti. Meningkatnya
jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan adanya hubungan dengan terjadinya keratosis ini.Hal
ini telah diketahui melalui penelitian bromodeoxyuridin dan immunohistokimia untuk
pengembangan antigen tertentu yang berhubungan. Ada peningkatan yang nyata dan signifikan
dari angka terjadinya apoptosis pada semua variasi bentuk dari keratosis dibandingkan dengan
kulit yang normal. Keratosis biasanya terdapat pada bagian kulit yang paling sering terpajan
sinar matahari,dan sebagian tipe keratosis dapat terbentuk akibat radiasi sinar matahari pada
kulit manusia.

D. TANDA DAN GEJALA

 Kulit menjadi kasar kering atau bersisik,


 Timbul benjolan pada lapisan atas kulit. Kulit menjadi keras seperti kutil, warna mulai
dari pink, merah, ke coklatan
 gatal atau terbakar di daerah seperti wajah seprti wajah, bibir, telinga, punggung tangan,
lengan, kulit kepala dan leher

E. GAMBARAN KLINIS

1. bercak merah

2. timbul lesi

3. bagian atas tumor rata dan tampak melekat erat pada kulit

4. permukaan tumor berminyak

5. penampakan granular

11
F. PATOFISIOLOGI

Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya, telah terbukti terlibat dalam
pembentukan keratosis . Tidak ada perbedaan yang nyata dari ekspresi reseptor
immunoreactive growth hormone di keratinosit pada epidermis normal dan keratosis .

Frekuensi yang tinggi dari mutasi gene dalan meng-encode reseptor tyrosine kinase
FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) telah ditemukan pada beberapa tipe keratosis.
Hal ini menjadi alasan bahwa faktor gen menjadi basis dalam patogenesis keratosis. FGFR3
terdapat dalam reseptor transmembrane tyrosine kinase yang ikut serta dalam memberikan
sinyal transduksi guna regulasi pertumbuhan, deferensiasi, migrasi dan penyembuhan sel.
Keratosis memiliki banyak derajat pigmentasi.

Pada pigmentasi keratosis, proliferasi dari keratinosit memacu aktivasi dari melanosit
disekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating cytokines. Endotelin-1 memiliki efek
simulasi ganda pada sintesis DNA dan melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti
terlibat sebagai salah satu peran penting dalam pembentukan hiperpigmentasi pada keratosis.

12
G WOC
Aktivitas kelenjar sebasea

Yang menurun

Produksi keringat menurun


atau berkurang

Minyak yang berada di


lapisan luar kulit berkumpul

KERATOSIS

Defesiensi vitamin Poliferasi dari keratonosit

Perubahan pada Aktivitas melanosit


kulit

Gangguan
Hiperpigmentasi
integritas
Memperlambat respon pada keratosis
kulit
penyembuhan

Neoplasma mirip kutil


bewarna coklat
Infeksi pada kulit

Perubahan bentuk
Kulit mudah memar, memerah, Nyeri akut kulit
adanya lesi dan cidera kecil

Hilangnya percaya diri


Pendarahan superfisial

Gangguan citra
Resiko infeksi
tubuh

13
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan histopatologi.


Komposisi keratosis adalah sel basaloid dengan campuran sel skuamosa. Invaginasi keratin dan
horn cyst merupakan karakteristiknya. Sarang-sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama
pada tipe irritated. Satu dari tiga keratosis terlihat hiperpigmentasi pada pewarnaan
hematoksilin-eosin.

Secara histopatologis terlihat adanya akantosis, pemanjangan dari badan interpapilari,


dan pembentukan kista epitelial kecil yang disebabkan oleh invaginasi dari epidermis. Hanya
terlihat sedikit sel mitosis.Biasanya terlihat sedikit reaksi peradangan pada kulit.

Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang dikenal : acanthotic (solid), reticulated (adenoid),
hyperkeratotic (papilomatous), clonal dan irritated. Gambaran yang bertumpang tindih biasa
dijumpai

1. Tipe acanthotic dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal dengan campuran horn cyst.
2. Tipe reticulated mempunyai gambaran jalinan untaian tipis dari sel basal, seringkali
berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil.
3. Tipe hiperkeratotik terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat hiperkeratotis, papilomatosis
dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan sel skuamosa.
4. Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal.
5. Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat, dengan gambaran
likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik terdapat pada dasar lesi yang
menggambarkan adanya regresi imunologi pada keratosis. Kadangkala terdapat infiltrat sel
yang mengalami inflamasi berat tanpa likenoid, jarang terdapat netrofil yang berlebihan
dalam infiltrat.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel
basaloid yang kecil berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis. Kelompok-
kelompok melanososm yang sering membatasi membran dapat ditemukan di antara sel.

14
I. PENATALAKSANAAN

Tidak ada penanganan spesifik pada keratosis karena tidak adanya tendensi untuk
berubah menjadi keganasan. Jika lesi tidak memberikan gejala, pengangkatan tidak penting,
namun jika memberikan gejala atau tidak dapat diterima dari segi kosmetik, dapat diangkat.
Sebelum dilakukan pengangkatan, pasien harus diberi informasi bahwa lesi baru akan terus
muncul.

Penanganan dapat berupa medikamentosa dan pembedahan, yang akan dibicarakan lebih
lanjut dibawah ini :

a) Medikamentosa
 Keratolytic agent
Dapat menyebabkan epitelium yang menanduk menjadi mengembang, lunak, maserasi
kemudian deskuamasi.

1. Amonium lactat lotion


Mengandung asam laktat dan asam alfa hidroxi yang mempunyai daya keratolitik dan
memfasilitasi pelepasan sel-sel keratin. Sedian 15% dan 5% strenght; 12% strenght dapat
menyebabkan iritasi muka karena menjadikan sel-sel keratin tidak beradesi.

2. Trichloroacetic acid
Membakar kulit, keratin dan jaringan lainya. Dapat menyebabkan iritasi lokal.
Pengobatan keratosis dengan 100% trichloroacetic acid dapat menghilangkan lesi, tepi
penggunaanya harus ditangan profesional yang ahli. Terapi topikal dapat digunakan tazarotene
krim 0,1% dioles 2 kali sehari dalam 16 minggu menunjukkan perbaikan keratosis pada 7 dari 15
pasien.

b) Terapi Bedah
1. Krioterapi
Merupakan bedah beku dengan menggunakan cryogen bisa berupa nitrogen cair atau
karbondioksid padat. Mekanismenya adalah dengan membekukan sel-sel kanker, pembuluh
darah dan respon inflamasi lokal. Pada keratosis bila pembekuan terlalu dingin maka dapat

15
menimbulkan skar atau hiperpigmentasi, tetapi apabila pembekuan dilakukan secara minal
diteruskan dengan kuretase akan memberikan hasil yang baik secara kosmetik.

2. Terapi Bedah listrik


Bedah listrik (electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakan dengan
perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik bolak-balik berfrekuensi tinggi yang terkontrol
untuk menghasilkan destruksi jaringan secara selektif agar jaringan parut yang terbentuk cukup
estetis den aman baik bagi dokter maupun penderita. Teknik yang dapat dilakukan dalam bedah
listrik adalah : elektrofulgurasi, elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi,
elektrolisis den elektrokauter.

 Elektrodesikasi
Merupakan salah satu teknik bedah listrik. Elektrodesikasi dan kuret dilakukan di bawah
prosedur anestesia lokal, awalnya tumor dikuret, kemudian tepi dan dasar lesi dibersihkan
dengan elektrodesikasi, diulang-ulang selama dua kali. Prosedur ini relatif ringkas, praktis, dan
cepat serta berbuah kesembuhan. Namun kerugiannya, prosedur ini sangat tergantung pada
operator dan sering meninggalkan bekas berupa jaringan parut.

3. Laser CO2
Sinar Laser adalah suatu gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang tertentu,
tidak memiliki efek radiasi dan memiliki afinitas tertentu terhadap suatu bahan/target. Oleh
karena memiliki sel target dan tidak memiliki efek radiasi sebagaimana sinar lainnya, ia dapat
digunakan untuk tujuan memotong jaringan, membakar jaringan pada kedalaman tertentu, tanpa
menimbulkan kerusakan pada jaringan sekitarnya. Sebagai pengganti pisau bedah konvensional,
memotong jaringan sekaligus membakar pembuluh darah sehingga luka praktis tidak berdarah
saat memotong.

4. Bedah scalpel
Satu cara konservatif namun tetap dipakai sampai sekarang ialah bedah skalpel.
Umumnya karena invasi tumor sering tidak terlihat sama dengan tepi lesi dari permukaan,
sebaiknya bedah ini dilebihkan 3-4 mm dari tepi lesi agar yakin bahwa seluruh isi tumor bisa
terbuang. Keuntungan prosedur ini ialah tingkat kesembuhan yang tinggi serta perbaikan
kosmetis yang sangat baik.

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
• Anamnesa
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan yang rinci, dan alamat
tempat tinggal, keratosis biasanya terjadi pada lansia (lansia).
b. Keluhan utama
Luka yang tidak sembuh-sembuh/kutil yang cepat membesar.
c. Riwayat penyakit sekarang
• sejak kapan diketahui keluhan-keluhan tersebut dan hingga kini membesar
berapa kali, nengecil atau menetap?
• bila kutil/karang mula-mulanya ditanyakan apakah terjadi perubahan warna,
perdarahan spontan, atau gatal-gatal.
• apakah ada benjolan di tempat lain?
d. Riwayat penyakit dahulu
• pernahkah menderita penyakit serupa? Tumor jinak atau ganas?
• apakah dioperasi, radiasi, atau diberi kemoterapi? Berapa lama dan kapan?
e. Riwayat penyakit keluarga
apakah keluarga menderita penyakit serupa atau penyakit kanker lain?

• Pemeriksaan fisik

a. Lokasi/region, kanan atau kiri


b. Inspeksi warna, benjolan, Ulkus dan dasar pinggir ulkus, ada infeksi sekunder, ada
rambut
c. Palpasi: diukur dengan CM, diraba pengerasan diluar ulkus, infiltrasi sudah sampai
dimana, hubungan dengan jarinnga sekitarnya bagaimana
d. Konsistensi: mudah berdarah atau tidak, keras, dsb.
• Pemeriksaan penunjang

a. Persiapan tambahan untuk operasi narcosis


b. Pemeriksaan dengan indikasi misalnya: foto tulang (apakah tumor mendekat ke tulang)
c. Biopsy insisi/eksisi (Tergantung besar kecilnya tumor bila kecil insisi dan bila besar
eksisi)
• Diagnosa Keperawatan

a Gangguan integritas kulit b.d gangguan turgor kulit


b Perubahan citra tubuh b.d penyakit
c Resiko infeksi b.d gangguan integritas kulit
d Nyeri akut b.d agen cedera biologis

17
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX. KEP NOC NIC


1 Resiko Kerusakan Integritas jaringan: kulit Pengecekan kulit
integritas kulit b.d dan membran mukosa Aktivitas-aktivitas:
gangguan turgor Outcome: a. Periksa kulit
kulit a. Suhu kulit dan selaput
b. Sensasi lendir terkait
c. Tekstur dengan
d. Ketebalan adanya
e. Perfusi jaringan kemerahan,
f. Pertumbuhan kehangatan
rambut pada kulit ekstrim,
g. Integritas kulit edema dan
h. Lesi pada kulit drainase
i. Jaringan parut b. Amati warna,
j. Kanker kulit kehangatan,
k. Pengerasan kulit bengkak,
pulsasi,
tekstur,
edema dan
ulserasi pada
ektremitas
c. Gunakan alat
pengkajian
untuk
mengidentifi
kasi pasien
yang
beresiko
mengalami
kerusakan
kulit
d. Monitor
infeksi
terutama dari
daerah
edema
e. Lakukan
langkah
untuk
mencegah
kerusakan
lebih lanjut
f. Ajarkan
18
anggota
keluarga
mengenai
tanda-
kerusakan
kulit, dengan
tepat
2 Gangguan citra Citra tubuh Peningkatan citra
tubuh b.d penyakit Outcome: tubuh
a. Gambaran Aktivitas-aktivitas:
internal diri a. Tentukan
b. Kesesuaian antara hatapn citra
realitas tubuh dan diri pasien
ideal tubuh didasarkan
dengan pada tahap
penampilan tubuh perkembanga
c. Deskripsi bagian n
tubuh yang b. Bantu pasien
terkena untuk
d. Penyesuaian mendiskusik
terhadap status an perubahan
kesehatan yang
disebabkan
adanya
penyakit
c. Tentukan
perubahan
fisik saat ini
apakah
berkontribusi
pada citra
diri pasien
d. Bantu pasien
mendiskusik
an perubahan
dusebabkan
oleh penuaan
e. Ajarkan
pasien
mengenai
perubahan
normal yang
terjadi dalam
tubuhnya
terkait
dengan

19
beberapa
tahapan
proses
penuaan
f. Bantu pasien
untuk
mendiskusik
an stressor
yang
mempengaru
hi citra diri
terkait
dengan
kondisi
kongenital,
cedera,
penyakit atau
pembedahan
3 Resiko infeksi b.d Keparahan infeksi Perlindungan infeksi
gangguan integritas Outcome: Aktivitas-aktivitas:
kulit a. Kemerahan a. Monitor
b. Cairan yang adanya tanda
berbau busuk dan gejala
c. Nyeri infeksi
d. Jaringan lunak sistemik dan
lokal
b. Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
c. Berikan
perawatan
kulit yang
tepat untuk
area yang
mengalami
edema
d. Periksa kulit
untuk adanya
kemerahan,
kehangatan
ekstrim atau
drainase
e. Ajarkan
pasien dan
keluarga

20
bagaimana
cara
menghindari
infeksi
4 Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
cedera biologis Outcome: Aktivitas-aktivitas:
a. Nyeri yang a. Lakukan
dilaporkan pengkajian
b. Panjangnya nyeri secara
episode nyeri komprehensi
c. Ekspresi nyeri f
wajah b. Pastikan
d. Intoleransi perawatan
aktivitas analgesik
e. Mengeluarkan bagi pasien
keringat dilakukan
dengan
pantauan
yang ketat
c. Tentukan
akibat dari
pengalaman
nyeri
terhadap
kulaitas
hidup pasien
d. Gali bersama
pasien faktor
yang dapat
menurunkan
atau
memperberat
nyeri
e. Berikan
informai
mengenai
nyeri
f. Kurangi
faktor yang
meningkatka
n nyeri
g. Ajarkan
prinsip
manajemen
nyeri

21
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN
Keratosis adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa tumor kecil atau
macula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit (Anwarusy. 2009). Keratosis adalah tumor
jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai pada orang tua dan biasanya
asymtomatik ( Halfian. 2006)

Penyakit ini banyak memiliki manifestasi klinik yang dapat dilihat dan terbentuk dari proliferasi
sel-sel epidermis kulit. Dapat muncul dalam berbagai bentuk lesi, bias satu lesi maupun
multipel.

SARAN

Askep sangat jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman sesama mahasiswa.
Dan diharapkan askep ini menjadi pedoman bagi pembacanya dan mengetahui lebih dalam
tentang penyakit Keratosis.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates. JakartA

2. Handoko, S., 2002. Terapi bedah listrik (electrosurgery) operasi tumor kulit ditinjau dari
kedokteran dan Islam. Universitas YARSI.
3. Brunner.,dan Suddart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Jakarta:EGC.
4. Corwin,Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Edisi 3.Jakarta:EGC.
5. Nanda Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC : Jakarta.
6. Bulechek G, dkk.2008.Nursing Interventions Clarification (NIC). Firth Edition. Mosby :
Lowa city.
7. Moorhead S, dkk.2000.Nursing Outcames Clasification (NOC).Third Edition.Mosby : Lowa
city.

23

Vous aimerez peut-être aussi