Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sindrom Ramsey Hunt adalah suatu sindrom yang terdiri dari otalgia, vesikel
pada aurikula dan parese nervus fasialis perifer.1 Sindrom Ramsey Hunt termasuk
salah satu penyakit yang terjadi di dalam dunia kesehatan. SRH sendiri termasuk
ke dalam penyakit yang jarang menurut The Office Of Rare Disease of the
National Institutes of Health (USA), artinya penyakit ini diderita kurang dari
200,000 orang di Amerika,dimana populasinya mencapai 300 juta. SRH dikatakan
sebagai salah satu penyebab kelamahan otot wajah unilateral dengan angka 16%
pada anak-anak dan 18% pada orang dewasa. SRH sangat jarang terjadi pada anak
yang usianya dibawah 6 tahun.2 Selain itu SRH juga dikatakan menjadi penyebab
dari Bell’s Palsy sebanyak 20% dari kasus yang ada.3
Di Indonesia belum ada data pasti yang menunjukkan kejadian SRH, hal ini
mungkin disebabkan karena kejadian SRH sama saja jarangnya dengan kejadian
di Amerika Serikat ataupun lebih jarang sehingga mungkin terabaikan. Selain itu
beberapa negara juga melaporkan angka kejadian yang rendah juga untuk SRH.
Jarangnya kasus SRH ini terkadang membuat praktisi melewatkan akan penyakit
ini. SRH memerlukan ketepatan dalam diagnosis dan tatalaksana, dalam hal
tatalaksana tidak hanya dibutuhkan ketepatan memilih terapi yang sesuai tetapi
juga dibutuhkan ketepatan waktu dalam memberikan terapinya.
Tatalaksana SRH sendiri masih menjadi kontroversi dikarenakan adanya
penggunaan steroid yang memiliki sifat imunosupresi. Hal ini bertentangan
dengan mekanisme terjadinya SRH sendiri yang dikarenakan adanya penurunan
imunitas tubuh. Sehingga penulis mengangkat referat ini untuk lebih mengetahui
terkain sindrom Ramsay Hunt sebagai bekal ilmu untuk menghadapi kasus SRH.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana anatomi nervus facialis, definisi, epidemiologi, etiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksaan, komplikasi dan prognosis
pada sindrom Ramsay Hunt?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui anatomi dan nervus
facialis, definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksaan, komplikasi dan prognosis pada sindrom Ramsay Hunt.

1.4 Manfaat Penulisan


Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu
tentang penyakit THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) pada khusunya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Nervus Facialis


Saraf fasial (N. Vll) merupakan saraf kranial terpanjang yang berjalan di
dalam tulang, sehingga sebagian besar kelainan saraf fasial terletak di dalam
tulang temporal. Saraf fasial terdiri dari 3 komponen saraf yaitu, komponen
sensoris, komponen motorik, dan komponen parasimpatis.
Komponen sensoris mempersarafi anterior lidah untuk mengecap, melalui
korda timpani. lnti traktus solitarius terletak di medula oblongata, mempersarafi
2/3 lidah bagian depan. Serabut dari inti-inti ini berjalan mengelilingi inti saraf
abdusen (n. Vl), kemudian meninggalkan pons bersama-sama n. Vlll (saraf
koklea) dan n. intermedius (Whrisberg), masuk ke daiam tulang temporal melalui
porus akustikus internus. Setelah masuk ke dalam tulang temporal saraf fasial
berjalan dalam suatu saluran tulang yang disebut kanal fallopi.
Komponen motorik mempersarafi otot-otot wajah, kecuali m. levator
palpebi'a superior. Selain otot wajah saraf fasial juga rnernpersarafi m. stapedius
dan ventei posterior m. digastikus. lnti motorik terletak dibagian kaudal pons rli
oelakang inti salivari superior dan trapezoid body. lnti ini terdiri dari dua bagian,
bagian superior dan inferior. Bagian superior dipersarafi secara bilateral oleh
korteks serebri, serabut saraf menuju ke m. frontal dan m. orbikularis okuli.
Bagian inferior wajah dipersarafi secara unilateral.
Komponen parasimpatis memberikan persarafan pada ganglion lakrimal,
mukosa hidung, kelenjar Submaksila dan kelenjar Lingual. lnti salivari superior,
terletak di dorsal dari bagian kaudal inti motorik n Vll.6,7 Perjalanan saraf fasial
dibagi menjadi 6 segmen :
1. lntrakranial : Komponen cabang frontal dari nukleus fasialis, diinervasi oleh
traktus kortikonuklear dari sisi kanan dan kiri, sebelum saraf fiasial
meninggalkan batang otak, serabut motoriknya berbelok melingkari nucleus
abducen dan membentuk "genu intemal", Setelah meninggalkan batang otak,
saraf fasial memasuki porus akustikus internus berjalan bersama dengan saraf
vestibulocochlearis.

3
2. Meatal {panjang 23-24 mm): Bersama-sarna saraf ke delapan, saraf fasili
berjalan melalui kanalis auditorius internus ke fundus, melewati bagian
anterosuperior - melalui foramen meatal, meninggalkan meatus. Bagian ini
merupakan bagian tersempit didalam fanatis falopii (kanalis fasialis) dan
merupakan bagian yang sering terperangkap bila terjadi inflarnasi.
3. Labirin (panjang 3-5 mm) : Setelah berjalan pada jarak yang pendek dibagian
anterior, saraf fasial mempersarafl saraf patrosus terbesar dengan serabut-
serabutnya ke glandula lakrimal dan glandula mukosa nasal. Saraf fasiai
berputar tajam kebawah dan terletak posterior dari ganglion genikulatum,
membentuk genu pertama.
4. Timpani (panjang 8-11 mm) : terletak di antara bagian distal ganglion
genikulatum dan berjalan ke arah posterior telinga tengah, kemudian naik ke
arah tingkap lonjong (fenestra ovalis) dan stapes, lalu turun dan kemudian
terletak sejajar dengan kanal semisirkularis horizontal. Segmen timpani
ditutupi oleh selubung tulang yang tipis.
5. Mastoid (panjang 10-14 mm) : Di rgngga mastoid saraf fasial dibagi menjadi
pars horizontal atau pars timpani yang terletak dikavum timpani dan pars
vertikal atau pars mastoid yang terletak di rongga mastoid. Perubahan posisi
dari segmen timpani menjadi segmen mastoid disebut sebagai segmen
piramidal atau genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling posterior
dari saraf fasial, sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi,
selanjutnya segmen ini berjalan ke arah kaudal menuju foramen stilomastoid.
Tepat sebelum keluar dari foramen ini, saraf fasial mempersarafi korda
timpani. Pada pars matoid ini keluar 3 cabang, satu cabang motorik ke m.
stapedius satu cabang sensorik ke lidah sebagai korda timpani dan satu
cabang sensorik dari cabang auricular saraf vagus yang mempersarafi
posterior liang telinga.
6. Ekstrakranial : Setelah keluar dari foramen stilomastoid, saraf fasial masuk
kedalam glandula parotis dan membagi diri untuk mensarafi otot-otot wajah.
Saraf fasial mempunyai neuron motorik tunggal yarg terletak daiam sistem
sarai pusat (SSP). Akson sel motorik dibungkus oleh sel schwann yang
rrembentuk tubulus neuralis. Nodus Ranvier yang merupakan batas antar sel

4
schwann dapat terlihat tiap satu millimeter. Saraf fasial merupakan saraf tepi
yang dibungkus oleh 3 lapis jaringan yang mempunyai sifat berbeda. Dari luar ke
dalam terdapat epineurium, perineurium dan endoneurium. 4,5

Gambar 2.1. Nervus Facialis

2.2 Definisi Sindrom Ramsay Hunt


Menurut James Ramsay Hunt (1907) yang dikutip dari Colemon, SRH adalah
suatu sindrom yang terdiri dari otalgia, vesikel pada aurikula dan parese nervus
fasialis perifer.1 Definisi lain dari SRH adalah suatu parese nervus VII perifer
yang disertai dengan eritem vesikuler pada telinga dan mulut.6

2.3 Epidemiologi Sindrom Ramsay Hunt


Angka kejadian SRH dari seluruh kejadian paresis fasialis akut adalah 10-
15%. Pada dewasa terdapat angka kejadian sekitar 18%, anak-anak 16% dan
jarang terjadi pada anak di bawah umur kurang dari 6 tahun. Perbandingan
insidensi antara laki-laki dan wanita 1:1.7

5
2.4 Etiologi Sindrom Ramsay Hunt
Etiologi dari SRH dari literatur disebabkan oleh reaktivasi dari infeksi virus
varisela zoster yang menetap pada ganglion genikulatum dan menekan selubung
jaringan saraf, sehingga menimbulkan gejala pada nervus VII.6

2.5 Patogenesis Sindrom Ramsay Hunt


Pada tahap awal virus varisela zoster masuk ke dalam tubuh melalui saluran
nafas atas dan mukosa konjungtiva, kemudian bereplikasi pada kelenjar limfe
regional dan tonsil. Virus kemudian menyebar melalui aliran darah dan
berkembang biak di organ dalam. Fokus replikasi virus terdapat pada system
retikuloendotelial hati, limpa danorgan lain. Pada saat titer tinggi, virus dilepaskan
kembali ke aliran darah (viremia kedua) dan membentuk vesikel pada kulit dan
mukosa saluran nafas atas.6
Kemudian berkembang dan menyebar melalui saraf sensoris dari jaringan
kutaneus, menetap pada ganglion serebrospinalis dan ganglion saraf kranial.
Parese nervus VII timbul akibat reaktivasi virus varisela zoster yang menetap
pada ganglion genikulatum dan proses ini disebut dengan ganglionitis.
Ganglionitis menekan selubung jaringan saraf, sehingga menimbulkan gejala pada
nervus VII. Peradangan dapat meluas sampai ke foramenstilomastoid. Gejala
kelainan nervus VIII yang juga dapat timbul akibat infeksi pada ganglion yang
terdapat di telinga dalam atau penyebaran proses peradangan dari nervus VII.
Lokasi ruam bervariasi dari pasien ke pasien, seperti halnya wilayah dipersarafi
oleh nervus intermedius (yaitu, bagian sensorik dari CN VII). Daerah ini mungkin
termasuk anterior dua pertiga dari lidah, langit-langit lunak, kanal auditori
eksternal, dan pinna.6

2.6 Manifestasi Klinis Sindrom Ramsay Hunt


Penyakit ini didahului dengan gejala prodormal berupa nyeri kepala, nyeri
telinga, lesu, demam, sakit kepala, mual dan muntah. Lesi terdapat di telinga luar
dan sekitarnya, kelainan berupa vesikel berkelompok di atas daerah yang eritema,
edema dan disertai rasa nyeri seperti terbakar pada telinga dan kulit sekitarnya
(nyeri radikuler), serta gangguan pengecapan.6

6
Gambar 2.2. Gejala Sindrom Ramsay Hunt

2.7 Diagnosis Sindrom Ramsay Hunt


Diagnosis SRH ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fungsi nervus VII diperlukan untuk menentukan letak lesi, beratnya
kelumpuhan dan evaluasi pengobatan. Pemeriksaan meliputi fungsi motorik otot
wajah ,tonus otot wajah, gustatometri dan tes Schimer.8
Dari dalam anamnesis riwayat penyakit dahulu bisa didapatkan ada riwayat
terkena penyakit cacar air. Penyakit ini didahului dengan gejala prodromal berupa
nyerikepala, nyeri telinga, lesu, demam, sakit kepala, mual dan muntah. Lesi
terdapat ditelinga luar dan sekitarnya, kelainan berupa vesikel berkelompok di
atas daerah yang eritema, edema dan disertai rasa nyeri seperti terbakar pada
telinga dan kulit sekitarnya (nyeri radikuler).6
Gejala-gejala yang biasanya dikeluhkan adalah nyeri telinga paroksismal,
ruam pada telinga atau mulut (80% pada kasus yang ada, ruam bisa menjadi awal
dari adanya paresis), ipsilatereal lower motor neuron paresis wajah (N. VII),
vertigo,ipsilateral ketulian (50% kasus), tinnitus, sakit kepala, diastrhia, gait
ataxia, cervicaladenopathy. Nyeri telinga sering kali nyeri menjalar ke luar telinga

7
sampai ke daun telinga. Nyeri bersifat konstan, difus, dan tumpul. Nyeri muncul
biasanya beberapa jamsampai beberapa hari setelah muncul ruam.
Pemeriksaan dan otoskop menunjukkan vesikel-vesikel di dalam saluran atau
di membrana timpani. Derajat House – Brackmann biasanya digunakan pada
pasien sindroma Ramsay Hunt untuk menentukan derajat keparahan penyakit :8

1. Derajat 1 : Normal
2. Derajat 2 : Disfungsi ringan (kelemahan yang ringan namun dapat dilihat
saat pemeriksaan fisik)
3. Derajat 3 : Disfungsi sedang (kelemahan yang terlihat, namun tidak terlihat
jelas perbedaan antara kedua sisi)
4. Derajat 4 : Disfungsi sedang berat (kelemahan dan perbedaan kedua sisi
terlihat jelas)
5. Derajat 5 : Hanya fungsi motor persepsi
6. Derajat 6 : Paralisis total

Disamping itu juga dapat dilakukan tes topografi untuk menentukan letak
lesi saraf fasialis dengan tes Schirmer dan tes gustometri. Pemeriksaan N. VII
dimulai dari fungsi saraf motorik dengan cara menggerakkan otot-otot wajah
utama di muka, mulai dari mengankat alis (m. frontalis), mengerutkan alis (m.
soucilier), mengakat serta mengerutkan hidung ke atas (m. piramidalis),
memejamkan mata kuat-kuat (m.orbicularis okuli), tertawa lebar sambil
memperlihatkan gigi (m. zygomatikus),memoncongkan mulut ke depan sambil
memperlihatkan gigi (m. relever komunis),meggembungkan kedua pipi (m.
businator), bersiul (m. orbicularis oris), menarik keduasudut bibir ke bawah (m.
triangularis), dan memoncongkan mulut yang tertutup rapat kedepan (m.
mentalis). Setiap gerakkan yang dilakukan dibandingkan kanan dan kiri.
Penilaiain yang diberikan adalah angka 3 jika gerakkan normal serta
simetris, angka 1 jika sedikit ada gerakkan, angka 2 gerakkan yang berada
diantara angka 3 dan 1, angka 0 jika tidak ada gerakkan sama sekali. Tes
gustatomeri ini digunakan untuk menilai n.cordatimpani, dengan cara
membandingkan ambang rasang antara sisi lidah kanan dan kiri. Tes Schrimer
digunakan untuk mengetahui fungsi serabut serabut pada simpatis dari N.VII yang

8
disalurkan melalui nervus petrosus superfisialis mayor setinggi
genikulatum,dengan cara meletekkan kertas lakmus pada bagian inferior
konjungtiva dan dihitung berapa banyak sekresi kelenjar lakrimalis.
Berdasarkan gejala klinis, klasifikasi SRH dibagi menjadi 4 yaitu (1)
penyakit yang menyerang bagian sensoris nervus VII, (2) penyakit yang
menyerang bagian sensoris dan motoris nervus VII, (3) penyakit yang menyerang
bagian sensoris dan motoris nervus VII, disertai gejala gangguan pendengaran, (4)
penyakit yang menyerang bagian sensoris dan motoris nervus VII, disertai gejala
gangguan pendengaran dan keseimbangan.6

2.8 Diagnosis Banding Sindrom Ramsay Hunt9


Berdasarkan keluhan pasien dan temuan fisik yang beberapa penyakit dapat
dijadikan diagnosis banding untuk SRH, antarala lain adalah Bell’s Palsy,
miringitis bulosa, otitis eksterna, dan trigeminal neuralgia.
Diagnosis banding yang mungkin adalah Bell’s Palsy hal ini didasarkan pada
tampilan klnis yang terdapat kelamahan separuh otot wajah. Hal yang
sangatmembedakan adalah adanya ruam pada SRH.
Miringitis Bullosa memiliki karakteristik gambaran klinis pasien yaitu tiba-
tibamengalami sakit telinga yang parah atau otalgia sifatnya berdenyut. Nyeri
biasanyaterletak di dalam telinga, tetapi dapat menyebar ke ujung mastoid,
tengkuk,temporomandibula hingga ke seluruh wajah.
Karakteristik pemeriksaan fisik darimiringitis bullosa adalah adanya bulla
pada membran timpani. Bulla yang muncul palingsering pada sisi posterior atau
postero inferior membran timpani atau pada dinding kanalis posterior. Pada
pemeriksaan pendengaran dapat ditemukan adanya penurunan pendengaran.Otitis
eksterna juga bida dijadikan diagnosis banding berdasarkan adanya
otalgia, pruritus, keluarnya cairan dan hilangnya pendengaran. Pada pemeriksaan
didapatkanadanya nyeri tekan tragus dan liang telinga hiperemis dan bengkak.
Gejala trigeminal neuralgia muncul secara tiba-tiba, unilateral, nyeri yang
beratterasa tertusuk dan rasa nyeri rekuren sesuai dengan saraf trigeminal tetapi
trigeminalneuralgia tidak menyebabkan adanya deficit nerologis.

9
2.9 Penatalaksanaan Sindrom Ramsay Hunt10
Pengobatan terhadap herpes zoster terdiri dari tiga hal utama yaitu
pengobatan infeksi virus akut, pengobatan rasa sakit akut yang berkaitan dengan
penyakit tersebut,dan pencegahan terhadap neuralgia pascaherpes.
Antivirus dan kortikosteroid juga telah ditunjukkan untuk mempercepat
resolusizoster terkait sakit. Tiga agen antivirus, asiklovir, valasiklovir, dan
famsiklovir, telah disetujui untuk pengobatan herpes zoster di Amerika Serikat.
Mekanisme kerja untuk semua agen adalah pencegahan varicella-zoster (VZV)
replikasi virus melalui penghambatan polimerase DNA virus. Bentuk ke-3 agen
telah terbukti dalam uji klinis untuk mengurangi pelepasan virus dan
mempercepat resolusi gejala, termasuk rasa sakit, di herpes zoster tanpa
komplikasi. Acyclovir merupakan turunan guanin yang mencegah varicella-zoster
virus (VZV) replikasi melalui penghambatan polimerase DNA virus. Ini
mengurangi durasi lesi simtomatik.
Studi-studi terkontrol penggunaan antivirus pada herpes zoster hanya
dievaluasi efektivitas mulai terapi dalam 48-72 jam onset ruam, dan mereka telah
menunjukkan tanpa kehilangan efektivitas ketika obat dimulai pada setiap saat
selama periode itu. Meta-analisis dan uji coba terkontrol secara acak menunjukkan
bahwa agen antivirus oral asiklovir, famsiklovir, dan valacyclovir, dimulai dalam
waktu 72 jam setelah onset ruam, mengurangi keparahan dan durasi nyeri akut,
serta kejadian postherpetic neuralgia.. Lamanya pengobatan antivirus dalam studi
telah bervariasi dari 7-21 hari.
Terapi herpes zoster pada individu normal dapat diberikan asiklovir 5x800mg
sehari selama 7 hari, paling lambat 72 jam setelah lesi muncul. Menurut Gupta J
dkk,23 pemberian asiklovir 7-10 hari. Pada saat 72 jam setelah munculnya gejala
pemberian antivirus 70% orang akan mengalami kesembuhan yang seutuhnya.
Jika pemberian antiviral diberikan lebih dari waktu emasnya makan kesempatan
seseorang untuk sembuh seutuhnya akan berukurang 50% .
Penggunaan steroid dalam hubungannya dengan antivirus untuk herpes zoster
tanpa komplikasi adalah kontroversial. Penambahan kortikosteroid oral telah
dievaluasi pada pasien yang diobati dengan asiklovir dalam 2 studi terkontrol.
Steroid yang ditemukan untuk mempercepat resolusi neuritis akut dan

10
memberikan peningkatan yang jelas dalam kualitas-hidup tindakan dibandingkan
dengan pasien diobati dengan antivirus saja. Lamanya penggunaan steroid tidak
boleh melampaui masa terapi antivirus. Steroid tidak boleh diberikan sendiri
(tanpa terapi antivirus), karena kekhawatiran tentang promosi replikasi virus.
Individu dengan perubahan imunitas diperantarai sel, akibat kondisi
imunosupresif (misalnya, HIV, kanker) atau pengobatan (misalnya, penggunaan
kortikosteroid diperpanjang), akan meningkatkan risiko untuk herpes zoster.
Selanjutnya, presentasi herpes zoster pada populasi immunocompromised dapat
menjadi rumit oleh penyakit disebarluaskan dan keterlibatan organ visceral.
Menurut Gupta J dkk kortikosteroid 3-5 hari dengan regimen tapperring.
Kortikosteroid dapat diberikan selama 10-14 hari dengan dosis 40-60mg/hari atau
1mg/KgBB/hari dengan regimen tappering. Evaluasi dari pengobatan SRH ini
sendiri dengan melakukan pemeriksaan N.VII secara serial.

2.10 Komplikasi Sindrom Ramsay Hunt


Virus dapat menyebar ke saraf-saraf lain atau bahkan ke otak dan jaringan
saraf dalam tulang punggung, menyebabkan sakit kepala, sakit
punggung,kebingungan, kelesuan, dan kelemahan. Neuralgia pasca herpetik
adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Neuralgia ini
dapat berlangsung berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan ini cenderung
terjadi pada penderita diatas usia 40 tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi.
Makin tua penderita makin tinggi persentasenya, sepertiga kasus diatas usia 60
tahun dikatakan akan mengalami komplikasi ini, sedangkan pada usia muda hanya
terjadi pada 10% kasus.
Infeksi sekunder oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan
dan akan meninggalkan bekas sebagai sikatriks. Vesikel sering menjadi ulkus dan
jaringan nekrotik.
Paralisis motorik dapat terjadi pada sebagian kecil penderita (1 – 5 % kasus),
terutama bila virus juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis.
Terjadinya biasanya 2 minggu setelah timbulnya erupsi. Berbagai paralisis dapat
terjadi, misalnya di muka, diafragma batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria
dan anus.11

11
2.11 Prognosis Sindrom Ramsay Hunt
Prognosis SRH dipengaruhi oleh umur, diabetes mellitus, hipertensi dan
pemberian terapi yang cepat. Yeo dkk menyatakan bahwa Herpes Zoster Oticus
(HZO) memiliki prognosis yang buruk daripada Bell’s Palsy. Sekitar setengah
dari jumlah pasien SRH masih memiliki gangguan motorik nervus fasial, hanya
sebagian kecil pasien dengan gangguan paralisis komplit. Penderita dengan House
Brackmann derajat II memiliki prognosis yang baik.12

12
BAB III

KESIMPULAN

Sindrom Ramsay Hunt adalah suatu sindrom yang terdiri dari otalgia,
vesikel pada aurikula dan parese nervus fasialis perifer atau juga disebut herpes
zooster otikus. SRH disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella-zooster yang
pernah menyerang sebelumnya. Gejala SRH berupa nyeri kepala, nyeri telinga,
lesu, demam, sakit kepala, mual, muntah, lesi terdapat di telinga luar dan
sekitarnya, kelainan berupa vesikel berkelompok di atas daerah yang eritema,
edema dan disertai rasa nyeri seperti terbakar pada telinga dan kulit sekitarnya
(nyeri radikuler). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik berupa pemeriksaan nervus facialis. Diagnosis banding dari SRH sendiri
adalah Bell’s Palsy, miringitis bulosa, otitis eksterna, dan trigeminal neuralgia.
Penatalaksanaan SRH yaitu antivirus asiklovir 5x800mg sehari selama 7 hari,
paling lambat 72 jam setelah lesi muncul dan kortikosteroid 3-5 hari dengan
regimen tapperring selama 10-14 hari dengan dosis 40-60mg/hari atau
1mg/KgBB/hari dengan regimen tappering. Apabila tidak ditatalaksana dengan
cepat dan tepat maka SRH dapat menyebabkan paralisis fasial dan menyebar ke
saraf lain. Penyakit ini juga memiliki prognosis yang buruk daripada Bell’s Palsy,
setengah dari pasien masih memiliki gangguan motorik nervus fasial.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Coleman et al. Ramsay Hunt syndrome with severe dysphagia. Department of


Otolaryngology Head and Neck Surgery Michigan medical center. 2011;1-2.
2. Sandoval C C, Nunez F A, Lizama C M, Margarit S C, Abarca V K, Escobar
H R.[Ramsay Hunt syndrome in children: four cases and review]. Rev
Chilena Infectol. Dec2008;25(6):458-64.6.
3. [Guideline] Gilchrist JM. Seventh cranial neuropathy. Semin Neurol .Feb
2009;29(1):5-13.
4. Irwan, Alba Ghanie. Paresis Saraf Fasial karen Otitis Media Supuratif Kronik
dengan Kolesteatoma.Second ENT Head and Neck Conference Third Annual
Otologi Meeting.2008.
5. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Saraf Fasialis. Dalam:
Buku ajar llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi
Keenam, hal 114-117.
6. Munilson, Jacky, Yan Edward dan Aci Mayang Sari. Diagnosis dan
Penatalaksanaan Sindrom Ramsay Hunt. Universitas Andalas;2011:1.
7. Jaiful dkk. Infeksi Virus Herpes. Jakarta: Kelompok Studi Herpes Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia .2002. p196-7.
8. Talavera, F., et al. 2015. “Ramsay Hunt Syndrome.”
http://emedicine.medscape.com/article/1166804-overview#showall diakses
pada 4 Februari 2016
9. Furuta Y, Ohtani F, Aizawa H, et al; Varicella-zoster virus reactivation is an
important cause of acute peripheral facial paralysis in children. Pediatr Infect
Dis J. 2005 Feb;24(2):97-101.
10. Gupta J, et al. Ramsay hunt syndrome, type I. ENTear, nose & throat journal.
2007:p.138-140.
11. Kost RG, Straus SE. Postherpetic neuralgia pathogenesis, treatment, and
prevention. N Engl J Med. Jul 4 1996;335(1):32-42
12. Yeo SW, et al. Analysis of prognostic factors in bell’s palsy and ramsay hunt
syndrome. Auris nasus larynx.2007.34:159-164.

14

Vous aimerez peut-être aussi