Vous êtes sur la page 1sur 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK

DISUSUN OLEH
1. KHOIROTUL MASRUROH (14.401.16.048)
2. KRISNA PRASETIA BUDI (14.401.16.049)
3. KURNIA HADI SANTOSO (14.401.16.050)
4. LAILATUL MUKAROMAH (14.401.16.051)
5. LAILYA KRIPSIANA (14.401.16.052)
6. LAMBANG KURNIAWAN (14.401.16.153)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN GLENMORE BANYUWANGI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada
kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK” dengan baik. Makalah ini
kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang diberikan oleh
Bu Roshinta. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bu Roshinta selaku dosen
mata kuliah Keperawatan maternitas yang telah memberikan pengajaran kepada kami,
serta kepada teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah Konsep asuhan keperawatan asma bronkhial pada anak ini dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa untuk lebih memahami bagaimana tentang
keperawatan anak
Makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini.

Banyuwangi, 18 oktober 2018

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsepn dasar penyakit asma bronchial ................................................................. 6
B. Konsep Asuhan Keperawatan asma bronchial ........................................................ 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma bronkhial dapat menyerang semua golongan usia, baik laki-laki maupun
perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari waktu ke waktu baik negara maju maupun
berkembangpravelansi asma meningkat. Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan
dan kematian di Indonesia, hal ini tergantung dar data studi survey kesehatan rumah
tangga di berbagai provinsi di Indonesia
Asma dapat timbul di berbagai usia, gejalanya bervariasi dan ringan sampai berat dan
dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh beberapa
rangsangan seperti: infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja
atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi.
Pravelansi asma disekuruh dunia adalah sebesar 80% pada anak dan 3-5% pada
dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sekitar 50%. Selain di Indonesia
prevlansi asma di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali dibanding di tahun 1960 yaitu 1,2%
menjadi 3,14%. Penyebab pada asma sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil
penelitian terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai ssifat
yang sangat khas yaitu sangan peka terhadap rangsangan.
B. Batasan Masalah
Masalah pada pembahasan ini dibatasai pada konsep teori penyakit dan konsep asuhan
keperawatan anak yang mengalami penyakit asma bronkhial.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis pada asma bronkhial
2. Bagaimana asuhan keperawatan asma bronkhial pada anak

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya penyakit asma bronkhial
serta mengimplementasikan asuhan keperawatan pada penyakit asma bronkhial pada
anak
2. Tujuan khusus :
a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana konsep medis pada asma bronkhial

4
b. Mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit asma
bronkhial pada anak

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Wahid &
Suprapto, 2013)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan;
penyempitan ini bersifat sementara (Astuti & Rahmat, 2010)
Asma adalah suatu gangguan yang kompleks dari bronchial yang di
karakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan
nafas) (Ngatiyah, 2014)
B. Etiologi
Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh:
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan nafas.
b. Pembengkakan membrane bronkus.
c. Bronkus terisi oleh mucus yang kental.
Faktor Predisposisi:
a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, meski belum diketahui bagaimana
penurunannya dengan jelas. Karena adanya bakat alergi ini.
Penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.
Faktor pencetus:
b. Alergen
Adalah suatu bahan penyebab alergi. Dimana dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan.
(Debu, bulu binatang, serbuk bunga, bakteri, polusi)
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut.
(makanan dan obat-obatan)
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
(perhiasan, logam dan jam tangan)

6
c. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan cuaca
menjadi pemicu serangan asma. Kadang serangan berhubungan asma seperti:
musim hujan, musim bunga, musim kemarau. Hal ini berhubungan dengan angin,
serbuk bunga dan debu.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya asma, hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga
Sebagaian besar penderita akan mendapat serangan asma bila sedang bekerja
dengan berat/ aktivitas berat. Serangan asma karena aktivitas biasanya segera
setelah aktivitas selesai. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
f. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga
biasa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus
segera diobati penderita asma yang mengalami sterss harus diberi nasihat untuk
menyelesaikan masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013)
C. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkeolus yang
menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersentibilitas
bronkeolus terhadap benda asing d udara. Rekasi yang timbul pada asma tipe alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai berikut: seseorang yang alergi diduga mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig.E abnormal dalam jumlah
besar dan antibody ini terutama melekat pada sel mast yang melekat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan bronkeolus dan bronhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig.E orang tersebut akan meningkat, alergen
berekasi dengan atibody yang sudah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamine zat anafilaksis yang
berekasi lambat. Faktor kemotatik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkeolus dan spasme
otot polos bronkeolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.

7
Pada asma, diamter bronkeolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada inspirasi
karena penigkatan tekanan dalam paru selama sekresi paksa menekan bagian luar
bronkeolus. Karena bronkeolus terumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya bisa melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Ini biasanya menyebabkan Barrel
chest (Wahid & Suprapto, 2013)

8
PATHWAY

Triger stimuli alergen, infeksi,


Limfosit t dalam
polusi udara, latihan, dan udara
mukosa bronkial
dingin

 Makrofag
Peningkatan sirkulasi Ig.E alveolar
Limfokin (ECF)
 Neutrofil,
eosinofil, limfosit
Aktivitas sel mast
T
Peningkatan
eosinofil
(pelepasan dasar
protein utama)
Fase awal Fase lambat
Kerusakan
(Segera) (6-8 jam setelah fase
ephitelium
jalan nafas
Pelepasan awal)
(reversible) histamine Prostaglandin,
(inflamasi) leukotrin, platelet,
tromboksan

 Peningkatan sekresi  Peningkatan


mukus kontraksi otot
Hipertrofi otot
 Peningkatan halus
permiabilitas halus (bronkhokont
vascular (edema riksi)
mucosal)  Peningkatan
Obstruksi jalan
 Peningkatan permiabilitas
kontraksi otot halus napas vascular
(bronkhokontriksi) (edema
Fibrosis mucosal)
submukosal
terjadi
Pelepasan post ganglionik /
acetylcholine

Vagus
Diambil dari (Astuti & Rahmat, 2010)

Aktivitas sistem saraf 9


parasimpatik
D. Manifestasi Klinis
Pada penderita saat mengalami serangan biasanya ditemukan gejala klinis yaitu:
a. Penderita bernafas cepat dan dalam
b. Gelisah
c. Duduk dengan menghadap kedepan, serta tampak otot-otot bantu bekerja keras
d. Sesak nafas
e. Adanya wheezing
f. Batuk
g. Ada sebagian mengeluh nyeri dada
h. Silent chest (tidak terlihat pergerakan dada)
i. Sinosis
j. Gangguan kesadaran
k. Takicardi
l. Hiperinflasi dada (Wahid & Suprapto, 2013)
E. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan untuk melihat adanya:
a) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil
b) Spiral curshman, yakni merupakan cast cell (sel cetakan) dari bronkus
c) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d) Neftrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug
2) Pemeriksaan darah
a) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat terjadi
hipoksemia, hipercapnia atau sianosis
b) Kadang pada darah terhadap peningkatan SGOT dan LDH
c) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang diatas 15.000/mm3 yang
menandakan adanya infeksi
d) Pemeriksaan alergi menunjukkan peningkatan Ig.E pada waktu serangan dan
menurun pada saat bebas serangan asma

10
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi paru yakni radiolusen
yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Pada penderita dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut:
a) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah
c) Bila terdapat kompliasi, maka terdapat gambaran iniltraste paru
d) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru
e) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru
2) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor allergen yang dapat berekasi positif pada asma
3) Elektrokardiografi
a) Terjadinya right axis devition
b) Adanya hipertropo otot jantung Right bundle branch bock
c) Tanda hipksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES tau terjadi depresi
segmen ST negatif
4) Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa restribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru
5) Spirometri
Menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara tepat diagnosis asma
adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
spiromteri dilakukan sebelum atau sesudah pemberian aerosol bronkodilator
(inhaler dan nebuliser), peningkatan FEVI atau FCV sebanyak lebih dari 20%.
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakkan diagnosis keperawatan, menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan banyakpenderita tanpa keluhan pada
pemeriksaan ini menunjukkan adanya obstruksi (Astuti & Rahmat, 2010).
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
a. Status asmatikus: suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai
b. Atelektasis: ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis

11
c. Hipoksemia
d. Pneumothoraks
e. Emfisme
f. Deformitas thoraks
g. Gagal nafas (Ngatiyah, 2014)

2. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1) Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan
perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini
frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau
persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih
jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi
setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak
perempuan dan laki-laki (Astuti & Rahmat, 2010)
2) Status kesehatan saat ini
a) Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas (Astuti & Rahmat, 2010)
b) Alasan masuk rumah sakit
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang semakin lama semakin berat
(Wahid & Suprapto, 2013)
c) Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan keluhan asma datang mencari pertolongan dengan keluhan,
terutama sesak nafas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-
gejala lain yaitu wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan,
penurunan kesadaran, sianosis serta perubahan tekanan darah (Wahid &
Suprapto, 2013)

12
3) Riwayat kesehatan terdahulu
a) Riwayat penyakit sebelum
Penyakit yang pernah diderita pada masa dahulu seperti infeksi saluran
pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat
serangan asma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai
pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang digunakan untuk
meringankan gejala asma (Wahid & Suprapto, 2013)
b) Riwayat penyakit keluarga
Pada pasien dengan serangan status asmatikus perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarga karena
hipersensitifitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic,
oleh lingkungan (Wahid & Suprapto, 2013)
4) Pola kebiasaan

Pola kebiasaan meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Pola nutrisi

Nafsu makan anak pada umumnya berkurang atau hilang. Pemberian ASI dari

bayi lahir sampai usia 9 bulan

b. Pola istirahat/aktivitas

Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan untuk melakukan

aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu

tidur dalam posisi duduk tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau respon

terhadap aktifitas atau latihan. Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia,

Kelemahan umum/kehilangan massa otot

c. Pola personal hygiene

Orang tua kadang merasa takut untuk memandikan anak yang sedang sakit,

sehingga perlu dikaji kebutuhan personal hygiene bayi (Astuti & Rahmat,

2010)

13
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
1. Kesadaran
Biasanya kesadaran komposmentis dan dapat berubah sesuai kondisi

serta perkembangan kondisi pasien. Keadaan umum pasien dengan

asma adalah kelemahan fisik akibat kurangnya nafsu makan, gelisah,

kesulitan bernafas, kesulitan tidur, berkeringat, takikardia.

2. Tanda-tanda vital
Akan ditemukan tanda-tanda vital yang berubah dari ukuran normal

3. Head to toe
a) Kepala

Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala pasien,

lingkar kepala. Pada asma tidak ditemukan masalah pada saat

dilakukan pemeriksaan kepala.

b) Mata

Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati kelopak

mata terhadap penetapan yang tepat, periksa alis mata terhadap

kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya, amati distribusi dan

kondisi bulu matanya, bentuk serta amati ukuran iris apakah ada

peradangan atau tidak, kaji adanya oedema pada mata. Pada asma

tidak ditemukan masalah pada saat dilakukan pemeriksaan mata.

c) Hidung

Amati pasien, apakah pasien menggunakan nafas cuping hidung

d) Mulut

Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban,

pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah, dan palatum terhadap

14
kelembaban, keutuhan dan perdarahan, amati adanya bau, periksa

lidah terhadap gerakan dan bentuk, periksa gigi terhadap jumlah,

jenis keadaan, inspeksi faring menggunakan spatel lidah. Biasanya

ditemukan pada mulut terdapat nafas barbau tidak sedap, bibir

kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor, ujung

dan tepinya kemerahan

e) Telinga

Periksa penempatan dan posisi telinga, amati penonjolan atau

pendataran telinga, periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang

tidak normal, periksa saluran telinga luar terhadap hygiene, rabas

dan pengelupasan. Lakukan penarikan aurikel apakah ada nyeri

atau tidak lakukan palpasi pada tulang yang menonjol di belakang

telinga untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak

f) Leher

Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh, periksa

leher terhadap pembengkakan kelenjar getah bening, lakukan

palpasi pada trakea dan kelenjar tiroid

g) Dada

Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan dinding

dada kedalam, amati jenis pernafasan, amati gerakan pernafasan

dan lama inspirasi serta ekspirasi, lakukan perkusi diatas sela iga,

bergerak secara simentris atau tidak dan lakukan auskultasi lapang

paru

15
h) Abdomen

Periksa kontur abdomen ketika sedang berbaring terlentang, periksa

warna dan keadaan kulit abdomen, amati turgor kulit. Lakukan

auskultasi terhadap bising usus serta perkusi pada semua area

abdomen

i) Ekstremitas

Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan jari, apakah

terdapat sianosis pada ujung jari, adanya oedema, kaji adanya nyeri

pada ekstremitas

j) Genetalia dan anus

Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi ukuran

genetalia, posisi, uretra, inspeksi adanya tanda-tanda

pembangkakan, periksa anus adanya robekan, hemoroid, polip

(Astuti & Rahmat, 2010)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret

berlebih

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2 (spasme

bronkus)

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

yang dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan

(PPNI, 2016)

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut (Wahid & Suprapto, 2013)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret

berlebih

16
Tujuan : jalan napas menjadi efektif

Kriteria hasil :

a) Mempertahankan jalan napas pasien dengan bunyi bersih

b) Dapat mendemostrasikan batuk efektif

c) Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan secret

d) Tidak ada suara napas tambahan

Intervensi Rasional

tempatkan posisi yang nyaman pada Peninggian kepala tempat tidur

pasien. Contoh : meninggikan kepala memudahkan fungsi pernapasan dengan

tempat tidur, duduk pada sandaran tempat menggunakan gravitasi

tidur

Tingkatkan masukan cairan sampai Hidrasi membantu menurunkan

dengan 3000ml/hari sesuai indikasi, kekentalan secret, penggunaan cairan

memberikan dengan air hangat hangat dapat menurunkan kekentalan

secret dan spasme bronkus

Lakukan fisioterapi dada dengan teknik Fisioterapi dada merukan strategi untuk
drainage postural, perkusi fibrasi dada mengeluarkan secret

Evaluasi frekuensi pernapasan, bunyi, Beberapa derajat spasme bronkus terjadi


irama napas catat rasioinspirasi/ekspirasi dg obstruksi jalan napas dan dapat/tidak
dimanifestasikan adanya advertisius
Berikan obat sesuai dengan indikasi Merelaksasikan otot halus dan
bronkodilator dan oksigenasi menurunkan spasme jalan napas,
wheezing dan produksi mucus

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2 (spasme

bronkus)

17
Tujuan : pasien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat

Kriteria hasil :

a) Frekuensi napas 16-20 kali/menit

b) Frekuensi nadi 60-100 kali/menit

c) Warna kulit normal, tidak ada dyspnea, tidak menggunakan otot bantu napas

Intervensi Rasional

Awasi secara rutin kulit dan membrane Sianosis mungkin perifer atau sentral

mukosa keabu-abuan dan sianosis sentral

mengindikasikan beratnya hipoksemia

Palpasi fokal fremitus Penurunan getaran vivrasi diduga adanya

pengumpulan cairan/udara

Awasi tanda vital dan irama jantung Takikardia, disritmia, dan perubahan

tekanan darah dapat menunjukkan efek

hipoksemia sistemik pada fungsi jantung

Berikan oksigenasi tambahan sesuai Dapat memperbaiki atau mencegah

dengan indikasi AGDA dan toleransi memburuknya hipoksi

pasien

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

yang dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan

Tujuan : Perubahan kebutuhan nutrisi yang terpenuhi

Kriteria hasil :

a) Pasien menghabiskan porsi makan dirumah sakit

b) Meliputi kriteria antoprometri, biochemical, clinical dan diet

Intervensi Rasional

18
Mengidentifikasin factor yang dapat Merencanakan tindakan yang dipilih
menimbulkan nafsu makan menurun berdasarkan penyebab masalah
misalnya muntah dengan ditemukannya
sputum yang banyak ataupun dipsnea
Sering lakukan perawatan oral, buang secret. Rasa tidak enak, bau, menurunkan
Berikan wadah khusu sekali pakai nafsu makan dan dapat menyebabkan
mual/muntah dg peningkatan kesulitan
napas
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat Pasien distress pernapasan akut sering
ini. Catat derajat kerusakan makanan anoreksia karena dispnea
Berikan oksigen tambahan selama makan Menurunkan dispena dan
sesuai indikasi (bila perlu) meningkatkan energy untuk makan,
meningkatkan masukan

19
BAB III
PENUTUP

20
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, H. W., & Rahmat, A. S. (2010). Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Trans Info Media.
Ngatiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wahid, A., & Suprapto, I. (2013). asuhan keperawatan pada gangguan sistem respiratori .
Jakarta: CV. Trans Info Media.

21

Vous aimerez peut-être aussi