Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
1. KHOIROTUL MASRUROH (14.401.16.048)
2. KRISNA PRASETIA BUDI (14.401.16.049)
3. KURNIA HADI SANTOSO (14.401.16.050)
4. LAILATUL MUKAROMAH (14.401.16.051)
5. LAILYA KRIPSIANA (14.401.16.052)
6. LAMBANG KURNIAWAN (14.401.16.153)
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada
kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK” dengan baik. Makalah ini
kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang diberikan oleh
Bu Roshinta. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bu Roshinta selaku dosen
mata kuliah Keperawatan maternitas yang telah memberikan pengajaran kepada kami,
serta kepada teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah Konsep asuhan keperawatan asma bronkhial pada anak ini dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa untuk lebih memahami bagaimana tentang
keperawatan anak
Makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini.
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma bronkhial dapat menyerang semua golongan usia, baik laki-laki maupun
perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari waktu ke waktu baik negara maju maupun
berkembangpravelansi asma meningkat. Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan
dan kematian di Indonesia, hal ini tergantung dar data studi survey kesehatan rumah
tangga di berbagai provinsi di Indonesia
Asma dapat timbul di berbagai usia, gejalanya bervariasi dan ringan sampai berat dan
dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh beberapa
rangsangan seperti: infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja
atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi.
Pravelansi asma disekuruh dunia adalah sebesar 80% pada anak dan 3-5% pada
dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sekitar 50%. Selain di Indonesia
prevlansi asma di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali dibanding di tahun 1960 yaitu 1,2%
menjadi 3,14%. Penyebab pada asma sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil
penelitian terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai ssifat
yang sangat khas yaitu sangan peka terhadap rangsangan.
B. Batasan Masalah
Masalah pada pembahasan ini dibatasai pada konsep teori penyakit dan konsep asuhan
keperawatan anak yang mengalami penyakit asma bronkhial.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis pada asma bronkhial
2. Bagaimana asuhan keperawatan asma bronkhial pada anak
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya penyakit asma bronkhial
serta mengimplementasikan asuhan keperawatan pada penyakit asma bronkhial pada
anak
2. Tujuan khusus :
a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana konsep medis pada asma bronkhial
4
b. Mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit asma
bronkhial pada anak
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
c. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan cuaca
menjadi pemicu serangan asma. Kadang serangan berhubungan asma seperti:
musim hujan, musim bunga, musim kemarau. Hal ini berhubungan dengan angin,
serbuk bunga dan debu.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya asma, hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga
Sebagaian besar penderita akan mendapat serangan asma bila sedang bekerja
dengan berat/ aktivitas berat. Serangan asma karena aktivitas biasanya segera
setelah aktivitas selesai. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
f. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga
biasa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus
segera diobati penderita asma yang mengalami sterss harus diberi nasihat untuk
menyelesaikan masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013)
C. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkeolus yang
menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersentibilitas
bronkeolus terhadap benda asing d udara. Rekasi yang timbul pada asma tipe alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai berikut: seseorang yang alergi diduga mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig.E abnormal dalam jumlah
besar dan antibody ini terutama melekat pada sel mast yang melekat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan bronkeolus dan bronhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig.E orang tersebut akan meningkat, alergen
berekasi dengan atibody yang sudah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamine zat anafilaksis yang
berekasi lambat. Faktor kemotatik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkeolus dan spasme
otot polos bronkeolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.
7
Pada asma, diamter bronkeolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada inspirasi
karena penigkatan tekanan dalam paru selama sekresi paksa menekan bagian luar
bronkeolus. Karena bronkeolus terumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya bisa melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Ini biasanya menyebabkan Barrel
chest (Wahid & Suprapto, 2013)
8
PATHWAY
Makrofag
Peningkatan sirkulasi Ig.E alveolar
Limfokin (ECF)
Neutrofil,
eosinofil, limfosit
Aktivitas sel mast
T
Peningkatan
eosinofil
(pelepasan dasar
protein utama)
Fase awal Fase lambat
Kerusakan
(Segera) (6-8 jam setelah fase
ephitelium
jalan nafas
Pelepasan awal)
(reversible) histamine Prostaglandin,
(inflamasi) leukotrin, platelet,
tromboksan
Vagus
Diambil dari (Astuti & Rahmat, 2010)
10
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi paru yakni radiolusen
yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Pada penderita dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut:
a) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah
c) Bila terdapat kompliasi, maka terdapat gambaran iniltraste paru
d) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru
e) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru
2) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor allergen yang dapat berekasi positif pada asma
3) Elektrokardiografi
a) Terjadinya right axis devition
b) Adanya hipertropo otot jantung Right bundle branch bock
c) Tanda hipksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES tau terjadi depresi
segmen ST negatif
4) Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa restribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru
5) Spirometri
Menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara tepat diagnosis asma
adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
spiromteri dilakukan sebelum atau sesudah pemberian aerosol bronkodilator
(inhaler dan nebuliser), peningkatan FEVI atau FCV sebanyak lebih dari 20%.
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakkan diagnosis keperawatan, menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan banyakpenderita tanpa keluhan pada
pemeriksaan ini menunjukkan adanya obstruksi (Astuti & Rahmat, 2010).
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
a. Status asmatikus: suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai
b. Atelektasis: ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis
11
c. Hipoksemia
d. Pneumothoraks
e. Emfisme
f. Deformitas thoraks
g. Gagal nafas (Ngatiyah, 2014)
12
3) Riwayat kesehatan terdahulu
a) Riwayat penyakit sebelum
Penyakit yang pernah diderita pada masa dahulu seperti infeksi saluran
pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat
serangan asma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai
pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang digunakan untuk
meringankan gejala asma (Wahid & Suprapto, 2013)
b) Riwayat penyakit keluarga
Pada pasien dengan serangan status asmatikus perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarga karena
hipersensitifitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic,
oleh lingkungan (Wahid & Suprapto, 2013)
4) Pola kebiasaan
a. Pola nutrisi
Nafsu makan anak pada umumnya berkurang atau hilang. Pemberian ASI dari
b. Pola istirahat/aktivitas
tidur dalam posisi duduk tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau respon
Orang tua kadang merasa takut untuk memandikan anak yang sedang sakit,
sehingga perlu dikaji kebutuhan personal hygiene bayi (Astuti & Rahmat,
2010)
13
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
1. Kesadaran
Biasanya kesadaran komposmentis dan dapat berubah sesuai kondisi
2. Tanda-tanda vital
Akan ditemukan tanda-tanda vital yang berubah dari ukuran normal
3. Head to toe
a) Kepala
b) Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati kelopak
kondisi bulu matanya, bentuk serta amati ukuran iris apakah ada
peradangan atau tidak, kaji adanya oedema pada mata. Pada asma
c) Hidung
d) Mulut
14
kelembaban, keutuhan dan perdarahan, amati adanya bau, periksa
e) Telinga
f) Leher
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh, periksa
g) Dada
dan lama inspirasi serta ekspirasi, lakukan perkusi diatas sela iga,
paru
15
h) Abdomen
abdomen
i) Ekstremitas
terdapat sianosis pada ujung jari, adanya oedema, kaji adanya nyeri
pada ekstremitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret
berlebih
bronkus)
yang dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan
(PPNI, 2016)
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut (Wahid & Suprapto, 2013)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret
berlebih
16
Tujuan : jalan napas menjadi efektif
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
tidur
Lakukan fisioterapi dada dengan teknik Fisioterapi dada merukan strategi untuk
drainage postural, perkusi fibrasi dada mengeluarkan secret
bronkus)
17
Tujuan : pasien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat
Kriteria hasil :
c) Warna kulit normal, tidak ada dyspnea, tidak menggunakan otot bantu napas
Intervensi Rasional
Awasi secara rutin kulit dan membrane Sianosis mungkin perifer atau sentral
pengumpulan cairan/udara
Awasi tanda vital dan irama jantung Takikardia, disritmia, dan perubahan
pasien
yang dibuktikan oleh penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
18
Mengidentifikasin factor yang dapat Merencanakan tindakan yang dipilih
menimbulkan nafsu makan menurun berdasarkan penyebab masalah
misalnya muntah dengan ditemukannya
sputum yang banyak ataupun dipsnea
Sering lakukan perawatan oral, buang secret. Rasa tidak enak, bau, menurunkan
Berikan wadah khusu sekali pakai nafsu makan dan dapat menyebabkan
mual/muntah dg peningkatan kesulitan
napas
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat Pasien distress pernapasan akut sering
ini. Catat derajat kerusakan makanan anoreksia karena dispnea
Berikan oksigen tambahan selama makan Menurunkan dispena dan
sesuai indikasi (bila perlu) meningkatkan energy untuk makan,
meningkatkan masukan
19
BAB III
PENUTUP
20
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, H. W., & Rahmat, A. S. (2010). Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Trans Info Media.
Ngatiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Wahid, A., & Suprapto, I. (2013). asuhan keperawatan pada gangguan sistem respiratori .
Jakarta: CV. Trans Info Media.
21