Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB I

PENDAHULUAN

Sekitar sepertiga pasien dengan upper respiratory infection (URI)


mengeluhkan nyeri tenggorokan sebagai keluhan utama. Pharyngitis biasanya muncul
dengan gejala sakit tenggorokan, odynophagia dan disfagia. Ini mungkin disertai
demam, suara serak, hidung tersumbat dan rasa tidak enak.
Nyeri tenggorokan adalah salah satu masalah yang paling umum terjadi.
Meskipun sebagian besar nyeri tenggorokan karena infeksi, ada banyak penyebab lain
yang kurang umum. Karena berbagai jenis nyeri tenggorokan berbeda secara
signifikan dalam etiologi, manajemen, dan komplikasi, pendekatan yang logis dan
lugas untuk diagnosis dan pengobatan diperlukan untuk meminimalkan terapi yang
tidak perlu dan memaksimalkan hasil klinis
Pada Disfonia dampak kesehatan masyarakat dari disfungsi vokal menjadi
semakin dikeluhkan. Disfonia memiliki dampak negatif dari segi komunikasi, dengan
fisik, sosial, dan terkait dengan pekerjaan. Pasien mengalami isolasi sosial, depresi,
gangguan penyakit spesifik dan kualitas umum kehidupan, dan absensi kerja. 1-4
Oleh karena itu, gangguan suara berdampak negatif pada individu dan membebani
masyarakat.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ODINOFAGIA

DEFINISI

Nyeri tenggorokan adalah salah satu masalah yang paling umum terjadi.
Meskipun sebagian besar nyeri tenggorokan karena infeksi, ada banyak penyebab lain
yang kurang umum. Odinofagia atau nyeri tenggorokan merupaka gejala yang sering
dikeluhkan akibat adanya kelainan atau peradangan di daerah nasofaring, orofaring
dan hopofaring.

FARING

Faring berhubungan dengan rongga melalui koana (nasofaring) dan


berhubungan dengan rongga mulut melalui itsmus faucium (orofaring), sementara
dengan laring . Hubungan laring laring (laringofaring) dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus.Batas hipofaring di sebelah superior adalah bagian atas epiglotis,
batasanterior adalah laring, batas posterior adalah vertebra servikal dan esofagusdi
bagian inferior.

ANAMNESIS

- Apakah keluhan hilang timbul atau menetap ?


- Apakah keluhan disertai nyeri disertai demam, batuk, serak dan tenggorokan
terasa kering?
- Apakah pasien merokok ? berapa batang/ hari ?

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan diawali dengan pengamatan keadaan umum dan kesan gizi


pasien. Inspeksi dilakukan dengan pencahayaan yang cukup, mulut dinilai adakah
trismus, bibir, palatum, gusi dan gigi geligi, apakah kelenjar saliva berfungsi baik,
dinding mulut, arcus palatoglossus dan arcus palatofaringeus, adakah hiperemis,

2
stomatitis. Lidah diamati bentuk, gerakan, adakah massa maupun pembesaran, apakah
ada selaput. Tonsil diamati ukuran, warna, kripte, adakah detritus, selaput, ulserasi.
Dinding belakang faring adakah hiperemis, jaringan granulasi, apakah ada sekret.
Menggunakan kaca laring dinilai epiglotis, valekula epiglotika, plika vokalis, rima
glotis, serta daerah nasofaring. Hidung diperiksa cavum nasi, adakah penyempitan,
discharge, deviasi septum, konkha nasalis. Telinga diperiksa adakah penyempitan
liang, adakah discharge, serta keadaan membran timpani. Sinur paranasal diperiksa
adakah nyeri tekan dan transiluminasi. Leher diperiksa adakah teraba pembesaran
kelenjar getah bening.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat berupa mikroniologis usap tenggorok, foto
polos esofagus dan dengan kontras dapat digunkan untuk membantu menegakkan
diagnosis kelainan esophagus. Dengan fluoroskopi, dapat dilihat kelenturan dinding
esofagus, adanya gangguan peristaltic penekanan lumen esofagus dari luar, isi lumen
esophagus dan kelainan mukosa esofagus. Pemeriksaan dengan kontras ganda dapat
dilakukan untuk melihat karsinoma stadium dini. Esofagoskopi dilakukan untuk
melihat langsung isi lumen esophagus dan keadaan mukosanya.

3
FARINGITIS AKUT

1. Definisi
Faringitis Akut merupakan peradangan akut dinding faring yang
disebabkan oleh viru, bakteri, alergi, trauma, toksin, dan penyebab lainnya
2. Etiologi
a) Virus : Rhinovirus, Influenza, Parainfluenza, Morbili, Coxsacki,
Epstein Barr, Cytomegalovirus.
b) Bakteri : Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A, Genorea.
c) Jamur : Candida.
3. Gambaran Klinis
a) Gejala umum faringitis bergantung dari tingkat keparahan:
1) Infeksi Ringan : Tidak nyaman pada tenggorokan, lemas, dan
sedikit demam. Faring mengalami kongesti dan hyperemesis
namun tidak ada limfadenopati.
2) Infeksi Sedang- Berat : Nyeri tenggorokan, disfagia, nyeri
kepala, malaise, dan demam tinggi. Faring terlihat eritema,
terdapat eksudat, pembesaran tonsil dan kelenjar limfoid pada
dinding posterior faring. Terdapat pembesaran Kelenjar limfe.
b) Faringitis yang disebabkan oleh Virus : gejala klinis ringan dan
biasanya juga disertai rinorea.
1) Faringitis yang disebabkan oleh Virus Influenza, Coxsackle, dan
cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat.
2) Faringitis yang disebabkan oleh Virus Epstein Barr menghasilkan
eksudat yang banyak, pembesaran kelenjar limfa diseluruh tubuh
terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.
c) Faringitis yang disebabkan oleh Bakteri : Gejala klinis lebih berat.
4. Diagnosis
Faringoskopi : Mukosa faring hyperemesis dan edema kultur dan usap
tenggorokan.

4
FARINGITIS KRONIK

1. Definisi
Faringitis Kronik merupakan peradangan kronik pada faring.
2. Faktor Predisposisi
a) Rinitis Kronik
b) Sinusitis
c) Iritasi kronik oleh rokok, alcohol, debu
d) Kebiasaan pasien bernapas melalui mulut (karena hidung tersumbat)
3. Faringitis kronik terbagi atas 2 bentuk:
a) Faringitis Kronik Hiperplastik
1) Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa
dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa
faring dan lateral band hiperplasi.
2) Gejala Klinis
Gejala awal berupa tenggorokan kering dan gatal lalu berlanjut
menjadi batuk berdahak.
3) Pemeriksaan fisik
Mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular.
b) Faringitis Kronik Atrofi
1) Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis
atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernapasan idak diatur suhu dan
kelembabbannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
pada faring.
2) Gejala klinis
Tenggorokan kering, rasa tebal dan mulut berbau.
3) Pemeriksaan fisik
Mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat
tampak mukosa kering.

5
TONSILITIS BAKTERIAL AKUT
1. Definisi
Tonsilitis Bakterial Akut merupakan peradangan akut pada tonsil palatina
yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Etiologi
a) Streptokokus beta hemolitikus grup A
b) Penyebab lainnya : Staphylococcus, pneumococcus, atau H Influenzae.
c) Gambaran klinis
Gejala klinis bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan infeksi.
1) Gejala klinis antara lain :
 Nyeri tenggorokan
 Sulit menelan : anak biasanya menolak makan
 Demam : dapat bervariasi
 Nyeri alih ke telinga
 Gejala Konstitusional : nyeri seluruh tubuh, malaise, dan lain-
lain.
d) Pemeriksaan fisik
e) Tonsil terlihat hyperemesis dan edematous disertai detritus.
Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel
yang mengalami deskuamasi. Secara klinis detritus mengisi kripte
tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
1) Tonsilitis akut disertai detritus yang jelas disebut tonsillitis
folikularis.
2) Tonsiliti akut dimana bercak detritus bergabung menjadi satu dan
membentuk alur disebut tonsillitis lakunaris.

TONSILITIS KRONIK
1. Definisi
Tonsilitis Kronik merupakan peradangan kronik dari tonsil palatina.
2. Faktor Predisposisi

6
Iritasi menahun oleh rokok, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat.
3. Etiologi
Bakteri penyebab sama dengan tonsillitis akut.
4. Gambaran klinis
a) Gejala Klinis
1) Disfagia
2) Tenggorokan kering
3) Napas berbau
b) Pemeriksaan fisik
1) Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata (berbenjol-benjol)
dan kripte melebar, kripte terisi oleh detritus.
2) Kripte melebar akibat proses penyembuhan jaringan limfoid yang
diganti oleh jaringan parut.
ABSES RETROFARING
1. Definis
Abses Retrofaring merupakan penumpukan pus pada ruang retrofaring.
2. Epidemiologi
Biasanya ditemukan pada anak dibawah 5 tahun. Pada usia dibawah 5
tahun, ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa masing-masing 2-5
buah pada sisi kanan dan kiri. Kelenjar ini menampung aliran limfe dari
hidung, sinus paranasal, nasofaring, faring, tuba Eustachius, dan telinga
tengah. Pada usia di atas 6 tahun, kelenjar limfe kan mengalami atrofi.
3. Etiologi
a) Infeksi saluran napas atas yang menyebabkan limfaadenitis
retrofaring.
b) Trauma pada dinding belakang faring oleh benda asing atau tindakan
medis seperti adenoidektomi, intubasi endotrakea, dan endoskopi.
4. Gambaran klinis
a) Demam, leher kaku dan terasa nyeri

7
b) Nyeri dan sukar menelan. Pada anak, biasanya anak rewel dan tidak
mau makan dan minum.
c) Sesak napas terjadi akibat sumbatan jalan napas.
d) Stridor bila mengenai laring
e) Perubahan suara
5. Pemeriksaan fisik
Dinding belakang faring tampak benjolan biasanya unilateral. Mukosa
terlihat bengkak dan hyperemesis.

B. DISFONIA

DEFINISI
Disfonia merupakan istilah umum untuk setiap gangguan suara
yangdisebabkan kelainan pada organ-organ fonasi, terutama laring baik yang
bersifatorganik maupun fungsional. Disfonia Plika Ventrikularis, fonasi dengan
getaran korda vokalis palsu dan bukan dengan korda vokalis sejati menghasilkan
suara yang serak. Pada pengamatan, laring tampak normal namun korda vokalis palsu
terlihat menggantungdi atas atau menutup korda vokalis sejati. Diagnosis dapat
diduga secara klinis dan kemudiandibuktikan dengan planigram yang dilakukan
selama fonasi. Korda vokalis palsu bertemu dan bergetarsementara korda vokalis
sejati tetap terpisah. Penyebab disfonia bervariasi, antara lain proses radang,
neoplasma, paralisisotot laring, sikatriks, atau kelainan sendi. Selain penyebab
organik, disfonia juga bisa disebabkan penyebab fungsional yang sering berkaitan
dengan kondisi psikologis pasien. Disfonia dapat menjadi pertanda awal dari proses
penyakit yang serius pada laring, khususnya bila prosesnya progresif kronik pada
pasien usia tua terlebih jika ditambah riwayat merokok. Karsinoma sel skuamosa
adalah penyebab utama keganasan pada laring

8
ANAMNESIS
- Sudah berapa lama keluhan tersebut dirasakan ?
- Apakah keluhan hilang timbul? Timbul mendadak atau perlahan ?
- Apakah pasien pernah serak sebelumnya ? jika pernah kapan dan berapa
lama?
- Apakah serak didahului pilek dan sakit tenggorokan ?
- Apakah suara serak atau tidak keluar suara sama sekali

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan klinik pada pasien dengan disfonia meliputi pemeriksaan umum


(status generalisata) dan pemeriksaan THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorok).
Pemeriksaan fisik dilakukan secara teliti dengan perhatian khusus pada bagian kepala
dan leher, dilanjutkan dengan penilaian ketajaman pendengaran, mukosa saluran
napas atas, mobilitas lidah dan fungsi saraf kranial. Jika kecurigaan klinis tinggi,
pasien juga harus diperiksa untuk tanda-tanda penyakit sistemik seperti
hipotiroidisme, atau disfungsi neurologis, seperti tremor, penyakit Parkinson atau
multiple sclerosis.
Evaluasi penilaian suara serak meliputi penilaian faktor anatomi, fisiologis,
dan dengan deskripsi dari suara, simtomatologi, dan riwayat medis dan sosial.
Visualisasi laring diperlukan untuk menentukan status dari pita suara. Secara umum,
pemeriksaan laring harus dilakukan setiap kali suara serak berlangsung lama lebih
dari 2 minggu. Pada kasus-kasus khusus, prosedur diagnostik yang lebih canggih
dapat diindikasikan. Kualitas vokal dapat dideskripsikan menggunakan berbagai
istilah subjektif termasuk serak, parau , keras, atau desah.. Namun, tidak ada dari
seluruh istilah ini merupakan diagnostik. Sebaliknya, tingkat keparahan disfonia
dapat dinilai dengan mengamati abnormalitas pada pitch, kenyaringan, atau fluktuasi
dalam kualitas vokal.

9
PARALISIS PITA SUARA

1. Definisi

Tergangggunya pergerakan pita suara akibat disfungsi saraf ke otot-otot


laring.

2. Gejala

Gejala tergantung pada penyebabnya. Gejala yang sering ditemukan yaitu


suara parau, stridor, dan kesulitan menelan.

3. Diagnosis
- Pemeriksaan laringoskopi untuk menentukan pita suara yang mengalami
paralisis
- Pemeriksaan laryngeal electromyography
- Pemeriksaan lain tergantung pada penyebabnya

10
DAFTAR PUSTAKA
Adams GL. Lawrence Boies. Peter Higer. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6 :
EGC

Johnson, Jonas T, Rosen Clark A.2014. Bailey’s Head & Neck Surgery
Otolaryngology. Philadelphia
Charles D.L, Sylvan E. Pediatric Otolaryngology. Fourth Edition

11

Vous aimerez peut-être aussi