Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2
cyano, berwujud lilin krem padat dengan aroma sedikit manis (Sharma, 2011). Bifenthrin
memiliki kelarutan air yang rendah (< 1 μg/L) dan stabilitas yang baik terhadap hidrolisis dan
fotolisis (2 tahun pada suhu 50⁰C di bawah sinar matahari alami), oleh sebab itu, bifenthrin
adalah golongan piretroid yang memiliki waktu paruh paling lama daripada insektisida lain,
sehingga dapat bertahan pada sedimen untuk periode waktu yang lebih panjang (Hougard et al.,
2002; Hintzen et al., 2009). Waktu paruh bifenthrin dalam tanah biasanya antara 65 dan 125 hari,
tetapi dapat berkisar dari 2 minggu hingga lebih dari 1 tahun tergantung pada jenis tanah,
kelembaban, pH, suhu, dan kondisi lainnya (Chen et al., 2012).
Perbaikan lahan secara bioremediasi dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme yang
mampu mendegradasi insektisida bifenthrin dan piretroid lainnya di alam (Chen et al., 2012).
Bioremediasi adalah proses penguraian polutan organik/anorganik dengan menggunakan
organisme (bakteri, fungi, tanaman atau enzimnya) dalam mengendalikan pencemaran pada
kondisi terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau konsentrasinya di bawah batas
yang ditentukan oleh lembaga berwenang dengan tujuan mengontrol atau mereduksi bahan
pencemar dari lingkungan (Puspitasari dan Khaeruddin, 2016). Bioremediasi bisa langsung
dilakukan di lahan tercemar dengan menggunakan inokulan yang mampu mendegradasi
kontaminan organik (Sulaeman dkk., 2016). Mikroorganisme pendegradasi piretroid dari
beberapa spesies bakteri dan jamur telah diisolasi dan dilakukan penelitian untuk menentukan
potensi dalam mendegradasi residu pestisida piretroid, di antaranya berasal dari genus Bacillus,
Brevibacillus, Ochrobactrum, Pseudomonas, Serratia, dan Sphingobium, sedangkan beberapa
genus jamur yang telah diisolasi di antaranya adalah Aspergillus, Trichoderma, Cladosporium,
Phanerochaete, dan Candida, namun penelitian tentang mikroorganisme pendegradasi bifenthrin
sendiri masih sangat terbatas (Cycon and Piotrowska-Seget, 2016; Chen et al., 2012).
Khamir (yeast) merupakan agen biologis pendegradasi piretroid yang lebih baik
dibandingkan bakteri atau kapang karena yeast lebih efektif dalam memecah komponen bahan
kimia, memiliki sifat tahan terhadap stress lingkungan, dapat tumbuh dalam larutan yang pekat,
misalnya asam yang berlebih, dan mampu sepenuhnya melakukan metabolisme terhadap
piretroid tanpa menghasilkan hasil metabolit yang toksik. Hal ini berbeda dengan bakteri dan
kapang yang memiliki keterbatasan dalam mendegradasi piretroid disebabkan oleh salah satu
metabolit intermediet yang muncul dari hidrolisis kebanyakan piretroid, yaitu 3-
phenoxybenzaldehyde (3-PBA) yang merupakan senyawa antimikroba bersifat toksik dan dapat
mencegah proliferasi sel sehingga menghasilkan degradasi tidak lengkap dari senyawa parental
(Satife dkk., 2011; Cycon and Piotrowska-Seget, 2016).
Chen et al. (2012) mengemukakan bahwa mekanisme degradasi bifenthrin (salah satu
golongan piretroid) yang dilakukan oleh yeast tidak menghasilkan metabolit yang bersifat toksik
(3-PBA), di mana yeast menghidrolisis ikatan ester dari bifenthrin untuk menghasilkan
cyclopropanecarboxylic acid dan 2-methyl-3-biphenylyl methanol yang menyebabkan hilangnya
aktivitas insektisida. Selanjutnya, 2-methyl-3-biphenylyl methanol diubah dengan pembelahan
biphenyl untuk membentuk 4-trifluoromethoxy phenol, 2-chloro-6-fluoro benzylalcohol, serta
3,5-dimethoxy phenol yang menghasilkan detoksifikasi dan akhirnya, semua produk degradasi
tersebut telah sepenuhnya didegradasi oleh yeast tanpa metabolit akumulatif sama sekali.
Keunggulan yeast sebagai agen biodegradasi bifenthrin membuatnya dipilih untuk dijadikan
subjek dalam penelitian ini, di mana akan dilakukan uji biodegradasi bifenthrin dari isolat yeast
koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi ITS. Parameter yang diamati adalah
pertumbuhan inokulan yeast dengan mengukur nilai densitas optik (DO) menggunakan
spektrofotometer dan pengukuran penurunan konsentrasi residu bifenthrin dengan metode High
Performance Liquid Chromatography (HPLC).
3
1.4 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi bifenthrin yang berpengaruh terhadap
kemampuan yeast dalam mendegradasi bifenthrin, ditunjukkan dari peningkatan pertumbuhan
yeast melalui pengukuran OD dan penurunan konsentrasi bifenthrin.
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif
bioremediasi tanah tercemar bifenthrin dengan penambahan yeast.
4