Vous êtes sur la page 1sur 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

BRONKOPNEUMONIA PADA NY “R” DI RUANG DAHLIA 2

RSUD TUGUREJO SEMARANG

DI SUSUN OLEH :

Agus Wartawan ( 1808001 )


Eliya Vita A ( 1808008 )
Fatiha Aisyah PS ( 1808011 )
Gilang Deka H ( 1808012 )
Laeli Mahfudoh ( 1808017 )

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan
di sekitarnya (Nurarif, 2015).

Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang di sebabkan oleh


karena infeksi atau iritasi dari bahan kimia sehingga alveoli terisi dengan
eksudat peradangan. (Murwani, 2009). Penemuan kasus pneumonia balita
menurut jenis kelamin Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013, khususnya
Kabupaten Semarang penderita pneumonia pada balita berjenis laki-laki
sejumlah 863 kasus (24,04%) dengan jumlah balita laki-laki 35.899, dan
jumlah penderita 3.590. Adapun yang berjenis kelamin perempuan ditemukan
sejumlah 827 kasus (24,04), dengan jumlah balita 34.401 dan jumlah
penderita 3.440 (Dinkes jateng, 2015). Berdasarkan dari laporan 31 provinsi
diindonesi, ditemukan 477.429 anak balita dengan pneumonia atau 21,52%
dengan proporsi 35,02% pada usia dibawah satu tahun dan 64,79% pada usia
hingga 4 tahun. Jika dirata-rata sekitar 2.788 anak meninggal setiap harinya
akibat pneumonia. (Suriani, 2009).

Di indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3


setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi
fokus ketiga dari program Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (PPISPA). Program ini mengupayakan agar istilah
pneumonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan
penyuluhan penyebaran informasi tentang penanggualangan pneumonia oleh
tenaga kesehatan (Setiawan, 2009).
Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat
merupakan tindakan utama dalam menghadapi pasien bronchopneumonia
untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharapkan pasien dapat
segera sembuh kembali. Intervensi keperawatan utama adalah mencegah
ketidakefektifan jalan nafas. Agar perawatan berjalan dengan lancar maka
diperlukan kerja sama yang baik dengan tim kesehatan yang lainnya, serta
dengan melibatkan pasien dan keluarganya. Berhubungan dengan hal tersebut
di atas, kelompok tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny.
R dengan Bronchopneumonia di Ruang Dahlia 2 RSUD Tugurejo Semarang.

B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian
2. Mampu menjelaskan fisiologi
3. Mampu menjelaskan patofisiologi
4. Mampu menyebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi
5. Mampu menjelaskan macam – macam gangguan
6. Mampu menjelaskan pengkajian
7. Mampu menjelaskan diagnosa yang muncul pada
8. Mampu menjelaskan perencanaan
9. Mampu melakukan asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia
dengan gangguan kebutuhan

1
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2012)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan
bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M., 2010)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal
yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi
atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 2008)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.

B. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan

2
tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk,
adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2011 : )
antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma.
(Smeltzer & Suzanne C, 2012 dan Sandra M. Nettina, 2011)

C. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau
karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke
saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman
di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi
saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus

3
mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Soeparman, 2011).

4
D. Pathway
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae
 Penderita akit berat yang dirawat di RS
 Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
 Kontaminasi peralatan RS

Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di Kuman terbawa di Infeksi Saluran Pernafasan Bawah


bronkus saluran pencernaan

Proses peradangan Infeksi saluran Dilatasi Peningkatan Edema antara


pencernaan pembuluh darah suhu kaplier dan
alveoli
Akumulasi sekret
di bronkus Peningkatan flora
Eksudat plasma Septikimia Iritasi PMN
normal dalam usus
masuk alveoli eritrosit pecah

Gangguan difusi
Bersihan jalan Mukus bronkus Peningkatan Peningkatan Edema paru
dalam plasma
nafas tidak meningkat peristaltik usus metabolisme
efektif
Gangguan
Bau mulut tidak Malabsorbrsi Evaporasi Pengerasan
pertukaran gas
sedap meningkat dinding paru

Anoreksia Diare Penurunan


compliance paru

Intake kurang
Gangguan Suplai O2
keseimbangan menurun
cairan dan eletrolit
Nutrisi kurang dari
Hipoksia
kebutuhan
Hiperventilasi
Metabolisme
anaeraob meningkat
Dispneu

Akumulasi asam
Retraksi dada /
laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue

Gangguan pola
5
nafas
Intoleransi
aktivitas
E. Manifestasi Klinik
1. Pneumonia bakteri
Gejala awal :
a. Rinitis ringan
b. Anoreksia
c. Gelisah
Berlanjut sampai :
a. Demam
b. Malaise
c. Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
d. Ekspirasi bebunyi
e. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
f. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
g. Leukositosis
h. Foto thorak pneumonia lobar
2. Pneumonia virus
Gejala awal :
a. Batuk
b. Rinitis
Berkembang sampai
a. Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk
hebat dan lesu
b. Emfisema obstruktif
c. Ronkhi basah
d. Penurunan leukosit
3. Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
a. Demam
b. Mengigil
c. Sakit kepala
d. Anoreksia

6
e. Mialgia
Berkembang menjadi :
a. Rinitis
b. Sakit tenggorokan
c. Batuk kering berdarah
d. Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

F. Penatalaksanaan
1. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
2. Terapi oksigen (O2)
3. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian
bronkodilator.
4. Istirahat yang cukup
5. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x
500 mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2011)
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur
serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C,
Long, 2010)
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa. (Sandra M. Nettina, 2011)
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

7
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2011)
2. Pemeriksaan Radiologi
f. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 2010)
g. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2011)

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
klien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau
tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.

8
Menurut Wilson dan Thompson, 2009 pneumonia sering terjadi pada
musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan
dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan klien
menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun
lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi.
Klien yang riwayat dahulu tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi
untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah
karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan
infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
3. Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler.
b. Takikardi, iritability.
c. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan klien sulit bernapas, pernapasan
cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non
produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan
anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
d. Sistem pencernaan.
klien malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
e. Sistem eliminasi.
klien menderita diare, atau dehidrasi,

9
f. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
g. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
h. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
i. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering,
j. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m
dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test
resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak
rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah
tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray)
dilakukan untuk melihat :
a. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan
OMA.
b. Luas daerah paru yang terkena.
c. Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah
satu atau beberapa lobur. Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0
mmHg.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

10
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan
pengiriman oksigen.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam
alveoli.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang
berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen
atau gas
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktifitas sehari-hari.

C. Rencana Tindakan
1. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan :
- Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas
- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya:
mengi, krekels dan ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius
b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi

11
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya
proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi
fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk
bernafas
d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara
e. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki
keefektifan upaya batuk.
Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling
efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah
setelah perkusi dada.
f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.
Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan
mempermudah pengeluaran.
2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
pengiriman oksigen.
Tujuan :
- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam
rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi :
a. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan

12
Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya
sianosis
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh
terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
c. Kaji status mental
Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan
hipoksemia.
d. Awsi frekuensi jantung/ irama
Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/
dehidrasi.
e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi
demam dan menggigil
Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu
oksigenasi seluler.
f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas
dalam, dan batuk efektif
Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki
ventilasi.
g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan
indikasi
Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
3. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli
Tujuan:
- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang
normal dan paru jelas/ bersih
Intervensi :

13
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi
peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi
dada terbatas.
b. Auckultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.
Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat
obstruksi kecil.
c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.
Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan
mengindikasikan adanya kelainan.
e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.
Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
g. Berikan humidifikasi tambahan
Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan
membantu pengenceran sekret untuk memudahkan
pembersihan.
h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage
Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan
drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.
4. Dp : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi :
a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,,
hipotensi.
Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik

14
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan
c. Catat lapporan mual/ muntah.
Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
d. Pantau masukan dan haluaran urine.
Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume
cairan dan kebutuhan penggantian
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional :Memperbaiki status kesehatan
5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan :
- Menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Intervensi :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.
Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering
mungkin, bantu kebersihan mulut.
Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien
dan dapat menurunkan mual
c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum
makan.
Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini
d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.
Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat,
distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara
dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran
gastro intestinal

15
e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering
atau makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk kembali
f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya
responterhadap terapi
6. DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen
untuk aktifitas hidup sehari-hari.
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Intervensi :
a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi
b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut.
Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat
c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.
Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan
kebutuhan metabolik
d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. F DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG DAHLIA 2
RSUD TUGUREJO SEMARANG

Tanggal Pengkajian : 15 Desember 2018


Jam : 08.30
Pengkaji : Kelompok 1

A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :
Status Perkawinan : Sudah Kawin
Alamat :
Tanggal Masuk RS : 15 Desember 2018
No. RM : 671465
Diagnosa Medis : Pneumonia
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh

17
Alamat :
Hubungan dengan pasien: Anak pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : pasien mengatakan sesak nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga

Genogram

x x x x

x
x
X

Keterangan :
X = laki laki sudah meninggal = laki – laki

X = perempuan sudah meninggal = perempuan

= pasien = garis keturunan

= garis pernikahan = tinggal serumah


e. Riwayat Alergi
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

18
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat
di RS, selama dirumah pasien terkadang hanya sakit biasa demam,
pusing, pegal-pegal, biasanya untuk mengatasi sakitnya pasien
membeli obat diwarung dan beristirahat, makan teratur rutin 3 kali/
hari,pasien mengatakan percaya pada dukun daerah rumah yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit, perawatan kebersihan diri baik,
tidak ada kebiasaan minum obat-obat secara rutin, minum jamu hanya
kadang-kadang, tidak konsumsi kopi, tidak merokok dan tidak
konsumsi alkohol, kebiasaan berolahraga dengan jalan-jalan dipagi
hari keliling komplek sekitar rumah
Selama dirawat : pasien mengatakan kesehatan itu penting, pasien
tidak tau tentang penyakitnya karena sebelumnya belum pernah
dirawat di RS dengan penyakit yang sama, konsumsi obat di RS rutin
diminum, tidak mengonsumsi jamu-jamuan, tidak mengonsumsi kopi,
tidak merokok, tidak merokok dan tidak konsumsi alkohol, pasien,
tidak banyak aktivitas karena merasa sesak dan lemas
2 Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x/ hari, rutin dan teratur
dengan nasi, sayur, lauk, tidak mual, tidak muntah, makanan
pantangan tidak ada, tidak ada alergi makan, tidak ada makanan yang
dibatasi, tidak ada keluhan anoreksia nervosa/ bulimia nervosa, tidak
ada kebiasaan konsumsi vitamin atau obat penambah nafsu makan,
pasien minum banyak 7-8 x/ hari, volume 2000/ hari, minum air putih
dan teh, BB= kg, TB= cm, IMT=
Selama dirawat : pasien mengatakan makan 3x/ hari, rutin dan teratur
dengan nasi, sayur, lauk, tidak mual, tidak muntah, kadang habis ½
porsi atau 1 porsi, nafsu makan baik, makanan pantangan tidak ada,
tidak ada alergi makan, tidak ada makanan yang dibatasi, tidak ada
keluhan anoreksia nervosa/ bulimia nervosa, tidak ada kebiasaan
konsumsi vitamin atau obat penambah nafsu makan, tidak mengalami
penurunan BB, tidak ada demam, terpasang infus tpm, pasien

19
minum banyak 7-8 x/ hari, volume 1500/ hari, minum air putih dan
teh, BB= kg, TB= cm, IMT=
Pengkajian Nutrisi ABCD:
A (Antropometri) = LLA= cm,LD= cm, TB= cm, BB= kg
B (Biokimia) = Hb (Hemoglobin)= HCT (Hematoktit), Leukosit=
C (Clinical Sign) = konjungtiva tidak anemis, turgor kulit baik
D (Diit) = BTS RG
Keseimbangan Cairan :
Intake : Minum = Output : urine =
Infus = BAB =
Obat- Obatan = IWL=
AM = Total =
Total =
Keseimbangan Cairan = Intake- Output =
3 Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB hari 1x, warna kuning, konsistensi lembek, tidak
ada penggunaan pencahar, tidak ada keluhan diare/ komstipasi, tidak
terpasang colostomy/ ileostomy), BAK 6-7x/ hari, volume
pengeluaran 1000 cc/ hari, tidak ada nyeri saat BAK, tidak hematuri,
warna kuning jernih, tidak ada penggunaan obat diuretik
Selama dirawat : BAB hari 1x, warna kuning, konsistensi lembek,
tidak ada penggunaan pencahar, tidak ada keluhan diare/ komstipasi,
tidak terpasang colostomy/ ileostomy), BAK 6-7x/ hari, volume
pengeluaran 1000 cc/ hari, tidak ada nyeri saat BAK, tidak hematuri,
warna kuning jernih, tidak ada penggunaan obat diuretik
4 Pola Aktifitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan aktivitas sehari- hari dapat
dilakukan secara mandiri, tidak ada keluhan nyeri atau sesak nafas
saat beraktivitas
Selama dirawat : pasien mengatakan lemas, mudah lelah, jika banyak
gerak pasien merasa sesak nafas, aktivitas sehari- hari seperti makan

20
minum, mobilisasi di tempat tidur, dilakukan mandiri sedangkan
toileting, berpindah, berpakaian dibantu oleh keluarga
Tabel Kemandirian
Kemampuan
Keteranagan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
0 = Mandiri Makan, minum V
1 = dengan alat bantu Toileting V
2 = dibantu orang lain Berpakaian V
3 = dibantu alat dan Mobilitas dari tempat V
orang dari tempat tidur
4 = tergantung total Berpindah V

Kekuatan Otot : 5 5
5 5
5 Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan kebiasaan tidur 2x sehari, lama
tidur siang ±2 jam, tidur malam ±7 jam, tidak ada penggunaan obat
tidur, tidak mengalami insomnia
Selama dirawat : pasien mengatakan kebiasaan tidur 2x sehari, lama
tidur siang ±1,5 jam, tidur malam ±6 jam, tidak ada penggunaan obat
tidur, tidak mengalami insomnia
6 Pola Kognitif Perseptual Sensori
Sebelum sakit : pasien mengatakan penglihatan dan pendengaran
baik, kemampuan mengingat menurun, tidak pusing, sensitifitas
terhadap nyeri, panas, dingin baik, tidak pusing dan tidak nyeri
Selama dirawat : pasien mengatakan penglihatan dan pendengaran
baik, kemampuan mengingat menurun, tidak pusing, sensitifitas
terhadap nyeri, panas, dingin baik, tidak pusing dan tidak nyeri
7 Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Sebelum sakit :

21
Citra diri/ body image : pasien mengatakan tubuhnya gemuk, kulit
sudah keriput
Identitas : pasien puas terhadap statusnya perempuan, menjadi
anggota keluarga tertua di keluarganya
Peran : pasien di rumah dikenal sebagai tukang pijat bayi, biasa
mengurus ke 2 cucu dirumah
Ideal Diri : harapan pasien dapat sehat terus, panjang umur, dapat
menjalankan perannya dengan baik, dapat berhubungan baik dengan
keluarganya, tetangga-tetangganya
Harga Diri : Pasien merasa tidak minder, tidak merasa rendah diri
dengan keadaannya, dikenal dan dihormati banyak orang
Selama dirawat :
Citra diri/ body image : pasien mengatakan tubuhnya gemuk, kulit
sudah keriput
Identitas : pasien puas terhadap statusnya perempuan, menjadi
anggota keluarga tertua di keluarganya
Peran : pasien di rumah dikenal sebagai tukang pijat bayi, biasa
mengurus ke 2 cucu dirumah
Ideal Diri : harapan pasien dapat cepat sembuh, menjalankan rutinitas
sehari-hari dengan mandiri seperti biasa, dapat kembali menjadi
tukang pijat bayi, mengurus cucu-cucunya
Harga Diri : Pasien merasa tidak minder, mendapat banyak dukungan
dan doa dari keluarga dan tetangga-tetangganya
8 Pola Mekanisme dan Koping
Sebelum sakit : pasien mengatakan dalam mengambil keputusan
dibantu oleh anak-anaknya, yang dilakukan jika menghadapi masalah
dipecahkan bersama dengan keluarganya
Selama dirawat : pasien mengatakan dalam mengambil keputusan
dibantu oleh anak-anaknya, yang dilakukan jika menghadapi masalah
dipecahkan dengan musyawarah bersama dengan keluarganya, dalam

22
menghadapi masalah kesehatan pasien sekarang patuh terhadap diit
dan terapi yang diberikan di RS
9 Pola Seksual Reproduksi
Sebelum sakit : pasien sudah mengalami menopause, tidak ada
penggunaan alat kontrasepsi, riwayat kehamilan jumlah kehamilan :
jumlah kelahiran, jumlah anak , tidak ada riwayat pemeriksaan
ginekologi seperti pap smear
Selama dirawat : pasien tidak melakukan hubungan seksual
10 Pola Peran Berhubungan
Sebelum sakit : kemampuan berkomunikasi jelas, mampu memahami
maksud orang lain saat mengobrol, orang terdekat bagi pasien dan
lebih berpengaruh adalah anak ke , tidak ada masalah keluarga,
hubungan dengan saudara baik, tidak ada masalah perkawinan
Selama dirawat : kemampuan berkomunikasi jelas, mampu memahami
maksud orang lain saat mengobrol, orang terdekat bagi pasien dan
lebih berpengaruh adalah anak ke , tidak ada masalah keluarga,
hubungan dengan saudara baik, tidak ada masalah perkawinan
11 Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan jarang menjalankan kegiatan
keagamaan ,jarang mengikuti acara keagamaan seperti pengajian di
daerah rumahnya, tidak ada keyakinan atau kebudayaan yang dianut
pasien yang bertentangan dengan kesehatan
Selama dirawat : pasien jarang beribadah, pasien masih meyakini
dukun daerah rumahnya yang sekarang sudah meninggal, dulunya
dapat menyembuhkan berbagai penyakit pasien

III. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)


1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda Vital
a. Tekanan Darah :

23
b. Nadi :
c. Suhu :
d. Pernapasan :
4. Antropometri
a. Sebelum sakit :
b. Selama sakit :
5. Kepala : Bentuk mesocephal, warna rambut hitam, kebersihan
terjaga, tidak bercabang, sedikit berketombe, beruban, rambut mudah
rontok, tidak ada pendarahan pada kulit kepala, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan
6. Wajah : simetris kiri dan kanan, tidak ada luka, bersih
7. Mata : simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, pupil bulat, fungsi penglihatan baik, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan, tidak katarak, tidak buta warna, tidak ada
pembengkakan area kelopak mata
8. Hidung : penciuman baik, hidung bersih, tidak ada sekret, tidak ada
polip, tidak ada nafas cuping hidung, ada penggunaan O2 5 ltm, tidak
ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak epistaksis
9. Telinga : fungsi pendengaran baik, simetris kiri dan kanan, tanda
peradangan/pendarahan tidak ada, cairan/secret tidak ada, tidak ada
pemakaian alat bantu pendengaran, tidak tinnitus
10. Mulut dan Tenggorokan: tidak ada peradangan pada rongga mulut,
tidak ada pembengkakan pada tonsil, gigi tidak lengkap, bibir tidak
sianosis, gigi dan lidah bersih, mukosa mulut lembab, tidak ada
stomatitis, tidak ada pendarahan pada gusi, tidak ada kesulitan
mengunyah dan menelan, tidak ada gangguan bicara, tidak ada
pembesaran vena jugularis di leher
11. Thorax/ dada
Paru-Paru
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

24
c. Perkusi :
d. Auskultasi :
Jantung
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak terlihat di ICS
ke 5 midclavicula sinestra
b. Palpasi : ictus cordis teraba di ICS ke 5 midclavicula sinestra,
c. Perkusi : bunyi pekak pada ICS 2,3,4,5
d. Auskultasi : BJ 1 murni, bersih, tidak ada bunyi tambahan (galoop,
murmur), BJ 2 murni, bersih, tidak ada bunyi tambahan (galoop,
murmur), BJ 1, 2 lup dupREVISI
12. Abdomen
a. Inspeksi : warna kulit abdomen sawo matang, tidak ada lesi
b. Auskultasi : bising usus frekuensi 10x/ menit
c. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak acites, tidak ada
distensi abdomen
d. Perkusi : Timpani
13. Genetalia : bersih tidak ada lesi, tidak terpasang alat bantu perkemihan
(kateter), tidak ada hemoroid
14. Ekstremitas Atas dan Bawah
a. Atas : lengkap, akral hangat, tidak ada oedem, tidak ada
fraktur, tangan kiri terpasang infuse tpm, tidak ada nyeri tekan
berlebih daerah penusukan, tidak kemerahan, CRT< 2dtk, tidak
ada nyeri
b. Bawah : lengkap, akral hangat, tidak ada odem, CRT<
2dtk, tidak ada nyeri, tidak menggunakan alat bantu mobilisasi
Kekuatan otot : 5 5
5 5

IV. DATA PENUNJANG


a. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 15 Desember 2018)

25
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 12,80 gr/dL 13,0-18,0
Lekosit H 11,92 10^3/uL 4,0-10,0
Trombosit 218 10^3/uL 150-500
Hematokrit 38,70 % 39,0-54,0
Eritrosit 4,25 10^6/uL 3,8-5,2
MCV 91,10 Fl 26-34
MCH 30,10 Pg 32-36
MCHC 33,10 gr/dL 150-440
RDW 13,20 % 11,5-14,5
PLCR 37,0 %
Diff Count
Eosinofil Absolute 0,05 10^3/uL 0,45-0,44
Basofil Absolute 0,03 10^3/uL 0-0.2
Netrofil Absolute H 9,37 10^3/uL 1,8-8
Limfosit Absolute 1,97 10^3/uL 0,9-5,2
Monosit Absolute 0,50 10^3/uL 0,16-1
Eosinofil L 0,40 % 2-4
Basofil 0,30 % 0-1
Neutrofil H 78,60 % 50-70
Limfosit L 16,50 % 25-40
Monosit 4,20 % 2-8
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 75 mg/dL <125
Ureum 26,0 mg/dL 10,0-50,0
Creatinin H 1,16 mg/dL 0,60-0,90
CKMB 13,0 U/L 7-25
Kalium 4,37 Mmol/L 3,5-5,0
Natrium 141,6 Mmol/L 135-145

26
Chlorida H 105,2 Mmol/L 95,0-105
Albumin 3,8 g/dL 3,2-5,2

2) Pemeriksaan Radiologi (tanggal 15 Desember 2018)


Cor : CTR .> 50%, Apeks bergeser ke laterocaudal. Aorta baik
Pulmo : Corakan Bronchovaskular kasar
Tampak infiltrat pada lapangan bawah paru kanan, pada
perihilar kiri, lapangan tengah kiri dan peracardial kiri
Hilus kanan tebal
Diapragma dan sinus costophrenicus baik. Tulang dan jaringan lunak
baik
Kesan :
Cardiomegali (LV)
Bronchopneumonia dengan adenopati hilus kanan, DD/TB
b. Terapi Medis
15 Desember 2018 16 Desember 2018 17 Desember 2018
Parenteral Ringer Laktat Ringer Laktat Ringer Laktat
infus 12 tpm infus 12 tpm infus 12 tpm
Ceftriaxone inj 1 Ceftriaxone inj 1 Ceftriaxone inj 1
gram gram gram
Per Oral Candesartan 8 mg Candesartan 8 mg Candesartan 8 mg
tab tab tab
Paracetamol tab Paracetamol tab Paracetamol tab
500 mg 500 mg 500 mg
Concor 2,5 mg Concor 2,5 mg Concor 2,5 mg
(box/100) (box/100) (box/100)
Vestein cap @20 Vestein cap @20 Vestein cap @20
Azythromycin 500 Azythromycin 500
mg mg
Puralex Atalpulgit 650 mg

27
Nebulizer - - -

c. Diit :

V. Analisa Data
No Hari/tang Symptom Etiologi Problem
gal/jam
1 Sabtu/ 15 DS: Pasien mengatakan peningkatan Bersihan jalan
Desember sesak nafas, batuk-batuk produksi nafas tidak
2018 sudah dari 1 minggu yang sputum efektif
lalu, dahak tidak bisa keluar
Jam 08.40
DO: Auskultasi paru ronkhi,
perkusi paru redup, RR = x/
menit, SpO2= %, irama nafas
cepat teratur, tidak ada
penggunaan otot bantu
pernafasan, tidak ada nafas
cuping hidung, pasien
terlihat sesak nafas
2 Sabtu/ 15 DS : pasien mengatakan Intoleransi
Desember lemas, mudah lelah, aktivitas aktifitas
2018 sehari-hari sebagian dibantu berhubungan
Jam 08.40 keluarga dengan
DO: Kesadaran : insufisiensi
composmentis, KU : lemah, oksigen untuk
jika banyak gerak pasien aktifitas hidup
terlihat sesak nafas, aktivitas sehari-hari.
sehari- hari seperti makan
minum, mobilisasi di tempat
tidur, dilakukan mandiri

28
sedangkan toileting,
berpindah, berpakaian
dibantu oleh keluarga
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Hasil TTV = TD: mmHg,
N: x/ menit, RR:
O
x/menit, suhu : C
3 Senin/ 17 DS: Pasien mengatakan kehilangan Gangguan
Desember BAB 5x konsistensi cair, bau cairan keseimbangan
2018 khas, warna kuning, perut berlebih. cairan
sering mules
Jam 08.30
DO: KU : lemah, turgor
kulit kering, mukosa bibir
kering, balance cairan - ,
bising usus 38x/ menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas
hidup sehari-hari.
3. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan TTD


Keperawatan Hasil

29
1. Bersihan jalan Tujuan : 1. Auskultasi bunyi nafas,
nafas tidak 1. Jalan nafas catat adanya bunyi
efektif efektif dengan nafas. Misalnya:
berhubungan bunyi nafas mengi, krekels dan
dengan bersih dan jelas ronki.
peningkatan 2. Pasien dapat Rasional: Bersihan
produksi melakukan jalan nafas yang tidak
sputum batuk efektif efektif dapat
untuk dimanifestasikan
mengeluarkan dengan adanya bunyi
sekret nafas adventisius
Hasil yang 2. Kaji/ pantau frekuensi
diharapkan : pernafasan, catat rasio
1. Mempertahank inspirasi/ ekspirasi
an jalan nafas Rasional: Takipnea
paten dengan biasanya ada pada
bunyi nafas beberapa derajat dan
bersih/ jelas dapat ditemukan pada
2. Menunjukkan penerimaan atau
perilaku untuk selama stres/ adanya
memperbaiki proses infeksi akut.
bersihan jalan Pernafasan dapat
nafas melambat dan
Misalnya: frekuensi ekspirasi
batuk efektif memanjang dibanding
dan inspirasi.
mengeluarkan 3. Berikan posisi yang
sekret. nyaman buat pasien,
misalnya posisi semi
fowler
Rasional: Posisi semi

30
fowler akan
mempermudah pasien
untuk bernafas
4. Dorong/ bantu latihan
nafas abdomen atau
bibir
Rasional: Memberikan
pasien beberapa cara
untuk mengatasi dan
mengontrol dipsnea
dan menurunkan
jebakan udara
5. Observasi karakteristik
batuk, bantu tindakan
untuk memperbaiki
keefektifan upaya
batuk.
Rasional: Batuk dapat
menetap, tetapi tidak
efektif. Batuk paling
efektif pada posisi
duduk tinggi atau
kepala di bawah
setelah perkusi dada.
6. Berikan air hangat
sesuai toleransi
jantung.
Rasional: Hidrasi
menurunkan
kekentalan sekret dan
mempermudah

31
pengeluaran.

2. Intoleransi 1. Evaluasi respon pasien


aktifitas terhadap aktivitas.
berhubungan Rasional :Menetapkan
dengan kemampuan/
insufisiensi kebutuhan pasien dan
oksigen untuk memudahkan pilihan
aktifitas hidup intervensi
sehari-hari. 2. Berikan lingkungan
yang tenang dan batasi
pengunjung selama
fase akut.
Rasional :Menurunkan
stres dan rangsangan
berlebihan,
meningkatkan istirahat
3. Jelaskan pentingnya
istitahat dalam rencana
pengobatan dan
perlunya
keseimbamgan
aktivitas dan istirahat.
Rasional :Tirah baring
dipertahankan untuk
menurunkan kebutuhan
metabolik
4. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.
Rasional

32
:Meminimalkan
kelelahan dan
membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
3. Gangguan 1. Kaji perubahan tanda
keseimbangan vital, contoh
cairan :peningkatan suhu,
berhubungan takikardi,, hipotensi.
dengan Rasional :Untuk
kehilangan menunjukkan adnya
cairan berlebih. kekurangan cairan
sisitemik
2. Kaji turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa (bibir, lidah).
Rasional :Indikator
langsung keadekuatan
masukan cairan
3. Catat laporan mual/
muntah.
Rasional :Adanya
gejala ini menurunkan
masukan oral
4. Pantau masukan dan
haluaran urine.
Rasional :Memberikan
informasi tentang
keadekuatan volume
cairan dan kebutuhan
penggantian

33
5. Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi.
Rasional :Memperbaiki
status kesehatan

D. Implementasi
Hari/Tanggal/ No Implementasi Respon TTD
Jam
Dx
Sabtu, 15
Desember
2018
08.50 1  Memberikan terapi S : Pasien mengatakan
O2 sesak nafas berkurang
O : RR = x/ menit,
SpO2: %, ekspansi dada
simetris, terpasang O2
nasal kanul 3 ltm
09.00 1  Menganjurkan S : pasien mengatakan
pemberian air hangat merasa nyaman saat
untuk minum minum air hangat, dahak
belum bisa keluar, batuk
sedikit berkurang
O : pasien kooperatif,
auskultasi paru ronkhi
09.10 1  memberikan posisi S : pasien mengatakan
yang nyaman buat sesak nafas berkurang saat
pasien, misalnya posisi setengah duduk
posisi semi fowler O : posisi semi fowler
09.20 2  Melakukan evaluasi S : pasien mengatakan jika
respon pasien dibuat banyak aktivitas

34
terhadap aktivitas masih lemas, sesak nafas,
sebagian aktivitas dibantu
keluarga
O : aktivitas sehari- hari
seperti makan minum,
mobilisasi di tempat tidur,
dilakukan mandiri
sedangkan toileting,
berpindah, berpakaian
dibantu oleh keluarga
Kekuatan otot : 5 5
5 5
09.30 2  Menjaga lingkungan S : pasien mengatakan
yang tenang dan lingkungan tenang, tidak
batasi pengunjung banyak pengunjung
O : pasien kooperatif
10.00 2  Menjelaskan S : pasien mengatakan
pentingnya istirahat akan istirahat dengan
dalam rencana cukup yang sebelumnya
pengobatan dan diselingi dengan aktivitas
perlunya O : pasien terlihat istirahat
keseimbamgan dengan pulas
aktivitas dan
istirahat.
10.20 2  Memonitor TTV S : pasien mengatakan
bersedia
O : Hasil TTV: TD :
mmHg, N: x/ menit, RR:
o
x/ menit, S: C
Minggu, 16
Desember

35
2018
08.50 1  Memberikan terapi S : pasien mengatakan
obat bersedia
O : pasien kooperatif
09.00 1  Melakukan S : pasien mengatakan
auskultasi bunyi sesak nafas berkurang,
nafas, dan mencatat masih batuk-batuk, dahak
adanya bunyi nafas. sedikit keluar, warna putih
kental
O : suara nafas ronkhi,
pasien terlihat masih
batuk-batuk, masih
terpasang O2 nasal kanul 3
ltm
09.30 1  Mengkaji/ memantau S : pasien mengatakan
frekuensi pernafasan, sesak nafas berkurang
catat rasio inspirasi/ namun masih batuk
ekspirasi O : RR : x/ menit, nafas
dangkal dan cepat. Rasio
inspirasi/ ekspirasi : 2/1
10.00 1  Membantu latihan S : pasien mengatakan
nafas abdomen atau dengan latihan nafas
bibir abdomen atau bibir sesak
nafasnya berkurang
O : pasien terlihat dapat
melakukan latihan nafas
abdomen dan latihan nafas
bibir
10.30 1  Mengobservasi S : pasien mengatakan
karakteristik batuk, batuk dan merasa dahak
bantu tindakan untuk nya tidak mudah keluar,

36
memperbaiki dengan latihan batuk
keefektifan upaya efektif dahak sedikit-
batuk. sedikit keluar
O : pasien kooperatif
dapat melakukan batuk
efektif, dahak putik kental
keluar sedikit-sedikit
11.00 2  Membantu aktivitas S : pasien mengatakan
perawatan diri yang masih lemah, aktivitas
diperlukan. perawatan diri seperti
mandi, toileting,
berpakain dibantu
keluarga
O : pasien terlihat dapat
makan minum, mobilisasi
di tempat tidur secara
mandiri, sedangkan
toileting, mandi,
berpakaian, berpindah
dibantu keluarga
11.30 2  Mengevaluasi respon S : pasien mengatakan
pasien terhadap terlalu banyak gerak
aktivitas membuat lemas dan sesak
bertambah
O : KU : lemah, lesu,
terlihat sesak nafas jika
banyak gerak
12.00 2  Memonitor TTV S : pasien mengatakan
bersedia
O : Hasil TTV: TD :
mmHg, N: x/ menit, RR:

37
o
x/ menit, S: C
Senin, 17
Desember
2018
08.40 1  Memberikan obat S : pasien mengatakan
sesuai indikasi. bersedia
O : pasien kooperatif
09.00 1  Mengauskultasi S : pasien mengatak sesak
bunyi nafas, catat nafas dan batuk sudah
adanya bunyi nafas. berkurang
O : RR : x/ menit, SpO2 :
% , auskultasi paru :
ronkhi, terpasang O2 nasal
kanul 3 ltm
09.30 1  Mengkaji/ memantau S : pasien mengatakan
frekuensi pernafasan, masih sesak dan batuk
catat rasio inspirasi/ namun berkurang
ekspirasi O : ekspansi dada
simetris, nafas cepat
teratur, rasio inspirasi/
ekspirasi : /
09.40 1  Memberikan anjuran S : pasien mengatakan
minum air hangat minum yang hangat
membuat tenggorokan nya
lega, dahak encer putih
mudah keluar sedikit-
sedikit
O : pasien kooperatif
10.00 2  Mengevaluasi respon S : pasien mengatakan
pasien terhadap lemas berkurang, tapi
aktivitas. sebagian aktivitas masih

38
dibantu sedikit-sedikit
O : KU: lemah pasien
terlihat dapat makan
minum, mobilisasi di
tempat tidur secara
mandiri, sedangkan
toileting, mandi,
berpakaian, berpindah
dibantu keluarga sedikit-
sedikit
11.00 2  Membantu aktivitas S : pasien mengatakan
perawatan diri yang lemas berkurang, aktivitas
diperlukan. sebagian dibantu sedikit-
sedikit
O : pasien kooperatif,
istirahat dan aktivitas
seimbang
11.30 2,3  Memonitor TTV S : pasien mengatakan
bersedia
O : Hasil TTV: TD :
mmHg, N: x/ menit, RR:
o
x/ menit, S: C
12.00 3  Mengkaji turgor S : pasien mengatakan
kulit, kelembaban kulitnya kering, bibir
membran mukosa kering
(bibir, lidah) O : turgor kulit terlihat
kering, mukosa bibir
kering
13.00 3  Mencatat laporan S : pasien mengatakan
mual/ muntah, diare BAB sudah 5x,
konsistensi cair, warna

39
kuning, perut sering
mulas, tidak mual, tidak
muntah
O : pasien diare akut, KU:
lemah, bising usus: 37x/
menit, terlihat sering
memegang daerah perut
yang mules
13.15 3  Memantau masukan S : pasien mengatakan
dan haluaran urine. minum dari pagi sampai
siang ini 1000cc, makan
habis 1 porsi, obat teratur
rutin diminum
O : pasien kooperatif
Intake : makan + minum +
infus + obat-obatan + AM
=
Output : BAB + BAK +
IWL =
BC = intake - output =

E. Evaluasi
Hari/Tanggal No Evaluasi TTD
/Jam
Dx
Sabtu, 15 1 S : Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk-
Desember batuk, dahak belum bisa keluar
O : RR = x/ menit, SpO2: %, ekspansi
dada simetris, terpasang O2 nasal kanul 3
ltm, auskultasi paru ronkhi, posisi semi
fowler, irama nafas cepat dan teratur, rasio

40
inspirasi/ ekspirasi ?
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi : bantu latihan nafas
abdomen atau bibir, observasi
karakteristik batuk, bantu tindakan untuk
memperbaiki keefektifan upaya batuk.
Pertahankan intervensi : Beri terapi obat,
auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya
bunyi nafas., kaji/ memantau frekuensi
pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi,
terapi O2
2 S : Pasien mengatakan jika dibuat banyak
aktivitas masih lemas, sesak nafas,
sebagian aktivitas dibantu keluarga
O : Aktivitas sehari- hari seperti makan
minum, mobilisasi di tempat tidur,
dilakukan mandiri sedangkan toileting,
berpindah, berpakaian dibantu oleh
keluarga, istirahat dengan cukup yang
sebelumnya diselingi dengan aktivitas,
Hasil TTV: TD : mmHg, N: x/ menit,
o
RR: x/ menit, S: C
Kekuatan otot : 5 5
5 5
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi, monitor TTV
Pertahankan intervensi Bantu aktivitas
perawatan diri yang diperlukan., evaluasi
respon pasien terhadap aktivitas
Minggu, 16 1 S : pasien mengatakan sesak nafas berkurang,

41
Desember masih batuk-batuk, dahak sedikit keluar,
warna putih kental
O : suara nafas ronkhi, pasien terlihat masih
batuk-batuk, masih terpasang O2 nasal
kanul 3 ltm, RR : x/ menit, nafas dangkal
dan cepat. Rasio inspirasi/ ekspirasi : 2/1,
terlihat dapat melakukan latihan nafas
abdomen dan latihan nafas bibir latihan
batuk efektif dahak terlihat sedikit-sedikit
keluar
A : masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi, auskultasi bunyi
nafas, dan catat adanya bunyi nafas., kaji/
memantau frekuensi pernafasan, catat
rasio inspirasi/ ekspirasi, anjurkan minum
hangat, terapi O2
2 S : Pasien mengatakan masih lemah, aktivitas
perawatan diri seperti mandi, toileting,
berpakain dibantu keluarga. pasien
mengatakan terlalu banyak gerak
membuat lemas dan sesak bertambah
O : Pasien terlihat dapat makan minum,
mobilisasi di tempat tidur secara mandiri,
sedangkan toileting, mandi, berpakaian,
berpindah dibantu keluarga, KU : lemah,
lesu, terlihat sesak nafas jika banyak
gerak. Hasil TTV: TD : mmHg, N: x/
o
menit, RR: x/ menit, S: C
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi, Bantu aktivitas
perawatan diri yang diperlukan., evaluasi

42
respon pasien terhadap aktivitas,
Senin, 17 1 S : pasien mengatak sesak nafas dan batuk
Desember sudah berkurang, pasien mengatakan
minum yang hangat membuat
tenggorokan nya lega, dahak encer putih
mudah keluar sedikit-sedikit
O : RR : x/ menit, SpO2 : % , auskultasi paru :
ronkhi, terpasang O2 nasal kanul 3 ltm,
ekspansi dada simetris, nafas cepat teratur,
rasio inspirasi/ ekspirasi : /
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi, Beri terapi obat,
auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya
bunyi nafas., kaji/ memantau frekuensi
pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi,
terapi O2
2 S : pasien mengatakan lemas berkurang, tapi
sebagian aktivitas masih dibantu sedikit-
sedikit
O : KU: lemah pasien terlihat dapat makan
minum, mobilisasi di tempat tidur secara
mandiri, sedangkan toileting, mandi,
berpakaian, berpindah dibantu keluarga
sedikit-sedikit, Hasil TTV: TD : mmHg,
o
N: x/ menit, RR: x/ menit, S: C
P : Pertahankan intervensi, Bantu aktivitas
perawatan diri yang diperlukan., evaluasi
respon pasien terhadap aktivitas,
3 S : Pasien mengatakan BAB sudah 5x,
konsistensi cair, warna kuning, perut

43
sering mulas, tidak mual, tidak
muntahpasien mengatakan kulitnya
kering, bibir kering,
O : turgor kulit terlihat kering, mukosa bibir
kering, diare akut, KU: lemah, bising
usus: 37x/ menit, terlihat sering
memegang daerah perut yang mules
Intake : makan + minum + infus + obat-
obatan + AM =
Output : BAB + BAK + IWL =
BC = intake - output =

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari konsep teori terdapat berbagai diagnosa masalah yang mungkin


muncul pada pasien Bronkopnemonia yang mengalami gangguan kebutuhan
dasar, namun pada tinjauan kasus kami hanya mengambil 3 diagnosa yaitu
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis dan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan permasalahan pernafasan
Pada diagnosa pertama Tn. H mengalami Ketidakefektifan pola nafas, hal
ini disebabkan karena hiperventilasi, masalah ketidakefektifan pola nafas ditandai
dengan adanya sesak, pola nafas abnormal , RR:30x/menit, perkusi paru redup,
ronki (+), hasil EKG sinus takikardi, HB :14,1, Leukosit: 10,1 , Trombosit : 301.
Intervensi yang dapat dilakukan dengan Pemberian terapi oksigen, Pengaturan
posisi: tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi , Monitor TTV,
Kolaborasikan dalam pemberian obat, Fisioterapi dada : terapi clapping dan

44
postural drainase. Evaluasi lanjutkan intervensi : terapi oksigen, terapi clapping
dan postural drainase
Kemudian pada diagnosa kedua, nyeri akut disebabkan karena agen cidera
biologis, ditandai dengan ketidakseimbangan antara suplai / kebutuhan oksigen,
Fisik tidak bugar, pasien mngatakan nyeri, broncopnemoni, nyeri seperti tertekan
di dada, hilang timbul nyeri ketika batuk, pasien nampak berbaring kesakitan,
pasien nampak memegang bagian yang terasa nyeri, intervensi yang dapat
dilakukan Mengkaji keluhan nyeri (PQRST), manajemen nyeri dengan nafas
dalam, memberikan edukasi nyeri, kolaborasi pemberian analgesic. Evaluasinya
lanjutkan intervensi relaksasi nafas dalam dan pemberian terapi obat
Selanjutnya untuk diagnose ke 3 dan intoleransi aktivitas disebabkan
karena permasalahan pernafasan, ditandai dengan lemas, mudah lelah dan terasa
sesak ketika berjalan, pasien membutuhkan bantuan orang lain dan alat, terpasang
kateter urinal, infus di tangan kiri 20 tpm. Intervensi yang bisa dilakukan yaitu
Manajemen lingkungan: memberikan edukasi lingkungan yang baik untuk pasien,
Bantuan perawatan diri : ADL buat jadwal aktivitas harian, tingkatkan secara
bertahap, ajarkan teknik napas efektif, monitor ku dan ttv, beri waktu istirahat
yang cukup, masalah teratatasi

45
BAB V

A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa:
Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan askep sesuai dengan
masalah kebutuham dasar pasien selama masa pendidikan baik di
akademik maupun di lapangan praktek.
2. Pasien
Hendaknya pasien mampu dan mau mengikuti program terapi dengan
baik serta kooperatif pada saat dilakukan tindakan, baik tindakan
medis maupun tindakan keperawatan
3. Keluarga
Agar keluarga selalu memberikan dukungan seperti meningkatkan
motivasi kepada pasien dan juga berperan dalam perawatan pasien
pada saat di rumah sakit maupun saat dirumah.
4. Rumah sakit
Meningkatkan peralatan dan pelayanan serta pemberian asuhan yang
dapat meningkatkan proses penyembuhan pasien.
5. Perawat
Hendaknya perawat tetap melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan SOP yang ada serta tetap meningkatkan asuhan keperawatan
dengan mengutamakan keselamatan dan kesembuhan pasien.
6. Institusi pendidikan
Hendaknya bagi institusi pendidikan tetap meningkatkan program
pendidikan yang paripurna dan berkualitas, serta siap mencetak calon
tenaga keperawatan yang siap bersaing di era global

46
Daftar Pustaka

Doenges, Marilynn E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC

Nettina, Sandra M. (2011). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Long, B. C.(2010). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 5. Bandung :Yayasan Ikatan

Alumni Pendidikan Keperawatan

Soeparma, Sarwono Waspadji. (2011). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid V. Jakarta

:Balai Penerbit FKUI

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (2010). Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC

47

Vous aimerez peut-être aussi