Vous êtes sur la page 1sur 4

Arak Bali, Potensi yang Terlarang

Pemerintah Kabupaten Karangasem sudah meminta pemerintah pusat agar daerahnya diizinkan bisa
memproduksi arak bali.

Anton Muhajir
Karangasem, Bali
2017-05-11

Seorang warga menjaga api agar menyala saat menyuling tuak untuk menjadi arak bali di Kabupaten
Karangasem, Bali, 9 Mei 2017.

Bagi I Nyoman Masta, arak bali termasuk sumber penghidupan. Namun, dia terpaksa harus kucing-kucingan
dengan petugas karena tak punya izin untuk membuat minuman beralkohol tersebut.

Masta tinggal di sebuah desa dalam Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, Bali.

Desa perbukitan tengah Bali ini terkenal sebagai pusat pembuatan arak bali, minuman tradisional beralkohol
khas Bali.

Seperti hampir semua penduduk desa itu, Masta sehari-hari bekerja sebagai petani. Tapi, menurutnya,
pendapatan terbesar warga justru dari produksi dan penjualan arak bali.

“Kalau tak ada arak bali, kami pasti lebih susah dapat penghasilan sehari-hari,” katanya saat
ditemui BeritaBenar, Selasa, 9 Mei 2017.
Arak bali dibuat dari dua jenis bahan, sadapan bunga kelapa atau air nira yang terlebih dulu difermentasi menjadi
tuak. Agar menjadi arak, tuak harus disuling sekitar 4 jam. Hasilnya berupa arak bali dengan kandungan alkohol
antara 15 hingga 45 persen.

Menurut Masta, makin tinggi kadar alkohol, semakin bagus kualitasnya. Namun, karena kandungan alkohol,
pembuatan arak jadi tidak mudah bagi Masta ataupun para pembuat lain.

“Kalau ada kasus keracunan arak metanol, kami pasti dicari-cari sama petugas,” ujarnya.

Keracunan metanol

Kasus keracunan arak metanol memang sering terjadi beberapa kali di Bali. Salah satu kasus terbesar terjadi
pada 2009 ketika 18 orang tewas setelah minum arak oplosan atau arak metanol di beberapa wilayah di Bali.

Pada 2014, setidaknya 51 orang menjadi korban keracunan arak oplosan di Singaraja, Buleleng. Selain
mengakibatkan kematian, arak metanol juga menyebabkan kebutaan.

Putu Ayu Indrayathi, Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, mengatakan, ada dua penyebab orang keracunan arak metanol. Pertama karena arak dicampur
(dioplos) dengan bahan tidak layak konsumsi, misalnya obat nyamuk atau spiritus.

“Tujuannya untuk mendapatkan sensasi dan cepat mabuk,” katanya.

Penyebab kedua karena minuman tersebut dibuat dalam suhu tidak cukup tinggi agar arak menjadi etanol.
Menurut Ayu, pembuatan arak agar menjadi etanol memerlukan suhu hingga 78 derajat celcius.

“Jika dibuat dengan suhu api di bawah itu, dia mengandung metanol. Itu berbahaya,” jelasnya.

Kasus keracunan arak metanol di Bali terjadi hampir tiap tahun. Korbannya tidak hanya warga lokal, tapi juga
turis asing.

Begitupun, Ayu mengatakan, hampir tidak ada orang keracunan setelah minum arak bali tradisional. Biasanya,
pengoplosan dengan bahan-bahan lain terjadi di tingkat penjual. Alasannya untuk mendapatkan untung lebih
tinggi.

Ni Luh Sukarini, pembuat arak bali di Kecamatan Abang, Karangasem, mengungkapkan hal sama. Secara turun
temurun, warga setempat membuat arak bali untuk berbagai keperluan.

Selain untuk perlengkapan upacara agama Hindu, arak bali juga diminum saat hajatan, seperti upacara di pura,
pernikahan, ataupun kematian.

“Orang minum arak bali sampai muntah-muntah pun tidak akan ada yang mati. Justru mereka akan merasa lebih
sehat besok paginya,” katanya.

Dewa Arak

Sukarini telah membuat arak bali di Karangasem sejak 1986 setelah ia menikah dengan I Nyoman Simpanaya.
Desa berjarak sekitar 80 km dari Denpasar ini terkenal dengan arak khasnya, arak merita, mengacu pada nama
banjarnya, Merita.
Sebagai penghormatan terhadap arak bali, umat Hindu bahkan memiliki Dewa Arak yang disebut Ida Betara Api.
Bila ada upacara di Pura Puseh, Dewa Arak akan disembah.

Menurut ibu lima anak ini, warga sudah turun temurun membuat arak dari bahan nira atau tuak. Dia tidak
mengambil air nira dari pohon, tapi membeli dari pembuat tuak di desa-desa sekitarnya.

Tuak disuling dengan batang bambu selama 4-5 jam. Uap mengalir lewat batang bambu, kemudian menetes jadi
arak. Perbandingannya rata-rata 3:1 yaitu 3 liter tuak disuling menjadi 1 liter arak.

Harga arak bali relatif. Untuk arak dengan kandungan alkohol sampai 45 persen atau kualitas terbaik, harga per
1 liter antara Rp 50 ribu hingga Rp 90 ribu.

Arak bali dengan kadar alkohol 15 persen, harga separuhnya. Dalam sehari, jika musim banyak tuak, mereka
bisa mendapatkan hingga 30 liter sehari. Kalau tidak musim, hanya 10 liter.

Baik Sukarini maupun Masta menjualnya secara sembunyi-sembunyi. Mereka hanya melayani pembeli yang
datang ke tempat pembuatan. Kadang-kadang, ada pengepul arak membeli dalam jumlah besar, tapi itu jarang
terjadi.

Seorang warga menuangkan arak bali ke botol untuk dijual di Karangasem, Bali, 9 Mei 2017. (Anton
Muhajir/BeritaBenar)

Tanpa izin

Para pembuat arak bali berharap pemerintah bisa memfasilitasi mereka dalam mengurus perizinan, sehingga
mereka tidak harus memproduksinya secara sembunyi-sembunyi.
Namun sebuah Peraturan Presiden (Perpres) tahun 2014 menyatakan, bahwa produksi minuman beralkohol,
seperti halnya arak bali, termasuk dilarang.

“Memang tidak boleh ada izin pembuatan arak,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Karangasem, I Gusti Ngurah Suarta, saat dikonfirmasi BeritaBenar.

Meskipun demikian, Suarta membenarkan Karangasem memang menjadi pusat produksi arak bali, yang tersebar
di beberapa kecamatan, seperti Abang, Sidemen, Sibetan, dan Kubu. Pembuatannya dalam skala rumah tangga,
seperti Masta dan Sukarini.

Jumlahnya ribuan karena hampir setiap rumah di daerah-daerah itu memang membuat arak.

Pemerintah Kabupaten Karangasem telah meminta pemerintah pusat agar daerahnya mendapat pengecualian,
diizinkan memproduksi arak bali sehingga bisa memberikan izin.

“Mudah-mudahan pemerintah pusat nantinya mengizinkan,” pungkas Suarta.

Vous aimerez peut-être aussi