Vous êtes sur la page 1sur 18

Clinical Science Session

* Kepanitraan Klinik Senior/G1A216041/ Januari 2019


** Pembimbing : Dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV

A CLINICO-EPIDEMIOLOGICAL STUDY OF CHILDHOOD


HERPES ZOSTER

oleh:
Diga Ana Rusfi, S.Ked*
G1A216041

Pembimbing:
Dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

0
LEMBAR PENGESAHAN

A CLINICO-EPIDEMIOLOGICAL STUDY OF CHILDHOOD


HERPES ZOSTER

Oleh:
Diga Ana Rusfi, S.Ked*
G1A216041

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

Jambi, Januari 2019


Pembimbing

Dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, tugas baca jurnal atau clinical science
session (CSS) yang berjudul “A Clinico-Epidemiological Study of Childhood
Herpes Zoster” ini dapat terselesaikan Tugas ini dibuat agar penulis dan teman-
teman sesama koass periode ini dapat memahami tentang patogenesis, komplikasi,
dan pengobatan dari kasus ini. Selain itu juga sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD
Raden Mattaher Jambi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Fitriyanti, Sp KK, FINSDV
selaku pembimbing dalam kepaniteraan klinik senior ini dan khususnya
pembimbing dalam tugas baca jurnal ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini
jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih
baik kedepannya. Akhir kata, semoga tugas baca jurnal ini bermanfaat bagi kita
semua dan dapat menambah informasi serta pengetahuan kita.

Jambi, Januari 2019

Penulis

2
A CLINICO-EPIDEMIOLOGICAL STUDY OF CHILDHOOD HERPES
ZOSTER

Abstrak

Herpes zoster (HZ) adalah infeksi virus yang disebabkan oleh reaktivasi dari
virus varicella zoster (VZV) atau Human herpes virus tipe 3 (HHV 3) pada
ganglion akar saraf posterior. HZ jarang dilaporkan pada kelompok umur anak
dengan kekebalan lengkap. Adanya infeksi di masa lalu dengan VZV dan
imunisasi dengan vaksin cacar adalah kunci dalam timbulnya varicella zoster
pada anak-anak.
Tujuan pada studi ini adalah untuk mempelajari pola epidemiologi-klinis dari
infeksi HZ pada anak berusia kurang dari 12 tahun dan memulai manajemen dini
untuk mencegah komplikasi jangka panjang. Sebuah studi observasional
prospektif dengan durasi selama 2 tahun dilakukan di sebuah rumah sakit tersier,
dan semua anak-anak kurang dari 12 tahun dengan HZ didiagnosis dilibatkan
dalam penelitian ini. Sebanyak 39 anak-anak yang didiagnosis memiliki infeksi
HZ pediatrik selama masa studi. Anak-anak dilakukan follow up selama 4
minggu setelah di diagnosis dan diobati dengan terapi oral acyclovir bersama
dengan pengobatan simptomatik
Semua anak memiliki peluang ke arah benign, dan saudara mereka dan anak yang
kontak juga diperiksa untuk pengembangan HZ atau cacar selama masa inkubasi.
Semua anak diskrining untuk mengetahui immunodeficiency yang mendasari dan
dua kasus ko-infeksi HIV telah terdeteksi. HZ adalah penyakit langka di masa
kecil. Varicella pada anak usia dini merupakan faktor risiko untuk HZ pada anak-
anak immunocompromised dan imunokompeten. Munculnya HZ pada anak usia
muda tidak selalu menyiratkan immunodeficiency atau keganasan, tetapi anak-
anak harus diskrining untuk immunodeficiency. Secara umum, prognosis baik
untuk anak-anak.
Kata Kunci : Herpes Zoster, Pediatrik, Virus Varisella Zoster

3
PENDAHULUAN

Infeksi Herpes Zoster (HZ), juga dikenal dengan “Shingles” disebabkan oleh
reaktivasi endogen virus varisela zoster (VZV) laten yang berada di ganglion
akar dorsal sensoris, yang biasanya terjadi setelah infeksi primer dengan VZV
yang menyebabkan cacar air, biasanya berkembang setelah beberapa tahun dari
infeksi primer dari cacar air atau vaksinasi dengan vaksin cacar air, sebagaimana
kita mengetahui vaksin varisella adalah virus hidup yang dilemahkan, ada
kemungkinan bahwa penerima vaksin dapat mengembangkan terjadinya herpes
zoster, vaksin terdiri dari benih hidup dilemahkan dari virus varisella zoster yang
digunakan untuk vaksin monovalent varisella, bagaimanapun dosis untuk vaksin
ini 14 kali lebih tinggi sama hal nya dengan VZV tipe liar, dimana bias
menyebabkan infeksi laten di ganglion akar dorsal mengikuti infeksi primer
varisella yang reaktif beberapa tahun kemudian sehingga menyebabkan herpes
zoster, meskipun begitu resiko dari vaksin varisella sehingga menyebabkan
herpes zoster cukup rendah. Fenomena ini dapat terjadi pada individu sehat dan
immunokompromise, meskipun HZ karena vaksin jarang terjadi, insiden dari HZ
pada penerima vaksin adalah sekitar 14 kasus dalam 100.000 orang/tahun. HZ
telah disebutkan 8,6% dari efeks samping dalam 2 minggu pertama vaksin.

Secara umum, reaktivasi penyakit terjadi pada populasi dewasa saat resisten
terhadap virus ini menurun akibat mediasi sel imunosupresi atau ada penekanan
kekebalan umum. Insiden kumulatif pada populasi umum adalah sekitar 10% -
30%, dengan adanya peningkatan risiko setelah 50 tahun. Tingkat kejadian yang
disesuaikan menurut umur pada anak-anak di bawah 12 tahun hanya 0,45 per
1000 orang sedangkan pada kelompok usia 75 tahun dan di luar itu menimbulkan,
secara signifikan meningkat hingga 4,5 per 1000 orang. Reaktivasi VZV
mengenai saraf kulit yang terkena, menyebabkan nyeri, erupsi vesikular unilateral
dalam distribusi dermatom. Meskipun HZ didominasi infeksi dari populasi
dewasa, kemungkinan infeksi pediatrik lebih bias terjadi jika pasien memiliki
infeksi cacar pada tahun pertama kehidupan atau memiliki paparan virus dalam
rahim.
4
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau data clinicoepidemiological
untuk HZ pada populasi pediatrik untuk diagnosis dini dan pengobatan untuk
meminimalkan komplikasi jangka panjang
Secara umum, perjalanan herpes lebih ringan pada anak-anak, dan durasi rata-rata
penyakit ini 1-3 minggu. Meskipun nyeri pada lesi dan gatal-gatal dapat hadir,
neuralgia postherpetik telah jarang dilaporkan. Lini pertama terapi di HZ masa
kanak-kanak adalah asiklovir oral yang diberikan dengan dosis 20-40 mg/kgBB
empat kali sehari.

Bahan dan Metode

Sebuah studi kohort prospektif selama durasi 2 tahun dilakukan di sebuah rumah
sakit perawatan tersier. Semua kasus klinis didiagnosis dari HZ pada anak-anak
hingga usia 12 tahun dilibatkan dalam penelitian ini. Penelitian ini direncanakan
untuk meninjau data clinicoepidemiological untuk HZ pada populasi pediatrik
untuk diagnosis dini dan pengobatan sehingga meminimalkan komplikasi jangka
panjang. Penelitian ini ditinjau dan disetujui oleh komite etika kelembagaan, dan
semua pasien memberikan persetujuan sukarela mereka untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Antibodi virus anti-varicella tidak diperkirakan dalam penelitian ini sebagai
fasilitas yang tidak tersedia di pusat studi, dan diagnosis didasarkan pada
presentasi klinis saja.

Hasil

Sebanyak 39 pasien didiagnosis memiliki HZ pada kelompok usia kurang dari 12


tahun selama durasi studi 2 tahun. Dari ini, 2 pasien memiliki diagnosis mendasari
yaitu infeksi HIV; Namun, kedua anak tersebut tidak dilaporkan adanya riwayat
cacar. Semua kasus yang telah didiagnosis dilakukan smear Tzank, dan infeksi
HIV yang dikesampingkan dalam 37 kasus sisanya menggunakan screening
enzim-linked immunosorbentassay (ELISA).

5
Satu pasien mengembangkan lesi berisi cairan yang nyeri dalam distribusi
dermatom saat ia dirawat diberikan agen kemoterapi untuk leukemia limfositik
akut. Dari 39 kasus, 22 (56%) adalah perempuan dan 17 (44%) adalah anak laki-
laki. Pasien termuda dan tertua berusia 3 tahun dan 11 tahun, masing-masing
[gambar klinis ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2]. Usia rata-rata populasi
penelitian adalah 4,5 tahun dengan 26 pasien dalam kelompok umur 2-6 tahun dan
13 pasien berada dalam kelompok usia 6-12 tahun.

Gambar 1. Herpes Zoster pada anak usia 2 tahun dengan kelompok vesikel dan papul eritema
dengan distribusi pada dermatom T-1 kiri

Dari 39 anak, 12 anak (31%) yang divaksinasi cacar dan 20 anak (51%) tidak
divaksinasi, dan untuk sisanya 7 (18%), status vaksinasi tidak diketahui. Kedua
anak-anak dengan status HIV positif tidak divaksinasi dengan virus cacar hidup
yang dilemahkan. Status vaksinasi pasien ditunjukkan pada Gambar 3. Ada
terdokumentasi atau riwayat diandalkan infeksi cacar hanya 11 (28%) dari pasien,
dan sisanya 28 (72%) tidak memiliki riwayat cacar. Dari 11 anak dengan riwayat
cacar, jangka waktu rata-rata antara timbulnya cacar dan lesi

6
Gambar 2 dan 3. Herpes Zoster pada anak usian 11 tahun kelompok vesikel pada dermatom L3-L4

HZ adalah 4-3 tahun dan kesenjangan minimum adalah 1 tahun. Dari 12 anak
yang divaksinasi, 2 anak-anak memberikan sejarah cacar telah dikembangkan, dan
durasi rata-rata pengembangan cacar adalah sekitar 15 bulan setelah vaksinasi.

Cacar didokumentasikan dalam 3 anak-anak di tahun pertama kehidupan, dan dua


dari tiga ini memiliki riwayat cacar pada periode neonatal, dengan riwayat positif
dari cacar ibu pada periode perinatal. Tidak ada gejala prodromal pada anak-anak,
dan semua anak-anak memiliki de-novo penampilan vesikel yang berkelompok
dalam pola dermatomal. Lesi dikaitkan dengan sensasi terbakar ringan dan nyeri
di sepanjang dermatom yang terkena. Durasi rata-rata antara timbulnya ruam dan
pelaporan ke pusat penelitian adalah 1,3 hari, dan 32 (82%) anak-anak dilaporkan
dalam 72 jam pertama dari ruam. dermatom Thoracic pada 20 (51%) anak-anak,
tungkai atas 9 (23%), kepala dan leher 6 (15%), dan tungkai bawah 4 (10%) dari
anak-anak [Gambar 4]. Tzank smear diwarnai dengan metilen biru menunjukkan
sel raksasa berinti banyak. Temuan histopatologi ditunjukkan pada Gambar 5,
yang menunjukkan berinti dan keratinosit acantholytic dengan inklusi nuklir yang
berbeda dan padat perinuklear limfositik infiltrasi. Kedua pasien dengan infeksi

7
HIV memiliki jumlah CD4 dari 340 dan
560 sel/m. Semua anak diobati dengan
acyclovir pada dosis 20 mg /kgBB / empat
kali sehari selama 7 hari. Para pasien juga
diberikan manajemen gejala berupa
parasetamol oral dan topikal calamine
lotion. Ada resolusi lengkap dari lesi kulit
pada semua pasien, dan tidak ada neuralgia
pasca herpetik dilaporkan setelah 4 minggu
pengamatan. Selama seluruh periode
pengamatan, tidak ada anak-anak yang lesi
berisi cairan yang nyeri, yang menandakan
kambuhnya HZ

Diskusi
Di masa lalu, HZ masih diyakini menjadi
indikator untuk keganasan, leukemia
limfatik terutama yang akut; Namun,
bertentangan dengan temuan ini, studi
terbaru menunjukkan bahwa tidak ada
peningkatan kejadian keganasan pada anak
dengan HZ. Sekitar 3% dari kasus HZ pediatrik terjadi pada anak-anak dengan
keganasan.
Telah menjadi tren baru dalam Maraknya kasus HZ di masa kanak-kanak.
Vaksinasi virus hidup yang dilemahkan bisa menjadi salah satu alasan untuk
kenaikan ini dalam jumlah kasus.
Anak-anak dengan HZ de novo tanpa pengembangan cacar dapat mungkin
dijelaskan oleh fakta bahwa episode cacar ringan dan terjadi tanpa disadari oleh
orang tua dan dokter yang merawat. episode ringan cacar dikaitkan dengan kasus
umum cacar ringan pada anak-anak, dan gejala-gejala dan durasi penyakit lebih
lanjut terbantu dengan imunisasi anak. Juga, episode cacar di masa kecil, jika

8
tidak terkait dengan tanda-tanda dan gejala klasik, dapat didiagnosis sebagai
eksantema virus yang berbeda dan tidak didokumentasikan. Kejadian ini
meningkatnya HZ pada anak-anak yang sehat mungkin karena memperoleh
infeksi varicella primer dalam rahim atau pada masa bayi, dimana kekebalan
tubuh tidak sepenuhnya dikembangkan. Bhushan et al menyatakan bahwa status
imunologi pada saat memperoleh infeksi primer adalah faktor yang paling penting
dalam HZ masa kanak-kanak. Tingkat rendah NK sel, limfosit, dan sitokin terlihat
pada anak-anak bersama dengan imunoglobulin spesifik virus yang dapat
mengakibatkan ketidakmampuan untuk mempertahankan latency dari VZV, yang
mengarah ke penampilan awal zoster pada anak-anak. Dalam sebuah studi oleh
Federer dan Hoss, telah disebutkan bahwa kejadian meningkat HZ dengan usia
lanjut, meskipun anak-anak yang telah memiliki varicella selama tahun pertama
kehidupan (atau dalam rahim) meeningkatan risiko berkembang menjadi HZ.

Sebagian besar diagnosis HZ dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis rinci, dan


distribusi dermatom karakteristik vesikel yang berkelompok. Dilema muncul
dalam kasus lesi melompat atau distribusi multidermatomal. Diagnosis dapat
dikonfirmasi oleh Tzanck. smear dari kerokan dari lantai vesikel yang
menunjukan sel raksasa berinti pada mikroskop langsung. Metode lainnya adalah
biopsi kulit dan pemeriksaan histopatologi dan tes antibodi fluoresen langsung. tes
serologis untuk antibodi terhadap studi virus dan kultur virus juga tersedia untuk
diagnosis. Idealnya, pada kelompok usia anak, jumlah limfosit mutlak, tingkat
CD4/CD8 ratio, dan serum immunoglobulin juga perlu diperkirakan untuk
menyingkirkan imunosupresi bersamaan terdeteksi dalam kasus HZ.

Dalam sebuah studi oleh Wood et al. pada varicella primer dan HZ antara anak-
anak yang terinfeksi HIV telah mencatat bahwa kejadian HZ di populasi anak
yang terinfeksi dengan infeksi HIV mengalami penurunan sejak tahun 1989.
Penurunan ini yang terjadi setelah tahun 2000 mungkin merupakan efek
gabungan dari terapi antiretroviral yang sangat aktif dan imunisasi terhadap
varicella.

9
Tabel 1: Semua penelitian herpes zoster pada anak-anak dengan temuan yang
relevan
STUDI OBSERVASI
Leung et al. Insiden HZ antara penerima vaksin pada kelompok usia pediatrik
adalah 14 kasus per 100.000 orang-tahun. Pada anak-anak,
dermatom serviks
Weinmann et al Insiden HZ pada anak-anak yang divaksinasi adalah 79% lebih
rendah dibandingkan pada anak-anak tidak divaksinasi. Di antara
anak-anak yang divaksinasi
Katakam et al Munculnya HZ pada anak-anak tidak selalu menyiratkan
immunodeficiency atau keganasan. Prognosis umumnya baik pada
anak-anak yang sehat
Prabhu et al 10 anak-anak dengan HZ masa belajar: Tidak ada yang divaksinasi
sebelum dan 3 anak-anak memiliki cacar air sebelum
Guffey et al. laporan kasus seorang anak 19-bulan-tua yang dikembangkan HZ
6 bulan setelah vaksinasi
Feder dan Hoss Lima kasus HZ anak belajar Anak-anak yang memiliki
varicella selama tahun pertama kehidupan (atau dalam
rahim) berada pada peningkatan risiko mengembangkan
zoster. Insiden zoster kurang setelah vaksinasi varicella dari
itu setelah infeksi alami
kayu SM et al. Insiden HZ pada anak-anak yang terinfeksi dengan infeksi
HIV telah menurun sejak tahun 1989 Varicella zoster virus
imunisasi adalah efektif dalam mencegah kedua virus
varicella zoster primer dan HZ dalam kelompok ini
Wen dan Liu Anak-anak dengan infeksi varicella memiliki risiko yang jauh
lebih besar dari HZ daripada anak-anak yang divaksinasi
tanpa riwayat varicella (risiko relatif = 2,31 pada 4 tahun
masa tindak lanjut, P < 0,001)

10
Risiko relatif berkembang HZ masa kecil jauh lebih banyak pada anak-anak yang
memiliki riwayat cacar masa kecil dibandingkan pada anak-anak yang telah
divaksinasi dan tidak memiliki riwayat definitif cacar.

Blaschkitis adalah diagnosis diferensial yang penting dan dapat menjadi tantangan
klinis pada populasi pediatrik. Namun, Blaschkitis tidak biasanya mengikuti
dermatom, dan sepanjang garis yang diusulkan Blaschko. Rasa sakit dan gejala
konstitusional biasanya tidak ada di Blaschkitis, dan resolusi lesi di zoster
membantu dalam diferensiasi klinis mudah antara dua kondisi.

Secara umum, perjalanan penyakit yang lebih ringan pada anak-anak dengan
resolusi lengkap dalam sekitar 2-3 minggu. Dalam penelitian kami, pada anak-
anak antara kelompok usia 2 dan 12 tahun, yang akut linu tajam tidak diamati,
yang merupakan ciri khas dari HZ pada orang dewasa. Meskipun pruritus pada
lesi dan nyeri hadir, kejadian neuralgia pasca herpetic, yang sering diabaikan
merupakan komplikasi yang paling umum dari HZ pada orang dewasa. Sejauh ini,
hampir semua melaporkan seri dan kasus terisolasi laporan telah menekankan
pada fakta bahwa zoster masa kanak-kanak adalah penyakit yang relatif ringan
dengan gejala diabaikan prodromal, pasca herpetik neuralgia, atau komplikasi
lainnya yang signifikan. obat antivirus seperti asiklovir adalah andalan
pengobatan herpes zoster masa kanak-kanak. pengobatan simtomatik dan
menenangkan kecemasan orang tua. Komplikasi seperti pascaherpes neuralgia
atau komplikasi penting lainnya seperti infeksi sekunder atau viremia jarang
dilaporkan.

Diagnosis diferensial yang paling dekat dikesampingkan adalah reaksi gigitan


serangga dan dermatitis iritan, bagaimanapun, vesikula kelompok dalam distribusi
dermatom yang cukup untuk mendiagnosa kasus.

Meskipun kondisi ini dapat mengatasi dalam minggu tanpa gejala sisa apapun,
komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, keterlibatan saraf motorik, dan efek

11
pada organ-organ vital seperti mata dalam bentuk HZ oftalmikus, harus dipantau
dan diobati di awal. Ada sangat sedikit studi menyoroti prevalensi HZ pada
populasi pediatrik. artikel paling diterbitkan telah menyoroti laporan kasus dan
insiden pasca vaksinasi. Sebuah pencarian literatur dengan kata kunci “herpes
zoster” dan “anak-anak / pediatri” menghasilkan beberapa penelitian, dan temuan
yang sama telah didokumentasikan pada Tabel 1.

Kesimpulan
HZ jarang terjadi pada anak-anak. Infeksi varicella pada anak usia dini
merupakan faktor risiko untuk HZ pada anak usia dini. Munculnya HZ pada anak
tidak penanda kulit untuk immunodeficiency atau keganasan. Prognosis cukup
baik dan pasca herpetik neuralgia, seperti yang dilaporkan dalam populasi orang
dewasa, tidak hadir dalam penelitian kami. Cacar air pada anak-anak dapat
bermanifestasi sebagai infeksi subklinis atau dengan fitur ringan atipikal dan bisa
pergi tanpa diketahui. HZ dapat menjadi manifestasi pertama infeksi varicella
pada kelompok usia pediatrik, yang jelas bahkan pada anak-anak divaksinasi
terhadap virus varicella.

Persetujuan Pasien
Para penulis menyatakan bahwa mereka telah memperoleh segala bentuk
persetujuan pasien. Dalam bentuk pasien telah memberikan persetujuan mereka
untuk gambar mereka dan informasi klinis lain untuk dilaporkan dalam jurnal.
Para pasien memahami bahwa nama dan inisial mereka tidak akan dipublikasikan
dan upaya karena akan dilakukan untuk menyembunyikan identitas mereka, tetapi
anonimitas tidak dapat dijamin.

Dukungan keuangan dan sponsor


Nol.

Konflik
Tidak ada konflik

12
Referensi

1. Leung AK, Robson WL, Leong AG. Herpes zoster di masa kecil. J
Pediatr Kesehatan 2006; 20: 300-3.
2. Weinmann S, Chun C, Schmid DS, Roberts M, Vandermeer M, Riedlinger K,
et al. Kejadian dan karakteristik klinis dari herpes zoster pada anak-anak di era
vaksin varicella, 2005-2009. J Infect Dis 2013; 208: 1859-1868.
3. Gerson AA, Chen J, Davis L, Krinsky C, Cowles R, Reichard R, et al. Latency
dari virus varicella zoster di akar dorsal, tengkorak, dan ganglia enterik pada
anak-anak yang divaksinasi. Trans Am Clin Climatol Assoc 2012; 123: 17-33.
4. Tseng HF, Schmid DS, Harpaz R, LaRussa P, Jensen NJ, Rivailler P, et al.
Herpes zoster disebabkan oleh vaksin strain virus varicella zoster dalam
penerima imunokompeten vaksin zoster. Clin Menginfeksi Dis 2014; 58:
1125-8.
5. Hardy saya, Gerson AA, Steinberg SP, LaRussa P. Insiden zoster setelah
imunisasi dengan vaksin varicella hidup yang dilemahkan. Sebuah studi pada
anak-anak dengan leukemia. Varicella Vaksin Collaborative Study Group. N
Engl J Med 1991; 1545-1550.
6. Willis ED, Woodward M, Brown E, Popmihajlov Z, Saddier P, Annunziato
PW, et al. Vaksin herpes zoster hidup: Sebuah tinjauan 10 tahun
7. Ragozzino MW, Melton LJ 3 rd, Kurland LT, Chu CP, Perry HO., studi
berbasis populasi herpes zoster dan gejala sisa. Kedokteran (Baltimore) 1982;
61: 310-6.
8. .Katakam BK, Kiran G, Kumar U. Sebuah studi prospektif dari herpes zoster
pada anak-anak. India J Dermatol 2016; 61: 534-9.
9. Kakourou T, Theodoridou M, Mostrou G, Syriopoulou V, Papadogeorgaki H,
Constantopoulos A, et al. Herpes zoster pada anak-anak. J Am Acad Dermatol
1998; 39: 207-10
10. Prabhu S, Sripathi H, Gupta S, Prabhu M. Childhood herpes zoster: Sebuah
pengelompokan sepuluh kasus. India J Dermatol 2009; 54: 62-4.

13
11. Guffey DJ, Koch SB, Bomar L, Huang WW. herpes zoster setelah vaksinasi
varicella pada anak-anak. Cutis 2017; 99: 207-11
12. Bhushan P, Sardana K, Mahajan S. dermatom erupsi vesikular pada bayi tanpa
gejala. Dermatol online J 2005; 11: 26
13. Feder HM Jr, Hoss DM. Herpes zoster pada anak-anak yang sehat. Pediatr
Infect Dis J 2004; 23: 451-7.
14. Salomo AR. tes diagnostik baru untuk infeksi herpes simpleks dan varicella
zoster J Am Acad Dermatol 1988; 18: 218-21
15. Kayu SM, Shah SS, Steenhoff AP, Rutstein RM. varicella primer dan herpes
zoster pada anak yang terinfeksi HIV dari tahun 1989 ke 2006. Pediatrics
2008; 121 e150-6.
16. Wen SY, Liu WL. Epidemiologi anak herpes zoster setelah infeksi varicella:
Sebuah studi berbasis populasi. Pediatrics 2015; 135: e565-71.

14
DISKUSI
1. Komplikasi Herpes Zoster
Jawab :
- Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan bakteri., superinfeksi
bakteri pada kulit yang menyebabkan lamanya proses penyembuhan
dan komplikasi lainnya. Superinfeksi disebabkan oleh karena
rendahnya imunitas pasien dan ketika terdapat lesi terbuka. Bakteri
yang sering menyerang adalah bakteri Streptococcus dan
Staphylococcus. Pemberian antibiotik spektrum luas diperlukan untuk
pengobatan awal untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
Virus herpes zoster dan superinfeksi bakteri dapat menyerang tidak
hanya terbatas pada saraf spinalis, namun juga bisa menyebar ke
bagian saraf sentralis, yang menyebabkan inflamasi meningeal dan
meningitis.
- Posherpetic neuralgia (PHN) Insidennya meningkat dengan
bertambahnya umur dimana lebih kurang 50 % penderita PHN berusia
lebih dari 60 tahun dan PHN biasanya jarang terjadi pada anak-anak.
- Pada daerah ophthalmic dapat terjadi keratitis, episcleritis, iritis,
papillitis dan kerusakan syaraf.
- Herpes zoster yang desiminata yang dapat mengenai organ tubuh
seperti otak, paru dan organ lain dan dapat berakibat fatal

15
2. Pemeriksaan Tzank Smear
Jawab :
Pemeriksaan ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap sel-sel
yang berasal dari vesikel atau bulla pada herpes zoster, varisela, herpes
simpleks, pemphigus, infeksi staphylococcus
Bahan dan Alat :
Scalpel, gunting, miksroskop, pengecatan wright, gelas objek
Cara :
- Memilih lesi yaitu bula/vesikel
- Dengan scalpel atau gunting, angkat dinding bulla
- Isap air/serum yang terdapat didalamnya dengan spon
- Kerok dasar erosi bulla dengan scalpel
- Buat hapusan kecil kerokan tersebut diatas gelas objek
- Lakukanlah pengecatan dengan wright giemsa
- Diperiksa dibawah mikroskop pembesaran 10,40, dan 100 kali
Hasil :
Pemeriksaan ini mengidentifikasi
1. Sel epidermis : Sel ini berukuran 2-3 kali lebih besar dari PMN.
Biasanya polygonal, inti ditengan, mengandung granula halus dan
sering melekat satu dengan yang lainnya membentuk kelompok
2. Sel achantolitik (Tzank) : Sel sel ini adalah epidermis yang terbentuk
bulat dengan pengecatan berwarna gelap.Cytoplasma di bagian tepi
yang tampak padat dan sel ini hampir tidak pernah dijumpai
berkelompok, biasanya soliter, intinya terlihat gelap di bagian tepinya
dan intinya relative berukuran besar dibandingkan dengan kelompok
cytoplasma

16
3. Multinucleated giant cell (sel raksasa berinti banyak) dan: sel ini jauh
lebih banyak dari sel epidermis dengan mengandung inti banyak di
dalam suatu sel, sel ini merupakan sel mononuclear yang terinfeksi
virus

4. sel mast : bentuk sel mast bullat dengan ukuran lebih besar dari dari
PMN dan mempunyai inti di tengah serta mengandung banyak granula
dalam sitoplasma

17

Vous aimerez peut-être aussi