Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV)
tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan (Handoko, 2010).
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita
dengan frekuensi yang tidak berbeda (Siregar, 2012).
Herpes simplex termasuk penyakit menular yang bisa menginfeksi setiap orang.
Torres melaporkan bahwa HSV telah menginfeksi lebih dari 40% penduduk dunia.
Syahputra, dkk, di amerika, Inggris dan australia ditemukan kurang lebih 50% wanita
dengan HSV positif. di eropa HSV berkisar antara 7-16%, afrika 30-40% oleh karena itu
di katakan bahwa saat ini herpes simplex sudah merupakan endemik di banyak negara. Di
Indonesia sampai saat ini belum ada angka yang pasti,dari 13 rumah sakit, disebutkan
bahwa herpes simplex merupakan penyakit menular yang sering dijumpai. Kelompok
resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang dengan perilaku yang tidak sehat.
( Arnold et al, 2011)
Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah infeksi herpes simpleks.
Imunisasi yang ada saat ini adalah imunisasi untuk virus Varicella-Zoster atau cacar air
yang nantinya dapat mencegah herpes zoster. Tindakan prevensi tertular penyakit herpes
dengan menghindari kontak kulit ke kulit dengan orang yang sedang mengalami infeksi
primer herpes, dan tetap menjaga imunitas tubuh. Pengobatan dengan Acyclovir pada
dasarnya bertujuan untuk memperpendek masa serangan terjadi dan mencegah
kekambuhan. Pengobatan yang tepat dan sedini mungkin dipercaya akan menyebabkan
penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurensi lebih jarang (Arnold et al, 2011).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka Herpes Simplek, Varicella dan Herpes Zoster
ini perlu dipelajari khususnya dalam praktek asuhan keperawatan sistem integumen
secara komprehensif.
2.1 Rumusan masalah
1. Apa Definisi Herpes Simplek ?
2. Apa Klasifikasi Herpes Simpleks ?
1
3. Apa Etiologi Herpes Simplek ?
4. Apa Manifestasi Klinis Herpes Simpleks ?
5. Jelaskan WOC Herpes Simplek ?
6. Apa Pemeriksaan Penunjang Herpes Simplek ?
7. Apa Penatalaksanaan Herpes Simplek ?
8. Apa Komplikasi Herpes Simplek ?
9. Jelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien Herpes Simplek
3.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mamahami penjabaran tentang penyakit herpes simplek
2. Mahasiswa MAMPU MENJELASKAN defisinsi, penyebab, klasifikasi, tanda gejaga,
patofisiologi, WOC, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, seta komplikasi pada
penyakit herpes simplek.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Herpes simplex adalah sejenis penyakit yang menjangkit mulut, kulit dan alat
kelamin. Penyakit ini kulit melepuh dan terasa sakit pada otot disekitar daerah yang
terjangkit (Sireggar, 2012)
2.2 Etiologi
Herpes simplex virus (HSV) tergolong anggota virus herpes yang primer
menimbulkan penyakit pada manusia. Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) dan HSV-2
termasuk sub family alphaherpesvirinae dengan ciri-ciri spektrum sel pejamu bervariasi,
siklus replikasi yang relatif cepat, mudahnya infeksi menyebar di biakan sel,
menimbulkan kerusakan sel yang cepat, dan kemampuan menimbulkan infeksi laten
khususnya pada ganglion sensorik (Sjahjurachman, 2010).
1. Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes nongenital,
biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah
genital. Infeksi firus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar
seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.
2. Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada
traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.
3
2.3 Patofisiologi
HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2.
HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat
menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau
kontak fisik lainnya. Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan
mengadakan replikasi pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari.
Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel akan menjadi lisis serta terjadi
inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia dimana virus akan menyebar ke saraf
sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang diikuti penyebarannya ke
daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital
telah mengalami peningkatan. Akan tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang
terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi
terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal
adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir
kehamilannya. (Sterry, 2010)
2.4 Manifestasi Klinis
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap
1. Infeksi primer herpes simpleks tipe I
Tempat predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak.
2. Infeksi primer herpes simpleks virus tipe II
Tempat predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital. Infeksi
primer berlangsung lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan sering
disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan anoreksia. Kelainan klinis
yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta
dan dapat mengalami ulserasi (Handoko, 2010).
3. Pada fase laten
Penderita tidak ditemukan kelainan klinis,tetapi herpes simpleks virus dapat
ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis (Handoko, 2010).
2.5 Pemeriksaan Penujang
Untuk pemeriksaan virus herpes simplex dapat dilakukan beberapa test yaitu :
4
1. A.Tzanck Smear Preparat
Diambil dari scraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai dengan
pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, giemsa’s, wright’s, tuloidine blue ataupun
papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai
multinucleated giantcells.
2. Direct Fluorescent Assay (DFA) Preparat diambil dari scraping dasar vesikel.
Hasil pemeriksaan cepat. Membutuhkan mikroskop fluorescense. Test ini dapat
menemukan antigen virus simplex virus Pemeriksaan ini dapat membedakan
antara virus herpes simplex dengan virus varicella zoster.
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif. Dengan metode
ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar vesikel dan
apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat.
4. EIA ( Enzyme Immunoassay )EIA
Untuk antibody biasanya merupakan pemeriksaan tidak langsung
yang bergantung pada pemakaian konjugat enzyme-antibodi anti IgG atau igM
manusia. Prosedur EIA tidak langsung memerlukan waktu 2-24 jam. Prosedur
EIA yang populer adalah inkubasi larutan spesimen pasien dengan antigen agen
infeksiun yang dilekatkan ke suatu fase padat (misalnya, butir atau batang, plastik,
atau dinding tabung atau baki mikrotiter ). Fase padat kemudian secara berhati-
hati dibilas dan direndam dalam larutan konjugat enzym-antibodi anti-manusia.
Siklus inkubasi bilas diulang diikuti oleh penambahan substrat enzim.E.
5. Tes serologik IgM dan IgG
Tipe spesifik IgM baru dapat dideteksi setelah 4-7 hari infeksi, mencapai puncak
setelah 2-4minggu, dan menetap selama 2-3 bulan, bahkan sampai 9 bulan.
Sedangkan, IgG baru dapatdideteksi setelah 2-3 minggu infeksi, mencapai puncak
setelah 4-6 minggu, dan menetap lama, bahkan dapat seumur hidup. Antibodi IgM
dan IgG hanya memberi gambaran keadaan infeksi akut atau kronik dari penyakit
herpes genitalis. (Handoko, 2010)
2.6 Penatalaksanaan
5
Untuk sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah
menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan cara:
1. Mencucinya dengan sabun dan air. Lalu daerah tersebut dikeringkan. Jika
dibiarkan lembab maka akan memperburuk peradangan, memperlambat
penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi bakteri
2. Mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik
(misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau
menyebabkan gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik per-oral atau suntikan.
Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan
langsung pada lepuhan. Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa digunakan untuk
infeksi herpes yang berat dan meluasKadang asiklovir perlu dikonsumsi setiap
hari untuk menekan timbulnya kembali erupsi kulit terutama jika mengenai
daerah kelamin. Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan
pengobatan khusus (Sireggar, 2012)
2.7 Komplikasi
Komplikasi herpes simplex yaitu :
1. Herpes ansefalitis (menginitis)
2. Vesikel yang menyebar luas keseluruh tubuh
3. Ekzema herpeticum
4. Eritema multiforme
(Sterry, 2011)
6
2.8 WOC
Virus herpes
Imun me
Virus mengalami
multiplikasi
Virus menuju ke
kelenjar linfe regional
Invasi ke pembuluh
darah
7
Menuju ganglian radiks
dorsalis
Kurang pengetahuan
Luka dan bau
MK : Ansietas
MK : Gangguan
citra tubuh
8
BAB III
ASUHAN KEPPERAWATAN
9
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
Riwayat kesehatan keluarga:
Pasien mengatakan dari keluarga juga tidak memiliki penyakit terdahulu
C. Pola Aktifitas Sehari-hari
a) Makan dan minum
Sebelum sakit
klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi cukup, yaitu: nasi, ikan dan
sayur. Sedangkan untuk kebutuhan minum klien yaitu dengan frekuansi 6-7
gelas/hari, yakni air putih.
Selama sakit
klien mengatakan jarang makan sebab tidak ada nafsu makan, sedangkan untuk
kebutuhan minum klien biasanya 3-4 gelas/hari.
b) Istirahat dan tidur
Sebelum sakit
Klien mengatakan waktu tidur malam yaitu jam 22.00-05.00,sedangkan untuk
tidur siang yaitu jam 13.00-15.00
Selama sakit
Klien mengatakan waktu tidur tidak menentu
c) Aktivitas
Sebelum sakit
Klien mengatakan dapat melakukan berbagai jenis aktivitas dengan baik dan
aktif.
Selama sakit
Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya
d) Eliminasi
Sebelum sakit
Klien mengatakan BAB dalam konsistensi padat, berwarna kecoklatan, serta
berbau gas amoniak dengan frekuensi 1-2kali/hari, sedangkan untuk BAK klien
biasanya berwarna kuning dengan bau khas dan dengan frekuensi 3-4kali/hari.
Selama sakit
klien mengatakan BAB dalam konsistensi feses encer atau cair dengan
frekuensi 5-6kali/hari sedangkan untuk BAK klien yaitu berwarna kuning,bau
khas amoniak dengan frekuensi tetap yaitu 3-4kali/hari
10
Nadi : 88 x/mnit
Respirasi :20x/mnit
Suhu :36ᵒC
a. Kepala
Inspeksi
Bentuk kepala normal, warna rambut hitam dan lurus, tidak terdapat ketombe,
rabut tidak rontok, tidak ada trauma dan pembengkakan pada kepala.
Palpasi
Tidak terdapat massa tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi
Mata simetris kiri dan kanan tidak ada radang pada kelopak mata,tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan,tekanan intra okuler baik
c. Hidung
Inspeksi
Bentuk simetris tidak terdapat secret,tidak ada radang atau infeksi,terpasang
oksigen 3liter/mnit
Palpasi
Tidak terdapat massa,tidak ada nyeri tekan
d. Telingga
Inspeksi
Bentuk simetris auricila bersih,tidak ada tumpukan serumen.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan,tidak terdapat massa.
e. Mulut dan tengorokan
Inspeksi
Tidak tampak cianosis pada bibir, bibir tampak ada gelembung yang berisi air dan
bergerombol, tidak ada karies, tidak ada peradangan, lidah tampak bersih serta
mukosa berwarna merah.
f. Leher
Inspeksi
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid,tidak tampak ada kekakuan.
Palpasi
Terdapat massa dan tidak ada nyeri tekan
g. Sisitem respierasi
Inspeksi
Bentuk dada normal simetris kiri dan kanan, frekuensi pernafasan 24x/mnit
Palpasi
11
tidak terdapat massa ,tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen
Inspeksi
Permukaan perut datar,warna kulit sawo matang,tidak tampak adanya luka,tidak
tampak adanya asites.
Palpasi
Bunyi peristaltic usus terdengar 6x/mnit
Perkusi
Bunyi tympani
Auskultasi
Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
i. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Inspeksi
Tampak terpasang infuse, tidak ada cianosis pada kuku.
Palpasi
Tidak terdapat masa, tidak ada nyeri tekan,klien dapat rasakan sentuhan
2. Ekstremitas bawah
Inspeksi
Klien dapat mendapatkan kedua kakinya tetapi kekuatan ototnya berkurang,
tidak tampak ada kekakuan sendi, tidak terdapat artrofi.
Palpasi
Tidak terdapat masa atau benjolan,tidak ada nyeri tekan.
12
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tidak Timbul rasa panas gatal dan
nyaman nyeri
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20x/menit
- P : Kerusakan pada kulit
- Q : Nyeri seperti terbakar
- R : Sekitar bibir dan pipi
- S : Skala 5
- T : Setiap saat dan terus
menerus
13
- Pasien tampak tegang Kurang pengetahuan
- Pasien tampak sulit tidur
Tidak tau cara perawatan
dan pengobatan
3.5 Intervensi
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut b/d NOC NIC
Agen pecendera Setelah di lakukan Pain management
fisiologis tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
1x2jam nyeri yang di secara komperhensif termasuk
rasakan klien berkurang. lokasi karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas, dan factor
1. Mampu mengontrol presipitasi.
nyeri (tau penyebeb 2. Gunkan tehnik komunikasi
nyeri, mampu terapeutik untuk mengetahui
menggunkan tekhik pengalaman nyeri pasien
non farmakologi untuk 3. Ajarkan tentang tehnik non
mengurangi nyeri, farmakolgi
mencari bantuan) 4. Berikan analgesic untuk
2. Melporkan bahwa mengurangi nyeri
nyeri berkurang 5. Tingkatkan istirahat
14
dengan menggunakan 6. Kolaborasi dengan dokter jika
managemen nyeri ada keluhan dan jika tindakkan
3. Mampu mengenali nyeri tidak berhasil
nyeri ( sekala, 7. Gunakan metode penilaian
intensitas, frekuensi yang sesuai dengan tahapan
dan tanda nyari) perkembangan yang
4. Menyatakan rasa memungkinkan untuk
nyaman setelah nyeri mengontrol perubahan nyeri
berkurang dan akan dapat membantu
mengidentivikasi faktor
pencetus actual dan potensial
(misalnya, catatan
perkembangan, catatan harian)
2. Kerusakan NIC NOC
integritas kulit Setelah di laukan Pressure ulcer prevention wound
b/d Perubahan tindakan keperawatan 2x care
pigmentasi 24 jam diharapkan luka 1. Jaga kulit agar tetap bersih dan
pasien mengering kering
Kriteria hasil : 2. Oleskan lotion atau minyak
1. Perfusi jaringan atau beby oil pada daerah yang
normal tertekan
2. Tidak ada tanda- 3. Memandikan pasien dengan
tanda infeksi sabun dan air hangat
3. Ketebalan dan 4. Observasi luka : lokasi ,
tekstur jaraingan dimensi, kedalan luka, jaringan
normal nekrotik, tanda-tanda infeksi
4. Menunjukan local, formasi taktus.
pemahaman dalam 5. Ajarkan keluarga tentang
proses perbaikan perawatan luka
kulit dan mencegah 6. Kolaborasi ahli gizi pemberian
terjadinya cidera ddiet TKTP (tinggi kalori
15
berulang tinggi protein)
5. Menunjukan proses
terjadinya
penyembuhan luka
3. Ansietas b/d NIC NOC
Kurang terpapar Setelah di berikan Anxiety Reduction ( penurunan
informasi penjelasan tentang kecemasan )
penyakit 1x10 menit 1. Jelaskan semua prosedur dan
pasien di harapkan apa yang di rasakan selama
mengerti dan prosedur
menghilangkan rasa 2. Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan dan
Kriteria hasil : mengurangi takut
1. Klien mampu 3. Dorong keluarga untuk
mengidentifikasi dan menemani pasien
mengungkapkan 4. Identifikasi tingkat kecemasan
gejala cemas 5. Bantu pasien mengenal situasi
2. Mengidentifikasi, yang menumbukan kecemasan
mengungkapkan dan 6. Dorong pasien untuk
menunjukan tehnik mengungkapkan perasaan,
untuk mengonterol ketakutan, preepsi
cemas
3. TTV dalam batas
normal
TD : 120/80
mmHg
RR : 20-24
x/menit
N : 80 x/ menit
S : 36C
16
3.6 Implementasi
No Tanggal Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/jam
1. 18 januari Nyeri akut b/d NOC
2018 Agen pecendera Pain management
Jam 11:00 fisiologis 1. Melakukan pengkajian nyeri
am secara komperhensif termasuk
lokasi karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan factor
presipitasi.
2. Menggunakan tehnik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
3. Mengajarkan keluarga dan pasien
tentang tehnik non farmakolgi
4. Memberikan analgesic untuk
mengurangi nyeri
5. Meningkatkan istirahat
6. Berkolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan jika tindakkan
nyeri tidak berhasil
7. Membuat catatan perkembangan
dan catatan harian untuk nyeri
pasien
2. 18 januari Kerusakan NOC
2018 integritas kulit Pressure ulcer prevention wound
Jam 11:00 b/d Perubahan care
am pigmentasi 1. Menjaga kulit agar tetap bersih
dan kering
2. Mengoleskan lotion atau minyak
atau beby oil pada daerah yang
17
tertekan
3. Membantu mandikan pasien
dengan sabun dan air hangat
4. Mengobservasi luka : lokasi ,
dimensi, kedalan luka, jaringan
nekrotik, tanda-tanda infeksi
local, formasi taktus.
5. Mengajarkan keluarga tentang
penanganan luka dan perawatan
luka
6. Mengkolaborasi ahli gizi
pemberian ddiet TKTP (tinggi
kalori tinggi protein)
3. 18 januari Ansietas b/d NOC
2018 Kurang terpapar Anxiety Reduction ( penurunan
Jam 11:00 informasi kecemasan )
am 1. Menjelaskan semua prosedur dan
apa yang di rasakan selama
prosedur
2. Memahami prespektif pasien
terhadap situasi sters
3. Menemani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
4. Menberidorongan kepada
keluarga untuk selalu menemani
pasien
5. Mengidentifikasi tingkat
kecemasan
6. Membantu pasien mengenal
situasi yang menumbukan
18
kecemasan
7. Mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, preepsi
3.7 Evaluasi
No Tanggal / Diagnosa Evaluasi Paraf
jam Kep
1. 19 januari Nyeri akut S:
2018 b/d Agen - Pasien mengatakan gelembung berisi
Jam 11:00 pecendera air yang bergerombol pada bibir
fisiologis sebelah kiri nyeri terasa beerkurang.
- Pasien mengatakan gelembung
sudah begitu tidak terasa panas gatal
dan nyeri
O:
- Pasien tampak gembira
- Pasien tampak nyaman
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20x/menit
- P : Kerusakan pada kulit
- Q : Nyeri seperti terbakar
- R : Sekitar bibir dan pipi
- S : Skala 3
- T : Setiap kadang-kadang
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Herpes simplex atau herpes adalah infeksi virus herpes simpleks pada atau disekitar
vagina, vulva (bibir vagina) dan anus(wanita). Herpes dapat menyebabkan luka pada
daerah mulut, dan hidung, pada daerah kemaluan (laki-laki dan wanita) dan daerah anus,
atau pada mata, jari dan tangan. Terdapat dua jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1
dan HSV-2 ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab
dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan.
4.2 Saran
Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan
cara pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada
penyakit herpes.
20
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, 2010, Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia, Edisi kedua, BPFE
UGM Yogyakarta.
NANDA. 2014. Nursing Diagnoses definitions and clasification 2015-2017,editisi 10.
Wiley Blackwell
Rampengan, T.H. 2012. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2, jakarta: EGC.
Siregar., 2012. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta ; EGC.
Bulechek, Gloria.2013. Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 6 , Yogyakarta:
Moco media
PPNI.2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1, Jakarta selatan: Dewan
pengurus pusat
21