Vous êtes sur la page 1sur 54

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN TERAPI DIZIRMASALAH

UTAMA SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN


PADA Ny I DIRUANGRIPD RSJD DR AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGGAH

Disusun oleh :

Khoiriyah

Mahfiroh Fitri Maulani

Ni Kadek Ayu W

Siti Aroma

Winati Aliyah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

2018/2019

1
KATA PENGANTAR

puji syukur ke hadirat Allah yang telah memberikan rahmat, taufik, serta

hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah

dengan judul “ masalah gangguan persepsi halusinasi pendengaran” diruang

RIPD Dr. Amino Gondhoutomo Provinsi jawa tegah. Sesuai dengan waktu yang

sudah disediakan.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa.

Pada kesempatan ini penulis mengucapka terimaksih kepada :

1 Ns. Khusnul Aini, M.Kep, SP. Kep. J selaku dosen pembimbing dalam

praktik keperawatan jiwa.

2 Anita Mayasari, S. Kep, Ns. Selaku CI praktik keperawatan jiwa di RSJD

dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

3 Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dukungan moral

Kami meyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang bersifat membagun sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Desember 2018

Kelompok

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 1
1.4 Manfaat......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1 Konsep Dasar Halusinasi ............................................................ 2

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi ............................ 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16

3
BAB 1

PEDAHULUAN

1. Latar Belakang

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang

dialami oleh pasie gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang

nyata .Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015) sedangkan menurut WHO,

kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan

menggandug berbagai karakteristik yang positif yag meggambarkan

keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

kepribadiaanya.

Data dari departemen kesehatan tahu 2009, jumlah penderita

ganggua jiwa diindonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang,

dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 % dan 0,4% menderita

gangguan jiwa berat. Hasil penelitian WHO di jawa teggah tahun 2009

menyebutkan dari setiap 1000 warga jawa tenggah terdapat tiga orang

yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang dari setiap 1000

warga jawa tenggah meggalami setress depkes RI (2009) dalam Zelika,

(2015). Data kunjugan Rawat Inap Rumah Sakit Dr Amino Gondohutomo

Provinsi Semarang pada bulan October – Desember 2018 diruang RIPD

terdapat 37 pasien halusinasi dari 76 pasien.

4
2. Rumusan masalah

Dari hasil pegkajian kelompok didapatkan pasien halusinasi pada

bulan October – Desember 2018 di ruang RIPD Dr Amino Gondohutomo

Semarag sebanyak 37 pasien halusinasi dari 76.

3. Tujuan

a. Tujuan umum

- Diharapkan pembaca mampu megerti tetang halusinasi

b. Tujuan Khusus

- Mampu menjelaskan pengertian halusinasi

- Mampu menjelaskan klasifikasi halusinasi

- Mampu mejelaskan tanda dan gejala halusinasi

- Mampu menjelaskan etiologi halusinasi

- Mampu menjelaskan jenis halusinasi

- Mampu menjelaskan respon halusinasi

5
BAB II

TIJAUAN TEORI

A. Definisi Halusinasi

1. Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang


dialami oleh pasien gangguan jiwa.Pasien merasakan sensasi berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa
stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Halusinasi
adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang
tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam
Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi
adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan
halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien
mempersepsikan sesuatu melalui panca indera tanpa ada stimulus
eksternal.Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.

6
2. Terapi Dzikir

Dzikir adalah menjaga dalam ingatan agar selalu ingat kepada


Allah ta‟ala. Dzikir dapat menyehatkan tubuh. hidup orang shaleh
lebih ceria, tenang, dan seolah-olah tanpa masalah, karena setiap
masalah disikapi dengan konsep takwa. Fungsi dari dzikir antara lain
dapat mensucikan hati dan jiwa. Berdzikir dapat mengingatkan kita
kepada Allah dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan.
Karena segala bentuk masalah adalah dari-Nya, dan dengan berdzikir
dapat mengingatkan kita agar selalu berfikir positif. Dzikir dapat
menyehatkan tubuh. Orang-orang yang kurang dzikir, atau konsep
hidupya kurang dikembalikan kepada Allah, hidupnya kelihatan super
sibuk, tidak ada jeda menikmati hidup, karena prosesi hidupnya
dikejar-kejar oleh bayangan material. Dzikir dapat mencegah manusia
dari bahaya nafsu. Dzikir bertugas sebagai pengendali nafsu,
membedakan yang baik dan buruk.
Dengan zikir orang akan memperoleh ketenangan jiwa dan
kelegaan batin, karena ia akan mengingat dirinya dan merasa
diingatkan oleh Allah SWT. Dengan zikir yang dilakukan, maka akan
merasa bahwa Allah mengetahui, memperhatikan, dan mendengar
doanya. Orang yang selalu berzikir mengingat Allah dalam keadaan
bagaimanapun pasti akan terhindar dari segala tingkah laku yang
negatif dan hatinya akan lebih tenang, nyaman, dan damai. Berbagai
pengaruh yang datang ke dalam hati tidak terlepas dari perasaan was-
was. Was-was itu merupakan pintu masuknya setan, dan setan selalu
menghembuskan was-was itu ke dalam hati manusia. Hal ini biasanya
dibarengi dengan berbagai khayalan dalam hati. Hanya zikirlah yang
akan menutup pintu masuk setan, karena zikir merupakan lawan dari
semua godaan setan, sedangkan was-was dapat terputus dengan zikir
kepada Allah.
Sebagaimana manfaat zikir di atas, zikir dapat dimanfaatkan
sebagai terapi untuk mengupayakan pengobatan dan penyembuhan

7
problem psikis pada manusia. Dalam pengertian luas, terapi zikir
dapat berarti pengobatan penyakit secara kerohanian. Terapi di sini
mengandung makna penerapan teknis khusus dalam perawatan dan
penyembuhan penyakit mental atau kesulitan penyesuaian keyakinan
agama. Terapi zikir tersebut bertujuan agar seseorang bebas dari rasa
cemas, tegang, depresi dan lain-lain. Banyak orang yang
menggunakan terapi jenis ini melalui do’a-do’a dan zikir-zikir yang
intinya memohon kepada Allah agar diberi ketenangan hati.
Responden melakukan dzikir dengan mengucapkan lafal sebagai
berikut: Subhanallah, Alhamdulilah, Allahuakbar, Lailahaillallah,
bismilahirohmanirohim. Begitu pula yang diungkapkan oleh Keliat
(2005, hlm. 3), jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah
kelompok kecil yang jumlah anggotanya berkisar 5-12 orang. Lama
sesi untuk terapi religius zikir pada saat penelitian adalah 10 menit,
sehingga waktu yang diperlukan untuk satu kali terapi religius zikir
adalah 30 menit. Waktu yang optimal untuk satu sesi adalah 20-40
menit bagi fungsi kelompok yang rendah, dan 60-120 menit bagi
fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, dalam Keliat, 2005,
hlm. 4). Pada masing-masing kelompok diberikan 3 sesi terapi religius
zikir, setelah dilakukan terapi religius zikir dan diobservasi kembali
didapatkan hasil peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi.
B. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-
faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi
adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis

Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui


kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom

8
ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai
sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik
memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50%
jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika
dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah
satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15%
mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.

b. Faktor neurobiologis

Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan


fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan
tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.

1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan
dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor
predisposisi skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan
oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
anaknya.
2. Faktor Presipitasi
a. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak.

9
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
c. Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-
obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis
masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup,
perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan
dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
e. Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri
rendah, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan
kendali diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa
malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi,
perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan,
ketidakadekuatan penanganan gejala.

C. Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual
yang berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005)
dalam Yusalia 2015. Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien
yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima
melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman,
pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada.Diantara
kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal
mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus

10
yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika
interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak
sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut sebagai
berikut:

Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-  Waham


 Persepsi akurat kadang proses  Halusinasi
 Emosi pikir terganggu  Sulit berespons
konsisten (distorsi  Perilaku
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman  Ilusi  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Menarik diri
 Hubungan  Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
 Perilaku tidak
biasa
D. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara
lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau

11
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang
terhidu bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin
atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
E. Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
dan realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik
atau menit, kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu
merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart &
Sudden, (1998) dalam Yusalia (2015).

12
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
Penglihatan karton dan atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.

Membau bau-bau seperti bau darah,


Penciuman urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.

Merasa mengecap rasa seperti rasa


Pengecapan darah, urine, fases.

Mengalami nyeri atau


ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas rasa tersetrum listrik yang datang

13
Perabaan dari tanah, benda mati atau orang lain.

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


darah divera (arteri), pencernaan
Sinestetik makanan.

Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak
Kinestetik

F. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014),
membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas
yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin
berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan
makin dikendalikan oleh halusinasinya.

Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien


1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi

(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem

14
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
(Psikotik ringan) kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
Panik, umumnya jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
halusinasi menjadi perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
lebih rumit, melebur berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
dalam halusinasinya jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk,
(Psikotik Berat) agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu

15
berespon terhadap lebih
dari satu orang.

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan
keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.Hubungan
saling percaya sangat penting dijalin sebelum mengintervensi klien
lebih lanjut.Pertama-tama klien harus difasilitasi untuk merasa
nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya agar informasi
tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara
konprehensif.Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri, membuat
kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-
betul untuk membantu klien.Perawat juga harus sabar,
memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar
ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya.Hindarkan
menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun pengalaman
halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi
perawat.Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi
keperawatan selanjutnya adalah membantu klien mengenali
halusinasinya (tentang isi halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi, dan
perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah klien menyadari
bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus diatasi,
maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa
dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai
dengan mengkaji pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada
beberapa usaha yang klien lakukan untuk mengatasi halusinasi,
perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara tersebut. Apabila cara

16
tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara yang dilakukan
tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa
cara yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi,
meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal.Untuk mengatasinya,
klien harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara
internal juga. Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau
dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila
halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi,
jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin,
serotonin).Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja
obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi
obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara
optimal. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan materi
yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh untuk
menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana
penanganan klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan
kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan dengan dua
alasan.Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal.
Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa
klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi
jika tidak didukung secara kuat, klien bisa mengalami kegagalan,
dan halusinasi bisa kambuh lagi.Alasan kedua, halusinasi sebagai
salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis), sekalipun

17
klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi.
Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan halusinasi,
diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien kembali ke
rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien
halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan
gejala – gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, manik depresi, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler.Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari.Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu.Pemberian dapat dilakukan
satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali
sehari.Bila gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan
secara perlahan – lahan sampai 600 – 900 mg perhari.

Kontra indikasi:

Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,


keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita
yang hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.

Efek samping:

Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi


orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore

18
pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala
ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk penderita non psikosa
dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan
kesadaran karena depresi susunan syaraf pusat,
hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan
gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali
menimbulkan intoksikasi.

b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar


Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6
– 15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -
5 mg intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit
parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.

Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,
gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson.Efek
samping yang jarang adalah nausea, diare, kostipasi,
hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik.Efek
samping yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi
hematologis.Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam
dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.

19
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (
12,5 mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan,
dosis ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3
– 6 mg setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila
pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya
peningkatan perlahan – lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap
phenotiazine.Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai
dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ;
hentikan obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi
hipotensi dengan levarteronol hindari menggunakan ephineprine
ISO, (2008)dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan
sosialnya. Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya,
kilen akan dapat memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien
juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan
dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian
klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber
halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang

20
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik
dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun
rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam
menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus
selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien
betul-betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih
pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu
melaksanakan aktivitas terjadwal.

BAB III
PENGKAJIAN

21
Asuhan Keperawatan jiwa dengan terapi dzikir masalah utama sensori
pesepsi halusinasi pendengaran pada Ny I di Ruang RIPD RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. I
Umur : 66 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pensiun
Tanggal di Rawat : 9 Desember 2018
Tanggal Pengkajian : 10 Desember 2018
No. CM : 00135748
Ruang Rawat : Ruang RIPD
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Penanggung Jawab : Tn. A
Hubungan dengan Klien : Anak kandung klien

B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Pasien mengatakan mendengar suara bisikan ada orang yang ingin
menembak pasien dan kemudian pasien merasa banyak orang yang
mengikutinya dan ingin melukainya. Kemudian keluarga pasien membawa
pasien pada tanggal 09Desember 2018 jam 16.00, pasien dibawa ke RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Semarang melalui IGD saat di IGD pasien
mendapatkan tindakan TTV dan pemasangan infus kemudian pada jam
18.00 pasien dibawa ke ruangan RIPD.

C. FAKTOR PREDISPOSISI

22
Keluarga pasien mengatakan kurang lebih satu minggu sebelum
dibawa kerumah sakit pasien mondar mandir, paien sering mendengar
bisikan, pasien sering bicara sendiri, pada tanggal 9 desember 2018
pukul 16:00, pasien dibawa ke RSJD Dr. Amino Gondohotomo
provinsi jawa tengah kemudian pasien di IGD dan kemudian pasien
dipindahkan ke ruangan RIPD pada jam 18.00. pasien mengatakan
belum pernah mengalami, melalukan, menyaksikan penganiyaya fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarganya dan
tindakan kriminal ( baik pelaku atau korban ). Keluarga pasien
mengatakan dalam keluarga besarnya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa. Dalam hidup pasien pengalaman yang tidak
menyenangkan pasien pernah ditinggal suaminya meninggal dan
pasien selalu memikirkannya.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran

D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda vital
TD : 120/90 mmHg
N : 88 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 36,5 ˚C
b. Ukur
TB : 150 cm
BB : 38 kg
BB 38 38
IMT :(TB) = 1,50= 2,25= 16,8 (IMT tidak normal)

c. Keluhan fisik : Pasien mengatakan tidak angota fisik tubuhnya


yang sakit dan tidak ada luka di tubuh pasien.

E. PSIKOSOSIAL

23
1. Genogram

X X X X

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

X : Meninggal
----- : Tinggal serumah

Penjelasan : Keluarga pasien mengatakan Ny.I merupakan anak ke-9


dari 9 bersaudara dan meiliki saudara laki laki 4 dan saudara
perempuan 4, pasien sudah pernah menikah tapi suami pasien sudah
meninggal. Hasil pernikahan dengan suaminya pasien mempunyai 3
anak yaitu laki laki semua dan yang tinggal dengan pasien anak
terakhir pasien, komunikasi dengan angota keluarganya baik. Jika Ny.
I sakit pengambilan keputusan dilakukan oleh anak anaknya.
Hubungan antar keluaraga harmonis.
Masalah Keperawatan : tidak ada

24
2. Konsep diri
a. Citra diri
Pasien mengatakan menerima keadaan fisik tubuhnya dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang perempuan berusia 65 tahun anak ke 9 dari 9
bersaudara, pasien sekolah sampai SLTA. Pasien sudah menikah
dan mempunyai 3 orang anak .
c. Peran
Sebelum sakit pasien membantu pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu, masak, dan mencuci baju.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan setelah sembuh pasien ingin membantu anaknya
membersihkan rumah dan bermain dengan cucu cucunya.
e. Harga diri
Pasien mengatakan selama dirawat di Rumah Sakit klien merasa
sedih, klien ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarga
dirumah.
Masalah Keperawatan :Tidak ada
3. Hubungan sosial
Pasien mengatakan orang yang sangat berarti bagi pasien adalah
anak dan cucu cucunya, Pasien tidak pernah ikut kegiatan di
masyarakat seperti arisan dan pengajian, pasien sehari – hari hanya
dirumah, pasien malu untuk berbicara dengan tetangga atau orang –
orang disekitar pasien karena pasien merasa dikucilkan dan saat
pasien pergi pasien merasa diikuti oleh tetangganya. Pasien merasa
akan dibunuh oleh tetangganya.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan

25
Pasien adalah seorang muslim dan percaya adanya Tuhan, namun
dalam beribadah klien masih bermalas- malasan, seperti tidak rutin
sholat 5 waktu.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan ketika dirumah klien beribadah dirumah
bersama anak dan cucunya, namun selama dirumah sakit pasien
terkadang sholat jika diingatkan oleh keluarga dan perawat.
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien memakai baju yang di berikan dari RS baju warna pink, pasien
memakai baju sesuai dengan kancing urutanya, pasien tampak
mengikat rambutnya dan memakaibando dikeplanya.
2. Pembicaraan
Pasien dalam berbicara dengan nada yang pelan dan lambat keras atau
membisu, tidak mau memulai pembicaraan, sedikit tertutup dan
terkadang tidak mau menjawab pertanyaan dari perawat.
3. Aktivitas Motorik
Pasien tampak Agitasi atau gerakan motorik yang menunjukkan
kegelisahan ketika diajak berbicara.
4. Alam perasaan
Pasien tampak ketakutan saat ada oranglain/perawat masuk
keruangannya.
5. Afek
Pasien tampak labil ketika ditanya pasien menunjukkan ekspresi dan
emosi yang berubah – ubah.Terkadang tampak senyum – senyum
sendiri, terkadang tampak murung.
6. Interaksi Selama Wawancara
Pasien tampak kurang kooperatif, kontak mata kurang tidak mampu
menatap lawan bicara, menunjukkan sikap curiga atau tidak percaya
dengan pewawancara.

26
Masalah Keperawatan :Isolasi Sosial.
7. Persepsi
Pasien mengatakan mendengarkan suara – suara yang ingin
membunuhnya.
8. Proses Pikir
Pasien dalam berbicara berbelit – belit namun sampai pada tujuan atau
pertanyaan yang diajukan perawat.
9. Isi Pikir
Pasien menyadari bahwa dirinya hanyalah orang biasa yang tidak
mempunyai pekerjaan yang tetap. Dan bukanlah orang yang
berkecupan.
10. Tingkat Kesadaran
Pasien tampak bingung dan kacau saat diajak bicara.
11. Memori
Pasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang karena pasien
tidak mampu mengingat kejadian yang terjadi 1 bulan yang lalu.
12. Tingkat Konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien ketika diajak berbicara pasien mudah beralih
dari satu obyek ke obyek lainnya.
13. Daya Tilik Diri
Pasien menyalahkan hal – hal di luar dirinya seperti menyalahkan
keluarga kenapa sampai dirawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang.
G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan nasi lauk pauk buah –
buahan dan air putih. Pasien selalu mengabiskan makanannya,
terkadang pasien meminta tambahan nasi ketika merasa makanan hari
itu sangat enak. Pasien dapat mengambil maupun membereskan
makanannya sendiri.

27
2. BAB/BAK
Pasien mengatakan mampu BAB/BAK sendiri di kamar mandi, Pasien
selalu mencuci tangan ketika selesai dari kamar mandi.
3. Mandi
Pasien mandi 2 kali sehari, jarang menyikat gigi, rajin mencuci rambut,
gunting kuku, mencukur jenggot atau rambut jika diingatkan oleh
perawat.Kondisi badan klien cukup bersih, tidak bau badan, bau mulut
ada.
4. Berpakaian
Pasien mampu menggunakan pakaiannya sendiri, mengganti pakaian 2
kali sehari.Mampu mengambil dan memilih pakaiannya. Pasien tidak
menggunakan alas kaki.
5. Istirahat dan Tidur
Pasien lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur, selesai minum
obat klien pergi tidur.Sebelum tidur klien tidak pernah berdoa, tidak
mencuci kaki dan muka sebelum tidur.
6. Penggunaan Obat
Pasien mengatakan minum obat 2 kali sehari, jenis obat Clozapine 2 x
50 mg, selesai minum obat klien merasakan pusing dan ingin tidur,
klien mampu minum obat secara mandiri.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan setelah sembuh dan keluar dari rumah sakit pasien
akan rajin untuk control dan minum obat. Adik klien dapat membantu
klien untuk memenuhi kebutuhan minum obat.Agar tidak terjadi
kekambuhan.
8. Aktivitas didalam Rumah
Pasien mengatakan dirumah klien mampu mengambil dan menyajikan
makanan di meja makan, pasien mampu merapikan rumah seperti
menyapu, pasien mampu mencuci pakaian sendiri, klien mampu
mengatur kebutuhan atau biaya hidup sehari – hari dari hasil
membantu orang tua diladang.

28
Masalah Keperawatan : Tidak ada
H. POLA MEKANISME KOPING
Mekanisme koping pasien Maladaftif karna saat pasien mengalami
masalah pendengaran pasien mengikutinya.
Masalah Keperawatan : mekanisme koping tidak efektif
I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Pasien memiliki masalah hubungan dengan lingkungan sekitar karena
pasien merasa malu dan takut jika orang – orang akan menganggap pasien
sebagai orang yang aneh.
J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Pasien masih belum mengetahui tentang penyakit kejiwaannya, factor
penyebab, dan sistem pendukung dalam mengatasi penyakitnya.
K. ASPEK MEDIK
1. Diagnose Medik : Skizofrenia Paranoid
2. Terapi Medik : Haloperidol 2x1,5 mg
Risperidone 2x1 mg
Trihexyphendyl 2x2 mg
L. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS MASALAH


1. DS:
Gangguan persepsi sensori:
Pasien mengatakan sering mendengar
halusinasi pendengaran
bisikan suara, isi suara tersebut pasien
merasa akan ditembak dan banyak
orang – orang yang mengikuti
dibelakangnya, suara tersebut muncul
saat pagi, siang, sore menjelang
magrib dan malam hari, suara itu
muncul lamanya biasa 3 - 5 detik

29
DO:

Klien saat interaksi kadang ketawa


sendiri dan sering mondar-mandir,
kadang bicara sendiri.
2. DS:
Pasien mengatakan tidak suka Isolasi sosial : menarik diri
bergaul, di rumah pasien sering
melamun, berdiam diri dan tidak mau
bergaul dengan orang lain.
DO:
Kontak mata kurang saat diajak
berinteraksi
3. DS:

Pasien mengatakan kadang saat Resiko mencederai diri, orang lain,


mendengar bisikan “ada yang mau dan lingkungan sekitar
menembak pasien” rasanya ingin
marah dan saat tidak terkontrol
langsung memukul tembok

DO:

Klien tampak gelisah, tangan klien


kadang tampak mengepal dan ingin
memukul sesuatu

30
M. POHON MASALAH

Resiko menyiderai diri, orang lain dan

lingkunganhhhhhlilingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi Core (Masalah


Utama)

Isolasi sosial : menarik diri

N. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Isolasi social : menarik diri
3. Resiko menyiderai diri orang lain dan lingkungan

31
O. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Senin, Gangguan TUM: Klien dapat Setelah1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling
mengontrol menunjukkan tanda – percaya dengan
10 sensori halusinasi yang tanda percaya kepada menggunakan prinsip
dialaminya perawat : komunikasi terapeutik :
desem persepsi: 1. Ekspresi wajah
Tuk 1 : bersahabat. a. Sapa klien dengan ramah
ber halusinasi 2. Menunjukkan rasa baik verbal maupun non
senang. verbal
2018 (lihat/dengar/p Klien dapat 3. Ada kontak mata. b. Perkenalkan nama, nama
4. Mau berjabat tangan. panggilan dan tujuan
enghidu/raba/k membina 5. Mau menyebutkan perawat berkenalan
nama. c. Tanyakan nama lengkap
ecap) hubungan saling 6. Mau menjawab salam. dan nama panggilan yang
7. Mau duduk disukai klien
percaya berdampingan dengan d. Buat kontrak yang jelas
perawat. e. Tunjukkan sikap jujur dan
8. Bersedia menepati janji setiap kali
mengungkapkan interaksi
masalah yang dihadapi. f. Tunjukan sikap empati
dan menerima apa adanya
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien 1. Adakan kontak sering dan
menyebutkan : singkat secara bertahap
Klien dapat 1. Isi 2. Observasi tingkah laku
2. Waktu klien terkait dengan
mengenal 3. Frekunsi halusinasinya (* dengar
4. Situasi dan kondisi yang /lihat /penghidu /raba
halusinasinya menimbulkan halusinasi /kecap), jika menemukan
klien yang sedang
halusinasi:
a. Tanyakan apakah
klien mengalami
sesuatu ( halusinasi

32
dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap
)
b. Jika klien menjawab
ya, tanyakan apa yang
sedang dialaminya
c. Katakan bahwa
perawat percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (
dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien

3. Jika klien tidak sedang

berhalusinasi klarifikasi

tentang adanya

pengalaman halusinasi,

diskusikan dengan klien :

a. Isi, waktu dan frekuensi


terjadinya halusinasi (
pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang
– kadang )
b. Situasi dan kondisi
yang menimbulkan atau
tidak menimbulkan
halusinasi
Setelah 1x interaksi klien 1. Diskusikan dengan
menyatakan perasaan dan klien apa yang

33
responnya saat mengalami dirasakan jika terjadi
halusinasi : halusinasi dan beri
 Marah kesempatan untuk
 Takut mengungkapkan
 Sedih perasaannya.
 Senang 2. Diskusikan dengan
 Cemas klien apa yang
 Jengkel dilakukan untuk
mengatasi perasaan
tersebut.
3. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati
halusinasinya.

TUK 3 : 1. Setelah 1x interaksi 1. Identifikasi bersama klien


Klien dapat klien menyebutkan cara atau tindakan yang
mengontrol tindakan yang biasanya dilakukan jika terjadi
halusinasinya dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah,
mengendalikan menyibukan diri dll)
halusinasinya 2. Diskusikan cara yang
digunakan klien,
2. Setelah 1x interaksi  Jika cara yang
klien menyebutkan cara digunakan adaptif
baru mengontrol beri pujian.
halusinasi  Jika cara yang
digunakan
3. Setelah 1x interaksi maladaptif
klien dapat memilih dan diskusikan kerugian
memperagakan cara cara tersebut
mengatasi halusinasi 3. Diskusikan cara baru
(dengar/lihat/penghidu/r untuk memutus/
aba/kecap ) mengontrol timbulnya
halusinasi :
4. Setelah 1x interaksi a. Katakan pada diri
klien melaksanakan sendiri bahwa ini tidak
cara yang telah dipilih nyata ( “saya tidak
untuk mengendalikan mau dengar/ lihat/
halusinasinya penghidu/ raba /kecap
pada saat halusinasi
5. Setelah 1x pertemuan terjadi)
klien mengikuti terapi b. Menemui orang lain
aktivitas kelompok (perawat/teman/anggo
ta keluarga) untuk
menceritakan tentang

34
halusinasinya.
c. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari
yang telah di susun.
d. Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
4. Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan dan
latih untuk mencobanya.
5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
6. Pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih ,
jika berhasil beri pujian.
7. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi

TUK 4 : Setelah 1x pertemuan 1. Buat kontrak dengan


Klien dapat keluarga, keluarga keluarga untuk pertemuan
dukungan dari menyatakan setuju untuk ( waktu, tempat dan topik )
keluarga dalam mengikuti pertemuan 2. Diskusikan dengan
mengontrol dengan perawat keluarga ( pada saat
halusinasinya pertemuan keluarga/
Setelah 1x interaksi kunjungan rumah)
keluarga menyebutkan a. Pengertian halusinasi
pengertian, tanda dan b. Tanda dan gejala
gejala, proses terjadinya halusinasi
halusinasi dan tindakan c. Proses terjadinya
untuk mengendali kan halusinasi
halusinasi d. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
e. Obat- obatan
halusinasi
f. Cara merawat anggota
keluarga yang
halusinasi di rumah (
beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan

35
bersama, bepergian
bersama, memantau
obat – obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )
g. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak tidak
dapat diatasi di rumah
TUK 5 : Setelah 1x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien
Klien dapat menyebutkan; tentang manfaat dan
memanfaatkan 1. Manfaat minum obat kerugian tidak minum
obat dengan baik 2. Kerugian tidak minum obat, nama , warna, dosis,
obat cara , efek terapi dan efek
3. Nama,warna,dosis, samping penggunan obat
efek terapi dan efek 2. Pantau klien saat
samping obat penggunaan obat
Setelah 1x interaksi klien 3. Beri pujian jika klien
mendemontrasikan menggunakan obat dengan
penggunaan obat dgn benar
benar 4. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa
Setelah 1x interaksi klien konsultasi dengan dokter
menyebutkan akibat 5. Anjurkan klien untuk
berhenti minum obat tanpa konsultasi kepada
konsultasi dokter dokter/perawat jika terjadi
hal – hal yang tidak di
inginkan .

36
Senin, Isolasi Sosial TUM: Klien dapat
berinteraksi 1. Setelah 1X interaksi 1. Bina hubungan saling
10 dengan orang lain klien menunjukkan tanda- percaya dengan:
tanda percaya kepada / a. Beri salam setiap
desem TUK: terhadap perawat: berinteraksi.
1. Klien dapat a. Wajah cerah, tersenyum b. Perkenalkan nama,
ber membina b. Mau berkenalan nama panggilan
hubungan saling c. Ada kontak mata perawat dan tujuan
2018 percaya d. Bersedia menceritakan perawat berkenalan
perasaan c. Tanyakan dan
e. Bersedia panggil nama
mengungkapkan kesukaan klien
masalahnya d. Tunjukkan sikap
f. Bersedia jujur dan menepati
mengungkapkan janji setiap kali
masalahnya berinteraksi
e. Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi kllien
f. Buat kontrak
interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien

37
2. Klien mampu 2. Setelah 1 x interaksi 1. Tanyakan pada klien
menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang:
penyebab menarik minimal satu penyebab a. Orang yang tinggal
diri menarik diri dari: serumah / teman
a. diri sendiri sekamar klien
b. orang lain b. Orang yang paling
c. lingkungan dekat dengan klien di
rumah/ di ruang
perawatan
c. Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien di
rumah/di ruang
perawatan
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2. Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
3. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya

38
3. Klien mampu Setelah1x interaksi dengan 1. Tanyakan pada klien
menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang :
keuntungan keuntungan berhubungan a. Manfaat hubungan
berhubungan sosial, misalnya sosial.
sosial dan a. banyak teman b. Kerugian menarik
kerugian menarik b. tidak kesepian diri.
diri. c. bisa diskusi 2. Diskusikan bersama klien
d. saling menolong, tentang manfaat
dan kerugian berhubungan sosial dan
menarik diri, kerugian menarik diri.
misalnya: 3. Beri pujian terhadap
e. sendiri kemampuan klien
f. kesepian mengungkapkan
g. tidak bisa diskusi perasaannya.

4. Klien dapat Setelah 1x interaksi klien 1. Observasi perilaku klien


melaksanakan dapat melaksanakan saat berhubungan sosial .
hubungan hubungan sosial secara 2. Beri motivasi dan bantu
sosial secara bertahap dengan: klien untuk berkenalan /
bertahap o Perawat berkomunikasi dengan :
o Perawat lain a. Perawat lain
o Klien lain b. Klien lain
c. Kelompok
3. Libatkan klien dalam
4. Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
5. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat.
6. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya melalui
aktivitas yang
dilaksanakan.

5. Klien mampu Setelah 1x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien


menjelaskan dapat menjelaskan tentang perasaannya
perasaannya perasaannya setelah setelah berhubungan sosial
setelah berhubungan sosial dengan :
berhubungan dengan: Orang lain a. Orang lain
sosial. b. Kelompok

39
6. Klien Setelah 1X pertemuan 1. Diskusikan pentingnya
mendapat keluarga dapat peran serta keluarga
dukungan menjelaskan tentang : sebagai pendukung untuk
keluarga a. Pengertian menarik mengatasi prilaku menarik
dalam diri diri.
memperluas b. Tanda dan gejala 2. Diskusikan potensi
hubungan menarik diri keluarga untuk membantu
sosial c. Penyebab dan klien mengatasi perilaku
akibat menarik diri menarik diri
d. Cara merawat klien 3. Jelaskan pada keluarga
menarik diri tentang :
a. Pengertian menarik diri
b. Tanda dan gejala
menarik diri
c. Penyebab dan akibat
menarik diri
d. Cara merawat klien
menarik diri
4. Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri.
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
6. Beri motivasi keluarga
agar membantu klien
untuk bersosialisasi.
7. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya merawat
klien di rumah sakit.

7. Klien dapat Setelah 1x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien


memanfaatkan menyebutkan; tentang manfaat dan
obat dengan a. Manfaat minum obat kerugian tidak minum obat,
baik. b. Kerugian tidak minum nama , warna, dosis, cara ,
obat efek terapi dan efek
c. Nama,warna,dosis, efek samping penggunan obat
terapi dan efek samping 2. Pantau klien saat
obat penggunaan obat
3. Beri pujian jika klien
Setelah 1x interaksi klien menggunakan obat dengan
mendemontrasikan benar
penggunaan obat dgn 4. Diskusikan akibat berhenti
benar minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter

40

Setelah 1x interaksi klien


Senin, Resiko TUM: Klien dapat 1. Setelah 1 x pertemuan
klien menunjukkan
10 Perilaku mengontrol tanda-tanda percaya 1. Bina hubungan saling
kepada perawat: percaya dengan:
desem Kekerasan perilaku  Wajah cerah, . Beri salam setiap
tersenyum berinteraksi.
ber kekerasan  Mau a. Perkenalkan nama,
berkenalan nama panggilan
2018  Ada kontak perawat dan tujuan
TUK: mata perawat berinteraksi
 Bersedia b. Tanyakan dan panggil
menceritakan nama kesukaan klien
1. Klien dapat perasaan c. Tunjukkan sikap
membina empati, jujur dan
hubungan 2. Setelah 1x pertemuan menepati janji setiap
klien menceritakan kali berinteraksi
saling percaya
d. Tanyakan perasaan
penyebab perilaku
2. Klien dapat klien dan masalah yang
kekerasan yang dihadapi klien
mengidentifik dilakukannya: e. Buat kontrak interaksi
asi penyebab yang jelas
perilaku  Menceritakan Dengarkan dengan penuh
kekerasan penyebab perasaan perhatian ungkapan perasaan
yang jengkel/kesal baik klien
dilakukannya dari diri sendiri
maupun 2. Bantu klien
3. Klien dapat mengungkapkan perasaan
lingkungannya
mengidentifik marahnya:
asi tanda- 3. Setelah 1x pertemuan a. Motivasi klien untuk
menceritakan
tanda perilaku klien menceritakan
penyebab rasa kesal
kekerasan tanda-tanda saat terjadi atau jengkelnya
perilaku kekerasan b. Dengarkan tanpa
4. Klien dapat menyela atau memberi
mengidentifik  Tanda fisik : mata penilaian setiap
asi jenis merah, tangan ungkapan perasaan
perilaku mengepal, ekspresi klien
kekerasan tegang, dan lain-
lain. 3. Bantu klien
yang pernah
 Tanda emosional :
dilakukannya perasaan marah, mengungkapkan tanda-
jengkel, bicara
5. Klien dapat
kasar. tanda perilaku kekerasan
mengidentifik  Tanda sosial :
asi akibat bermusuhan yang
perilaku dialami saat terjadi

41
kekerasan perilaku kekerasan. yang dialaminya:

6. Klien dapat
mengidentifik a. Motivasi klien
asi cara 4. Setelah 1x pertemuan menceritakan kondisi
konstruktif klien menjelaskan: fisik (tanda-tanda fisik)
saat perilaku kekerasan
dalam
 Jenis-jenis ekspresi terjadi
mengungkapk b. Motivasi klien
kemarahan yang
an kemarahan selama ini telah c.
dilakukannya d. menceritakan kondisi
7. Klien dapat
 Perasaannya saat emosinya (tanda-tanda
mendemonstra melakukan emosional) saat terjadi
sikan cara kekerasan perilaku kekerasan
mengontrol  Efektivitas cara Motivasi klien menceritakan
perilaku yang dipakai dalam kondisi hubungan dengan
kekerasan menyelesaikan orang lain (tanda-tanda
masalah sosial) saat terjadi perilaku
8. Klien 5. Setelah 1x kekerasan
mendapat pertemuan klien
4. Diskusikan dengan klien
dukungankelu menjelaskan
arga untuk akibat tindak perilaku kekerasan yang
mengontrol kekerasan yang
perilaku dilakukannya dilakukannya selama ini:
kekerasan
 Diri sendiri : luka,
9. Klien dijauhi teman, dll f. Motivasi klien
menggunakan menceritakan jenis-
obat sesuai  Orang jenis tindak kekerasan
lain/keluarga : yang selama ini pernah
program yang
luka, tersinggung, dilakukannya.
telah g. Motivasi klien
ditetapkan 6. Setelah 1x menceritakan perasaan
pertemuan klien : klien setelah tindak
kekerasan tersebut
 Menjelaskan cara- terjadi
cara sehat Diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang
mengungkapkan
dilakukannya masalah yang
marah dialami teratasi
7. Setelah 1x
5.Diskusikan dengan klien
pertemuan klien
memperagakan akibat negatif (kerugian)
cara mengontrol

42
perilaku cara yang dilakukan pada:
kekerasan:

 Fisik: tarik nafas h. Diri sendiri


dalam, memukul i. Orang lain/keluarga
bantal/kasur Lingkungan

 Verbal: 6. Diskusikan dengan klien:


mengungkapkan
perasaan
kesal/jengkel pada j. Apakah klien mau
orang lain tanpa mempelajari cara baru
menyakiti mengungkapkan marah
 Spiritual: zikir/doa, yang sehat
k. Jelaskan berbagai
meditasi sesuai
alternatif pilihan untuk
agamanya mengungkapkan marah
selain perilaku
8. Setelah 1x
kekerasan yang
interaksi
diketahui klien.
keluarga:
l. Jelaskan cara-cara
 cara merawat klien sehat untuk
dengan perilaku mengungkapkan
kekerasan marah:
 Mengungkapkan  Cara fisik: nafas
rasa puas dalam dalam, pukul bantal
merawat klien atau kasur, olah
Menjelaskan raga.
 Verbal:
8. Setelah 3x interaksi mengungkapkan
bahwa dirinya
pertemuan klien dapat sedang kesal
kepada orang lain.
menjelaskan:  Sosial: latihan
asertif dengan
orang lain.
 Manfaat minum Spiritual: sembahyang/doa,
obat zikir, meditasi, dsb sesuai
 Kerugian tidak keyakinan agamanya
minum obat masing-masing
 Nama obat
 Bentuk dan warna
obat 7. 1. Diskusikan cara yang
 Dosis yang
diberikan mungkin dipilih dan
kepadanya

43
 Waktu pemakaian anjurkan klien memilih
 Cara pemakaian
 Efek yang cara yang mungkin untuk
dirasakan
mengungkapkan

kemarahan.
9. Setelah 1x
pertemuan klien
7.2. Latih klien
menggunakan obat
sesuai program memperagakan cara yang

dipilih:

m. Peragakan cara
melaksanakan cara
yang dipilih.
n. Jelaskan manfaat cara
tersebut
o. Anjurkan klien
menirukan peragaan
yang sudah dilakukan.
p. Beri penguatan pada
klien, perbaiki cara
yang masih belum
sempurna
3. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel

1. Diskusikan pentingnya
peran serta keluarga
sebagai pendukung klien
untuk perilaku kekerasan.
2. Diskusikan potensi
keluarga untuk membantu
klien mengatasi perilaku
kekerasan
3. Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan cara
merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh

44
keluarga.
4. Peragakan cara merawat
klien (menangani perilaku
kekerasan)
5. Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan
ulang
6. Beri pujian kepada
keluarga setelah peragaan
7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
8. Jelaskan manfaat
menggunakan obat secara
teratur dan kerugian jika
tidak menggunakan obat
9. Jelaskan kepada klien:
a. Jenis obat (nama,
warna dan bentuk
obat)
b. Dosis yang tepat
untuk klien
c. Waktu pemakaian
d. Cara pemakaian
e. Efek yang akan
dirasakan klien
10. Anjurkan klien:
a. Minta dan
menggunakan obat
tepat waktu
b. Lapor ke
perawat/dokter jika
mengalami efek
yang tidak biasa
c. Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat.

45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny I

Umur : 66 th
Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal
Senin, Data : S: Pasien mengatakan
mendengar suara atau
10/12/2018 DS : Pasien mengatakan bisikan orang yang mau
seringmendengar bisikan suara menembaknya dan ada juga
(SP I) ada orang yang mau menembak orang yang selalu
pasien dan juga ada orang yang mengikutinya. Respon
selalu mengikutinya. pasien untuk mengontrol
halusinasinya dengan
DO : Klien saat interaksi kadang berkluyuran dan berbicara
berbicara sendiri dan sering sendiri.
mondar-mandir.
Pasien mengatakan mau
Tx : diajarkan mengontrol
halusinasinya dengan cara
1. Membina hubungan saling menghardik, dan prasaan
percaya pasien setelah di ajarkan
2. Membantu klien untuk dalam sedikit lebih nyaman
mengenal halusinasinya ( isi,
situasi, frekuensi, durasi, dan O: pasien tampak tenang,
respon) kontak mata sedikit
3. Membantu klien untuk menurun, bicara kurang
mengontrol halusinasinya dengan jelas, pasien mau di ajak
cara pertama yaitu menghardik. komunikasi, pasien tampak
mempraktikan cara
mengontrol halusinasinya
secara mandiri dengan baik
RTL:Mengajarkan pasien untuk
menghardik suara A: Halusinasi dengar
palsu.Membuat kontrak waktu
untuk pertemuan SP II P:Mengahardik setiap
mendengar suara palsu.

Selasa. S : pasien masih mendengar


11/12/2018 DS : pasien mengatakan masih suara-suara orang yang mau
mendengar suara ada orang menembaknya dan orang
(SP II) yang mau menembaknya dan yang selalu mengikutinya.
ada juga orang yang mau Pasien mengatakan mau
mengikutinya. diajarin bercakap-cakap

46
DO : pasien terlihat diam, terkadang dengan orang lain.
suka bicara sendiri dan kacau
O : pasien cukup kooperatif dan
tenang saat bercakap-cakap
dengan pasien lain.
Tx : 1. Mengajarkan pasien cara
mengontrol halusinasi dengan A : halusinasi dengar
cara yang kedua yaitu :
bercakap-cakap dengan orang P : memotivasi pasien
lain melakukan bercakap-cakap
jika pasien mengalami
2. Jadwal latihan halusinasi.

RTL :Mengajarkan pasien untuk


bercakap-cakap. Membuat
kontrak waktu untuk pertemuan
SP III

DS :Pasien mengatakan masih S : Pasien mengatakan agar


Rabu, mendengar suara-suara yang halusinasi tidak muncul
12/12/2018 mau menembaknya dan orang pasien selalu melakukan apa
(SP III) yang mau mengikutinya. Pasien yang diajarkan perawat yaitu
bisa melakukan cara yang dengan cara menghardik ,
kedua yaitu bercakap-cakap bercakap-cakap dengan
dengan orang lain. orang lain, dan melakukan
kegiatan apa saja.
DO : pasien terlihat sudah mau
berinteraksi dengan pasien lain. O : pasien kooperatif, pasien
memilih kegiatan terjadwal
yaitu mandi pagi dan sore.

Tx : 1. Mengajarkan pasien cara A : pasien mampu


mengontrol halusinasi cara melaksanakan aktivitas yang
ketiga : melaksanakan aktivitas telah dijadwalkan.
terjadwal
P : memotivasi pasien untuk
2. Jadwal latihan melakukan aktivitas yang
dijadwalkan jika pasien
RTL : Mengajarkan pasien untuk mengalami halusinasi.
melakukan aktivitas

S : Pasien mengatakan masih

47
Kamis, DS : pasien mengatakan masih mendengar suara-suara lagi.
13/12/2018 mendengarkan suara-suara yang mau Pasien mengatakan bisa
menembaknya dan orang yang mau mengontrol halusinasi
(SP IV) mengikutinya. dengan cara menghardik
halusinasi, bercakap-cakap
DO : pasien terlihat tenang, mau diajak dengan pasien lain atau
berinteraksi. bersama perawat,
mengajarkan kagiatan yang
Tx : 1. Mengevaluasi kemampuan terjadwal dan patuh minum
pasien dalam mengontrol halusinasi obat.
dengan cara SP 1, SP 2, SP 3
O : Pasien kooperatif
RTL : Mengajarkan pasien patuh minum
obat A : pasien mampu minum obat

P : Memotivasi halusinasi
untuk melakukan
pengotrolan halusinasi
dengan cara menghardik dan
bercakap-cakap dengan
pasien lain atau bersama
perawat dan melakukan
kegiatan yang disenengi dan
patuh minum obat.

48
BAB IVPEMBAHASAN

Halusinasi adalahsalahsatugejalagangguansensoripersepsi yang


dialamiolehpasiengangguanjiwa.Pasienmerasakansensasiberupasuara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, ataupenghiduantanpa stimulus yang
nyataKeliat, (2011) dalamZelika, (2015).Halusinasiadalahpersepsisensori
yang salahataupengalamanpersepsi yang tidaksesuaidengankenyataan Sheila
L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015)
halusinasiadalahhilangnyakemampuanmanusiadalammembedakanrangsanga
n internal (pikiran) danrangsanganeksternal (dunialuar).
Data daridepartemenkesehatantahun 2009,
jumlahpenderitagangguajiwa di Indonesiasaatinimencapailebihdari 28 juta
orang, dengankategorigangguanjiwaringan 11,6 % dan 0,4%
menderitagangguanjiwaberat. Hasilpenelitian WHO di jawateggahtahun
2009 menyebutkandarisetiap 1000 wargajawatenggahterdapattiga orang
yang mengalamigangguanjiwa. Sementara 19 orang darisetiap 1000
wargajawatenggahmeggalamisetressdepkes RI (2009) dalamZelika, (2015).
Data kunjuganRawatInapRumahSakitDr Amino GondohutomoProvinsi
Semarang padabulan October – Desember 2018 diruangRIPD terdapat 37
pasienhalusinasidari 76 pasien.
Halusinasimerupakansalahsatu tanda gejala dari skizofrenia
positif.Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar).(Kusumawati & Hartono, 2010, hlm.107). Beberapa jenis halusinasi
yang banyak kita dengar seperti halusinasi pendengaran adalah, pasien
mendengar suara-suara yang memanggilnya untuk menyuruh melakukan
sesuatu yang berupa dua suara atau lebih yang mengomentari tingkah laku

49
atau pikiran pasien dan suara – suara yang terdengar dapat berupa perintah
untukbunuhdiriataumembunuh orang lain (Yustinus, 2006, hlm.24).
Pasien yang mengalamihalusinasi disebabkan karena
ketidakmampuan pasien dalam menghadapi stressor dan kurangnya
kemampuan dalam mengontrol halusinasi.(Maramis, 2004, hlm.
34).Dampak yang terjadipadapasienhalusinasisepertimunculnyahisteria, rasa
lemah, dantidakmampumencapaitujuan, ketakutan yang berlebihan, pikiran
yang buruk (Yosep, 2007, hlm.77).
Sehinggauntukmeminimalkankomplikasiataudampakdarihalusinasidibutu
hkanpendekatandanmemberikanpenatalaksanaanuntukmengatasigejalahalusinasi
.Penatalaksanaan yang diberikanmeliputiterapifarmakologi, ECT dan non
farmakologi.Sedangkanterapifarmakologilebihmengarahpadapengobatanantipsik
otikdanpadaterapi non farmakologilebihpadapendekatanterapimodalitas
(Videbeck, 2008, hlm.358).
Terapimodalitasadalahterapikombinasidalamkeperawatanjiwa,
dimanaperawatjiwamemberikanprakteklanjutanuntukmenatalaksanaanterapi
yang digunakanolehpasiengangguanjiwa (Videbeck, 2008, hlm.411). Ada
beberapajenisterapimodalitas, antara lain: terapi individual, terapilingkungan
(milliutherapi), terapibiologisatauterapisomatik, terapikognitif, terapikeluarga,
terapiperilaku, terapibermain, terapi spiritual (Yosep, 2007, hlm.210).
TerapipsikoreligiousDzikirmenurut bahasaberasaldarikata ”dzakar” yang
berartiingat.Dzikirjuga di artikan “menjagadalamingatan”.Jikaberdzikirkepada
Allah artinyamenjagaingatan agar
selaluingatkepadaAllata‟ala.Dzikirmenurutsyara‟ adalahingatkepada
Allahdenganetikatertentu yang
sudahditentukanAlQur‟andanhaditsdengantujuanmensucikanhatidanmengagungka
n Allah.MenurutIbnAbbas ra.Dzikir adalahkonsep, wadah, sarana,agar
manusiatetapterbiasadzikir (ingat) kepada-Nyaketikaberadadiluar
shalat.Tujuandaridzikiradalahmengagungkan Allah, mensucikanhatidanjiwa,
mengagungkan Allah selakuhambayang bersyukur,
dzikirdapatmenyehatkantubuh,dapatmengobatipenyakitdenganmetodeRuqyah,
mencegahmanusiadaribahayanafsu.(Fatihuddin, 2010).

50
Terapi spiritual atauterapireligius yang antaralainzikir,
apabiladilafalkansecarabaikdanbenardapatmembuathatimenjaditenangdanrileks.
Terapizikirjugadapatditerapkanpadapasienhalusinasi,
karenaketikapasienmelakukanterapizikirdengantekundanmemusatkanperhatian
yang sempurna (khusu’)
dapatmemberikandampaksaathalusinasinyamunculpasienbiasmenghilangkansuar
a-suara yang
tidaknyatadanlebihdapatmenyibukkandiridenganmelakukanterapizikir.
Denganzikir orang akanmemperolehketenanganjiwadankelegaanbatin,
karenaiaakanmengingatdirinyadanmerasadiingatkanoleh Allah SWT.
Denganzikir yang dilakukan, makaakanmerasabahwa Allah mengetahui,
memperhatikan, danmendengar doanya.Orang yang selaluberzikirmengingat
Allah dalamkeadaanbagaimanapunpastiakanterhindardarisegalatingkahlaku
yang negativedanhatinyaakanlebihtenang, nyaman, dandamai.
Berbagaipengaruh yang datingkedalamhatitidakterlepasdariperasaan was-was.
Was-was itumerupakanpintumasuknyasetan, dansetanselalumenghembuskan
was-was itukedalamhatimanusia. Hal
inibiasanyadibarengidenganberbagaikhayalandalamhati.Hanyazikirlah yang
akanmenutuppintumasuksetan,
karenazikirmerupakanlawandarisemuagodaansetan, sedangkan was-was
dapatterputusdenganzikirkepada Allah.Hasilpengkajian yang
dilakukankepadarespondenmengenaihalusinasiadalah
yangdirasakanolehrespondenumumnyamemilikiciri-ciri yang
samayaitumengarahkantelingakearahtertentu,
seringmendengarsuarapalsu,emosiketikamendengarsuarapalsutersebut,merasaterga
nggu, tidakberdaya, tertawasendiri,menangistanpasebab.
Biasanyapenderitahalusinasimendengarsuarapalsuketikamalamhari.DiagnosaKeper
awatan yang munculpadarespondenadalahgangguanpersepsihalusinasi:auditori.
PerencanaanKeperawatanuntukdiagnosekeperawatangangguanpersepsisensori:audi
toriyaitu: melibatkankliendalamaktifitasberbasisrealitas yang
mungkinmengalihkanperhatiandarihalusinasi (dzikir).

51
PelaksanaanKeperawatandilakukan 3-8hari sejak 30 Maret – 15
April.Implementasiyangdilakukankepada 8
respondendenganmelakukandzikirsetiapwaktuluang,
ketikaklienmendengarsuarapalsudanketikasetelahsholat.Respondenmengucapkanlaf
aldzikir: Subhanallah,Alhamdullilah, Allahuakbar, Lailahaillallah,
bismilahirohmanirohim.Perkembanganrespondensetelahdiberikantindakanselama 4
hari.Sebagaievaluasidalamtindakankeperawatanberdasarkanmasalah pasien
mengatakanhalusinasiberkurangsetelahmelakukandzikir.

52
BAB V

PENUTUP

Metode pengobatan penderita skizofrenia yang dilakukan oleh RSJD dr.

Amino Gondohutomo sudah berlangsung lumayan lama dan telah terbukti dengan

metode tersebut mampu menyembuhkan penderita skizofrenia. Awalnya adalah

dinas sosial yang bediri pada tahun 1980 fokus menangani gelandangan dan

pengemis. Seiring berjalannya waktu pada tahun 2009 alih fungsi menjadi

pelaksana penyembuhan metode terapi zikir di dalam panti yang bertujuan untuk

mempersiapkan penyandang eks psikotik kususnya penderita skizofrenia dengan

berbagai ketrampilan serta kesiapan mental dan sosial yang dibutuhkan untuk

hidup secara wajar baik sebagai individu, anggota masyarakat serta warga negara.

Alasan utama berdirinya RSJD dr. Amino Gondohutomo ini dikarenakan

frekuensi pasien dengan gangguan psikotik terus meningkat dan di Provinsi Jawa

Tengah ini sangat membutuhkan pelayanan atau lembaga yang bisa meringankan

masyarakat.

53
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


www.academia.edu diakses Oktober 2016.

Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan


Halusinasi. www.academia.edudiakses Oktober 2016

Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan


Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.

Darmaja, I Kade.2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.


“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori :Halusinasi PendengaranDiruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti
IndonesiaBanyuwangi

Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan JiwaPada Ny. S Dengan


Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi PendengaranRuang 11 (Larasati)
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.Asuhan Keperawatan Psikiatri
Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang.

54

Vous aimerez peut-être aussi