Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Khoiriyah
Ni Kadek Ayu W
Siti Aroma
Winati Aliyah
2018/2019
1
KATA PENGANTAR
puji syukur ke hadirat Allah yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
RIPD Dr. Amino Gondhoutomo Provinsi jawa tegah. Sesuai dengan waktu yang
sudah disediakan.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
1 Ns. Khusnul Aini, M.Kep, SP. Kep. J selaku dosen pembimbing dalam
3 Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah
Kami meyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membagun sangat kami harapkan.
Kelompok
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
3
BAB 1
PEDAHULUAN
1. Latar Belakang
dialami oleh pasie gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
kepribadiaanya.
ganggua jiwa diindonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang,
gangguan jiwa berat. Hasil penelitian WHO di jawa teggah tahun 2009
menyebutkan dari setiap 1000 warga jawa tenggah terdapat tiga orang
4
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan Khusus
5
BAB II
TIJAUAN TEORI
A. Definisi Halusinasi
1. Halusinasi
6
2. Terapi Dzikir
7
problem psikis pada manusia. Dalam pengertian luas, terapi zikir
dapat berarti pengobatan penyakit secara kerohanian. Terapi di sini
mengandung makna penerapan teknis khusus dalam perawatan dan
penyembuhan penyakit mental atau kesulitan penyesuaian keyakinan
agama. Terapi zikir tersebut bertujuan agar seseorang bebas dari rasa
cemas, tegang, depresi dan lain-lain. Banyak orang yang
menggunakan terapi jenis ini melalui do’a-do’a dan zikir-zikir yang
intinya memohon kepada Allah agar diberi ketenangan hati.
Responden melakukan dzikir dengan mengucapkan lafal sebagai
berikut: Subhanallah, Alhamdulilah, Allahuakbar, Lailahaillallah,
bismilahirohmanirohim. Begitu pula yang diungkapkan oleh Keliat
(2005, hlm. 3), jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah
kelompok kecil yang jumlah anggotanya berkisar 5-12 orang. Lama
sesi untuk terapi religius zikir pada saat penelitian adalah 10 menit,
sehingga waktu yang diperlukan untuk satu kali terapi religius zikir
adalah 30 menit. Waktu yang optimal untuk satu sesi adalah 20-40
menit bagi fungsi kelompok yang rendah, dan 60-120 menit bagi
fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, dalam Keliat, 2005,
hlm. 4). Pada masing-masing kelompok diberikan 3 sesi terapi religius
zikir, setelah dilakukan terapi religius zikir dan diobservasi kembali
didapatkan hasil peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi.
B. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-
faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi
adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
8
ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai
sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik
memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50%
jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika
dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah
satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15%
mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan
dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor
predisposisi skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan
oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
anaknya.
2. Faktor Presipitasi
a. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak.
9
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
c. Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-
obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis
masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup,
perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan
dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
e. Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri
rendah, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan
kendali diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa
malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi,
perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan,
ketidakadekuatan penanganan gejala.
10
yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika
interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak
sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut sebagai
berikut:
11
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang
terhidu bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin
atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
E. Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
dan realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik
atau menit, kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu
merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart &
Sudden, (1998) dalam Yusalia (2015).
12
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
13
Perabaan dari tanah, benda mati atau orang lain.
F. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014),
membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas
yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin
berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan
makin dikendalikan oleh halusinasinya.
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem
14
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
(Psikotik ringan) kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
Panik, umumnya jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
halusinasi menjadi perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
lebih rumit, melebur berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
dalam halusinasinya jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk,
(Psikotik Berat) agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
15
berespon terhadap lebih
dari satu orang.
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan
keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.Hubungan
saling percaya sangat penting dijalin sebelum mengintervensi klien
lebih lanjut.Pertama-tama klien harus difasilitasi untuk merasa
nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya agar informasi
tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara
konprehensif.Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri, membuat
kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-
betul untuk membantu klien.Perawat juga harus sabar,
memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar
ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya.Hindarkan
menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun pengalaman
halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi
perawat.Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi
keperawatan selanjutnya adalah membantu klien mengenali
halusinasinya (tentang isi halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi, dan
perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah klien menyadari
bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus diatasi,
maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa
dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai
dengan mengkaji pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada
beberapa usaha yang klien lakukan untuk mengatasi halusinasi,
perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara tersebut. Apabila cara
16
tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara yang dilakukan
tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa
cara yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi,
meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal.Untuk mengatasinya,
klien harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara
internal juga. Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau
dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila
halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi,
jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin,
serotonin).Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja
obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi
obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara
optimal. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan materi
yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh untuk
menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana
penanganan klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan
kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan dengan dua
alasan.Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal.
Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa
klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi
jika tidak didukung secara kuat, klien bisa mengalami kegagalan,
dan halusinasi bisa kambuh lagi.Alasan kedua, halusinasi sebagai
salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis), sekalipun
17
klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi.
Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan halusinasi,
diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien kembali ke
rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien
halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan
gejala – gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, manik depresi, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler.Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari.Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu.Pemberian dapat dilakukan
satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali
sehari.Bila gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan
secara perlahan – lahan sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Efek samping:
18
pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala
ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk penderita non psikosa
dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan
kesadaran karena depresi susunan syaraf pusat,
hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan
gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali
menimbulkan intoksikasi.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,
gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson.Efek
samping yang jarang adalah nausea, diare, kostipasi,
hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik.Efek
samping yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi
hematologis.Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam
dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
19
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (
12,5 mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan,
dosis ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3
– 6 mg setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila
pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya
peningkatan perlahan – lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap
phenotiazine.Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai
dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ;
hentikan obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi
hipotensi dengan levarteronol hindari menggunakan ephineprine
ISO, (2008)dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan
sosialnya. Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya,
kilen akan dapat memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien
juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan
dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian
klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber
halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang
20
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik
dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun
rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam
menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus
selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien
betul-betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih
pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu
melaksanakan aktivitas terjadwal.
BAB III
PENGKAJIAN
21
Asuhan Keperawatan jiwa dengan terapi dzikir masalah utama sensori
pesepsi halusinasi pendengaran pada Ny I di Ruang RIPD RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. I
Umur : 66 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pensiun
Tanggal di Rawat : 9 Desember 2018
Tanggal Pengkajian : 10 Desember 2018
No. CM : 00135748
Ruang Rawat : Ruang RIPD
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Penanggung Jawab : Tn. A
Hubungan dengan Klien : Anak kandung klien
C. FAKTOR PREDISPOSISI
22
Keluarga pasien mengatakan kurang lebih satu minggu sebelum
dibawa kerumah sakit pasien mondar mandir, paien sering mendengar
bisikan, pasien sering bicara sendiri, pada tanggal 9 desember 2018
pukul 16:00, pasien dibawa ke RSJD Dr. Amino Gondohotomo
provinsi jawa tengah kemudian pasien di IGD dan kemudian pasien
dipindahkan ke ruangan RIPD pada jam 18.00. pasien mengatakan
belum pernah mengalami, melalukan, menyaksikan penganiyaya fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarganya dan
tindakan kriminal ( baik pelaku atau korban ). Keluarga pasien
mengatakan dalam keluarga besarnya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa. Dalam hidup pasien pengalaman yang tidak
menyenangkan pasien pernah ditinggal suaminya meninggal dan
pasien selalu memikirkannya.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda vital
TD : 120/90 mmHg
N : 88 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 36,5 ˚C
b. Ukur
TB : 150 cm
BB : 38 kg
BB 38 38
IMT :(TB) = 1,50= 2,25= 16,8 (IMT tidak normal)
E. PSIKOSOSIAL
23
1. Genogram
X X X X
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
----- : Tinggal serumah
24
2. Konsep diri
a. Citra diri
Pasien mengatakan menerima keadaan fisik tubuhnya dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang perempuan berusia 65 tahun anak ke 9 dari 9
bersaudara, pasien sekolah sampai SLTA. Pasien sudah menikah
dan mempunyai 3 orang anak .
c. Peran
Sebelum sakit pasien membantu pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu, masak, dan mencuci baju.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan setelah sembuh pasien ingin membantu anaknya
membersihkan rumah dan bermain dengan cucu cucunya.
e. Harga diri
Pasien mengatakan selama dirawat di Rumah Sakit klien merasa
sedih, klien ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarga
dirumah.
Masalah Keperawatan :Tidak ada
3. Hubungan sosial
Pasien mengatakan orang yang sangat berarti bagi pasien adalah
anak dan cucu cucunya, Pasien tidak pernah ikut kegiatan di
masyarakat seperti arisan dan pengajian, pasien sehari – hari hanya
dirumah, pasien malu untuk berbicara dengan tetangga atau orang –
orang disekitar pasien karena pasien merasa dikucilkan dan saat
pasien pergi pasien merasa diikuti oleh tetangganya. Pasien merasa
akan dibunuh oleh tetangganya.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
25
Pasien adalah seorang muslim dan percaya adanya Tuhan, namun
dalam beribadah klien masih bermalas- malasan, seperti tidak rutin
sholat 5 waktu.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan ketika dirumah klien beribadah dirumah
bersama anak dan cucunya, namun selama dirumah sakit pasien
terkadang sholat jika diingatkan oleh keluarga dan perawat.
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien memakai baju yang di berikan dari RS baju warna pink, pasien
memakai baju sesuai dengan kancing urutanya, pasien tampak
mengikat rambutnya dan memakaibando dikeplanya.
2. Pembicaraan
Pasien dalam berbicara dengan nada yang pelan dan lambat keras atau
membisu, tidak mau memulai pembicaraan, sedikit tertutup dan
terkadang tidak mau menjawab pertanyaan dari perawat.
3. Aktivitas Motorik
Pasien tampak Agitasi atau gerakan motorik yang menunjukkan
kegelisahan ketika diajak berbicara.
4. Alam perasaan
Pasien tampak ketakutan saat ada oranglain/perawat masuk
keruangannya.
5. Afek
Pasien tampak labil ketika ditanya pasien menunjukkan ekspresi dan
emosi yang berubah – ubah.Terkadang tampak senyum – senyum
sendiri, terkadang tampak murung.
6. Interaksi Selama Wawancara
Pasien tampak kurang kooperatif, kontak mata kurang tidak mampu
menatap lawan bicara, menunjukkan sikap curiga atau tidak percaya
dengan pewawancara.
26
Masalah Keperawatan :Isolasi Sosial.
7. Persepsi
Pasien mengatakan mendengarkan suara – suara yang ingin
membunuhnya.
8. Proses Pikir
Pasien dalam berbicara berbelit – belit namun sampai pada tujuan atau
pertanyaan yang diajukan perawat.
9. Isi Pikir
Pasien menyadari bahwa dirinya hanyalah orang biasa yang tidak
mempunyai pekerjaan yang tetap. Dan bukanlah orang yang
berkecupan.
10. Tingkat Kesadaran
Pasien tampak bingung dan kacau saat diajak bicara.
11. Memori
Pasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang karena pasien
tidak mampu mengingat kejadian yang terjadi 1 bulan yang lalu.
12. Tingkat Konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien ketika diajak berbicara pasien mudah beralih
dari satu obyek ke obyek lainnya.
13. Daya Tilik Diri
Pasien menyalahkan hal – hal di luar dirinya seperti menyalahkan
keluarga kenapa sampai dirawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang.
G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan nasi lauk pauk buah –
buahan dan air putih. Pasien selalu mengabiskan makanannya,
terkadang pasien meminta tambahan nasi ketika merasa makanan hari
itu sangat enak. Pasien dapat mengambil maupun membereskan
makanannya sendiri.
27
2. BAB/BAK
Pasien mengatakan mampu BAB/BAK sendiri di kamar mandi, Pasien
selalu mencuci tangan ketika selesai dari kamar mandi.
3. Mandi
Pasien mandi 2 kali sehari, jarang menyikat gigi, rajin mencuci rambut,
gunting kuku, mencukur jenggot atau rambut jika diingatkan oleh
perawat.Kondisi badan klien cukup bersih, tidak bau badan, bau mulut
ada.
4. Berpakaian
Pasien mampu menggunakan pakaiannya sendiri, mengganti pakaian 2
kali sehari.Mampu mengambil dan memilih pakaiannya. Pasien tidak
menggunakan alas kaki.
5. Istirahat dan Tidur
Pasien lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur, selesai minum
obat klien pergi tidur.Sebelum tidur klien tidak pernah berdoa, tidak
mencuci kaki dan muka sebelum tidur.
6. Penggunaan Obat
Pasien mengatakan minum obat 2 kali sehari, jenis obat Clozapine 2 x
50 mg, selesai minum obat klien merasakan pusing dan ingin tidur,
klien mampu minum obat secara mandiri.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan setelah sembuh dan keluar dari rumah sakit pasien
akan rajin untuk control dan minum obat. Adik klien dapat membantu
klien untuk memenuhi kebutuhan minum obat.Agar tidak terjadi
kekambuhan.
8. Aktivitas didalam Rumah
Pasien mengatakan dirumah klien mampu mengambil dan menyajikan
makanan di meja makan, pasien mampu merapikan rumah seperti
menyapu, pasien mampu mencuci pakaian sendiri, klien mampu
mengatur kebutuhan atau biaya hidup sehari – hari dari hasil
membantu orang tua diladang.
28
Masalah Keperawatan : Tidak ada
H. POLA MEKANISME KOPING
Mekanisme koping pasien Maladaftif karna saat pasien mengalami
masalah pendengaran pasien mengikutinya.
Masalah Keperawatan : mekanisme koping tidak efektif
I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Pasien memiliki masalah hubungan dengan lingkungan sekitar karena
pasien merasa malu dan takut jika orang – orang akan menganggap pasien
sebagai orang yang aneh.
J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Pasien masih belum mengetahui tentang penyakit kejiwaannya, factor
penyebab, dan sistem pendukung dalam mengatasi penyakitnya.
K. ASPEK MEDIK
1. Diagnose Medik : Skizofrenia Paranoid
2. Terapi Medik : Haloperidol 2x1,5 mg
Risperidone 2x1 mg
Trihexyphendyl 2x2 mg
L. ANALISA DATA
29
DO:
DO:
30
M. POHON MASALAH
lingkunganhhhhhlilingkungan
31
O. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Senin, Gangguan TUM: Klien dapat Setelah1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling
mengontrol menunjukkan tanda – percaya dengan
10 sensori halusinasi yang tanda percaya kepada menggunakan prinsip
dialaminya perawat : komunikasi terapeutik :
desem persepsi: 1. Ekspresi wajah
Tuk 1 : bersahabat. a. Sapa klien dengan ramah
ber halusinasi 2. Menunjukkan rasa baik verbal maupun non
senang. verbal
2018 (lihat/dengar/p Klien dapat 3. Ada kontak mata. b. Perkenalkan nama, nama
4. Mau berjabat tangan. panggilan dan tujuan
enghidu/raba/k membina 5. Mau menyebutkan perawat berkenalan
nama. c. Tanyakan nama lengkap
ecap) hubungan saling 6. Mau menjawab salam. dan nama panggilan yang
7. Mau duduk disukai klien
percaya berdampingan dengan d. Buat kontrak yang jelas
perawat. e. Tunjukkan sikap jujur dan
8. Bersedia menepati janji setiap kali
mengungkapkan interaksi
masalah yang dihadapi. f. Tunjukan sikap empati
dan menerima apa adanya
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien 1. Adakan kontak sering dan
menyebutkan : singkat secara bertahap
Klien dapat 1. Isi 2. Observasi tingkah laku
2. Waktu klien terkait dengan
mengenal 3. Frekunsi halusinasinya (* dengar
4. Situasi dan kondisi yang /lihat /penghidu /raba
halusinasinya menimbulkan halusinasi /kecap), jika menemukan
klien yang sedang
halusinasi:
a. Tanyakan apakah
klien mengalami
sesuatu ( halusinasi
32
dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap
)
b. Jika klien menjawab
ya, tanyakan apa yang
sedang dialaminya
c. Katakan bahwa
perawat percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (
dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
33
responnya saat mengalami dirasakan jika terjadi
halusinasi : halusinasi dan beri
Marah kesempatan untuk
Takut mengungkapkan
Sedih perasaannya.
Senang 2. Diskusikan dengan
Cemas klien apa yang
Jengkel dilakukan untuk
mengatasi perasaan
tersebut.
3. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati
halusinasinya.
34
halusinasinya.
c. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari
yang telah di susun.
d. Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
4. Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan dan
latih untuk mencobanya.
5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
6. Pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih ,
jika berhasil beri pujian.
7. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi
35
bersama, bepergian
bersama, memantau
obat – obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )
g. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak tidak
dapat diatasi di rumah
TUK 5 : Setelah 1x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien
Klien dapat menyebutkan; tentang manfaat dan
memanfaatkan 1. Manfaat minum obat kerugian tidak minum
obat dengan baik 2. Kerugian tidak minum obat, nama , warna, dosis,
obat cara , efek terapi dan efek
3. Nama,warna,dosis, samping penggunan obat
efek terapi dan efek 2. Pantau klien saat
samping obat penggunaan obat
Setelah 1x interaksi klien 3. Beri pujian jika klien
mendemontrasikan menggunakan obat dengan
penggunaan obat dgn benar
benar 4. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa
Setelah 1x interaksi klien konsultasi dengan dokter
menyebutkan akibat 5. Anjurkan klien untuk
berhenti minum obat tanpa konsultasi kepada
konsultasi dokter dokter/perawat jika terjadi
hal – hal yang tidak di
inginkan .
36
Senin, Isolasi Sosial TUM: Klien dapat
berinteraksi 1. Setelah 1X interaksi 1. Bina hubungan saling
10 dengan orang lain klien menunjukkan tanda- percaya dengan:
tanda percaya kepada / a. Beri salam setiap
desem TUK: terhadap perawat: berinteraksi.
1. Klien dapat a. Wajah cerah, tersenyum b. Perkenalkan nama,
ber membina b. Mau berkenalan nama panggilan
hubungan saling c. Ada kontak mata perawat dan tujuan
2018 percaya d. Bersedia menceritakan perawat berkenalan
perasaan c. Tanyakan dan
e. Bersedia panggil nama
mengungkapkan kesukaan klien
masalahnya d. Tunjukkan sikap
f. Bersedia jujur dan menepati
mengungkapkan janji setiap kali
masalahnya berinteraksi
e. Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi kllien
f. Buat kontrak
interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
37
2. Klien mampu 2. Setelah 1 x interaksi 1. Tanyakan pada klien
menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang:
penyebab menarik minimal satu penyebab a. Orang yang tinggal
diri menarik diri dari: serumah / teman
a. diri sendiri sekamar klien
b. orang lain b. Orang yang paling
c. lingkungan dekat dengan klien di
rumah/ di ruang
perawatan
c. Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien di
rumah/di ruang
perawatan
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2. Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
3. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
38
3. Klien mampu Setelah1x interaksi dengan 1. Tanyakan pada klien
menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang :
keuntungan keuntungan berhubungan a. Manfaat hubungan
berhubungan sosial, misalnya sosial.
sosial dan a. banyak teman b. Kerugian menarik
kerugian menarik b. tidak kesepian diri.
diri. c. bisa diskusi 2. Diskusikan bersama klien
d. saling menolong, tentang manfaat
dan kerugian berhubungan sosial dan
menarik diri, kerugian menarik diri.
misalnya: 3. Beri pujian terhadap
e. sendiri kemampuan klien
f. kesepian mengungkapkan
g. tidak bisa diskusi perasaannya.
39
6. Klien Setelah 1X pertemuan 1. Diskusikan pentingnya
mendapat keluarga dapat peran serta keluarga
dukungan menjelaskan tentang : sebagai pendukung untuk
keluarga a. Pengertian menarik mengatasi prilaku menarik
dalam diri diri.
memperluas b. Tanda dan gejala 2. Diskusikan potensi
hubungan menarik diri keluarga untuk membantu
sosial c. Penyebab dan klien mengatasi perilaku
akibat menarik diri menarik diri
d. Cara merawat klien 3. Jelaskan pada keluarga
menarik diri tentang :
a. Pengertian menarik diri
b. Tanda dan gejala
menarik diri
c. Penyebab dan akibat
menarik diri
d. Cara merawat klien
menarik diri
4. Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri.
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
6. Beri motivasi keluarga
agar membantu klien
untuk bersosialisasi.
7. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya merawat
klien di rumah sakit.
40
41
kekerasan perilaku kekerasan. yang dialaminya:
6. Klien dapat
mengidentifik a. Motivasi klien
asi cara 4. Setelah 1x pertemuan menceritakan kondisi
konstruktif klien menjelaskan: fisik (tanda-tanda fisik)
saat perilaku kekerasan
dalam
Jenis-jenis ekspresi terjadi
mengungkapk b. Motivasi klien
kemarahan yang
an kemarahan selama ini telah c.
dilakukannya d. menceritakan kondisi
7. Klien dapat
Perasaannya saat emosinya (tanda-tanda
mendemonstra melakukan emosional) saat terjadi
sikan cara kekerasan perilaku kekerasan
mengontrol Efektivitas cara Motivasi klien menceritakan
perilaku yang dipakai dalam kondisi hubungan dengan
kekerasan menyelesaikan orang lain (tanda-tanda
masalah sosial) saat terjadi perilaku
8. Klien 5. Setelah 1x kekerasan
mendapat pertemuan klien
4. Diskusikan dengan klien
dukungankelu menjelaskan
arga untuk akibat tindak perilaku kekerasan yang
mengontrol kekerasan yang
perilaku dilakukannya dilakukannya selama ini:
kekerasan
Diri sendiri : luka,
9. Klien dijauhi teman, dll f. Motivasi klien
menggunakan menceritakan jenis-
obat sesuai Orang jenis tindak kekerasan
lain/keluarga : yang selama ini pernah
program yang
luka, tersinggung, dilakukannya.
telah g. Motivasi klien
ditetapkan 6. Setelah 1x menceritakan perasaan
pertemuan klien : klien setelah tindak
kekerasan tersebut
Menjelaskan cara- terjadi
cara sehat Diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang
mengungkapkan
dilakukannya masalah yang
marah dialami teratasi
7. Setelah 1x
5.Diskusikan dengan klien
pertemuan klien
memperagakan akibat negatif (kerugian)
cara mengontrol
42
perilaku cara yang dilakukan pada:
kekerasan:
43
Waktu pemakaian anjurkan klien memilih
Cara pemakaian
Efek yang cara yang mungkin untuk
dirasakan
mengungkapkan
kemarahan.
9. Setelah 1x
pertemuan klien
7.2. Latih klien
menggunakan obat
sesuai program memperagakan cara yang
dipilih:
m. Peragakan cara
melaksanakan cara
yang dipilih.
n. Jelaskan manfaat cara
tersebut
o. Anjurkan klien
menirukan peragaan
yang sudah dilakukan.
p. Beri penguatan pada
klien, perbaiki cara
yang masih belum
sempurna
3. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
1. Diskusikan pentingnya
peran serta keluarga
sebagai pendukung klien
untuk perilaku kekerasan.
2. Diskusikan potensi
keluarga untuk membantu
klien mengatasi perilaku
kekerasan
3. Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan cara
merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh
44
keluarga.
4. Peragakan cara merawat
klien (menangani perilaku
kekerasan)
5. Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan
ulang
6. Beri pujian kepada
keluarga setelah peragaan
7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
8. Jelaskan manfaat
menggunakan obat secara
teratur dan kerugian jika
tidak menggunakan obat
9. Jelaskan kepada klien:
a. Jenis obat (nama,
warna dan bentuk
obat)
b. Dosis yang tepat
untuk klien
c. Waktu pemakaian
d. Cara pemakaian
e. Efek yang akan
dirasakan klien
10. Anjurkan klien:
a. Minta dan
menggunakan obat
tepat waktu
b. Lapor ke
perawat/dokter jika
mengalami efek
yang tidak biasa
c. Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat.
45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny I
Umur : 66 th
Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal
Senin, Data : S: Pasien mengatakan
mendengar suara atau
10/12/2018 DS : Pasien mengatakan bisikan orang yang mau
seringmendengar bisikan suara menembaknya dan ada juga
(SP I) ada orang yang mau menembak orang yang selalu
pasien dan juga ada orang yang mengikutinya. Respon
selalu mengikutinya. pasien untuk mengontrol
halusinasinya dengan
DO : Klien saat interaksi kadang berkluyuran dan berbicara
berbicara sendiri dan sering sendiri.
mondar-mandir.
Pasien mengatakan mau
Tx : diajarkan mengontrol
halusinasinya dengan cara
1. Membina hubungan saling menghardik, dan prasaan
percaya pasien setelah di ajarkan
2. Membantu klien untuk dalam sedikit lebih nyaman
mengenal halusinasinya ( isi,
situasi, frekuensi, durasi, dan O: pasien tampak tenang,
respon) kontak mata sedikit
3. Membantu klien untuk menurun, bicara kurang
mengontrol halusinasinya dengan jelas, pasien mau di ajak
cara pertama yaitu menghardik. komunikasi, pasien tampak
mempraktikan cara
mengontrol halusinasinya
secara mandiri dengan baik
RTL:Mengajarkan pasien untuk
menghardik suara A: Halusinasi dengar
palsu.Membuat kontrak waktu
untuk pertemuan SP II P:Mengahardik setiap
mendengar suara palsu.
46
DO : pasien terlihat diam, terkadang dengan orang lain.
suka bicara sendiri dan kacau
O : pasien cukup kooperatif dan
tenang saat bercakap-cakap
dengan pasien lain.
Tx : 1. Mengajarkan pasien cara
mengontrol halusinasi dengan A : halusinasi dengar
cara yang kedua yaitu :
bercakap-cakap dengan orang P : memotivasi pasien
lain melakukan bercakap-cakap
jika pasien mengalami
2. Jadwal latihan halusinasi.
47
Kamis, DS : pasien mengatakan masih mendengar suara-suara lagi.
13/12/2018 mendengarkan suara-suara yang mau Pasien mengatakan bisa
menembaknya dan orang yang mau mengontrol halusinasi
(SP IV) mengikutinya. dengan cara menghardik
halusinasi, bercakap-cakap
DO : pasien terlihat tenang, mau diajak dengan pasien lain atau
berinteraksi. bersama perawat,
mengajarkan kagiatan yang
Tx : 1. Mengevaluasi kemampuan terjadwal dan patuh minum
pasien dalam mengontrol halusinasi obat.
dengan cara SP 1, SP 2, SP 3
O : Pasien kooperatif
RTL : Mengajarkan pasien patuh minum
obat A : pasien mampu minum obat
P : Memotivasi halusinasi
untuk melakukan
pengotrolan halusinasi
dengan cara menghardik dan
bercakap-cakap dengan
pasien lain atau bersama
perawat dan melakukan
kegiatan yang disenengi dan
patuh minum obat.
48
BAB IVPEMBAHASAN
49
atau pikiran pasien dan suara – suara yang terdengar dapat berupa perintah
untukbunuhdiriataumembunuh orang lain (Yustinus, 2006, hlm.24).
Pasien yang mengalamihalusinasi disebabkan karena
ketidakmampuan pasien dalam menghadapi stressor dan kurangnya
kemampuan dalam mengontrol halusinasi.(Maramis, 2004, hlm.
34).Dampak yang terjadipadapasienhalusinasisepertimunculnyahisteria, rasa
lemah, dantidakmampumencapaitujuan, ketakutan yang berlebihan, pikiran
yang buruk (Yosep, 2007, hlm.77).
Sehinggauntukmeminimalkankomplikasiataudampakdarihalusinasidibutu
hkanpendekatandanmemberikanpenatalaksanaanuntukmengatasigejalahalusinasi
.Penatalaksanaan yang diberikanmeliputiterapifarmakologi, ECT dan non
farmakologi.Sedangkanterapifarmakologilebihmengarahpadapengobatanantipsik
otikdanpadaterapi non farmakologilebihpadapendekatanterapimodalitas
(Videbeck, 2008, hlm.358).
Terapimodalitasadalahterapikombinasidalamkeperawatanjiwa,
dimanaperawatjiwamemberikanprakteklanjutanuntukmenatalaksanaanterapi
yang digunakanolehpasiengangguanjiwa (Videbeck, 2008, hlm.411). Ada
beberapajenisterapimodalitas, antara lain: terapi individual, terapilingkungan
(milliutherapi), terapibiologisatauterapisomatik, terapikognitif, terapikeluarga,
terapiperilaku, terapibermain, terapi spiritual (Yosep, 2007, hlm.210).
TerapipsikoreligiousDzikirmenurut bahasaberasaldarikata ”dzakar” yang
berartiingat.Dzikirjuga di artikan “menjagadalamingatan”.Jikaberdzikirkepada
Allah artinyamenjagaingatan agar
selaluingatkepadaAllata‟ala.Dzikirmenurutsyara‟ adalahingatkepada
Allahdenganetikatertentu yang
sudahditentukanAlQur‟andanhaditsdengantujuanmensucikanhatidanmengagungka
n Allah.MenurutIbnAbbas ra.Dzikir adalahkonsep, wadah, sarana,agar
manusiatetapterbiasadzikir (ingat) kepada-Nyaketikaberadadiluar
shalat.Tujuandaridzikiradalahmengagungkan Allah, mensucikanhatidanjiwa,
mengagungkan Allah selakuhambayang bersyukur,
dzikirdapatmenyehatkantubuh,dapatmengobatipenyakitdenganmetodeRuqyah,
mencegahmanusiadaribahayanafsu.(Fatihuddin, 2010).
50
Terapi spiritual atauterapireligius yang antaralainzikir,
apabiladilafalkansecarabaikdanbenardapatmembuathatimenjaditenangdanrileks.
Terapizikirjugadapatditerapkanpadapasienhalusinasi,
karenaketikapasienmelakukanterapizikirdengantekundanmemusatkanperhatian
yang sempurna (khusu’)
dapatmemberikandampaksaathalusinasinyamunculpasienbiasmenghilangkansuar
a-suara yang
tidaknyatadanlebihdapatmenyibukkandiridenganmelakukanterapizikir.
Denganzikir orang akanmemperolehketenanganjiwadankelegaanbatin,
karenaiaakanmengingatdirinyadanmerasadiingatkanoleh Allah SWT.
Denganzikir yang dilakukan, makaakanmerasabahwa Allah mengetahui,
memperhatikan, danmendengar doanya.Orang yang selaluberzikirmengingat
Allah dalamkeadaanbagaimanapunpastiakanterhindardarisegalatingkahlaku
yang negativedanhatinyaakanlebihtenang, nyaman, dandamai.
Berbagaipengaruh yang datingkedalamhatitidakterlepasdariperasaan was-was.
Was-was itumerupakanpintumasuknyasetan, dansetanselalumenghembuskan
was-was itukedalamhatimanusia. Hal
inibiasanyadibarengidenganberbagaikhayalandalamhati.Hanyazikirlah yang
akanmenutuppintumasuksetan,
karenazikirmerupakanlawandarisemuagodaansetan, sedangkan was-was
dapatterputusdenganzikirkepada Allah.Hasilpengkajian yang
dilakukankepadarespondenmengenaihalusinasiadalah
yangdirasakanolehrespondenumumnyamemilikiciri-ciri yang
samayaitumengarahkantelingakearahtertentu,
seringmendengarsuarapalsu,emosiketikamendengarsuarapalsutersebut,merasaterga
nggu, tidakberdaya, tertawasendiri,menangistanpasebab.
Biasanyapenderitahalusinasimendengarsuarapalsuketikamalamhari.DiagnosaKeper
awatan yang munculpadarespondenadalahgangguanpersepsihalusinasi:auditori.
PerencanaanKeperawatanuntukdiagnosekeperawatangangguanpersepsisensori:audi
toriyaitu: melibatkankliendalamaktifitasberbasisrealitas yang
mungkinmengalihkanperhatiandarihalusinasi (dzikir).
51
PelaksanaanKeperawatandilakukan 3-8hari sejak 30 Maret – 15
April.Implementasiyangdilakukankepada 8
respondendenganmelakukandzikirsetiapwaktuluang,
ketikaklienmendengarsuarapalsudanketikasetelahsholat.Respondenmengucapkanlaf
aldzikir: Subhanallah,Alhamdullilah, Allahuakbar, Lailahaillallah,
bismilahirohmanirohim.Perkembanganrespondensetelahdiberikantindakanselama 4
hari.Sebagaievaluasidalamtindakankeperawatanberdasarkanmasalah pasien
mengatakanhalusinasiberkurangsetelahmelakukandzikir.
52
BAB V
PENUTUP
Amino Gondohutomo sudah berlangsung lumayan lama dan telah terbukti dengan
dinas sosial yang bediri pada tahun 1980 fokus menangani gelandangan dan
pengemis. Seiring berjalannya waktu pada tahun 2009 alih fungsi menjadi
pelaksana penyembuhan metode terapi zikir di dalam panti yang bertujuan untuk
berbagai ketrampilan serta kesiapan mental dan sosial yang dibutuhkan untuk
hidup secara wajar baik sebagai individu, anggota masyarakat serta warga negara.
frekuensi pasien dengan gangguan psikotik terus meningkat dan di Provinsi Jawa
Tengah ini sangat membutuhkan pelayanan atau lembaga yang bisa meringankan
masyarakat.
53
DAFTAR PUSTAKA
54