Vous êtes sur la page 1sur 23

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komposisi Vegetasi Tingkat Semai

5.1.1 Kerapatan
Kerapatan merupakan jumlah suatu jenis tegakkan dalam suatu unit area
dengan luasan tertentu. Berdasarkan hasil analisis vegetasi untuk tingkat semai,
jenis yang memiliki kerapatan tertinggi adalah Challophylum sp. dengan nilai
12.500 individu/ha dan kerapatan relatifnya adalah 27,78 % , kemudian disusul
jenis Palaquium obtusifolium dengan nilai 8.750 individu/ha serta kerapatan
relatifnya (KR) 19,44 %.
Tabel. 1. Kerapatan jenis tingkat semai
Jumla Kerapata
Kerapatan
h n
Jumlah
N Nama Luas
Nama Ilmiah Individu (Individu/ Relatif
o Lokal PU
Jenis
(Ha) Ha) (%)
1 Amo hutan Artocarpus communis 16 0.004 4000.00 8.89
2 Awau Merestica sp 1 0.004 250.00 0.56
3 Bintangur Callophylum sp 50 0.004 12500.00 27.78
Syzygium
4 Gosale 6 0.004 1500.00 3.33
rubiginosum
5 Hiru Vatica papuana 24 0.004 6000.00 13.33
Koordersiodendron
6 Kayu bugis 2 0.004 500.00 1.11
pinnatum
7 Kenanga Cananga odorata 1 0.004 250.00 0.56
Lidah soa-
8 Agelaia sp 3 0.004 750.00 1.67
soa
9 Matoa Pometia pinnata 10 0.004 2500.00 5.56
10 Mersawa Anisoptera spp 1 0.004 250.00 0.56
11 Mologotu Diospyros papuana 25 0.004 6250.00 13.89
12 Namo-namo Maniltoa schefferi 1 0.004 250.00 0.56
Palaquium
13 Nyatoh 35 0.004 8750.00 19.44
obtusifolium
14 Pala Myristica fragrans 2 0.004 500.00 1.11
15 Pulai Alstonia scholaris 3 0.004 750.00 1.67

18
Jumlah 180 45000.00 100.00

Sedangkan jenis yang memiliki nilai kerapatan paling rendah adalah


Merestica sp., Cananga Odorata, Anisoptera spp., dan Maniltoa schefferi ,
masing-masing memiliki nilai kerapatan yang sama yaitu 250 individu/ha atau
kerapatan relatifnya (KR) 0,56 %.

5.1.2 Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah petak contoh tempat diketemukannya suatu
spesies dari jumlah petak contoh yang dibuat. Nilai frekuensi tertinggi
ditunjukkan pada jenis Palaquium obtusifolium dengan nilai 0,80 dan nilai
Frekuensi Relatif (FR) 16,33% . Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis ini paling
sering ditemui dalam plot pengamatan. Palaquium obtusifolium dijumpai pada 8
plot dari total 10 plot pengamatan.
Tabel. 2. Frekuensi Jenis tingkat semai
      Jumla Jumla   Frekuensi
h h
No Nama Nama Ilmiah Plot Total Frekuens Relatif
Lokal i
      Jenis Plot   (%)

1 Amo hutan Artocarpus communis 4 10 0.40 8.16


2 Awau Merestica sp 1 10 0.10 2.04

3 Bintangur Callophylum sp 7 10 0.70 14.29

4 Gosale Syzygium rubiginosum 3 10 0.30 6.12


5 Hiru Vatica papuana 7 10 0.70 14.29
Koordersiodendron
6 Kayu bugis 1 10 0.10 2.04
pinnatum
7 Kenanga Cananga odorata 1 10 0.10 2.04
Lidah soa-
8 Aglaia sp 1 10 0.10 2.04
soa
9 Matoa Pometia pinnata 5 10 0.50 10.20

10 Mersawa Anisoptera spp 1 10 0.10 2.04

11 Mologotu Diospyros papuana 5 10 0.50 10.20

19
12 Namo-namo Maniltoa schefferi 1 10 0.10 2.04
Palaquium
13 Nyatoh 8 10 0.80 16.33
obtusifolium

14 Pala Myristica fragrans 2 10 0.20 4.08

15 Pulai Alstonia scholaris 2 10 0.20 4.08

  Jumlah 4.90 100.00

Sedangkan nilai terendah frekuensi terdapat pada jenis Merestica sp.,


Koordersiodendron pinnatum, Cananga ordata, Aglaia sp., Anisoptera spp., dan
Maniltoa schefferi masing-masing memiliki nilai frekuensi 0,10 dengan nilai
Frekuensi Relatif (FR) 2,04% atau dapat dikatakan frekuensinya tidak stabil
dengan nilai yang sangat rendah.

5.1.3 Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks nilai penting adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk
menyatakan tingkat dominasi spesies-spesies dalam komunitas tumbuhan.
(Sugianto, 1994; Indriyanto, 2006)

Tabel . 3. Indeks Nilai Penting untuk tingkat semai


      Kerapatan Frekuensi INP
N Nama Lokal Nama Ilmiah Relatif Relatif (%)
o

20
      (%) (%)
1 Amo hutan Artocarpus communis 8.89 8.16 17.05
2 Awau Merestica sp 0.56 2.04 2.60
3 Bintangur Callophylum sp 27.78 14.29 42.06
4 Gosale Syzygium rubiginosum 3.33 6.12 9.46
5 Hiru Vatica papuana 13.33 14.29 27.62
6 Kayu bugis Koordersiodendron 1.11 2.04 3.15
pinnatum
7 Kenanga Cananga odorata 0.56 2.04 2.60
8 Lidah soa-soa Agelaia sp 1.67 2.04 3.71
9 Matoa Pometia pinnata 5.56 10.20 15.76
10 Mersawa Anisoptera spp 0.56 2.04 2.60
11 Mologotu Diospyros papuana 13.89 10.20 24.09
12 Namo-namo Maniltoa schefferi 0.56 2.04 2.60
13 Nyatoh Palaquium obtusifolium 19.44 16.33 35.77
14 Pala Myristica fragrans 1.11 4.08 5.19
15 Pulai Alstonia scholaris 1.67 4.08 5.75
  Jumlah 100.00 100.00 200.00

Indeks Nilai Penting vegetasi tertinggi pada Site Monitoring Burung


Bidadari Halmahera (Semioptera wallacei) untuk tingkat semai adalah jenis
Challophylum sp dengan INP 42,06%, dan jenis yang memiliki INP tertinggi
kedua adalah Palaquium obtusifolium yaitu 35,77%. Sedangkan nilai INP
terendah ditemukan pada jenis Merestica sp., Cananga ordata, Anisoptera spp,
dan Maniltoa schefferi dengan nilai INP masing-masing 0,56%.

Menurut Fahrul (2007), besarnya nilai INP juga menggambarkan tingkat


pengaruh suatu jenis vegetasi terhadap stabilitas ekosistem. Dalam hal ini, nilai
INP tertinggi untuk tingkatan semai dalam penelitian ini diperoleh 42,06 %. Nilai
ini termasuk dalam kategori sedang. Lanjut lagi Fahrul (2007) menyebutkan
bahwa kategorisasi nilai INP adalah sebagai berikut : INP > 42,66 dikategorikan
tinggi, INP 21,96 - 42,66 sedang, dan INP < 21,96 dikategorikan rendah.

21
5.2 Komposisi Jenis Vegetasi Tingkat Pancang
5.2.1 Kerapatan
Dari hasil analisis vegetasi, untuk tingkat pancang jenis dengan nilai kerapatan
tertinggi adalah Vatica papuana yaitu 960 individu/ha dan kerapatan relatifnya
(KR) adalah 30%. Jenis Suling memiliki nilai kerapatan tertinggi kedua dengan
400 individu/ha. Sedangkan jenis yang memiliki nilai kerapatan terendah adalah
Adina sp., Kayu Kapur, Cinnamomum culilawan, dan Aglaia sp. dengan nilai
kerapatan masing-masing 40 individu/ha atau Kerapatan Relatifnya (KR) 1,25%.

Tabel. 4. Kerapatan Jenis Tingkat Pancang


  Kerapata Kerapata
Jumlah
n n
Jumla
No Nama Lokal Nama Ilmiah Luas PU (Individu/ Relatif
h
  (Ha) Ha) (%)

1 Badenga Adina sp 1 0.025 40.00 1.25

2 Bintangur Callophylum sp 2 0.025 80.00 2.50

3 Bori 3 0.025 120.00 3.75


Polyalthiala 5
4 Gamonoa 0.025 200.00 6.25
teriflora
Syzygium 3
5 Gosale 0.025 120.00 3.75
rubiginosum
6 Hiru Vatica papuana 24 0.025 960.00 30.00

7 Kayu hitam Diospyros lolin 5 0.025 200.00 6.25

8 Kayu kapur 1 0.025 40.00 1.25


Cinnamomum
9 Kayu lawang 1 0.025 40.00 1.25
culilawan
10 Kenari Canarium spp 4 0.025 160.00 5.00

11 Lidah soa-soa Aglaia sp 1 0.025 40.00 1.25

12 Manggis hutan Garcinia spp 7 0.025 280.00 8.75

13 Mersawa Anisoptera spp 3 0.025 120.00 3.75

14 Namo-namo Maniltoa schefferi 3 0.025 120.00 3.75


15 Nyatoh Palaquium 5 0.025 200.00 6.25

22
obtusifolium
Macaranga 2
16 Same 0.025 80.00 2.50
tanarius
17 Suling 10 0.025 400.00 12.50

Jumlah 80 3200.00 100.00

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa jenis Vatica papuana mempunyai


angka densitas yang cukup tinggi di lokasi pengamatan. Hal ini mengindikasikan
bahwa jenis tersebut mampu melakukan adaptasi yang baik terhadap faktor-faktor
lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, karena jenis
ini memiliki nilai paramater vegetasi yang relatif baik dari kategori pohon, tiang
dan pancang.

5.2.2 Frekuensi
Nilai frekuensi tertinggi untuk tingkat pancang pada Site Monitoring Burung
Bidadari Halmahera adalah sebesar 0,80 ditunjukkan pada jenis Vatica papuana
disusul jenis Suling dengan nilai frekuensi 0,60.

Tabel. 5. Frekuensi jenis tingkat pancang


      Jumla Jumla
Frekuensi
h h
No Nama Lokal Nama Ilmiah Plot Total Frekuen
Relatif
si

23
      Jenis Plot (%)
1 Badenga Adina sp 1 10 0.10 2.00
2 Bintangur Callophylum sp 2 10 0.20 4.00
3 Bori   3 10 0.30 6.00
4 Gamonoa Polyalthiala teriflora 4 10 0.40 8.00
5 Gosale Syzygium rubiginosum 3 10 0.30 6.00
6 Hiru Vatica papuana 8 10 0.80 16.00
7 Kayu hitam Diospyros lolin 3 10 0.30 6.00
8 Kayu kapur   1 10 0.10 2.00
9 Kayu lawang Cinnamomum culilawan 1 10 0.10 2.00
10 Kenari Canarium spp 3 10 0.30 6.00
11 Lidah soa-soa Aglaia sp 1 10 0.10 2.00
12 Manggis hutan Garcinia spp 5 10 0.50 10.00
13 Mersawa Anisoptera spp 2 10 0.20 4.00
14 Namo-namo Maniltoa schefferi 1 10 0.10 2.00
15 Nyatoh Palaquium obtusifolium 4 10 0.40 8.00
16 Same Macaranga tanarius 2 10 0.20 4.00
17 Suling   6 10 0.60 12.00
Jumlah     5.00 100.00

Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua jenis ini paling sering dijumpai di
plot pengamatan yang memiliki tingkat kemunculan atau frekuensi yang tinggi.
Vatica papuana dijumpai di 8 plot dan suling 6 plot.
Nilai frekuensi terendahnya terdapat pada jenis Adina sp., Kayu Kapur,
Cinnamomum culilawan, Agelaia sp, dan Maniltoa schefferi masing-masing
memiliki nilai frekuensi 0,10. Dapat dikatakan kemuculannya pada setiap petak
contoh tergolong rendah yaitu hanya pada 1 dari 10 petak contoh.

5.2.3 Indeks Nilai Penting


Indeks Nilai Penting (INP) atau Important Value Index merupakan indeks
yang menggambarkan pentingnya peranan suatu vegetasi dalam suatu ekosistem.
Apabila INP suatu spesies bernilai tinggi, maka jenis itu sangat mempengaruhi
kestabilan ekosistem tersebut.

24
INP sangat bermanfaat dalam menentukan seberapa besar peranan suatu
jenis dalam membentuk ekosistem kawasan hutan. Dalam suatu komunitas
tumbuhan yang heterogen, data parameter vegetasi secara sendiri-sendiri (Nilai
Kerapatan, Frekuensi dan Dominansi) tidak dapat menggambarkan secara
menyeluruh peran vegetasi tersebut terhadap ekosistemnya.

Tabel. 6. INP Tingkat Pancang


      Kerapatan Frekuensi INP
No Nama Lokal Nama Ilmiah Relatif Relatif (%)
      (%) (%)
1 Badenga Adina sp 1.25 2.00 3.25
2 Bintangur Callophylum sp 2.50 4.00 6.50
3 Bori   3.75 6.00 9.75
4 Gamonoa Polyalthiala teriflora 6.25 8.00 14.25
5 Gosale Syzygium rubiginosum 3.75 6.00 9.75
6 Hiru Vatica papuana 30.00 16.00 46.00
7 Kayu hitam Diospyros lolin 6.25 6.00 12.25
8 Kayu kapur   1.25 2.00 3.25
9 Kayu lawang Cinnamomum culilawan 1.25 2.00 3.25
10 Kenari Canarium spp 5.00 6.00 11.00
11 Lidah soa-soa Aglaia sp 1.25 2.00 3.25
12 Manggis hutan Garcinia spp 8.75 10.00 18.75
13 Mersawa Anisoptera spp 3.75 4.00 7.75
14 Namo-namo Maniltoa schefferi 3.75 2.00 5.75
15 Nyatoh Palaquium obtusifolium 6.25 8.00 14.25
16 Same Macaranga tanarius 2.50 4.00 6.50
17 Suling   12.50 12.00 24.50
  Jumlah 100.00 100.00 200.00

Di lokasi praktek kerja lapangan pada site monitoring burung Bidadari


Halmahera , jenis yang memiliki INP tertinggi adalah Vatica papuana yaitu 46,00
%, disusul berturut-turut jenis Suling dengan INP 24,50 %, dan Garcinia spp
dengan INP 18,75 %. Sedangkan jenis yang memiliki INP terendah adalah Adina
sp, Kayu Kapur, Cinnamomum culilawan, dan Aglaia sp. dengan INP 3,25 %.

5.3 Komposisi Vegetasi Tingkat Tiang


5.3.1 Kerapatan

25
Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk kategori tumbuhan tingkat tiang
(poles) dengan kerapatan tertinggi adalah jenis Vatica papuana yaitu 100
individu/ha.
Tabel.7. Kerapatan Jenis Tingkat Tiang
        Jumlah Kerapata Kerapata
n n
N Nama Lokal Nama Ilmiah Jumla Luas PU (Individu/ Relatif
o h
        (Ha) Ha) (%)
1 Ahena   2 0.1 20.00 4.76
2 Badenga Adina sp 1 0.1 10.00 2.38
3 Bori 1 0.1 10.00 2.38
4 Gamonoa Polyalthiala teriflora 1 0.1 10.00 2.38
5 Gosale Dillenia sp 1 0.1 10.00 2.38
6 Hiru Vatica papuana 10 0.1 100.00 23.81

7 Kayu hitam Diospyros lolin 2 0.1 20.00 4.76

8 Kenari Canarium spp 3 0.1 30.00 7.14

9 Lidah soa-soa Agelaia sp 2 0.1 20.00 4.76

10 Make   1 0.1 10.00 2.38


11 Mali-mali   1 0.1 10.00 2.38
Manggis
12 Garcinia spp 2 0.1 20.00 4.76
hutan
13 Matoa Pometia pinnata 3 0.1 30.00 7.14
14 Mersawa Anisoptera spp 1 0.1 10.00 2.38
Palaquium
15 Nyatoh 4 0.1 40.00 9.52
obtusifolium
16 Oka   1 0.1 10.00 2.38
17 Pala hutan Myristica fragrans 1 0.1 10.00 2.38
18 Pulai Alstonia scholaris 1 0.1 10.00 2.38
19 Suling   4 0.1 40.00 9.52
 
Jumlah 42 420.00 100.00

Data diatas mengindikasikan bahwa jenis Vatica papuana mampu


berdaptasi dengan baik terhadap lingkungan tempat tumbuhnya dan mampu
melakukan persaingan, baik adaptasi klimatis (curah hujan, suhu, kelembaban,
dll), maupun adaptasi edapis (kesuburan tanah, pH tanah, jenis tanah, topografi,

26
geologi, dll). Sehingga, jenis tersebut diatas dalam beberapa tahun kedepan dapat
sumber plasma nutfah dan pelindung bagi jenis tumbuhan di bawahnya dengan
dominasi tajuk yang dimiliki. (Syafril Kasim, 2012).
Jumlah total kerapatan pada tingkat tiang (pole) di lokasi penelitian adalah
420 individu/Ha. Bila ditinjau berdasarkan kriteria kerapatan atau densitas
menurut ketentuan Fandeli (1992), maka jumlah tiang per hektar tergolong baik,
karena jumlah total individu per hektar lebih besar dari 201 individu/Ha.

5.3.2 Frekuensi
Frekuensi jenis adalah jumlah plot contoh yang didalamnya dijumpai suatu
jenis vegetasi dari total plot contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya
intensitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan keberadaan
organisme pada komunitas atau ekosistem. (Indriyanto, 2006).
Jenis yang memiliki nilai frekuensi tertinggi adalah Vatica papuana yaitu
0,70 dengan nilai frekuensi relative (FR) 18,42%. Canarium spp, Pometia piñata,
Palaquium obtusifolium dan Suling berada di urutan kedua

Tabel. 8. Frekuensi Jenis Tingkat Tiang


      Jumlah Jumlah   Frekuensi
N Nama Lokal Nama Ilmiah Plot Total Frekuensi Relatif
o
      Jenis Plot   (%)
1 Ahena   2 10 0.20 5.26
2 Badenga Adina sp 1 10 0.10 2.63
3 Bori 1 10 0.10 2.63
Polyalthiala
4 Gamonoa 2 10 0.20 5.26
teriflora
5 Gosale Dillenia sp 1 10 0.10 2.63
6 Hiru Vatica papuana 7 10 0.70 18.42
7 Kayu hitam Diospyros lolin 2 10 0.20 5.26

27
8 Kenari Canarium spp 3 10 0.30 7.89
9 Lidah soa-soa Agelaia sp 2 10 0.20 5.26
10 Make 1 10 0.10 2.63
11 Mali-mali 1 10 0.10 2.63
12 Manggis hutan Garcinia spp 2 10 0.20 5.26
13 Matoa Pometia pinnata 3 10 0.30 7.89
14 Mersawa Anisoptera spp 1 10 0.10 2.63
Palaquium
15 Nyatoh 3 10 0.30 7.89
obtusifolium
16 Oka 1 10 0.10 2.63
17 Pala hutan Myristica fragrans 1 10 0.10 2.63
18 Pulai Alstonia scholaris 1 10 0.10 2.63
19 Suling 3 10 0.30 7.89
Jumlah 3.80 100.00

Frekuensi tertinggi dengan nilai frekuensi masing-masing 0,30 dan kerapatan


relative (KR) 7,89%. Ada 9 jenis yang memiliki nilai frekuensi terendah dengan
0,10 dan frekuensi relative (FR) 2,63% yaitu Adina sp, Bori, Dillenia sp, Make,
Mali-mali, Anisoptera spp, Oka, Myristica fragrans, dan Alstonia scolaris.

5.3.3 Dominasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh nilai dominansi
(D) tertinggi untuk fase tiang (pole) adalah jenis Vatica papuana yaitu sebesar
1,03 m2/Ha dan nilai Dominasi relative (DR) 20,30%. Kemudian disusul oleh
jenis Palaquium obtusifolium dan Suling dengan nilai dominasi sebesar 0,49
m2/ha, dominasi relative (DR) 9,75%

Tabel. 9. Dominasi Jenis Tingkat Tiang


      Jumlah Jumlah Dominasi Dominasi
No Nama Lokal Nama Ilmiah Penutupa Luas PU (m2/Ha) Relatif
n
        (Ha)   (%)
1 Ahena   0.025 0.1 0.25 4.91
2 Badenga Adina sp 0.013 0.1 0.13 2.62
3 Bori 0.009 0.1 0.09 1.87
Polyalthiala
4 Gamonoa 0.013 0.1 0.13 2.62
teriflora

28
5 Gosale Dillenia sp 0.008 0.1 0.08 1.55
6 Hiru Vatica papuana 0.103 0.1 1.03 20.30
7 Kayu hitam Diospyros lolin 0.034 0.1 0.34 6.70
8 Kenari Canarium spp 0.030 0.1 0.30 5.84
9 Lidah soa-soa Agelaia sp 0.043 0.1 0.43 8.50
10 Make   0.011 0.1 0.11 2.23
11 Mali-mali   0.020 0.1 0.20 3.96
12 Manggis hutan Garcinia spp 0.020 0.1 0.20 3.96
13 Matoa Pometia pinnata 0.023 0.1 0.23 4.46
14 Mersawa Anisoptera spp 0.020 0.1 0.20 3.96
Palaquium
15 Nyatoh 0.049 0.1 0.49 9.62
obtusifolium
16 Oka   0.020 0.1 0.20 3.96
17 Pala hutan Myristica fragrans 0.008 0.1 0.08 1.55
18 Pulai Alstonia scholaris 0.008 0.1 0.08 1.55
19 Suling   0.049 0.1 0.49 9.75
  Jumlah 5.07 100.00

Hal ini mengindasikan bahwa jenis-jenis tersebut selain memiliki jumlah


individu relatif tinggi per hektarnya juga didukung oleh besarnya luas bidang
dasar yang dimiliki masing-masing jenis tersebut. Dengan demikian jenis-jenis
tersebut menempati penguasaan ruang yang cukup besar di Site Monitoring
burung Bidadari Halmahera, Resort Tayawi TNAL pada fase tiang (pole).
Sehingga, tentunya hal ini lebih memperkuat argmentasi sebelumnya bahwa jenis-
jenis ini khususnya Vatica papuana mempunyai adaptasi yang baik terhadap
lingkungan dan melakukan persaingan memperoleh sumber unsur hara dan
sumber energi cahaya.
Total nilai dominansi untuk fase tiang (pole) sebesar 5,07 m2/ha. Bila kita
merujuk pada kriteria kerapatan tegakan menurut Djuwadi (2002) dimana untuk
LBDS 0-4 m2/ha tergolong tegal, 4-8 m2/ha termasuk jarang, 8-12 m2/ha adalah
sedang, 12-16 m2/ha kategori rapat, > 16 m2/ha tergolong sangat rapat. Sehingga
bisa disimpulkan kerapatan tegakan di lokasi penelitian termasuk kategori Jarang.

5.3.4 Indeks Nilai Penting (INP)


Indeks Nilai Penting vegetasi tertinggi untuk tingkat tiang di lokasi
penelitian pada site monitoring burung Bidadari Halmahera adalah jenis Vatica
papuana dengan nilai INP sebesar 62,53 %.Hal tersebut lebih ditunjang oleh nilai

29
kerapatan relatif, dominansi relatif, dan frekuensi relatif yang paling tinggi
disbanding dengan jenis-jenis yang ada pada tingkat tiang (pole) di lokasi
penelitian.
Tabel.10. Indeks Nilai Penting Tingkat Tiang
      Kerapatan Frekuensi Dominasi INP
N Nama Lokal Nama Ilmiah Relatif Relatif Relatif (%)
o
      (%) (%) (%)  
1 Ahena   4.76 5.26 4.91 14.93
2 Badenga Adina sp 2.38 2.63 2.62 7.63
3 Bori 2.38 2.63 1.87 6.89
Polyalthiala
4 Gamonoa 2.38 5.26 2.62 10.26
teriflora
5 Gosale Dillenia sp 2.38 2.63 1.55 6.56
6 Hiru Vatica papuana 23.81 18.42 20.30 62.53
7 Kayu hitam Diospyros lolin 4.76 5.26 6.70 16.73
8 Kenari Canarium spp 7.14 7.89 5.84 20.87
9 Lidah soa-soa Agelaia sp 4.76 5.26 8.50 18.53
10 Make   2.38 2.63 2.23 7.24
11 Mali-mali   2.38 2.63 3.96 8.98
12 Manggis hutan Garcinia spp 4.76 5.26 3.96 13.99
13 Matoa Pometia pinnata 7.14 7.89 4.46 19.50
14 Mersawa Anisoptera spp 2.38 2.63 3.96 8.98
Palaquium
15 Nyatoh 9.52 7.89 9.62 27.03
obtusifolium
16 Oka   2.38 2.63 3.96 8.98
17 Pala hutan Myristica fragrans 2.38 2.63 1.55 6.56
18 Pulai Alstonia scholaris 2.38 2.63 1.55 6.56
19 Suling   9.52 7.89 9.75 27.17
  Jumlah 100.00 100.00 100.00 300.00

Kemudian disusul oleh jenis Palaquium obtusifolium dan Suling dengan


INP yang sama yaitu sebesar 27,17%. Sedangkan nilai INP terendah ditemukan
pada jenis Myristica fragrans dan Alstonia scholaris dengan nilai masing-masing
yaitu 6,56%. Hal itu wajar saja terjadi karena sejak awal kedua jenis tersebut
mempunyai nilai kerapatan, dominasi, dan frekuensi terendah.

30
5.4 Komposisi Jenis Vegetasi Tingkat Pohon
5.4.1 Kerapatan

Kerapatan merupakan jumlah suatu individu jenis per unit luas atau per
unit volume. Hasil analisis memperlihatkan bahwa untuk kategori pohon
Tabel .11. Kerapatan Jenis Tingkat Pohon
        Jumlah Kerapatan Kerapatan
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumla Luas (Individu/ Relatif
h PU
        (Ha) Ha) (%)
1 Amo hutan Artocarpus indicus 4 0.4 10.00 3.96
2 Badenga Adina sp 6 0.4 15.00 5.94
3 Bayelak Naulea subdita 1 0.4 2.50 0.99
Syzygium
4 Gosale 1 0.4 2.50 0.99
rubiginosum
Homalium
5 Hate besi 1 0.4 2.50 0.99
foetidum
6 Hiru Vatica papuana 31 0.4 77.50 30.69
7 Kayu besi Instia bijuga 1 0.4 2.50 0.99
8 Kayu hitam Diospyros lolin 3 0.4 7.50 2.97
9 Kayu kapur   1 0.4 2.50 0.99
10 Kenanga Cananga odorata 2 0.4 5.00 1.98

11 Kenari Canarium spp 10 0.4 25.00 9.90


12 Litoko   1 0.4 2.50 0.99
13 Manggis hutan Garcinia spp 2 0.4 5.00 1.98
14 Matoa Pometia pinnata 8 0.4 20.00 7.92
Diospyros
15 Mologotu 2 0.4 5.00 1.98
papuana
16 Ngodoro   4 0.4 10.00 3.96
Palaquium
17 Nyatoh 2 0.4 5.00 1.98
obtusifolium
18 Oka   1 0.4 2.50 0.99
19 Pulai Alstonia scholaris 1 0.4 2.50 0.99
20 Suling   15 0.4 37.50 14.85
21 Tatam   1 0.4 2.50 0.99
22 Waringin Ficus benyamina 3 0.4 7.50 2.97

Jumlah 101 252.50 100.00

31
Kerapatan tertinggi adalah jenis Vatica papuana dengan nilai 77,50
individu/ha, atau kerapatan relatinya (KR) sebesar 30,69%. Kemudian disusul
jenis Suling dengan nilai kerapatan sebesar 37,50 individu/ha, kerapatan relatifnya
(KR) 14,85%, dan Canarium spp sebesar 25 individu/ha dengan kerapatan relative
(KR) 9,90%.
Data diatas menggambarkan bahwa jenis-jenis inilah yang banyak
ditemukan dilokasi penelitian dengan tingkat pertumbuhan yang baik dan
mengindikasikan bahwa jenis-jenis tersebut memiliki kemampuan yang baik
dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Jenis Vatica papuana merupakan jenis
yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 31 pohon, ini
menunjukkan bahwa lokasi tersebut merupakan habitat yang ideal bagi burung
Bidadari Halmahera (Semioptera wallacei). Selama pengamatan yang telah
dilakukan di Site Monitoring ini, diketahui bahwa burung Bidadari halmahera
lebih banyak beraktivitas pada pohon jenis Vatica papuana. Pun aktivitas display
juga dilakukan di pohon jenis ini. Meskipun aktivitas banyak dilakukan di tajuk
pohon Vatica papuana, namun burung Bidadari halmahera terkadang bermain
pada tajuk pohon jenis lain. (BTNAL, 2013). Fandeli (1992) mengkategorisasi
kerapatan dalam 4 (empat) kategori yaitu kategori buruk dengan nilai 12-50,
sedang dengan nilai 51-100, cukup dengan nilai 101-200, dan baik dengan nilai >
201.
Berdasarkan kategori ini, maka secara umum tingkat densitas vegetasi
pohon pada site monitoring Burung Bidadari Halmahera di Resort Tayawi TN.
Aketajawe Lolobata berada dalam kondisi baik. Data kerapatan vegetasi pohon ini
berimplikasi pada pengelolaan kawasan bersifat mendesak karena fungsinya yang
strategis sebagai kawasan penyangga, pengatur tata air dan pelestarian Burung
Bidadari Halmahera (Semioptera wallacei).
5.4.2 Frekuensi

32
Frekuensi adalah jumlah petak contoh tempat diketemukannya suatu
spesies dari jumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya
intensitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan keberadaan
organisme pada komunitas atau ekosistem.
Apabila pengamatan dilakukan pada petak-petak contoh, makin banyak
petak contoh yang didalamnya ditemukan suatu spesies , berarti makin besar
frekuensi spesies tersebut, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, sesungguhnya
frekuensi tersebut dapat menggambarkan tingkat penyebaran spesies dalam
habitat yang dipelajari, meskipun belum dapat menggambarkan tentang pola
penyebarannya. Spesies organisme yang penyebarannya luas akan memiliki nilai
frekuensi perjumpaan yang besar. (Indriyanto, 2006)
Nilai frekuensi tertinggi untuk tingkat pohon ditunjukkan pada jenis
Vatica papuana dengan nilai 0,90 atau frekuensi relatifnya (FR) sebesar 14,29%,
disusul jenis Canarium spp di urutan kedua dengan nilai 0,70, frekuensi relatifnya
sebesar 11,11%.

Tabel.12. Frekuensi Jenis Tingkat Pohon


      Jumla Jumla   Frekuensi
h h
No Nama Lokal Nama Ilmiah Plot Total Frekuens Relatif

33
i
      Jenis Plot   (%)
1 Amo hutan Artocarpus communis 3 10 0.30 4.76
2 Badenga Adina sp 6 10 0.60 9.52
3 Bayelak Naulea subdita 1 10 0.10 1.59
4 Gosale Syzygium rubiginosum 1 10 0.10 1.59
5 Hate besi Homalium foetidum 1 10 0.10 1.59
6 Hiru Vatica papuana 9 10 0.90 14.29
7 Kayu besi Instia bijuga 1 10 0.10 1.59
8 Kayu hitam Diospyros lolin 3 10 0.30 4.76
9 Kayu kapur   1 10 0.10 1.59
10 Kenanga Cananga odorata 2 10 0.20 3.17
11 Kenari Canarium spp 7 10 0.70 11.11
12 Litoko   1 10 0.10 1.59
Manggis
13 Garcinia spp 2 10 0.20 3.17
hutan
14 Matoa Pometia pinnata 6 10 0.60 9.52
15 Mologotu Diospyros papuana 2 10 0.20 3.17
16 Ngodoro   3 10 0.30 4.76
17 Nyatoh Palaquium obtusifolium 2 10 0.20 3.17
18 Oka   1 10 0.10 1.59
19 Pulai Alstonia scholaris 1 10 0.10 1.59
20 Suling   6 10 0.60 9.52
21 Tatam   1 10 0.10 1.59
22 Waringin Ficus benyamina 3 10 0.30 4.76
Jumlah 6.30 100.00

Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua jenis ini paling sering ditemui
disekitar plot pengamatan. Sedangkan nilai terendahnya terdapat pada jenis
Naulea subdita, Syzygium rubiginosum , Homalium foetidum, Instia bijuga, Kayu
kapur, Litoko, Oka, dan Tatam dengan nilai masing-masing sama yaitu 0,10,
frekuensi relatifnya (FR) sebesar 1,59% atau dapat dikatakan frekuensinya tidak

34
stabil dengan nilai yang sangat rendah dengan hanya dijumpai pada 1 plot
pengamatan saja.

5.4.3 Dominasi

Luas penutupan (coverage) adalah proporsi antara luas tempat yang


ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan total luas habitat. Luas penutupan dapat
dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang dasar
(luas basal area). Yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas bidang dasar.
Beberapa penulis menggunakan istilah dominasi untuk menyatakan luas
penutupan suatu spesies tumbuhan karena parameter tersebut merupakan bagian
dari parameter yang digunakan untuk menunjukkan spesies tumbuhan dominan
dalam suatu komunotas. (Indriyanto, 2006).
Nilai dominansi (D) ditunjukan dengan nilai dominansi relatif tertinggi
adalah jenis Vatica papuana yaitu sebesar 43,32% (12,25 m2/ha) , disusul jenis
Suling dengan nilai 9,43% (2,67 m2/ha) dan Pometia piñata dengan nilai 8,84 %
(2,50 m2/ha).
Data diatas menunjukkan bahwa lokasi ini merupakan tempat bersarang
(nesting site) , tempat beristirahat (roosting tree), dan tempat mencari pakan
(fedding area) yang ideal bagi burung Bidadari Halmahera (Semioptera wallacei).
Sebagaimana Telah diketahui bahwa aktivitas burung Bidadari halmahera paling
sering dilakukan di tajuk pohon hiru Vatica papuana. Aktivitas display juga
dilakukan pada pohon jenis ini. (BTNAL, 2013).

Tabel .13. Dominasi Jenis Tingkat Pohon


Jumlah Jumlah Dominasi Dominasi
Nama
No Nama Ilmiah Penutupan Luas PU (m2/Ha) Relatif
Lokal
(Ha) (%)
Artocarpus
1 Amo hutan 0.579 0.4 1.45 5.12
communis

35
2 Badenga Adina sp 0.631 0.4 1.58 5.58
3 Bayelak Naulea subdita 0.045 0.4 0.11 0.40
Syzygium
4 Gosale 0.053 0.4 0.13 0.47
rubiginosum
5 Hate besi Homalium foetidum 0.145 0.4 0.36 1.28
6 Hiru Vatica papuana 4.902 0.4 12.25 43.32
7 Kayu besi Instia bijuga 0.035 0.4 0.09 0.31
8 Kayu hitam Diospyros lolin 0.164 0.4 0.41 1.45
9 Kayu kapur   0.066 0.4 0.17 0.58
10 Kenanga Cananga odorata 0.131 0.4 0.33 1.16
11 Kenari Canarium spp 0.650 0.4 1.62 5.74
12 Litoko   0.035 0.4 0.09 0.31
Manggis
13 Garcinia spp 0.253 0.4 0.63 2.23
hutan
14 Matoa Pometia pinnata 1.000 0.4 2.50 8.84
15 Mologotu Diospyros papuana 0.110 0.4 0.28 0.97
16 Ngodoro   0.184 0.4 0.46 1.62
Palaquium
17 Nyatoh 0.215 0.4 0.54 1.90
obtusifolium
18 Oka   0.145 0.4 0.36 1.28
19 Pulai Alstonia scholaris 0.031 0.4 0.08 0.28
20 Suling   1.067 0.4 2.67 9.43
21 Tatam   0.057 0.4 0.14 0.51
22 Waringin Ficus benyamina 0.820 0.4 2.05 7.25
  Jumlah 28.29 100.00

Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa jenis Vatica papuana terdapat paling
banyak dan menempati ruang tumbuh yang baik, serta memiliki diameter yang
cukup besar sehingga luas bidang dasar yang dihasilkan pun besar. Jenis vegetasi
dengan dominansi tinggi juga bermakna bahwa jenis-jenis ini sangat berpeluang
besar untuk mendominansi jenis-jenis lainnya di site monitoring burung bidadari
Halmahera. Demikian sebaliknya, jenis terendah juga berarti bahwa peluang jenis-
jenis ini sangat rendah peluangnya untuk mendominansi jenis lainnya.

36
5.4.4 Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting vegetasi tertinggi pada tingkat pohon di habitat burung
Bidadari Halmahera pada Site Monitoring di Resort Tayawi TN. Aketajawe
Lolobata adalah jenis Vatica papuana dengan INP 88,30%. Hasil analisis
vegetasi menunjukkan bahwa jenis Vatica papuana memegang peranan yang
sangat penting terhadap habitat burung bidadari Halmahera (Semioptera wallacei)
di Site Monitoring – Resort Tayawi TN. Aketajawe Lolobata, baik secara
individual memiliki nilai kerapatan relatif, nilai frekuensi relatif , dan nilai
dominansi yang tinggi sehingga secara totalitas menghasilkan indeks nilai penting
yang tinggi dari jenis ini. Sedangkan nilai INP terendah ditemukan pada jenis
Alstonia scolaris dengan nilai 2,85 %.

Tabel .14. Indeks Nilai Penting Tingkat Pohon


      Kerapata Frekuens Dominasi INP
n i
No Nama Lokal Nama Ilmiah Relatif Relatif Relatif (%)
      (%) (%) (%)  
Artocarpus
1 Amo hutan 3.96 4.76 5.12 13.84
communis
2 Badenga Adina sp 5.94 9.52 5.58 21.04
3 Bayelak Naulea subdita 0.99 1.59 0.40 2.98
Syzygium
4 Gosale 0.99 1.59 0.47 3.05
rubiginosum

37
5 Hate besi Homalium foetidum 0.99 1.59 1.28 3.86
6 Hiru Vatica papuana 30.69 14.29 43.32 88.30
7 Kayu besi Instia bijuga 0.99 1.59 0.31 2.88
8 Kayu hitam Diospyros lolin 2.97 4.76 1.45 9.18
9 Kayu kapur   0.99 1.59 0.58 3.16
10 Kenanga Cananga odorata 1.98 3.17 1.16 6.31
11 Kenari Canarium spp 9.90 11.11 5.74 26.75
12 Litoko   0.99 1.59 0.31 2.88
13 Manggis hutan Garcinia spp 1.98 3.17 2.23 7.39
14 Matoa Pometia pinnata 7.92 9.52 8.84 26.28
15 Mologotu Diospyros papuana 1.98 3.17 0.97 6.13
16 Ngodoro   3.96 4.76 1.62 10.34
Palaquium
17 Nyatoh 1.98 3.17 1.90 7.06
obtusifolium
18 Oka   0.99 1.59 1.28 3.86
19 Pulai Alstonia scholaris 0.99 1.59 0.28 2.85
20 Suling   14.85 9.52 9.43 33.80
21 Tatam   0.99 1.59 0.51 3.08
22 Waringin Ficus benyamina 2.97 4.76 7.25 14.98
  Jumlah 100.00 100.00 100.00 300.00

Menurut Fahrul (2007), besarnya nilai INP juga menggambarkan tingkat


pengaruh suatu jenis vegetasi terhadap stabilitas ekosistem. Dalam hal ini, nilai
INP tertinggi untuk tingkatan pohon dalam penelitian ini diperoleh 88,30%. Nilai
ini termasuk dalam kategori tinggi. Menurut Fahrul (2007) kategorisasi nilai INP
adalah sebagai berikut : INP > 42, 66 dikategorikan tinggi, INP 21, 96 -42, 66
sedang, dan INP < 21, 96 dikategorikan rendah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa jenis Vatica papuana memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kestabilan ekosistem dan keberadaan burung Bidadari Halmahera (Semioptera
wallacei) di Lokasi penelitian (Site Monitoring Kawasan Hutan Resort Tayawi
TN. Aketajawe Lolobata)

38
VI. TOPIK KEGIATAN

6.1 Jenis Kegiatan

Topik kegiatan yang dilaksanakan di Taman Nasional Aketajawe


Lolobata, Resort Tayawi, Propinsi Maluku Utara selama hampir sebulan yaitu
dapat dilihat pada tabel berikut:

6.1.2 Kegiatan Utama

1. Monitoring burung

39
2. Inventarisasi tumbuhan berbuah
3. Inventarisasi karakteristik tingkat pohon
4. Inventarisasi burung
5. Survei potensi begonia
6. Inventarisasi anggrek
7. Inventarisasi palem
8. Analisis vegetasi di lokasi burung bidadari

6.1.3 Kegiatan Tambahan

1. Inventarisasi satwa malam


2. Monitoring burung bidadari Halmahera
3. Inventarisasi ODTWA
4. Pembersihan demplot dan pembibitan

40

Vous aimerez peut-être aussi