Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Lansia adalah orang yang berusia diatas 60 tahun yang mengalami
proses menua. Dimana proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa pada lansia (Infodatin,
2016).
Masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas
dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah
permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran,
masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.
Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia
bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara
yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti
penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa
hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh
berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga lanjut usia yang
memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara
kepasrahan yang pasif dan pemberontakan , penolakan, dan
keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan
dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental
mereka sendiri. (James C. Chalhoun, 1995) Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
Page | 5
c. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno Aryo (2002) mengatakan bahwa
setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang
berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya
sehari-hari. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam
Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan
penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan
adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam
undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang
berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan
dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan
ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitan ini digunakan batasan
umur 56 tahun untuk menyatakan orang lanjut usia.
B. Teori Penuaan
1. Teori Biologis
a) Teori Genetik
Teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam
biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses
penuaan. Tiap spesies didalam nukleusnya mempunyai suatu jam
genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.
b) Teori Non Genetik
1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan molekul, fragmen molekul atau
dengan elektron bebas tak berpasangan untuk organisme
aerobik radikal bebas terutama terbentuk pada waktu respirasi.
Radikal bebas ini sangat merusak karena sangat aktif sehingga
dapat terikat dengan moekul dan mengubah fungsi molekul
tersebut. Radikal bebas juga sangat reaktif sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti
Page | 6
dalam membran sel dan dengan gugus SH. Radikal bebas yang
tidak terikat merusak dan mengganggu fungsi sel dan dapat
menimbulkan penyakit degenerative dan mempercepat
penuaan. Namun enzim tertentu bisa menangkal radikal bebas
seperti superoxide dismentase, haem, glutation peroksidase,
juga senyawa non enzimatik sperti vitamin C, provit A, vitamin
E, walaupun telah ada system penangkal masih ada radikal
bebas tetap lolos. Bahkan makin lanjut usia makin banyak
radikal bebas yang terbentuk sehingga proses perusakan terus
terjadi, kerusakan organel sel makin lama makin banyak sel
mati.
2) Teori Menua Akibat Metabolisme
Berkurangnya intake kalori akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penurunan
intake kalori tersebut antara lain disebabkan menurunnya salah
satu/beberapa proses metabolisme sehingga terjadi penurunan
hormon yang merangsang proliferasi sel seperti insulin dan
hormon pertumbuhan.
3) Teori Dipakai dan Aus
Setelah menginjak usia dewasa, sel dan jaringan tidak tumbuh
lagi. Selanjutnya terjadi fase disintegrasi jaringan dan organ
tubuh yang sering dipakai. Bila tidak ada perbaikan atau
pergantian sel atau jaringan maka proses tersebut diakhiri
dengan kematian.
2. Teori Fisiologis
1) Teori Organ Tunggal
Penuaan terjadi akibat deferiorasi progresif pembuluh darah
karena aterosklerosis. Penuaan terjadi akibat kegagalan fungsi
kelenjar tiroid sehingga terjadi perlambatan proses
metabolisme.
Page | 7
2) Teori Adaptasi & Stress
Penuaan sebagai efek kumulatif dari berbagai stress sepanjang
hidup yang tidak sepenuhnya teratasi dan meninggalkan
residual (sisa).
3) Teori Imunologik
Kemampuan respon imun setiap orang berbeda dan perbedaan
ini diperbesar bila mereka menjadi tua, karena proses penuaan
menimbulkan abnormalitas system imun yang member
konstribusi pada sebagian besar penyakit, baik akut maupun
kronis pada lansia.
C. Proses aging
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak,
masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 2000). Tiga tahap ini berbeda baik
secara biologis maupun psikologis. Akibat perkembangan usia, lanjut usia
mengalami perubahan – perubahan yangmenuntut dirinya untuk
menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri
dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah.Berikut perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia :
1. Perubahan-perubahan Fisiologis (Watson Roger, 2003)
a) Keadaan Umum
Penurunan secara progresif proses fisiologis akibat keseimbangan
yang mudah rusak dan gangguan mempertahankan homeostatis.
Adanya stressor fisik dan emosi menyebabkan lansia mudah
terserang penyakit karena penurunan fungsi fisiologis. Lansia lebih
banyak menggunakan istirahat daripada beraktifitas.
b) Integumen
- Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Page | 8
- Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis.
- Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
- Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
- Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan
vaskularisasi.
- Pertumbuhan kuku lebih lambat.
- Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
- Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya
c) Muskuloskletal
- Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
- Kifosis
- Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
- Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
- Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
- Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot
serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban,
otot-otot kram dan menjadi tremor.
- Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
d) Neurologik
Lensa kehilangan elastisitas, gerak mata menurun, pendegaran
menurun, perubahan keseimbangan dan ekulibrum, penurunan
sensasi rasa, penurunan persepsi bau, jumlah nerves ending
menurun.
e) Kardiovaskuler.
- Elastisitas dinding aorta menurun.
- Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
- Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.
Page | 9
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari
tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan
tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.
- Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.
f) Gastrointestinal.
- Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
- Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm
di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
- Eosephagus melebar.
- Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
- Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
- Daya absorbsi melemah
g) Respirasi
- Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
- Menurunnya aktivitas dari silia.
- Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman
bernafas menurun.
- Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
- Kemampuan untuk batuk berkurang.
- Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
h) Reproduksi.
- Menciutnya ovari dan uterus.
- Atrofi payudara.
- Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
Page | 10
- Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia
asal kondisi kesehatan baik.
- Selaput lendir vagina menurun.
i) Perkemihan.
- sirkulasi ginjal menurun
- Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%.
- Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air
kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada
pria.
j) Endokrin.
- Produksi semua hormon menurun.
- Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal
Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
- Menurunnya produksi aldosteron.
- Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron,
estrogen, dan testosteron.
3. Perubahan Psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
- Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
- Kesehatan umum
- Tingkat pendidikan
- Keturunan (Hereditas)
- Lingkungan
- Kenangan (Memory).
Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek atau
seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
- IQ (Inteligentia Quantion).
- Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
Page | 11
- Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor,
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-
tekanan dari faktor waktu.
Page | 12
5. Perubahan Spiritual (Nugroho, 2000)
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
(Maslow, 1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan
Zetner,1970)
c. Perkembangan Spiritual pada usia 70 tahun adalah universal,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan
keadilan (Folwer, 1978)
Page | 15
Sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom terowongan
karpal, neuropati saraf ulnaris, paralisis peronealis, dan
abnormalitas vertebra servikal.
Sistemik Anemia (sering)
Osteoporosis generalisata
Sindrom Felty
Sindrom Sjogren (keratokonjungtivitissika)
Amiloidosis (jarang)
Gbr. 1 Tangan reumatoid dengan boutonniere dan deformitas leher angsa. Terlihat
poliartritis pada sendi tangan. Diantara perubahan deformitas yang berat terdapat otot
yang tidak digunakan dalam “snuffbox” anatomik (antara ibu jari dan jari telunjuk).
4. WOC (Terlampir)
5. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas ,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
Page | 16
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
6. Kriteria Diagnostik
Kriteria diagnostik rheumatoid artritis adalah terdapat poli-
arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari
tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau
lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen. Kriteria artritis rematoid menurut
American reumatism Association (ARA) adalah:
a. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning
Stiffness).
b. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-
kurangnya pada satu sendi.
c. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh
efusi cairan) pada salah satu sendi secara terus-menerus
sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi
lain.
e. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
f. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah
ekstensor.
g. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
h. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
i. Pengendapan cairan musin yang jelek
j. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
k. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes serologi
- Sedimentasi eritrosit meningkat
- Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
- Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
b. Pemerikasaan radiologi
- Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
- Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
c. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan
dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi
nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan
meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita
(Lemone & Burke, 2001). Adapun penatalaksanaan umum pada
rheumatoid arthritis antara lain :
a. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian
aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs
untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid
Page | 18
sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan
imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
b. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan
hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan
sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu
akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas
inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan
latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan
pergerakan sendi.
c. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek
analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat
lebih efektif daripada kompres dingin.
d. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk
mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak
omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
e. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah
mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan
arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total
join replacement untuk mengganti sendi.
Page | 19
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. Anamnesa ( Pengkajian)
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin. Pada kasus RA biasanya terjadi
pada usia 25-50 tahun, insiden puncak pada usia 40-60 tahun
2. Keluhan utama
Terdapat kekakuan yang biasanya terjadi pada pagi hari.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gampang lelah, anoreksia, BB menurun.
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pola aktivitas dan istirahat
Ditemukan nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, dan kekakuan pada
pagi hari.
6. Pola nutrisi
Penurunan nafsu makan dan berat badan
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Tingkat Kesadaran: Composmentis, Apatis, Sumnolen, Suporus, Coma
2. Tanda-Tanda Vital : Pulse = Temp= RR=
Tensi=
3. Kepala: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
4. Mata, Telinga, Hidung: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
5. Leher: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
6. Dada & Punggung: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
7. Abdomen & Pinggang: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
8. Ekstremitas Atas & Bawah: kerusakan dari struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,
pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas
boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
Page | 20
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat tonjolan kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-
sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
9. Sistem Immune: Biasanya terjadi penurunan.
10. Genetalia: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
11. Sistem Reproduksi: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
12. Sistem Persyarafan: Kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan. Pembengkakan sendi simetris.
13. Sistem Pengecapan : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
14. Sistem Penciuman : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
15. Tactil Respon : biasanya terjadi penurunan
C. Status Kognitif/Afektif/Sosial
1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
2. Mini-Mental State Exam (MMSE)
3. Inventaris Depresi Beck
4. APGAR Keluarga
Page | 21
3.2 ANALISA DATA
Page | 22
dalam lingkungan fisik. ↓
Membatasi rentang gerak, Menghambat aliran sendi
ketidakseimbangan ↓
koordinasi, penurunan Kekakuan sendi
kekuatan otot/ kontrol dan ↓
massa (tahap lanjut). Gangguan mobilitas fisik
Perubahan fungsi dari
bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatif tentang diri
sendiri, fokus pada
kekuatan masa lalu, dan
penampilan.
Page | 23
terisolasi. Berpikiran negative tentang
Perasaan tidak berdaya, diri sendiri
putus asa. ↓
Gangguan body image
6. Pertanyaan/ permintaan
informasi, pernyataan Gangguan dalam mengingat Kurang Pengetahuan
kesalahan konsep. ↓ Mengenai Penyakit,
Tidak tepat mengikuti Kurang informasi mengenai Prognosis, Dan
instruksi/ terjadinya penyakit Kebutuhan
komplikasi yang dapat ↓ Pengobatan.
dicegah. Kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut atau Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang; hilangnya kekuatan otot.
3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan
Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
4. Defisit Perawatan Diri b.d Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan,
daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan Peran b.d Perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
6. Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan
Pengobatan. b.d Kurangnya pemajanan atau mengingat. Kesalahan
interpretasi informasi.
Page | 24
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut/ Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan : Individu mengatakan intensitas nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- Menyebutkan nyeri mereda
- Skala nyeri rendah
- Klien tidak mengeluh kesakitan pada daerah sendi ekstremitas
Intervensi dan Rasional:
a. Intervensi
Pantau keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Rasional:
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
b. Intervensi: Berikan matras / kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen
tempat tidur sesuai kebutuhan
Rasional: Matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan
stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang terinflamasi atau nyeri.
c. Intervensi: Tempatkan / pantau penggunaan bantal, karung pasir,
gulungan trokhanter, bebat, brace.
Rasional: Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan
nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
d. Intervensi: Motivasi klien untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah,
hindari gerakan yang menyentak.
Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
Page | 25
e. Intervensi: Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi
pancuran pada waktu bangun dan atau pada waktu tidur. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
f. Rasional: Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan
g. Intervensi : Berikan masase yang lembut
Rasional: meningkatkan relaksasi atau mengurangi nyeri
h. Intervensi: motivasi klien dalam penggunaan teknik manajemen stres,
misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back,
visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
Rasional: Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan kemampuan koping
i. Intervensi: Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu.
Rasional: Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat
j. Intervensi: Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan
sesuai petunjuk.
Rasional: Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot atau
spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
k. Intervensi: Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil
salisilat)
Rasional: sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas
l. Intervensi :Berikan kompres dingin jika dibutuhkan
Rasional: Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama
periode akut
Page | 26
2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya kekuatan
otot.
Tujuan:
Klien menyatakan cidera lebih sedikit dan rasa takut cidera berkurang
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera
- Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan pengamanan
untuk mencegah cidera.
- Meningkatkan aktivitas harian bila memungkinkan
Intervensi dan Rasional :
a. Intervensi : Observasi keadaan klien setiap 30 menit
Rasional: Memberikan informasi kepada perawat untuk mengetahui
keadaan klien
b. Intervensi: Berikan nasehat kepada keluarga klien untuk mendampingi
klien
Rasional: Dampingan keluarga lebih memberikan rasa aman kepada
klien daripada perawat karena keluarga lebih lama berada disisi klien.
c. Intervensi: Modifikasi lingkungan klien dari bahaya yang memicu klien
untuk cidera.
Rasional: Penataan atau modifikasi lingkungan yang aman dapat
menghindarkan klien dari resiko cidera
d. Intervensi : Berikan posisi yang nyaman pada klien
Rasional : Pemberian posisi yang nyaman pada klien dapat mnurangi
pasien gelisah dan sering bergerak.
e. Intervensi : Ajarkan klien untuk mnggerakkan persendian atau latihan
otot ringan
Rasional: Latihan menggerakkan otot dapat melemaskan otot dan
menguatkan otot sehingga otot tidak kaku dan klien dapat terhindar dari
cidera sdikit demi sedikit.
f. Intervensi : Dekatkan barang-barang klien dengan klien
Page | 27
Rasional: Meletakkan barang-barang klien dekat dengan klien
memudahkan klien menjangkau barang tersebut sehingga klien terhindar
dari resiko cidera.
Page | 28
d. Intervensi: Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
Demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas, mis, trapeze
Rasional: Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit
e. Intervensi :Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter,
bebat, brace
Rasional: Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan
mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor
f. Intervensi :Gunakan bantal kecil atau tipis di bawah leher
Rasional : Mencegah fleksi leher
g. Intervensi :Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri, dan berjalan
h. Rasional :Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas
i. Intervensi: Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakaan atau jatuh
j. Intervensi : Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi tentang program
latihan.
Rasional : Berguna dalam memformulasikan program latihan atau
aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasikan alat
k. Intervensi : Berikan matras busa atau pengubah tekanan.
Rasional : Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah
untuk mengurangi risiko imobilitas
l. Intervensi : Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
Rasional : Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
Page | 29
4. Defisit Perawatan Diri b.d Kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Tujuan : Individu mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk
makan sendiri atau melaporkan bahwa klien mengalami kesulitan dalam
ADL.
Kriteria hasil :
- Klien dapat mendemonstrasikan kemampuan menggunakan alat
bantu makan
- Klien dapat melakukan ADLnya sendiri sedikit demi sedikit
- Klien terlihat bersih , rapi dan segar
Intervensi dan Rasional:
a. Intervensi : Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul
awitan atau eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang
diantisipasi.
Rasional : Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan
melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
b. Intervensi : Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan
Rasional : Mendukung kemandirian fisik atau emosional
c. Intervensi : Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi atau rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri
d. Intervensi : Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi
kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu
memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran
e. Intervensi : rencanakan evaluasi kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
Rasional : Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi
karena tingkat kemampuan aktual
Page | 30
f. Intervensi : rencanakan konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan
perawatan rumah, ahli nutrisi.
Rasional : Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk
persiapan situasi di rumah
Page | 31
Rasional : Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan
bermusuhan umum terjadi
e. Intervensi : Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal
atau terlalu memperhatikan perubahan.
Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping
maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut
f. Intervensi : Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien
untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
Rasional : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri,
yang dapat meningkatkan perasaan harga diri
g. Intervensi : Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.
Rasional : Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi
h. Intervensi : Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperluka
Rasional : Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan
citra diri
i. Intervensi : Berikan bantuan positif bila perlu
Rasional : Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri
j. Intervensi : Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat
spesialis psikiatri, psikolog.
Rasional :Pasien atau orang terdekat mungkin membutuhkan
dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang atau
ketidakmampuan
k. Intervensi : Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti
ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
Rasional : Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat
sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)
Page | 32
6. Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan
Pengobatan. b.d Kurangnya pemajanan / mengingat kesalahan
interpretasi informasi.
Tujuan : Klien mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya
Kriteria hasil:
- Klien dapat menyebutkan atau menjelaskan jenis penyakitnya.
- Klien mengerti mengenai penyakitnya
- Klien mngetahui pengobatan penyakitnya
Page | 35