Vous êtes sur la page 1sur 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

“SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON-ELEKTROLIT”

Disusun Oleh:

Aaron Febrian(XII IPA 2/1)

Joseph Kristanto(XII IPA 2/16)

Lauren Pangestu(XII IPA 2/19)

Rania Kalyana(XII IPA 2/)


Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit

II. Tujuan

 Dapat menentukan

III. Dasar Teori

Sifat koligatif larutan dapat diartikan sebagai sifat larutan yang dipengaruhi oleh jumlah
partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari sifat zat terlarut. Terdapat empat macam sifat
koligatif larutan, yaitu penurunan tekanan uap larutan jenuh, penurunan titik beku, kenaikan titik
didih, dan tekanan osmotik. Pada saat keadaan konsentrasi yang sama antara larutan elektrolit
dan non elektrolit, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih besar daripada sifat
koligatif larutan non elektrolit Berikut ini penjelasan tentang sifat – sifat koligatif larutan.

a. Penurunan tekanan uap

Molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat
cair. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan
uap zat cair. tekanan uap jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan
uap jenuh pelarut murni dapat dituliskan dalam rumus berikut.

∆ P=P° −P

P °> P

Larutan elektrolit Larutan non elektrolit

∆ P=P° . Xterlarut . i ∆ P=P° . Xterlarut

b. Kenaikan Titik Didih


Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan
uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Titik
didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya
partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel -
partikel pelarut. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan
titik didih yang dinyatakan dengan ∆ Tb.

Larutan elektrolit Larutan non elektrolit

∆ Tb=m. kb . i ∆ Tb=m. kb

c. Penurunan titik beku


Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil
daripada titik beku pelarutnya. Titik beku larutan selalu lebih rendah dari titik beku
pelarut murninya Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

Larutan elektrolit Larutan non elektrolit

∆ Tf =m. kf . i ∆ Tf =m. kf
d. Tekanan osmotik
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat
pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Dapat dituliskan
dengan rumus berikut.

Larutan elektrolit Larutan non elektrolit

π=M . R . T . i π=M . R . T

VI. Data Pengamatan

Tabel 1. Data hasil percobaan sifat koligatif larutan

Nama Zat Molalitas (m) Titik beku (°C) ∆Tf


Air Larutan
NaCl 1 -1 -3 2
NaCl 2 -1 -5 4
CO ¿ ¿ 1 -1 -2 1
CO ¿ ¿ 2 -1 -4 3

VII. Pembahasan dan Analisa Data

1. Analisa Data
1) Hitunglah titik beku larutan NaCl 1 m dan larutan NaCl 2 m sesuai teori.
- Untuk NaCl 1m
Tf = T0 – ∆Tf
Tf = -1 ˚C – ( m*kf*i)
Tf = -1 ˚C – ( 1*1,86*2)
Tf = -1 ˚C – 3,72˚C
Tf = -4,72 ˚C

- Untuk NaCl 2m
Tf = T0 – ∆Tf
Tf = -1 ˚C – ( m*kf*i)
Tf = -1 ˚C –( 2*1,86*2)
Tf = -1 ˚C – 7,44˚C
Tf = -8,44 ˚C

2) Hitunglah titik beku larutan Urea 1 m dan larutan Urea 2 m sesuai teori.
- Untuk Urea 1 m
Tf = T0 – ∆Tf
Tf = -1 ˚C – ( m*kf)
Tf = -1 ˚C –( 1*1,86)
Tf = -1 ˚C – 1,86˚C
Tf = -2,86 ˚C

- Urea 2m
Tf = T0 – ∆Tf
Tf = -1 ˚C – ( m*kf)
Tf = -1 ˚C –( 2*1,86)
Tf = -1 ˚C – 3.72˚C
Tf = - 4,72 ˚C
3) Bandingkan titik beku larutan NaCl 1 m dan larutan NaCl 2 m berdasarkan
perhitungan dan percobaan. Jelaskan!
Berdasarkan perhitungan sesuai teori , titik beku larutan NaCl 1 m adalah
-4,72 ˚C sedangkan untuk titik beku larutan NaCl 2 m adalah -8,44 ˚C. Berdasarkan
hasil percobaan, kami mendapatkan titik beku larutan NaCl 1 m adalah -3 ˚C dan
untuk larutan NaCl 2 m titik bekunya adalah -5 ˚C. Perbedaan hasil yang didapatkan
dari perhitungan dengan hasil percobaan cukup besar. Hal ini dapat disebabkan oleh
kesalahan pengukuran yang kami lakukan dalam percobaan. Kemungkinan besar
termometer yang digunakan belum dalam keadaan yang stabil,dan ketika mengukur
suhu larutan telah terjadi penambahan suhu akibat tabung reaksi dikeluarkan dari es
dan terkena suhu luar atau suhu tangan kita sendiri. Akan tetapi, hasil perhitungan
dan percobaan sama-sama membuktikan bahwa larutan NaCl 2 m memiliki titik beku
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan larutan NaCl 1m.

4) Bandingkan titik beku larutan Urea 1 m dan larutan Urea 2 m berdasarkan


perhitungan dan percobaan. Jelaskan!
Berdasarkan perhitungan sesuai teori , titik beku larutan urea 1 m adalah -2,86 ˚C
sedangkan untuk titik beku larutan NaCl 2 m adalah -4,72 ˚C. Berdasarkan hasil
percobaan, kami mendapatkan titik beku larutan urea 1 m adalah -2 ˚C dan untuk
larutan urea 2 m titik bekunya adalah -4˚C. Perbedaan hasil yang didapatkan dari
perhitungan dengan hasil percobaan cukup besar. Hal ini dapat disebabkan oleh
kesalahan pengukuran yang kami lakukan dalam percobaan. Kemungkinan besar
termometer yang digunakan belum dalam keadaan yang stabil dan es batu yang
digunakan juga kemungkinan telah mencair, sehingga memperlambat proses
pembekuan larutan. Akan tetapi, hasil perhitungan dan percobaan sama-sama
membuktikan bahwa larutan urea 2 m memiliki titik beku yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan larutan urea 1 m.

5) Bandingkan titik beku NaCl dan Urea dengan molalitas yang sama.
Perbandingan larutan NaCl 1 m dengan larutan Urea 1 m , yaitu -3 ˚C dan -2 ˚C.
Sedangkan untuk larutan NaCl 2 m dengan larutan Urea 2 m , yaitu -5 ˚C dan -4
˚C. Hal ini menunjukkan bahwa larutan NaCl memiliki titik beku yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan larutan urea yang molalitasnya sama. Maka dapat kita
ketahui bahwa larutan elektrolit memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan
dengan larutan non-elektrolit.

2. Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Sifat koligatif
larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif
larutan nonelektrolit.
Tujuan percobaan kali ini adalah untuk menentukan besarnya penurunan titik
beku pada larutan elektrolit dan non elektrolit dengan cara mengukur suhu pelarut
terlebih dahulu (air) dan kemudian mengukur suhu larutan saat sudah membeku, sehingga
hasilnya akan dikurangkan dan didapat besar hasil penurunan titik beku masing-masing
larutan.
Larutan yang digunakan adalah larutan NaCl 1 m dan NaCl 2 m sebagai larutan
elektrolit , larutan CO ¿ ¿1 m dan CO ¿ ¿2m sebagai laruran non-elektrolit. Sementara
pelarut yang digunakan pada percobaan ini adalah air.
Hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan es batu ke dalam gelas beaker
sebanyak 2/3 dari tingginya, kemudian ditambahkan dengan garam dapur sebanyak 3
sendok dengan tujuan untuk menjaga agar suhu larutan tetap rendah. Selain itu,
masukkan air suling ke dalam tabung reaksi. Kemudian isi juga masing-masing tabung
reaksi dengan 5 ml larutan NaCl 1 m dan NaCl 2 m , serta larutan CO ¿ ¿1 m dan CO ¿ ¿
2m.
Masing-masing larutan dan air suling dimasukkan ke dalam gelas beaker yang
telah berisi es tadi untuk dibekukan, serta masukkan juga termometer ke dalam larutan-
larutan tersebut agar kita dapat mengukur titik bekunya tepat saat larutan tersebut sudah
membeku. Ukur pula suhu air suling yang merupakan suhu pelarut (air).
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, kami mendapatkan titik beku air
adalah -1˚C. Sedangkan larutan NaCl 1 m membeku pada -3 ˚C dan untuk larutan NaCl 2
m titik bekunya adalah -5 ˚C. Untuk titik beku larutan urea 1 m adalah -2 ˚C dan untuk
larutan urea 2 m titik bekunya adalah -4˚C. Sehingga dari data hasil percobaan ini bisa
didapatkan perubahan titik beku larutan dengan menggunakan rumus:
 Untuk larutan NaCl 1m
∆Tf = T0 - Tf
∆Tf = -1 ˚C - (-3 ˚C)
∆Tf = 2˚C
 Untuk larutan NaCl 2m
∆Tf = T0 - Tf
∆Tf = -1 ˚C -(-5 ˚C)
∆Tf = 4˚C
 Untuk larutan Urea 1m
∆Tf = T0 - Tf
∆Tf = -1 ˚C - (-2 ˚C)
∆Tf = 1˚C
 Untuk larutan Urea 1m
∆Tf = T0 - Tf
∆Tf = -1 ˚C - (-4 ˚C)
∆Tf = 3˚C

Berdasarkan hasil percobaan ini, maka dapat terlihat bahwa perubahan titik beku
suatu larutan ditentukan oleh jenis larutanya ( elektrolit atau non elektrolit) dan
molalitasnya.
Penurunan titik beku untuk larutan,NaCl 1m adalah 2˚C, sedangkan NaCl 2m
adalah 4˚C. Terlihat bahwa larutan NaCl 2m memiliki penurunan titik beku yang lebih
besar dibandingkan NaCl 1m. Hal ini membuktikan bahwa penurunan titik beku
larutan(dalam hal ini larutan elektrolit) berbanding lurus dengan jumlah partikel zat
dalam larutan, sehingga makin besar jumlah partikel zat, maskin besar penurunan titik
beku larutan. Oleh karena jumlah partikel NaCl 2 m lebih besar dari jumlah partikel NaCl
1m, maka penurunan titik beku NaCl 2 m lebih besar daripada penurunan titik beku
larutan NaCl 1m.
Penurunan titik beku untuk larutan urea 1 m adalah 1˚C, sedangkan urea 2m
adalah 3˚C. Terlihat bahwa larutan urea 2 m memiliki penurunan titik beku yang lebih
besar dibandingkan urea 1m. Sehingga terbukti bahwa penurunan titik beku di larutan
non-elektrolit juga berbanding lurus dengan jumlah partikel zat dalam larutan, sehingga
makin besar jumlah partikel zat, maskin besar penurunan titik beku larutan. Oleh karena
jumlah partikel urea 2 m lebih besar dari jumlah partikel urea 1m, maka penurunan titik
beku urea 2 m lebih besar daripada penurunan titik beku larutan urea 1m. Oleh karena itu,
dapat diketahui bahwa semakin besar molalitas suatu larutan (baik elektrolit maupun
non elektrolit) ,maka penurunan titik bekunya akan semakin besar pula sehingga larutan
tersebut akan lebih lama membeku.
Apabila penurunan titik beku larutan elekrolit dan non-elektrolit dengan molalitas
yang sama dibandingkan, yaitu larutan elektrolit NaCl 1m (2˚C) dengan larutan non
elektrolit (urea) 1m (1˚C) , serta NaCl 2m (4˚C) dengan larutan urea 2m (3˚C ), maka
dapat terlihat bahwa penurunan titik beku NaCl lebih besar dibandingkan dengan larutan
urea. Hal ini disebabkan karena larutan elektrolit(NaCl) akan terurai menjadi dua ion
yakni Na+ dan Cl– sehingga konsentrasi partikelnya menjadi dua kali semula. Artinya,
jumlah ion yang mengalami reaksi memengaruhi penurunan titik beku. Oleh karena itu,
penurunan titik beku larutan elektrolit lebih rendah daripada titik beku larutan non-
elektrolit dalam yang sama.
Hasil percobaan ini tidak terlepas dari kesalahan baik dalam hal ketidaktelitian
dalam melakukan praktikum, ataupun kesalahan yang disebabkan oleh alat dan bahan
yang digunakan seperti kebersihan dari alat-alat untuk melakukan praktikum itu sendiri
dan keakuratan dalam mengukur bahan yang digunakan, serta faktor suhu dari luar.

VIII. Pertanyaan
a. Tentukan garis beku larutan dan pelarut
 Garis beku pelarut pada grafik tersebut adalah garis AB sedangkan garis beku
pada larutan adalah DE.
b. Tentukan penurunan titik beku larutan
 Penurunan titik beku pada grafik diatas adalah titik AD. Penurunan titik beku
merupakan selisih dari titik beku larutan dengan titik beku pelarut. Titik A
merupakan titik beku pelarut sedangkan D adalah titik beku larutan.
c. Tentukan titik triple larutan
 Titik triple larutan berada di titik B
d. Diketahui:
Tf = -5° C
Kb= 0,52
Kf=1,86

∆ Tf =Tf °−Tf ∆ Tf =m. kb


∆ Tf =0−(−5 ) 5=m.1,86
5
∆ Tf =5° C m= m
1,86

∆ Tb=m. kb ∆ Tb=Tf −Tf °


5
∆ Tb= .0,52 0,0139 = Tf – 100
1,86
∆ Tb=¿0, 0139 ° C Tf = 100,014° C

e. Tentukan penurunan tekanan uap larutan


 Pada grafik tersebut, penurunan tekanan uap ada pada titik H
X. Daftar Pustaka
(Sutresna, Nana. 2018. Aktif dan Kreatif Belajar KIMIA)
https://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan
https://www.studiobelajar.com/sifat-koligatif-larutan/
https://blog.ruangguru.com/mengetahui-pengertian-sifat-koligatif-pada-larutan

Vous aimerez peut-être aussi