Vous êtes sur la page 1sur 3

KOLESISTITIS

No.Dokumen : SOP/233/UKP-NGT
No.Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 25 Mei 2018
Halaman :
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut atau kronis dinding


kandung empedu. Faktor yang mempengaruhi timbulnya
serangan kolesistitis adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman
dan iskemia dinding kandung empedu.
Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius
dan cenderung timbul setelah terjadinya cedera, pembedahan,
luka bakar, sepsis, penyakit- penyakit yang parah (terutama
penderita yang menerima makanan lewat infus dalam jangka
waktu yang lama).
Kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding
kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari
nyeri perut yang tajam dan hebat. Penyakit ini lebih sering terjadi
pada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada usia diatas
40 tahun.
Kode ICD X : K81.9 Cholecystitis, unspecified
Tingkat kemampuan 3B
1. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi
dan penatalaksanaan kolesistitis
2. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 30/KAPUS/IV/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
3. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
4. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang
disesuaikan dengan gejala dermatofitosis, yaitu:
Kolesistitis akut:
a. Demam
b. Kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan
teralihkan ke bawah angulus scapula dexter, bahu kanan
atau yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri angina
pectoris, berlangsung 30-60 menit tanpa peredaan, berbeda
dengan spasme yang cuma berlangsung singkat pada kolik
bilier.
c. Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau
makanan berlemak di malam hari malam.
d. Flatulens dan mual
Kolesistitis kronik :
a. Gangguan pencernaan menahun
b. Serangan berulang namun tidak mencolok.
c. Mual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak
d. Nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar) disertai dengan
sendawa.
Faktor resiko: Adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya.
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
a. Ikterik bila penyebab adanya batu di saluran empedu
ekstrahepatik
b. Teraba massa kandung empedu
c. Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal, tanda
murphy positif Gambaran umum:
Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan darah lengkap
dan diperoleh leukositosis.
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Diagnosis Banding:
a. Angina pectoris
b. Appendisitis akut
c. Ulkus peptikum perforasi
d. Pankreatitis akut
6. Petugas melakukan penatalaksanaan yaitu:
a. Tirah baring
b. Puasa
c. Pasang infus
d. Pemberian antibiotik:
 Golongan penisilin: ampisilin injeksi 500mg/6jam
dan amoksilin 500mg/8jam IV, atau
 Sefalosporin: Cefriaxon 1 gram/ 12 jam, cefotaxime 1
gram/8jam, atau
 Metronidazol 500mg/8jam
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi berupa:
 Keluarga diminta untuk ikut mendukung pasien untuk
menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan.
 Pada pasien yang pernah mengalami serangan
kolesistitis akut dan kandung empedunya belum diangkat
kemudian mengurangi asupan lemak dan menurunkan
berat badannya harus dilihat apakah terjadi kolesistitis akut
berulang.
8. Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi (Rumah Sakit) setelah terdiagnosis kolesistitis.
9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Poli Umum
3. IGD
4. laboratorium
5. Apotik

Vous aimerez peut-être aussi