Vous êtes sur la page 1sur 10

EKSISTENSI BAHASA ARAB AWAL ISLAM HINGGA MASA KEEMASAN

Siti Nurah Nurah Nurhikmah


Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SGD Bandung
Email: stnurah_nurhikmah@yahoo.com

Abstrak
Bahasa merupakan media komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Penamaan bahasa biasanya
disesuiakan dengan sebuah bangsa yang menggunakan bahasa tersebut. Bahasa Arab,
contohnya, merupakan bahasa yang digunakan oleh bangsa Arab, dan tentu
perkembangannya dipengaruhi oleh bangsa tersebut. Sejak kelahiran Islam di kawasan Arab,
bahasa Arab menjadi media komunikasi utama. Dalam periodesasi sejarah Islam, bahasa
Arab mengalami perkembangan dari masa Rasulullâh SAW hingga pada abad pertengahan,

yang disebut sejarah sebagai masa kejayaan Islam, peran bahasa Arab memiliki posisi yang
sangat penting. Tulisan ini bermaksud menggambarkan keberadaan bahasa Arab pada awal
kelahiran Islam sampai pada masa puncak kejayaan Islam. Metode penelitian menggunakan
metode historis dengan studi kepustakaan. Data diperoleh melalui kajian beberapa sumber
buku.

Kata Kunci: Arab, Islam, Kejayaan.

Abstrack

Language is a media of communication, In speaking or writing. Giving name for a language


usually according with a nation which use it. Arabic is used by Arab nation for the example.
and of course its development influence of the nation. Since Islam was born in region of
Arab, Arabic develop from the Rasul’s period until middle century, and it’s called by history
as the golden age of Islam, part of Arabic is very important. This paper aims to describe the
existence of Arabic from first Islam was born of until Islam glory era. This investigation used
historys method with liiterarure study. The data were obtained from a few books reference.

Key Word: Arab, Islam, Glory.


PENDAHULUAN
Bahasa Arab sebagai media komunikasi yang digunakan bangsa Arab pada masa pra-
Islam maupun setelah kelahiran Islam, memiliki posisi penting dalam perkembangan
kehidupan mereka. Berawal dari aktivitas mereka yang sudah mengenal perdagangan
hingga menciptakan sebuah peradaban. Salah satu keturunan rumpun Semit ini menjadi
sorotan di kancah dunia yang diakui telah mencapai peradaban yang sangat tinggi.
Islam lahir dari bangsa ini telah membawa bahasa Arab naik pada permukaan. Di abad
pertengahan bahasa Arab menjadi bahasa intelektual yang menjadi media sumber ilmu
pengetahuan. Manuskrip-manuskrip dari Yunani maupun Persia banyak yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab untuk dikaji ulang oleh masyarakat muslim pada saat itu. Alhasil
banyak dari mereka yang menciptakan karya-karya pengetahuan sehingga nama para ilmuan
itu tertulis dan dikenang baik oleh para penuntut ilmu.
Islam dari masa ke masa mengalami perkembangan serta kemajuan yang dibawa oleh
umatnya. Disini pula peran bahasa Arab sebagai bahasa mereka menduduki peran penting
dalam dunia Islam. Maka dari itu, bahasa Arab sering diidentikan dengan Islam karena
Islam lahir di suku bangsa yang berbahasa Arab.
Uraian tersebut mengundang beberapa pertanyaan terkait keasalmulaan bahasa Arab
yang pada masa berikutnya lahirlah Islam, serta Islam pada puncak kejayaannya. Tulisan ini
bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi bahasa Arab pada periode Islam dari awal
kelahirannya sampai abad pertengahan yang merupakan karya peradaban sangat hebat.

PEMBAHASAN
Bangsa Arab dan Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang berasal dari rumpun Semit (Abdul
Chaer, 2007:90). Istilah Semit berasal dari kata syem, yang menyebutkan bahwa rumpun
bahasa bangsa Semit adalah anak keturunan Nuh yang tertua1. Dalam literatur lain
disebutkan bahwa istilah Semit (Sâmiyah) ditetapkan sebagai sebutan bagi sekumpulan

bahasa yang dihubungkan kepada salah satu anak nabi Nuh as. yaitu Sam 2. Dari keterangan
tersebut, memunculkan pertanyaan yang dirasa cukup mendasar, dimanakah rumpun Semit
ini bermula?

1
Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: Serambi, 2002), cet. Ke-10, hlm. 10.
2
Ade Nandang, Fiqh al-Lughah, (Bandung: Insan Mandiri, 2012), cet. Ke-1, hlm. 27.
A
Wilayah Timur Tengah yang membentang dari Israel hingga Teluk Persia, termasuk di dalamnya Sungai Tigris
dan Efrat di Irak sekarang.
2
Semenanjung Arab sebagai tempat kelahiran rumpun Semit yang kemudian orang-orang
ini bemigrasi ke wilayah Bulan Sabit SuburA, yang kelak dikenal dalam sejarah sebagai
bangsa Babilonia, Assyiria, Phoenisia dan Ibrani3.
Daratan di Semenanjung Arab kebanyakan padang pasir dan hanya menyisakan sedikit
daerah yang bisa ditinggali di sekitar pinggirannya, dan daerah itu semuanya di kelilingi
laut. Ketika jumlah penduduk melebihi daya tampung tempat, mereka harus mencari tanah
baru. Tetapi mereka tidak bisa menyebar ke bagian tengah daratan karena merupakan
bentangan gurun pasir dan juga tidak bisa semakin ke pinggir karena terhalang oleh lautan.
Ledakan penduduk itu kemudian menemukan jalur terbuka di pantai sebelah barat
Semenanjung, yang mengarah mereka ke sebelah utara dan bercabang ke dua arah yang
berbeda, yaitu ke Semenanjung Sinai dan lembah subur sungai Nil. Sekitar 3500 S.M.,
bangsa Semit melakukan migrasi mengikuti rute ini, atau mengambil rute ke utara menuju
Afrika Timur. Disana mereka bercampur dengan penduduk Hamit yang lebih dulu tinggal di
Mesir. Bangsa Semit tiba di lembah ini sebagai bangsa nomad barbar, tapi kemudian belajar
dari bangsa Sumeria, bagaimana cara membangun dan tinggal di rumah, yang paling
penting bagaimana cara menulis. Campuran kedua ras itulah yang melahirkan bangsa
Babilonia.
Sekitar pertengahan ketiga sebelum Masehi, migrasi bangsa Semit lainnya membawa
bangsa Ameria ke daerah Bulan Sabit Subur, Ras-ras yang melahirkan bangsa Ameria
diantaranya Kana (yang mendiami Suriah bagian barat dan Palestina setelah 2500 S.M.) dan
orang pesisir pantai yang dikenal oleh orang Yunani dengan sebutan Phoenisia.
Antara 1500 dan 1200 S.M., bangsa Ibrani berhasil menemukan jalan ke Suriah bagian
selatan, Palestina dan bangsa Aramia (orang-orang Suriah) ke sebelah utara. Pada abad ke
tujuh Masehi terjadi migrasi baru dan terakhir di bawah panji Islam. Pergerakan migrasi itu
membentuk suatu wilayah yang sangat luas, tidak hanya meliputi kawasan Bulan Sabit
Subur namun juga meliputi wialayah Mesir, Afrika bagian utara, Spanyol, Persia dan Asia
Tengah.
Dari riwayat migrasi yang dilakukan oleh manusia sebagaimana dipaparkan di atas,
tentunya kelahiran ras-ras baru hasil pencampuran dari beberapa bangsa sangat
memengaruhi kebudayaan, gaya hidup, kepercayaan bahkan bahasa yang mendiami suatu
wilayah tertentu. Namun, saya akan membatasi ruang lingkup pada dataran Arab yang
selanjutnya akan kita ketahui munculnya bahasa Arab serta dialek-dialek yang
memengaruhinya.

3
Philip K. Hitti, op cit, hlm. 3.
3
Disebutkan sebelumnya pada paragraf pertama bab ini, bahwa bahasa Arab merupakan
salah satu bahasa dari rumpun Semit. Namun perlu digarisbawahi, tidak semua orang-orang
yang hidup di semenanjung Arab berbahasa Arab. Hal ini disimpulkan dari pernyataan
dalam buku karangan Philip K. Hitti yang menyebutkan adanya perbedaan antara orang
Arab Utara dengan orang Arab Selatan. Orang–orang Arab Utara kebanyakan merupakan
orang-orang nomad yang tinggal di “rumah-rumah bulu” di Hijaz dan Nejed, sedangkan
orang-orang Arab Selatan kebanyakan adalah orang-orang perkotaan, yang tinggal di
Yaman, Hadramaut dan di sepanjang pesisirnya. Orang-orang Arab Utara berbicara dengan
bahasa Al-Qur‟an__maksudnya bahasa Arab FushaA__ yang saya temukan dalam buku
karya Ade Nandang S., M.Ag. hlm. 28. Sementara orang-orang Selatan menggunakan
bahasa Semit kuno, Sabaea atau Himyar, yang dekat dengan bahasa Etiopia di Afrika.
Orang Arab terbagi ke dalam dua kelompok: kelompok yang sudah punah (bâ’idah) dan

kelompok yang masih ada (bâqiyah). Kelompok bâ’idah ini meliputi lahjah Lihyaniyah,

Tsamûdiyah dan Shafwiyah. Sedangkan kelompok bâqiyah meliputi bahasa Syi‟ir arab

jahili, Rajaz, bahasa para hukama dan Fusha4. Kemudian, para ahli geneologi membagi
kembali orang-orang Arab yang masih ada itu ke dalam dua keturunan etnis: bangsa Arab
asli (‘âribah) adalah orang-orang Yaman dan bangsa Arab yang telah ter-Arabkan

(mutsa’ribah) adalah orang-orang Hijaz, Nejed Nabasia dan Palmyra.

Lahirnya Islam
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekah masih
diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan yang dikenal dengan istilah
paganisme. Selain menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah
agama Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran dan Syam.
Disamping itu juga agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman
dan Madinah, serta agama Majusi, yaitu agama orang-orang Persia.5
Lahirnya Islam sebagai agama baru dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, beliau lahir
pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April 571 M6. Ketika itu raja Yaman Abrahah
dengan gajahnya menyerbu Mekah untuk menghancurkan Ka‟bah sehingga tahun itu
dinamakan tahun Gajah. Kejadian ini termaktub dalam kitab suci Al-Qur‟an (Q.S. Al-

A
Bahasa Arab resmi yang digunakan di kalangan intelektual.
4
Ade Nandang, op cit, hlm. 28.
5
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), cet. ke-3, hlm. 63.
6
Ibid., hlm. 64. Sementara Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam menyebutkan tahun kelahiran
Muhammad pada 570 M.
4
Fîl[105]). Nabi Muhammad terlahir dari suku Quraisy, berasal dari suku Nadzir keturunan

orang Arab Utara7.


Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meniggal dunia
tiga bulan setelah menikahi Aminah. Muhammad kemudian diberikan kepada ibu pengasuh,
Halimah as-Sa‟diyyah. Dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat
tahun. Setelah itu kurang lebih dua tahun beliau berada dalam asuhan ibu kandungnya.
Ketika berusia enam tahun, Muhammad menjadi yatim piatu. Setelah Aminah meninggal,
Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun
kemudian, kakek Muhammad itu meninggal dunia. Tanggung jawab selanjutnya beralih
kepada pamannya, Abu Thalib.
Dalam asuhan Abu Thalib, Muhammad mulai mengenal dunia perdagangan sampai
akhirnya pada usia 25 tahun beliau menikah dengan Khadijah yang mempunyai selisih 15
tahun lebih tua daripada Muhammad. Khadijah adalah janda kaya yang sempat menjadi
majikan Muhammad dalam bisnis dagangnya. Darisinilah perjalanan Muhammad
menempuh kenabian hingga pada tahap kerasulan__walaupun tanda-tanda kenabian sudah
ada pada diri Muhammad sejak masih kecil.
Di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW, Islam berkembang sangat pesat. Walaupun
pada saat periode Mekah, orang-orang yang menganut agama Islam mendapat hukuman
yang sangat pedih. Namun, pada saat periode Madinah, Islam yang dulu pernah di caci maki
kini telah menciptakan imperium yang sangat kuat dan teratur. Kehidupan masyarakat
Madinah sangat rukun, bahkan tatanan kehidupan sosial di masyarakat maupun
pemerintahan terbentuk dengan sangat baik. Nabi Muhammad sebagai pemimpin bukan
hanya sebagai juru dakwah yang membawa agama Islam, beliau seorang negarawan
sekaligus panglima perang.
Prestasi-prestasi umat Islam pada saat Nabi Muhammad memimpin mereka menjadi
modal yang luar biasa bagi perkembangan dan kemajuan Islam di abad-abad mendatang
setelah beliau wafat. Wafatnya Rasulullâh merupakan awal perjalanan umat Islam demi

mempertahankan serta mengembangkan agama mereka dalam kemandirian dengan


peninggalan berupa tuntunan hidup manusia pada diri Rasulullâh yang dijadikan tauladan

oleh para sahabat untuk meneruskan risalah yang dibawa oleh utusan Allah SWT yang
terakhir.

7
Philip K. Hitti, op cit, hlm. 39.
5
Semenjak lahirnya Islam pada zaman Rasulullâh SAW sampai kemunduran Islam di

bawah kerajaan-kerajaan Islam, para sejarawan berbeda pendapat membagi periodisasi


sejarah Islam tersebut, Ahmad al-Usairy membagi periodisasi sejarah Islam sebagai berikut:
1. Periode sejarah klasik (Masa Nabi Adam as. sampai diutusnya Nabi Muhammad
SAW)
2. Sejarah periode Rasulullâh (570-632 M)

3. Periode sejarah Khulafa ar-Râsyidîn (632-661 M)

4. Periode pemerintahan Bani Umayyah (661-749)


5. Periode pemerintahan Bani Abbasiyyah (749-1258)
6. Periode pemerintahan Mamluk (1250-1517 M)
7. Periode pemerintahan Turki Utsmani (1517-1923 M)
8. Periode dunia Islam kontemporer (1922-2000 M)
Periodesasi sejarah Islam dari sudut pandang politik, mengutip pendapat Harun Nasution,
dapat dibagi sebagai berikut:
1. Periode kalsik (650-1250 M); merupakan kemajuan Islam dan dibagi ke dalam dua
fase. Pertama, fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M). Kedua,
fase disintegrasi (1000-1250).
2. Periode pertengahan (1250-1800 M); dibagi ke dalam dua fase, yaitu fase
kemunduran (1250-1500 M) serta fase kerajaan besar (1500-1800 M), yang dimulai
dengan zaman kemajuan (1500-1700 M) dan zaman kemunduruan (1700-1800 M).
3. Periode modern (1800 dan seterusnya); mayoritas dunia Islam berada di bawah
kolonialisme dan imperialisme Eropa, serta banyak belajar dari dunia Barat dalam
rangka mengembalikan balance of power. Pada masa ini pula dunia Islam bangkit
kembali dengan melakukan pembaharuan (tajdîd) atau masa kebangkitan kembali

umat Islam, serta banyak Negara berpenduduk umat Islam yang mendapatkan
kemerdekaannya.
Sementara dalam sebuah riwayat hadîts dikatakan bahwa umat Nabi Muhammad SAW

terbagi ke dalam lima masa, diantaranya; masa kenabian (Muhammad); masa Khalîfah al-

Râsyidîn; masa kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adhan); masa kerajaan yang

menyombong (Mulkan Jabariyyan); dan khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilâfah

‘alâ Minhâj an-Nubuwwah). (HR. Ahmad dan Baihaqi dari Nuâman bin Basyir dari

Hudzaifah).

6
Masa Kejayaan Islam dan Peran Bahasa Arab
Bahasa Arab telah muncul jauh sebelum Islam lahir. Namun perlu diktehui, bagaimana
asal usul bahasa itu sendiri tidak diketahui. Pada tahun 1866, Masyarakat Linguistik
Perancis melarang mendiskusikan asal bahasa karena itu hanya spekulasi yang tiada artinya.
Para peminat studi bahasa tentunya haruslah sangat tanggap pada teori-teori ini walaupun
sulit untuk menyelusurinya secara ilmiah8.
Eksistensi bahasa Arab pada zaman Rasulullâh SAW merupakan pengantar yang

digunakan masyarakat pada waktu itu dalam kehidupannya sehari-hari. Terlebih, munculnya
Islam berada di wilayah bangsa Arab__walaupun bahasa Arab pada masa itu secara
keilmuan belum di kategorikan pada cabang-cabang Nadzhariyat al-Furû’A seperti yang

kita ketahui saat ini. Hal tersebut disimpulkan dari catatan sejarah yang menyatakan orang
yang pertama kali sekaligus sebagai perintis ilmu Nahw adalah Ad-Duwali, pada masa
pemerintahan „Ali bin Abi Talib9.
Setelah Rasulullâh SAW wafat (632 M), umat Islam terus berkembang. Pada setiap

periode yang dicatat sejarah, Islam mengalami kemajuan. Kegemilangan luar biasa yang
diciptakan umat Islam membangun peradaban yang sangat tinggi telah diakui oleh dunia,
prestasi yang dicapai itu disebutkan pada masa pemerintahan Hârûn al-Rasyîd, khalifah ke-

lima dari Dinasti Abbasiyah. Pernyataan tersebut didukung dalam berbagai referensi.
Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Hârûn al-Rasyîd (786-808

M) dan anaknya Al-Ma‟mûn (813-833 M) (Samsul Munir, 2013:144).

Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Hârûn al-Rasyîd untuk kepentingan sosial. Rumah

sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat
paling tidak sekitar 800 orang dokter (Badri Yatim, 2003:52).
Lembaran sejarah abad ke-9 diawalai dengan dua raja yang menguasai percaturan dunia:
Charlemagne di Barat dan Hârûn al-Rasyîd di Timur. Dari dua nama itu, Hârûn al-Rasyîd

jelas lebih berkuasa dan menampilkan budaya yang lebih tinggi (Philip K. Hitti, 2002:47).
Pada masa Al-Ma‟mûn sebagai pengganti Hârûn al-Rasyîd, Islam masih berada pada

zaman keemasannya. Al-Ma‟mûn dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.

Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Ia juga banyak

8
A. Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, (Bandung: Angkasa, 2011), hlm. 1.
9
Belajar interaktif pada mata kuliah Ilmu Nahw di Pesantren Bahasa bersama bapak Abdul Kosim, tahun ajaran
2012-2013.
7
mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pengembangan Bayt
al-Hikmah, pusat penerjemahan dan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan
perpustakaan yang besar10. Ilmu-ilmu umum yang masuk ke dalam Islam melalui
terjemahan dari bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab11.
Lembaga pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan dan
kemajuan sangat pesat. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak masa Bani Umayyah, maupun sebagai
bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan tersebut paling tidak, juga ditentukan
oleh dua hal, yaitu sebagai berikut:
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan
Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi
berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham-saham
tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dalam Islam. Bangsa Persia banyak
berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam
bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani
masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berlangsung tiga fase. Fase pertama, pada masa Khalifah Al-
Manshûr hingga Hârûn al-Rasyîd. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah

karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase ke dua berlangsung mulai masa
Khalifah Al-Ma‟mûn hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan

adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Pada fase ke tiga berlangsung setelah 300
H., terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-bidang ilmu
diterjemahkan semakin meluas12.
Dari bukti-bukti yang telah dipaparkan tersebut, ilmu pengetahuan dengan bahasa Arab
tidak dapat dipisahkan. Hal ini menunjukkan keberadaan bahasa Arab berpengaruh terhadap
kognitif masyarakat pada waktu itu sehingga mampu menciptakan karya-karya yang
berharga sekaligus para ilmuan yang profesional di bidangnya. Dalam bukunya History of
the Arabs, Philip menyebutkan kekagumannya terhadap bahasa Arab. Pada abad ke-10,
bahasa Arab, yang pada masa pra-Islam merupakan satu-satunya bahasa puisi, dan pada
masa Muhammad menjadi bahasa wahyu dan agama, telah berubah dengan cara yang sangat
menakjubkan, dan tidak ada bandingannya dalam sejarah, menjadi sebuah media yang

10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), cet. ke-15, hlm. 68.
11
Samsul Munir, op cit, hlm. 145.
12
Badri Yatim, op cit, hlm. 55-56.
8
terbukti mampu menjadi sarana ekspresi pemikiran ilmiah dan menampung gagasan
filosofis tingkat tinggi. Sementara itu, bahasa Arab telah memantapkan dirinya sebagai
bahasa diplomasi dan bahasa percakapan di berbagai wilayah, mulai dari Asia Tengah,
Afrika Utara hingga Spanyol. Sejak saat itu, bangsa-bangsa di Irak, Suriah dan Palestina
juga Mesir, Tunisia, Aljazair dan Maroko telah mengungkapkan pemikiran terbaik dalam
bahasa Arab.
Islam di bawah pemerintahan Bani Abbas telah mengukir sejarah yang dikenal sebagai
pencipta kegemilangan Islam dalam ilmu pengetahuan ilmiah maupun seni dan sastra. Pada
saat itulah, seperti yang disebutkan di atas, lahir para ilmuan-ilmuan muslim yang
terkemuka dan nama-nama mereka telah dikenal baik saat ini, serta karya-karya mereka
dipergunakan sebagai panduan kajian-kajian ilmu di berbagai lembaga pendidikan di masa-
masa sesudahnya.
Muhammad ibn Mûsâ al-Khawârizmi (780- 850) pengarang Hisab al-Jabr al-
Muqâbalah, buku tersebut digunakan hingga abad ke-16 sebagai buku teks matematika
yang penting di universitas-universitas Eropa, dan berhasil memperkenalkan Aljabar ke
daratan Eropa13.
Jâbir ibn Hayyân adalah bapak kimia bangsa Arab, setelah abad 14 karya-karyanya

menjadi risalah kimia paling berpengaruh di Eropa maupun Asia. Risalah-risalah geografis
bahasa Arab pertama yang independen biasanya berbentuk buku petunjuk jalan, yang
terutama menunjukkan tempat-tempat penting. Ibn Khurdâdzbih, seorang keturunan Persia,

mengawali serangkaian risalah gografis itu dengan karyanya, Masâlik wa al-Mamâlik.14 Di

bidang kedokteran terkenal nama Ibn Sîna (Aviccena), karyanya yang terkenal adalah al-

Qânûn fî al-Thibb tentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat-

obatan, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of Medicine15.


Sastra Arab pun bermunculan dari para sastrawan, tokoh Abu Nawas dengan karya
cerita humornya16. Serta karya yang berjudul Alf Lailah wa Lailah (Seribu satu Malam)
karangan al-Jahsyiyâri17.

Karya-karya cendekiawan muslim dalam bidang agama Islam dipergunakan untuk


mengkaji pengetahuan Islam, sampai saat ini karya-karya tersebut masih tetap menjadi

13
Philip K. Hitti, op cit, hlm. 475.
14
Ibid., hlm. 476.
15
Samsul Munir, op cit, hlm. 150.
16
Ibid., hlm. 152.
17
Philip K. Hitti, op cit, hlm. 506. Sementara Samsul Munir dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam,
menyebutnya an-Nasyasi, hlm. 152.
9
kajian di lembaga-lembaga pendidikan Islam dan nama para ulama beserta karya-karya
mereka sudah tidak asing bagi masyarakat muslim di seluruh dunia. Dalam bidang Fiqh
terkenal Imam Abu Hanifah (700-767 M) pendiri mazhab Hanafiyah, Imam Malik (713-795
M) pendiri mazhab Malikiyyah, Imam Syafi‟i (767-820 M) pendiri mazhab Syafi‟iyyah, dan
Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M) pendiri mazhab Hanbali. Dalam bidang Hadîts

terkenal istilah Kutub al-Sittah yang karya-karya mereka dijadikan rujukan pegangan
syari‟at umat Islam setelah Al-Qur‟ân.

SIMPULAN
Bahasa Arab terlahir dari suatu rumpun di sebuah kawasan yang di sebut Semenanjung
Arab. Rumpun itu dinamai Semit. Selain bangsa Arab, rumpun Semit ini melahirkan bangsa
Ibrani, Yahudi maupun Persia. Dari beberapa bangsa tersebut, bangsa Arablah yang sampai
saat ini mempunyai jumlah keturunan lebih banyak. Ia tersebar di beberapa negara bagian
bumi ini.
Perkembangan bahasa Arab dibarengi dengan lahirnya Islam sebagai agama baru di
kalangan suku Arab pada saat itu. Sejarah mencatat, perkembangan umat Islam sangat pesat
mulai dari zaman Rasulullâh sampai pada masa Islam mencapai keemasannya abad

pertengahan. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan ilmiah, seni dan
sastra pada masa Bani Abbas dengan bahasa Arab sebagai medianya yang dipergunakan
para cendekiawan muslim masih tetap ada sampai sekarang.
Dari berbagai referensi yang telah di kaji dalam tulisan ini, perlunya literatur- literatur
lain yang memuat bukti konkrit sebagai bahan untuk penelitian yang lebih lengkap. Daftar
beberapa sumber yang digunakan masih belum cukup puas untuk kelengkapan hasil tulisan
ini. Bukti-bukti orisinil atau data yang mampu menguatkan argumen tentunya masih sangat
diperlukan untuk memperdalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Amin, Samsul Munir. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Hitti, Philip K.. 2002. History of the Arabs. Jakarta: Serambi.
Kusdiana, Ading. 2013. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan. Bandung:
Pusataka Setia.
Nandang, Ade. 2012. Fiqh Lughoh. Bandung: Insan Mandiri.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

10

Vous aimerez peut-être aussi