Vous êtes sur la page 1sur 33

BAGIAN IKM & IKK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ASPEK K3 PADA PETUGAS DAPUR


DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

Disusun oleh :
Tiara Permatasari – 111 2015 1079
Arifah Maulidia – 111 2015 1092

Supervisor :
dr. Abbas Zavey Nurdin, Sp.OK, MKK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program kesehatan dan


keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) semakin tinggi karena pekerja,
pengunjung, pasien, dan masyarakat di sekitar rumah sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja,
baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena
kondisi sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit tidak memenuhi
standar. 1

Dengan berkembangnya konsep kesehatan kerja (workers health)


diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari kesehatan
kerja (occupational health), maka tidak hanya masalah kesehatan yang
berkaitan dengan pekerjaan, tapi juga masalah kesehatan umum yang
mempengaruhi produktivitas kerja sebagaimana disebutkan dalam Undang
Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 23, bahwa upaya
kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit
adalah suatu tempat kerja dengan kondisi seperti tersebut di atas sehingga
harus menerapkan upaya kesehatan kerja di samping keselamatan
kerja.Rumah Sakit meupakan suatu industry jasa yang padat karya, padat
pakar, padat modal, dan padat teknologi, sehingga resiko terjadinya
penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja (KAK) sangat
tinggi, oleh karena itu upaya K3 sudah menjadi suatu keharusan. 1

Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan


yang bermutu, rumah sakit harus menjadi patient and provider safety
(hospital safety) sehingga mampu melindungi pasien, pengunjung, pekerja

ii
dan masyarakat di sekitar rumah sakit dari berbagai potensi bahaya di
rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut, rumah sakit harus
melaksanakan dan mengembangkan program K3 di rumah sakit seperti
yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat
dalam instrument akreditasi rumah sakit. Oleh karena itu, rumah sakit
dituntut untuk melaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh. 1,2

Dapur merupakan tempat yang sangat rentan terhadap kecelakaan


karena di dapur terdapat banyak peralatan dan perlengkapan yang sangat
membahayakan apabila pekerja tidak mengetahui bagaimana cara
menggunakan peralatan tersebut dengan benar dan aman misalnya pisau,
gas, oven dan sebagainya, dapur adalah salah satu bagian dari rumah sakit
yang mempunyai beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan
kondisi di rumah sakit. 2

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk


mengendalikan dan meminimalisirkan dan bila mungkin meniadakannya.
Oleh karena itu perlu diadakannya sistem K3 di dapur agar
penyelenggaraan K3 tersebut lebih efektif, efisien dan terpadu.

1.2. Tujuan Penelitian


1.2.1. Tujuan Umum:
Tujuan umum penelitian ini adalah Survei ini dilakukan untuk
mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada
petugas dapur di Rumah Sakit Ibnu Sina.
1.2.2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard pada petugas dapur di
Rumah Sakit Ibnu Sina.
b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang
dapat mengganggu kesehatan petugas dapur di Rumah Sakit
Ibnu Sina.

2
c. Untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan
petugas dapur di Rumah Sakit Ibnu Sina.
d. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah
dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala
khusus)
e. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas dapur di Rumah
Sakit Ibnu Sina.
f. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya
ada penyuluhan/pelatihan, pengukuran / pemantauan
lingkungan tentang hazard yang pernah dilakukan.
g. Untuk mengetahui tentang faktor lingkungan fisik dan
peralatan yang berhubungan dengan K3 petugas dapur di
Rumah Sakit Ibnu Sina.
h. Untuk mengetahui tentang tindakan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang ditetapkan pada lingkungan
petugas dapur di Rumah Sakit Ibnu Sina.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
2.1.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan kerja menurut WHO/ILO (1995), bertujuan untuk


peningkatan dan pemeliharaan nderajat kesehatan fisik, mental, dan social
yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan
dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan atau jabatannya.1

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan


jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan
cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK),
pengendalian bahay di tempat kerja, promosi kesehatan , pengobatan dan
rehabilitasi.1,3

Konsep dasar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit adalah


upaya terpadu seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar
pasien untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat , aman, dan
nyaman untuk semua kalangan tanpa terkecuali. Selain itu juga untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas
pekerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung, dan masyarakat
serta lingkungan sekitar rumah sakit. 1,3

4
2.1.2 Dapur

Dalam “Webster’s third New International Dictionary” menyebutkan


bahwa “Kitchen is a room or some other space (as a wall ara or separate
building) with facilities for cooking”. Jadi dapur dapat diartikan sebagai suatu
ruangan atau tempat yang khusus serta tersendiri didalam suatu bangunan yang
mempunyai alat dan perlengkapan memasak makanan. 2
Dapur atau kitchen yang baik adalah bentuk ruangan yang khusus dan
tertutup atau terpisah dan tersendiri dari kegiatan selain memasak. Harus
mempunyai ventilasi yang cukup yang memungkinkan pergantian udara dengan
baik dan lancer. Pemisahan dari ruangan terbuka ini tujuannya ialah untuk
menghindari masuknya debu, kotoran, lalat dan insect atau binatang-binatang
kecil lainnya (Richard Sihite, 2000). 2,3
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di dapur adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan dapur yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. 2
Kinerja (performance) setiap pekerja dapur merupakan resultante dari tiga
komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen
tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan
peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat
menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat
kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. 1,2,3

2.2. Identifikasi Hazard Umum


- Faktor biologi misalnya yang berkaitan dengan makhluk hidup yang
berada di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, parasit, jamur bias juga
didapatkan pada bahan makanan4

5
- Faktor fisik seperti bahaya listrik, api, kebisingan dan getaran dari alat
yang digunakan di dapur, pencahayaan yang kurang di dapur, suhu dan
kelembaban yang tinggi di dapur. 4
- Faktor kimia misalnya yang berkaitan dengan material/bahan seperti
antiseptik, insektisida, detergen pencuci piring dan cairan pembersih
lantai dapur. 4
- Faktor ergonomik berkaitan dengan posisi kerja yang salah dan
dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi
kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan
fisik dan psikologis. 4
- Faktor psikososial misalnya yang berkaitan dengan aspek sosial
psikologis maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang
dapat memberikan dampak pada aspek fisik dan mental seperti waktu dan
pola kerja, suasana lingkungan kerja dan lain-lain. 4

2.3. Alat Pelindung Diri


1. Menggunakan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang digunakan di dapur yaitu perlengkapan pakaian yang
ditentukan dan penggunaan sarung tangan pada waktu tertentu. Penggunaan
pakaian / seragam ini memang terkesan sederhana, namum memiliki fungsi
yang sangat penting dalam melindungi diri selama melaksanakan kegiatan di
dapur. Adapun perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut : 5
a. Topi
Topi juru masak berbentuk silinder, lurus ke atas dan bagian atasnya tidak
tertutup sehingga sirkulasi udara dapat terjadi dengan baik untuk mencegah
kerontokan rambut. Topi juga berfungsi untuk mencegah keringat agar
tidak sampai jatuh ke makanan.
b. Kacu (necktie)
Kacu terbuat dari kain yang tipis berbentuk segitiga sama kaki dengan
panjang 90-100 cm. Fungsinya adalah untuk mengisap keringat yang

6
timbul di daerah muka dan leher sehingga tidak jatuh kedalam makanan
yang sedang diolah.
c. Kemeja (jacket)
Kemeja juru masak dibuat berlengan panjang, bagian dada dibuat berlapis
dua serta memiliki double breasted. Tujuannya adalah untuk melindungi
bagian dada dari panas api dan makanan yang menyirami tubuh dan
melindungi tangan dari barang panas.
d. Celemek (apron)
Tujuan utama penggunaan apron adalah untuk melindungi tubuh bagian
bawah dari cairan seperti air, kaldu, atau sauce panas yang mungkin
menyiram.
e. Lap (towel)
Berfungsi untuk melindungi tangan dari alat-alat panas seperti panci dan
oven.
f. Sarung tangan (hand gloves)
Sarung tangan dibutuhkan dalam proses pengolahan makanan agar tangan
dan makanan tetap hygiene atau bersih sehingga mencegah penyebaran
bakteri berbahaya.
g. Masker (Mask)
Berfungsi untuk mencegah terhirupnya bau yang menusuk hidung, bersin
dan penularan penyakit atau bakteri sehingga makanan yang diolah tetap
hygiene.
a. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian
lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia,
benda panas, kontak dengan arus listrik.

2.4. Pemeriksaan Kesehatan.


Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum
kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus
oleh dokter yang telah memiliki sertifikasi. 6

7
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya
memastikan pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan
pekerjaannya serta tidak menderita penyakit menular yang dapat
mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.5,6
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya
setahun sekali. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk
pekerja tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu.
Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh
tentang masalah kesehatan yang mereka derita.6

2.5. Keluhan atau Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan


tersebut.

Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap


kesehatan petugas tersebut. Pada petugas dapur di rumah sakit, rentan
terhadap terjadinya kecederaan sewaktu melakukan pekerjaan seperti luka
bakar akibat terkena api saat memasak, luka gores akibat benda tajam,
terpeleset atau jatuh, penyakit kulit, dan sebagainya. Pada pekerja yang
sering melakukan pekerjaan dengan posisi yang salah bisa saja mengeluh
menderita nyeri atau gangguan pada tulang dan otot tubuhnya. 5,6

2.6. Upaya K3 lain yang Dijalankan

Menurut penelitian insidens terjadinya kecelakaan saat bekerja


mulai meningkat di era global saat ini. Untuk itu perlu suatu langkah aktif
pada setiap instansi dalam hal ini instansi kesehatan (rumah sakit dll)
untuk memperkenalkan dan mengaplikasikan program K3 kepada para
petugas kesehatan. Pihak rumah sakit harus aktif melakukan penyuluhan
untuk memberikan pemahaman kesehatan dan keselamatan kerja kepada
petugas-petugas di rumah sakit. Selain itu, diperlukan langkah evaluasi

8
terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
aspek K3.6

2.7. Lingkungan Fisik dan Peralatan Dapur


Lingkungan dan peralatan dapur yang bersih merupakan suatu faktor yang
penting untuk mencegah kontaminasi bakteri seperti halnya kebersihan dan
kesehatan tubuh para pekerja di dapur. Kebersihan atau kesehatan dapur
menyangkut beberapa segi : 2,3,5
1. Lingkungan fisik dapur
Lingkungan fisik dapur meliputi lantai, dinding, ceiling, pintu dan jendela,
ventilasi, lampu penerangan, tempat mencuci tangan, ruang pegawai, toilet,
ruang penampungan sampah, dan saluran limbah. Lingkungan fisik dapur ini
harus dijaga kebersihannya karena dapur sebagai tempat pengolahan makanan,
setiap saat menerima bahan makanan untuk diolah dan setiap saat pula ada
kemungkinan bagi potongan-potongan atau kotoran bahan makanan jatuh ke
lantai atau terselip pada tempat-tempat yang sulit dibersihkan. Semua kotoran
ini mudah membusuk dan selanjutnya berfungsi sebagai media bagi bakteri
berkembang biak dan mencemari makanan.
2. Peralatan dan perlengkapan dapur
Peralatan dan perlengkapan dapur ini mencakup cara-cara pembersihan,
penyimpanan dan penentuan desain peralatan. Peralatan-peralatan yang
terdapat di dapur ini banyak jenisnya dan memiliki prosedur atau cara
pembersihan yang mungkin berbeda.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
lingkungan dapur adalah sebagai berikut :
a. Bersihkan ventilasi, langit-langit/ceiling, pintu dan jendela secara teratur agar
selalu dalam keadaan bersih.
b. Lantai hendaknya dicuci dengan menggunakan air sabun panas, kemudian
dikeringkan.
c. Dinding hendaknya dicuci dengan menggunakan air sabun panas kemudian
dikeringkan.

9
d. Toilet di lingkungan dapur harus selalu bersih dan tidak mengeluarkan bau.
e. Cerobong asap hendaknya selalu dalam keadaan bersih.

Hanya dengan pelaksanaan, prosedur dan pengawasan yang ketat serta


terarah dapat dicapai suatu hasil yang dapat mencegah terjadinya akibat fatal
seperti keracunan yang dapat timbul di dapur akibat dari tidak bersihnya
lingkungan dapur. Oleh karena itu, para pekerja di dapur harus bekerja sama
dalam menciptakan lingkungan dapur yang bersih dan sehat.

2.8. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran


Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah usaha menyadari
atau mewaspadai akan faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya
kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan
tersebut menjadi kenyataan. 6
Pencegahan kebakaran menurut Kepmen No. 186/Men/1999 adalah
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang
meliputi: (1) pengendalian setiap bentuk energi; (2) penyediaan sarana deteksi,
alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi; (3) pengendalian
penyebaran asap, panas dan gas; (4) pembentukan unit penanggulanan
kebakaran di tempat kerja, (5) penyelenggaraan latihan dan gladi
penanggulangan kebakaran secara berkala dan (6) memilki buku rencana
penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang
mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat
yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. 7
Alat pemadam api ringan (APAR) atau fire extinguisers adalah alat
pemadam api yang mudah dipergunakan oleh satu orang untuk memadamkan
api pada awal terjadinya kebakaran. APAR dapat berupa tabung jinjing,
gendong maupun beroda. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
APAR berhasil menanggulangi sekitar 30 % kejadian kebakaran. 6,7
Peralatan pencegahan kebakaran yang lain yang bias digunakan:
1) Detektor Asap / Smoke Detector

10
Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan
memberitahukan kapan setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah ,
maka alat ini akan berbubnyi.
2) Fire Alarm
Peralatan yang digunakan untuk memberitahukan kepada setiap
orang akan adanya bahaya kebakaran.
3) Spinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan
memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu
suhu tertentu pada daerah dimana terdapat spinkler tersebut.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Survei


3.1.1. Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang kami
jalankan adalah mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada
kesehatan dan keselamatan kerja petugas dapur di RS Ibnu Sina
Makassar.
3.1.2. Waktu
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja
ini pada tanggal 03 Januari 2017.

3.2. Bahan Dan Cara


3.2.1. Bahan yang Diperlukan

Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist


yang di buat. Checklist ini dibuat berdasarkan informasi yang
diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan.
3.2.2. Cara
Dengan menggunakan metode check list walk through
survey. Walk through survey adalah survei untuk mendapatkan
informasi yang relatif sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu
yang relatif singkat sehingga diperlukan upaya pengumpulan data
untuk kepentingan penilaian secara umum dan analisa yang
sederhana. 8
Tujuan dari survei ini sendiri adalah agar kita dapat
memahami proses produksi, denah tempat kerja. Kemudian dapat
mendengarkan pandangan pekerja mengenai lingkungan
kerjanya, memahami pekerja dan tugas pekerja, memahami dan
mengenal bahaya lingkungan kerja serta menginventarisir upaya

12
K3 terhadap kebijakan, pengendalian, dan pemenuhan peundang-
undangan. 8
Walk Through Survey merupakan teknik utama yang
penting untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya
di lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau gangguan
pada kesehatan pekerja yang terpajan. Laporan walk through
survey tidak cukup hanya dengan mengisi check list, melainkan
juga harus menyusun essay. Check list hanyalah merupakan
panduan saja agar tidak ada yang terlupa pada saat survei. 9

3.3. Alur

Bahan
makanan
an Pemotongan
Pencucian bahan
bahan makanan
makanan

Proses
Penyajian memasak
makanan makanan

Gambar. Alur pengelolaan bahan makanan

13
3.4. Jadwal survei
Survei akan dilaksanakan selama 1 minggu ( 02– 06 Januari 2017)
02 Januari 2017 : Membuat proposal Walktrhough survey K3 pada
dapur Rumah Sakit Ibnu Sina
03 Januari 2017 : Melakukan survey di lokasi penelitian
04 Januari 2017 : Membuat laporan hasil penelitian dan status okupasi
05 Januari 2017 : Penyusunan artikel status okupasi
06 Januari 2017 :Presentasi laporan walkthrough survey dan
presentasi status okupasi

14
BAB IV
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

1. HASIL SURVEI
1. Pencucian alat dapur dan bahan makanan
I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai
dengan lingkungan kerja. Warna dinding yang tidak cukup
terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Tidak terdapat hazard berupa bising pada pekerja ini
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia padat yang menjadi hazard pada
pekerja ini
2) Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada pekerja
ini berupa sabun pencuci dan air yang digunakan
3) Bahan gas
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard pada pekerja
ini

15
 Faktor Biologi
Terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini yang bisa
didapat dari bakteri,jamur,virus,parasit yang berasal dari bahan
makanan ataupun sisa makanan dari alat dapur.
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
tanpa alat, dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift siang (pukul 14.00 – 21.00), dan shift malam (pukul 21.00-
07.00 pagi) dengan waktu istirahat berlangsung selama 60 menit
pada tiap shiftnya. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang
cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.

II. Alat Kerja Yang Digunakan


Pekerja spons pencuci kasar dan halus, ember

III. Alat Pelindung Diri


Pekerja menggunakan handschoen, celemek dan sepatu boot

IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja


- Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : Dilakukan

V. Upaya Lain Rumah Sakit Tentang K3


1. Pelatihan : dilakukan pelatihan
K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) : Ada SOP khusus
untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

16
VI. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini kurang memadai
dengan struktur bangunan yang tertutup hanya ada
beberapa ventilasi yang terbuka.

VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran


1. Lingkungan kerja memiliki APAR, dan tida ada alarm,
detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat
berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.


1. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang,
tangan, paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh
karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai
posisi yang tidak ergonomis.
2. Keluhan penyakit kulit (gatal, merah, berair, bentol pada kulit)
merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.
3. Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
dan kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan
kerja, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri.
4. Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas bagian pencucian di
instalasi gizi rumah sakit ibnu sina.

17
2. Petugas yang memotong bahan makanan
I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai
dengan lingkungan kerja. Warna dinding yang tidak cukup
terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Tidak terdapat hazard berupa bising pada pekerja ini.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia padat yang menjadi hazard pada
pekerja ini.
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada
pekerja ini.
3) Bahan gas
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard pada pekerja
ini.
 Faktor Biologi
Terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini yang bisa
didapat dari bakteri,jamur,virus,parasit yang berasal dari bahan
makanan yang bisa saja masih ada pada makanan

18
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi duduk, dan
gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift siang (pukul 14.00 – 21.00), dan shift malam (pukul
21.00-07.00 pagi) dengan waktu istirahat berlangsung selama
60 menit pada tiap shiftnya. Dalam pekerjaan ini, terdapat
interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja
lainnya.

II. Alat Yang Digunakan


Alat yang digunakan pada pekerja ini adalah pisau pemotong,
gunting.

III. Alat Pelindung Diri


Pekerja hanya menggunakan handschoen, celemek, dan sandal jepit

IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja


- Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : Dilakukan

V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3


1. Pelatihan : dilakukan pelatihan
K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) : ada SOP
khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

19
VI. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan
tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari tripleks
yang tidak cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari tripleks yang
tidak cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini kurang memadai
dengan struktur bangunan yang tertutup hanya ada
beberapa ventilasi yang terbuka.

VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran


1. Lingkungan kerja memiliki APAR,dan tidak memiliki
alarm, detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat
berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.


1. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang,
tangan, paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh
karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai
posisi yang tidak ergonomis.
2. Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas)
merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.
3. Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
dan kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan
kerja, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri.
4. Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas dapur ini.

20
3. Petugas bagian memasak
I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai
dengan lingkungan kerja. Warna dinding yang tidak cukup
terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara blender yang
dipakai.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
6) Sumber suhu ekstrem
Sumber suhu ekstrem berasal dari area memasak sekitar
kompor.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia yang menjadi hazar bagi petugas
memasak
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia yang menjadi hazard bagi petugas
ini
3) Bahan gas
Terdapat bahan gas yang menjadi hazard bagi petugas ini

21
 Faktor Biologi
Terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini yang bisa
didapat dari bakteri,jamur,virus,parasit yang berasal dari bahan
makanan
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift siang (pukul 14.00 – 21.00), dan shift malam (pukul 21.00-
07.00 pagi) dengan waktu istirahat berlangsung selama 60 menit
pada tiap shiftnya. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang
cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya

II. Alat Yang Digunakan


Alat yang digunakan oleh pekerja ini kompor beberapa buah yang
biasa dan menggunakan gas, panic, wajan, blender dan alat lainnya.

III. Alat Pelindung Diri


Pekerja hanya menggunakan celemek.

IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja


1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja: tidak dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus: dilakukan

V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3


1. Pelatihan : dilakukan pelatihan
K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) : ada SOP khusus
untuk K3

22
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

VI. Konstruksi Bangunan


1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari tripleks yang
tidak cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari tripleks yang
tidak cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini kurang memadai dengan
struktur bangunan yang tertutup hanya ada beberapa ventilasi
yang terbuka.
5. Terdapat alat/kipas penangkap asap di bagian dinding atas
area kompor.

VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran


1. Lingkungan kerja memiliki APAR, dan tidak memiliki
alarm, detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat
berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.


1. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang,
tangan, paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh
karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai
posisi yang tidak ergonomis.
2. Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas)
merupakan keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.
3. Keluhan sering terkena luka gores akibat penggunaan pisau
saat memasak.
4. Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
dan kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan

23
kerja, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri.
5. Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas dapur ini.

4.Petugas yang di bagian penyajian

I. Hazard Lingkungan Kerja


 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai
dengan lingkungan kerja. Warna dinding yang tidak cukup
terang untuk menunjang pekerjaan.
b. Sumber bising
Tidak terdapat hazard berupa bising pada pekerja ini.
c. Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard bagi petugas
ini
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard bagi petugas
ini
3) Bahan gas
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard bagi petugas
ini

24
 Faktor Biologi
Terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini yang bisa
didapat dari bakteri,jamur,virus,parasit yang berasal dari bahan
makanan pasien
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift siang (pukul 14.00 – 21.00), dan shift malam (pukul 21.00-
07.00 pagi) dengan waktu istirahat berlangsung selama 60 menit
pada tiap shiftnya. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang
cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya

II. Alat Yang Digunakan


Alat yang digunakan oleh pekerja ini adalah plastic penutup,
tempat makan plastic dan stainless steel dan troli pengangkut
makanan.

III. Alat Pelindung Diri


Pekerja hanya menggunakan celemek.

IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja


1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja: tidak dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : dilakukan

V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3


1. Pelatihan : dilakukan pelatihan
K3 sebelum perekrutan

25
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) : ada SOP khusus
untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

VI. Konstruksi Bangunan


1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari tripleks yang
tidak cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari tripleks yang
tidak cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini kurang memadai dengan
struktur bangunan yang tertutup hanya ada beberapa ventilasi
yang terbuka.

VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran


1. Lingkungan kerja memiliki APAR, dan tidak memiliki alarm,
detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat
berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.


1) Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang,
tangan, paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh
karena posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai
posisi yang tidak ergonomis.
2) Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
dan kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan
kerja, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri.
3) Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas dapur ini.

26
5.
2.PEMBAHASAN SURVEI
a. Survey tentang hazard umum pada Petugas instalasi gizi
Dari survey yang dilakukan pada petugas instalasi gizi , petugas
banyak terpapar pada hazard umum dari faktor kimia, biologi, ergonomi,
fisik dan psikososial. Hazard ini membahayakan karena seharusnya
lingkungan kerja dalam keadaan aman, dan tidak membahayakan
petugasnya.

 Faktor kimia berupa sabun pencuci piring yang mengandung zat


kimia sehingga bisa membahayakan bagi petugas. Sabun ini yang
secara umum mengandung bahan pembersih dan pengangkat
noda, dimana beresiko pada petugas karena dapat menyebabkan
gangguan iritasi pada kulit, hilangnya kelembaban alami yang
ada pada kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar
Seharusnya petugas senantiasa menggunakan masker dalam
petugasannya dan sarung tangan atau segera mencuci tangan
apabila terkena zat kimia.
 Faktor ergonomi, posisi kerja petugas instalasi gizi sebagian
besar dilakukan dengan berdiri karena tidak memungkinkan
petugas untuk duduk dan cara kerja berupa mengangkat,
mendorong dan melakukan gerakan berulang sambil berdiri.
Dengan cara kerja yang tidak dilakukan dengan benar oleh
petugas instalasi gizi dan posisi kerja yang demikian
mengakibatkan sebagian petugas mengeluh terkadang merasakan
nyeri punggung bawah/low back pain.
 Faktor fisik berupa kebisingan yang timbul akibat suara blender
yang tengah beroperasi selama di tempat kerja kadang
mengganggu bagi petugas dan adanya sumber suara lain yang
juga cukup mengganggu yang berasal dari suara diluar ruang
kerja, yaitu suara dari keluarga pasien yang berkeliaran disekitar

27
tempat instalasi gizi. Kemudian temperatur suhu di tempat kerja
cukup tinggi dan pengap karena hanya beberapa ventilasi yang
dibuka sisanya ditutup semua. Faktor radiasi dimana sumber
pencahayaan cukup baik berasal dari lampu.
 Faktor psikososial, yang ditemukan pada petugas adalah beban
kerja. Petugas mengatakan beban kerja mereka cukup banyak
ditambah bila jumlah pegawai yang bertugas pada setiap shift
tidak sama bahkan terkadang hanya satu orang petugas saja per
shift sehingga petugas sering mengalami kelelahan yang
berlebihan.

b. Survey untuk mengetahui tentang alat yang digunakan pekerja


Alat kerja yang digunakan hanya alat kerja standar seperti pada
umumnya dan tidak ada alat kerja khusus yang membantu memudahkan
proses pekerjaan.
.
c. Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang
digunakan pekerja
Dari hasil survey didapatkan petugas hanya rutin menggunakan
celemek dan sarung tangan. Masker yang digunakan sudah sesuai
standar K3, tetapi sarung tangan yang digunakan masih belum
memenuhi standar karena hanya terbuat dari bahan latex yang tipis
sehingga resiko untuk terjadinya iritasi kulit pada tangan petugas masih
lumayan besar. Petugas laundry tidak menggunakan baju pelindung
khusus, pelindung kepala, kaca mata dan sepatu boot saat melakukan
pekerjaaan, hanya petugas bagian pencucian yang menggunakan sepatu
boot, sehingga resiko terjadinya kecelakan akibat kerja masih sangat
tinggi.

28
d. Survey tentang pemeriksaan kesehatan kerja
Dari hasil survey didapatkan, para pekerja tidak mendapatkan
pemeriksaan kesehatan sebelum perekrutan pekerja. Selain itu, pekerja
juga tidak mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin. Tapi pekerja
mendapatkan pemeriksaan kesehatan berkala khusus. Hal ini
menyebabkan kurang terdeteksinya penyakit-penyakit akibat kerja
maupun akibat hubungan kerja pada lingkungan kerja ini.

a. Survei tentang konstruksi bangunan


Dari hasil survey didapatkan konstruksi bangunan yang cukup
baik dan aman bagi pekerja, kecuali didapatkan dinding dan atap dari
tripleks yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja.

b. Survei pencegahan dan penanggulangan kebakaran


Penyedian APAR (alat pemadam api ringan) pada ruang kerja
instalasi gizi sebagai salah satu upaya K3 untuk menanggulangi bahaya
kebakaran di ruang kerja, tetapi hal ini kurang lengkap karena tidak
adanya petunjuk penggunaan APAR disekitar tempat pemasangan
APAR, ditambah lagi adanya petugas yang kurang mengerti cara
penggunaan APAR tersebut.

c. Survei tentang penyakit dialami berhubungan dengan pekerjaan


pada pekerja
Keluhan kesehatan atau penyakit yang sering dialami oleh pekerja
adalah keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang,
tangan, paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena
posisi yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang
tidak ergonomis. Selain itu juga adanya keluhan/gangguan pada kulit
dan saluran nafas.

29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Petugas instalasi gizi secara keseluruhan terpapar pada hazard umum di
tempat kerja berupa Faktor biologi (jamur,parasit,virus,bakteri), faktor
ergonomic (posisi berdiri terus menerus, dan gerakan yang berulang) ,
faktor fisik (pencahayaan yang kurang, kadang ada bising) dan factor
kimia (sabun pencuci dan air).
2. Tidak adanya alat kerja yang dapat membantu dalam memudahkan proses
pekerjaan.
3. Petugas instalasi gizi tidak memakai alat pelindung diri yang
lengkap,petugas hanya menggunakan celemek dan handschoen. Sepatu
boot hanya digunakan oleh petugas bagian pencucian alat dan bahan.
4. Tidak adanya pemeriksaan berkala atau pemeriksaan khusus untuk petugas
instalasi gizi.
5. Adanya penyakit yang muncul akibat hubungan kerja (Low back pain,
Gangguan sistem pernafasan, gangguan system kulit dll).
6. Secara keseluruhannya pelayanan K3 pada instalasi gizi masih perlu
ditingkatkan.

B. Saran
1. Diharapkan agar pengurus pelayanan unit K3 mengevaluasi masalah yang
berhubungan dengan kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja di RS
Ibnu Sina Makassar agar setiap petugas dapat bekerja optimal. Dan
sebaiknya setiap tenaga kerja diberikan selebaran tentang kesehatan kerja
dan penyakit akibat kerja.
2. Lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat membahayakan petugas
instalasi gizi seperti faktor biologi, kimia, ergonomik, fisik dan
psikososial.

30
3. Menyediakan alat pelindung diri yang lengkap bagi petugas instalasi gizi.
4. Melakukan pemeriksaan berkala untuk petugas instalasi gizi.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit


(K3-IFRS). Jakarta; 2009.
2. Amakora, Rymberthus.2000.Pelaksanaan Standard Operation Procedures
di Departemen Food and Beverage.PT Gramedia Pustaka Utama
3. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:
UIPress
4. 2008.Health Safety. (terhubung berkala) http://
www.healthsafetyprotection.com (01 Januari 2017).
5. Bagyono.2005.Mengikuti Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan
Keamanan di Tempat Kerja.Cakrawala
6. Biro Instalatir, Informasi keselamatan dan Panduan Pelayanan
Pelanggan, Dis Jaya & Tangerang, 1996/1997, Jakarta.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep 180/Men 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
8. Buraena, WTS (Survei Jalan sepintas), RSUP dr. WS.Makassar. p:1-4
9. Fowler, D. Industrial Hygiene in: Occupational Health and Safety. 2nd
Edition. National Safety Councilk. Illinois. USA.1994 p:69-83

32

Vous aimerez peut-être aussi

  • Hydropneumothorax
    Hydropneumothorax
    Document38 pages
    Hydropneumothorax
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • Emcase 15 November 2020
    Emcase 15 November 2020
    Document68 pages
    Emcase 15 November 2020
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • Okjlkhiu
    Okjlkhiu
    Document33 pages
    Okjlkhiu
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • Jadwal Poli Iship 2018
    Jadwal Poli Iship 2018
    Document8 pages
    Jadwal Poli Iship 2018
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • Lembar Penilaian Kinerja Instalasi Gawat Darurat
    Lembar Penilaian Kinerja Instalasi Gawat Darurat
    Document3 pages
    Lembar Penilaian Kinerja Instalasi Gawat Darurat
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • PARADE BEDAH TKV - 14 Juni 2021 Torakotomi Dekortikasi
    PARADE BEDAH TKV - 14 Juni 2021 Torakotomi Dekortikasi
    Document18 pages
    PARADE BEDAH TKV - 14 Juni 2021 Torakotomi Dekortikasi
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • Sertifikat Webinar 16 Juli 2020 Hemorroid
    Sertifikat Webinar 16 Juli 2020 Hemorroid
    Document2 pages
    Sertifikat Webinar 16 Juli 2020 Hemorroid
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • Khgjkblmop
    Khgjkblmop
    Document22 pages
    Khgjkblmop
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F4 - K
    F4 - K
    Document9 pages
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F2 Jaha
    F2 Jaha
    Document7 pages
    F2 Jaha
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • Kamnsw
    Kamnsw
    Document2 pages
    Kamnsw
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F4 - K
    F4 - K
    Document9 pages
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • 2 Artikel
    2 Artikel
    Document10 pages
    2 Artikel
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F4 - K
    F4 - K
    Document9 pages
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F1 - K
    F1 - K
    Document8 pages
    F1 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F4 - K
    F4 - K
    Document9 pages
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F5 - K
    F5 - K
    Document9 pages
    F5 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F4 - K
    F4 - K
    Document9 pages
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F3 - K
    F3 - K
    Document7 pages
    F3 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F6 - K
    F6 - K
    Document26 pages
    F6 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F3 - K
    F3 - K
    Document7 pages
    F3 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F6 - K
    F6 - K
    Document26 pages
    F6 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F2 - K
    F2 - K
    Document7 pages
    F2 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F5 - K
    F5 - K
    Document9 pages
    F5 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F6 - K
    F6 - K
    Document26 pages
    F6 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • Tuuu
    Tuuu
    Document3 pages
    Tuuu
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F1 - K
    F1 - K
    Document8 pages
    F1 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F2 - K
    F2 - K
    Document7 pages
    F2 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • F4 - K
    F4 - K
    Document9 pages
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation
  • Halaman Pengesahan
    Halaman Pengesahan
    Document1 page
    Halaman Pengesahan
    Kemal Taufik
    Pas encore d'évaluation