Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Muqorobah, wa syuru’, warraja’i, yang seringkali hanya disebut atau di istilahkan sebagai
adalah satu sebutan yang mencakup ketiga makna dari Af’a>lul Muqorobah, wa syuru’,
warraja’i.
Adapun pengertian af’a>lul muqa>rabah ( َ َ ) أ َ ْف َعا ُل ْال ُمقadalah fi’il-fi’il (kata kerja)
ار َبة
yang menunjukan waktu yang dekat terjadinya.[1] Sedangkan fungsi dari af’a>lul muqa>rabah
sama dengan fungsi ka>na, yaitu ketika berada didepan mubtada khabar maka isimnya menjadi
rafa’ (marfu>’) dan khabarnya menjadi nas}ab (mans}u>b). Adapun contoh dari af’a>lul
muqa>rabah yaitu :
‘amil, maka perubahan tersebut tidak tampak dan juga tidak diperkirakan tanda harakatnya.[3]
Adapun yang dimaksud ‘Amil adalah lafal yang bisa membuat rafa’ atau nashab atau jer pada
Jadi i’rab-nya menjadi: ka>da dari fi’il muq>arabah mabni> ‘alal fathah,
sedangkan “yanjahu” fi’il mud}a>ri’ marfu>' d}amir “huwa” mustatir (tersembunyi) marfu>’.
Fi’il “yanjahu” dengan pelakunya (fa’ilnya) membentuk kalimat fi’liyyah ( jumlah fi’il (kata
Sebagai tambahan, bahwa sesuai dengan contoh di atas bahwa “ka>da” dan
“karuba” yang tidak disertai dengan “an” lebih banyak digunakan, daripada yang disertai
dengan “an”. Sedangkan ausyaka yang disertai dengan “an” lebih banyak digunakan daripada
yang tidak disertai dengan “an”. Disamping itu, walaupun mempunyai fungsi yang sama dengan
isim ka>na, namun satu hal yang harus diperhatikan perbedaan antara ka>da bersama grupnya
dengan ka>na bersama grupnya yaitu khabar-nya tidak boleh dalam bentuk fi’il ma>d}i dan
‘Afa>lul muqa>rabah sebagaimana fi’il na>qis} ketika berada didepan mubtada dan
khabar maka isim menjadi rafa’ dan khabar menjadi nasab. Diantara, pembagian fi’il-fi’il
tersebut adalah:
1. ‘Afa>lul muqa>rabah yaitu fi’il yang digunakan untuk keterangan dekatnya terjadi khabar dan
Perlu diketahui bahwa “’asa>” boleh disertai dengan “an” dan boleh tidak, tetapi yang
banyak digunakan adalah yang disertai dengan “an”. Sedangkan untuk “hara>” dan
belajar/mengahafal)
Perlu untuk diketahui bahwa semua af’a>l al-syuru>’ tidak boleh disertai “an” pada
khabar nya. Dengan demikian, pada dasarnya dapat dipahami bahwa dalam pembahasan Ka>da
wa Akwa>tuha tidak jauh berbeda ketika kita membahas isim ka>na wa Akwa>tuha, karena
fungsi dari Ka>da wa Akwa>tuha yaitu merafa’kan isim dan memansu>b-kan khabar, namun
yang menjadi perbedaan adalah hanya terletak pada khabar-nya yaitu tidak boleh dalam bentuk
Selain pembagian di atas, dalam bab af’alul muqarabah juga mengenal beberapa
penggolongan seperti Jamid dan Muttashorif, Naqis dan Tam, dan huruf “ ”سpada lafadz
“سى
َ ” َعyang bisa dibaca fathah dan kasroh. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berikut:
1. Penggolongan Af’a>lul Muqa>rabah berdasarkan jamid dan muttashorif nya.
Fi’il jamid adalah fi’il yang hanya mempunyai satu bentuk shighah, entah hanya
berbentuk madhi saja, atau amar saja, atau mudhari saja (jarang). Adapun fi’il muttashorif adalah
Contoh:
Fi’il Tam adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tersedia dalam tiga bentuk Fi’il Tiga
Serangkai (Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar). Adapun Fi’il Naqis adalah kalimah
fi’il Mutasharrif yang tidak tersedia untuk semua bentuk Fi’il Tiga Serangkai. Baik hanya
berbentuk Mudhari’ dan Madhi saja, atau Mudhari’ dan Amar saja.[9]
Semua lafadz Af’a>lul Muqa>rabah kecuali َ َع, َ ِإ ْخلَ ْولَق, أ َ ْوش ََك,
سى itu disamping
bisa berlaku naqish juga bisa berlaku tam hanya saja bisa mengamalkan ma’mul dengan marfu’
yang berupa mudhori’ yang disertai أ َ ْنmasdariyah. Ma’mul sendiri adalah lafal yang huruf
terakhirnya mengalami perubahan dengan rafa’ atau nashab atau jar atau jazam karena
terpengaruhi oleh ‘amil. Yang bisa menjadi ma’mul adalah Kalimah Isim dan Fi’il Mudlari’.
Contoh :
Lafadz عسىbila bertemu dhomir marfu’ mutaharrek atau disandarkan pada dhomir
عسيت ان اقوم
Dan juga boleh dibaca kasroh. contoh :
عسيت ان اقوم
Tapi yang banyak diginakan adalah menggunakan fathah.[11]