Vous êtes sur la page 1sur 5

1

(Belajar Bahasa Arab) Af’alul Muqarabah

Pengertian dan Fungsi Af’a>lul Muqa>rabah

Ka>da dan saudara-saudaranya merupakan pembahasan pada ” Bab Af’a>lul

Muqorobah, wa syuru’, warraja’i, yang seringkali hanya disebut atau di istilahkan sebagai

Af’a>lul Muqorobah atau Ka>da dan saudara-saudaranya. Istilah Ka>da wa Akhwa>tuha

adalah satu sebutan yang mencakup ketiga makna dari Af’a>lul Muqorobah, wa syuru’,

warraja’i.

Adapun pengertian af’a>lul muqa>rabah ( َ َ‫ ) أ َ ْف َعا ُل ْال ُمق‬adalah fi’il-fi’il (kata kerja)
‫ار َبة‬
yang menunjukan waktu yang dekat terjadinya.[1] Sedangkan fungsi dari af’a>lul muqa>rabah

sama dengan fungsi ka>na, yaitu ketika berada didepan mubtada khabar maka isimnya menjadi

rafa’ (marfu>’) dan khabarnya menjadi nas}ab (mans}u>b). Adapun contoh dari af’a>lul

muqa>rabah yaitu :

‫ان‬ ِ ْ ‫[ (أ َ ْن َي ْن َج َح) فِ ْي‬2]‫ب َي ْن َج ُح‬


ِ ‫اْل ْمتِ َح‬ َّ َ ‫ َكاد‬: ُ‫ َي َكاد‬-َ‫َكاد‬
ُ ‫الطا ِل‬
(Siswa itu hampir lulus dalam ujian)

َ ‫ َأ ْوش‬: ُ‫يُ ْو ِشك‬-‫أ َ ْوش ََك‬


َ ‫َك ْال َم‬
)‫ط ُر أ َ ْن يَ ْن ِز َل (يَ ْن ِز ُل‬
(Hujan itu hampir turun)

)‫ب ْاْلَلَ ُم َي ُز ْو ُل (أن يزول‬


َ ‫ َك ُر‬: ‫ب‬
َ ‫َك ُر‬
(Penyakit itu hampir hilang)

Dengan demikian, ‫ب يَ ْن َج ُح‬ َّ َ‫ َكاد‬disini “‫ب‬


ُ ‫الطا ِل‬ َّ ” sebagai isim dari َ‫ َكاد‬menjadi
ُ ‫الطا ِل‬
marfu>’ )...‫ب‬ َّ
ُ ‫الطا ِل‬...( , dan “‫ح‬ ُ ‫ ”يَ ْن َج‬sebagai khabar َ‫ َكاد‬menjadi berkeadaan nasab dengan
i’rab mahali. Yang dimaksud i’rab mahalli adalah anggapan perubahan yang disebabkan oleh

‘amil, maka perubahan tersebut tidak tampak dan juga tidak diperkirakan tanda harakatnya.[3]

Adapun yang dimaksud ‘Amil adalah lafal yang bisa membuat rafa’ atau nashab atau jer pada

lafal yang menyandinginya.[4]


2

Jadi i’rab-nya menjadi: ka>da dari fi’il muq>arabah mabni> ‘alal fathah,

“att}a>libu” isim ka>da marfu>’ tanda rafa’-nya berupa d}ammah,

sedangkan “yanjahu” fi’il mud}a>ri’ marfu>' d}amir “huwa” mustatir (tersembunyi) marfu>’.

Fi’il “yanjahu” dengan pelakunya (fa’ilnya) membentuk kalimat fi’liyyah ( jumlah fi’il (kata

kerja) yang merupakan khabar bagi ka>da karenanya berkedudukan mansu>b.[5]

Sebagai tambahan, bahwa sesuai dengan contoh di atas bahwa “ka>da” dan

“karuba” yang tidak disertai dengan “an” lebih banyak digunakan, daripada yang disertai

dengan “an”. Sedangkan ausyaka yang disertai dengan “an” lebih banyak digunakan daripada

yang tidak disertai dengan “an”. Disamping itu, walaupun mempunyai fungsi yang sama dengan

isim ka>na, namun satu hal yang harus diperhatikan perbedaan antara ka>da bersama grupnya

dengan ka>na bersama grupnya yaitu khabar-nya tidak boleh dalam bentuk fi’il ma>d}i dan

isim, tetapi khabarnya harus dalam bentuk fi’il mud}a>ri.

B. Pembagian Af’a>lul Muqa>rabah

‘Afa>lul muqa>rabah sebagaimana fi’il na>qis} ketika berada didepan mubtada dan

khabar maka isim menjadi rafa’ dan khabar menjadi nasab. Diantara, pembagian fi’il-fi’il

tersebut adalah:

1. ‘Afa>lul muqa>rabah yaitu fi’il yang digunakan untuk keterangan dekatnya terjadi khabar dan

bermakna (hampir saja). Contohnya:


ُ ُ‫ َكادَ ْال َولَدُ يَ ْسق‬: َ‫َكاد‬
‫ط‬
(Anak itu hampir jatuh)
َ ‫ب ْال َم‬
‫ط ُر يَ ْن ِز ُل‬ َ ‫ َك َر‬: ‫ب‬
َ ‫َك َر‬
(Hujan itu hampir turun)

‫ أ َ ْوش ََك ْال َما ُء أ َ ْن يَ ْنت َ ِهي‬: ‫أ َ ْوشَك‬


(Air itu hampir habis)[6]

2. ‘Afa>lul raja’ (‫جاء‬


َ ‫الر‬
َّ ‫[) ْاْل َ ْف َعا ُل‬7] yaitu fi’il yang digunakan untuk menyatakan suatu
pengharapan dan bermakna (semoga). Contohnya :
3

)‫ان (يُ ْن ِج ُح ِن ْي‬ ِ ْ ‫سى للاُ أ َ ْن يُ ْن ِج َح ِن ْي ِف ْي‬


ِ ‫اْل ْم ِت َح‬ َ ‫ع‬
َ : ‫سى‬
َ ‫َع‬
(Semoga Allah meluluskanmu dalam ujian)

ُ ‫ َح َرى ْال َم ِري‬: ‫َحرى‬


َ ‫ْض أ َ ْن َي ْش ِف‬
‫ي‬
(Semoga orang sakit itu cepat sembuh)

‫ان‬ ِ ْ ‫ ا ِْخلَ ْولَقَ ْال ُم ْه ِم ُل أ َ ْن يَ ْن َج َح ِف ْي‬: َ‫ا ِْخلَ ْولَق‬


ِ ‫اْل ْمتِ َح‬
(Semoga orang lalai akan lulus dalam ujian)

Perlu diketahui bahwa “’asa>” boleh disertai dengan “an” dan boleh tidak, tetapi yang

banyak digunakan adalah yang disertai dengan “an”. Sedangkan untuk “hara>” dan

“ikhlawlaqa” wajib disertai dengan “an”.

3. ‘Afa>lu syuru’ (‫ر ْوعا‬


ُ‫ش‬ُّ ‫ال‬ ‫ ) ْْل َ ْف َعا ُل‬adalah fi’il yang digunakan untuk menyatakan dimulainya
suatu pekerjaan dan bermakna (mulai). Contohnya:

َ‫ئ َي ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآن‬ ِ َ‫ أ َ ْنشَأ َ ْالق‬: َ ‫أ َ ْنشَأ‬


ُ ‫ار‬
(Pembaca itu mulai membaca al-Qur’an)
ُّ َ‫ أ َ َخذ‬: َ‫أ َ َخذ‬
ُ َّ‫الطال‬
‫ب يَ ْست َ ِمعُ ْونَ ِإلَى الد َّْر ِس‬
(Para mahasiswa itu mulai mendengarkan pelajaran)
ُ ‫ب َي ْست َ ْي ِق‬
‫ظ‬ َّ ‫َبدَأ َ ال‬
ُ ‫ش ْع‬ : َ ‫َبدَأ‬
(Pemda itu mulai bangun)

ُ ‫ اِ ْبتَدَأ َ ْالفَالَّ ُح ْونَ َي ْز َر‬: َ ‫اِ ْبتَدَأ‬


‫ع ْونَ َمزَ ِار َع ُه ْم‬
(Para Petani mulai menanam tanamannya)

َ ‫ب يُذَا ِك ُر ْونَ د ُُر ْو‬


‫س ُه ْم‬ ُّ ‫ َج َع َل‬: ‫َج َع َل‬
ُ َّ‫الطال‬
(Para Mahasiswa itu mulai menghafal pelajarannya)

‫اربُ ْونَ ْاْل َ ْعدَا َء‬ ُ ‫ام ْال ُجيُ ْو‬


ِ ‫ش يُ َح‬ َ َ‫ ق‬: ‫ام‬
َ َ‫ق‬
(Para Tentara itu mulai mulai memerangi musuh)
َ ‫ط ِفقَ ْال َم‬
‫ط ُر َي ْن ِز ُل ِب ِشدَّة‬ َ : َ‫ط ِفق‬
َ
(Hujan mulai turun dengan sangat deras)

‫ْف يَ ْنت َ ِه ْي‬


ُ ‫صي‬
َّ ‫ َع ِلقَ ال‬: َ‫َع ِلق‬
(Musim panas mulai berakhir)
4

‫ب يَ ْجت َ ِهد ُْونَ ِف ْي ْال ُمذَا ِك َر ِة‬ ُّ َّ‫ َهب‬: َّ‫هَب‬


ُ َّ‫الطال‬
(||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||Para Mahasiswa mulai bersungguh-sungguh dalam

belajar/mengahafal)

‫طا ُل َيتَقَدَّ ُم ْونَ ِإلَى ْاْل َ َم ِام‬


َ ‫ اِ ْن َب َرى ْاْل َ ْب‬: ‫اِ ْن َب َرى‬
(Para Pahlawan mulai maju ke depan)

Perlu untuk diketahui bahwa semua af’a>l al-syuru>’ tidak boleh disertai “an” pada

khabar nya. Dengan demikian, pada dasarnya dapat dipahami bahwa dalam pembahasan Ka>da

wa Akwa>tuha tidak jauh berbeda ketika kita membahas isim ka>na wa Akwa>tuha, karena

fungsi dari Ka>da wa Akwa>tuha yaitu merafa’kan isim dan memansu>b-kan khabar, namun

yang menjadi perbedaan adalah hanya terletak pada khabar-nya yaitu tidak boleh dalam bentuk

fi’il madhi ataupun isim.

Selain pembagian di atas, dalam bab af’alul muqarabah juga mengenal beberapa

penggolongan seperti Jamid dan Muttashorif, Naqis dan Tam, dan huruf “‫ ”س‬pada lafadz

“‫سى‬
َ ‫ ” َع‬yang bisa dibaca fathah dan kasroh. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berikut:
1. Penggolongan Af’a>lul Muqa>rabah berdasarkan jamid dan muttashorif nya.

Fi’il jamid adalah fi’il yang hanya mempunyai satu bentuk shighah, entah hanya

berbentuk madhi saja, atau amar saja, atau mudhari saja (jarang). Adapun fi’il muttashorif adalah

fi’il yang dapat berubah bentuknya sesuai ishtilahy.[8]


Lafdz َ ‫ َع‬, ‫أ َ ْوش ََك‬, itu semuanya dalah Af’a>lul Muqa>rabah, semuanya
َ‫ َكاد‬, ‫سى‬
tergolong fi’il jamid kecuali lafadz ‫َك‬ َ ‫ أ َ ْوش‬dan َ‫ َكاد‬itu tidak termasuk Jamid karena kedua lafadz
tersebut mempunyai fi’il mudhori’ dan isim fa’il.

Contoh:

a. Fiil Mudhori’ ُ‫يُ ْو ِشك‬ َ ‫ َي‬berfungsi sama seperti madhinya


dan ُ ‫كاد‬

‫يوشك ان يقع نيه‬


‫يكاد البرق يحطف ابصارهم‬
b. Isim Fail ‫ موشك‬dan ‫كائد‬itu juga berfungsi sama seperti madhinya
‫فموشكة ارضنا أن تقودا‬
5

‫يقيا لرهن بالذى أن كائد‬


2. Af’alul Muqorrobah Yang Tergolong Naqish Yang Bisa Berlaku Tam

Fi’il Tam adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tersedia dalam tiga bentuk Fi’il Tiga

Serangkai (Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar). Adapun Fi’il Naqis adalah kalimah

fi’il Mutasharrif yang tidak tersedia untuk semua bentuk Fi’il Tiga Serangkai. Baik hanya

berbentuk Mudhari’ dan Madhi saja, atau Mudhari’ dan Amar saja.[9]

Semua lafadz Af’a>lul Muqa>rabah kecuali َ ‫ َع‬, َ‫ ِإ ْخلَ ْولَق‬, ‫أ َ ْوش ََك‬,
‫سى‬ itu disamping

bisa berlaku naqish juga bisa berlaku tam hanya saja bisa mengamalkan ma’mul dengan marfu’

yang berupa mudhori’ yang disertai ‫ أ َ ْن‬masdariyah. Ma’mul sendiri adalah lafal yang huruf

terakhirnya mengalami perubahan dengan rafa’ atau nashab atau jar atau jazam karena

terpengaruhi oleh ‘amil. Yang bisa menjadi ma’mul adalah Kalimah Isim dan Fi’il Mudlari’.

Contoh :

[10]‫يقوم‬ ‫عسى ان‬

3. Huruf sin dari lafadz ‫ عسى‬bisa dibaca fathah dan kasroh

Lafadz ‫ عسى‬bila bertemu dhomir marfu’ mutaharrek atau disandarkan pada dhomir

marfu’ mutaharrek maka isnya boleh dibaca fathah. Contoh :

‫عسيت ان اقوم‬
Dan juga boleh dibaca kasroh. contoh :

‫عسيت ان اقوم‬
Tapi yang banyak diginakan adalah menggunakan fathah.[11]

Vous aimerez peut-être aussi