Vous êtes sur la page 1sur 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Typhus abdominalis merupakan permasalahan kesehatan penting

dibanyak negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang

mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan insiden

Typhus abdominalis adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk

pertahun, dengan angka kematian 2%. Typhus abdominalis merupakan

salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini merupakan

penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24

kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkan Typhus abdominalis melebihi

2500/100.000 penduduk (Hatta, 2007).

Thypus abdominalis merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang

disebabkan oleh salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di

berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan

subtropis. Di Indonesia Typhus Abdominalis dapat ditemukan sepanjang

tahun dan insiden tertinggi pada daerah endemic terjadi pada anak-anak.

Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting

karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,

kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar

hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H,

2009).

1
2

Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia, sangat sulit

ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektum

klinis yang sangat luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2009,

memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia

dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Insidens rate demam

tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk Cina pada tahun 2010 rata-rata

1.000 per 100.000 penduduk pertahun. Insidens rate demam tifoid tertinggi di

Papua New Guinea sekitar 1.208 per 100.000 penduduk pertahun. Insidens

rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan

810 per 100.000 penduduk perkotaan pertahun dengan rata-rata kasus per

tahun 600.000-1.500.000 penderita. Angka kematian dengan tifoid di

Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10% (WHO, 2009).

Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, Pada tahun

2008, demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak

pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116

orang dengan proporsi 3,15 %, urutan pertama ditempati oleh diare dengan

jumlah kasus 7,52 %, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus

77.539 dengan proporsi 3,01 % (Depkes RI, 2009).

Dalam 12 bulan terakhir, tifoid klinis dapat dideteksi di Provinsi NTB

pada tahun 2007 dengan prevalensi 1,9%, dan tersebar di seluruh

kabupaten/kota. Prevalensi tifoid tertinggi didapatkan di Kota Bima (3,5%)

(Rikesda, 2012).
3

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari puskesmas Sakra

Lombok Timur, prevalensi penderita “Typhus abdominalis” dalam dua tahun

terakhir, adalah sebagai berikut: Pada tahun 2011 jumlah penderita sebanyak

470 orang penderita dengan perincian 207 laki - laki (44%), 263 perempuan

(56%). Pada tahun 2012 jumlah penderita sebanyak 326 orang dengan

perincian 158 laki-laki (48%), 168 perempuan (52%). (Petugas Surveilens

Puskesmas Sakra Lombok Timur, 2013).

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa angka kejadian “Thypus

abdominalis” pada tahun 2011-2012 masih sangat tinggi. Hal ini dapat

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: Pengetahuan tentang kesehatan

diri dan lingkungan yang masih relative rendah, penyediaan air bersih yang

tidak memadai, keluarga dengan hygiene sanitasi yang rendah, permasalahan

pada identifikasi dan penatalaksanaan karier, keterlambatan membuat

diagnosis yang pasti, patogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti

sepenuhnya serta belum tersedianya vaksin efektif aman dan murah (Soegeng

Soegijanto, 2002).

Tingkat pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan seseorang,

dan pengetahuan tentang suatu hal akan mempengaruhi seseorang dalam

berperilaku. Perilaku seseorang sangat berhubungan erat dengan

pengetahuan tentang kesehatan serta tindakan yang berhubungan dengan

kesehatan, yang salah satunya adalah pengetahuan tentang demam tifoid

(Notoatmodjo, 2003).
4

Untuk itu, penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk

menurunkan angka morbiditas “Thypus Abdominalis”. Penanganan di

lingkungan dengan cara menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya hidup sehat melalui upaya promotif dan freventif. Selain itu,

penanganan di Puskesmas melalaui upaya kuratif dan rehabilitative juga

sangat diperlukan yaitu dengan cara perawatan yang baik seperti tirah baring,

memberikan makanan yang lunak untuk mengurangi dan mencegah

pendarahan pada usus, serta pemberian obat-obatan antibiotik (Arif Mansjoer,

2008).

Melihat permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Thypus Abdominalis yang masih belum teratasi, penulis

juga ingin turut berpartisifasi dalam penanganan Thypus Abdominalis ini

dengan cara memberikan pengetahuan kepada pasien tentang perawatan yang

tepat pada pasien Typhus Abdominalis. Seperti tirah baring, memberikan

makanan yang lunak untuk mengurangi dan mencegah pendarahan pada usus.

Dengan diberikan pengetahuan kepada setiap pasien. Angka morbiditas

“Typhus Abdominalis” di Desa Sakra dapat diturunkan dan untuk

mempermudah proses penyembuhan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dapat di

rumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Tingkat

Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Typhus Abdominalis di Ruang Rawat

Inap Puskesmas Sakra Kabupaten Lombok Timur?”.


5

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Gambaran

Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Typhus Abdominalis di

Ruang Rawat Inap Puskesmas Sakra Kabupaten Lombok Timur

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu

penulis mampu:

a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang

pengertian penyakit Typhus Abdominalis

b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang penyebab

penyakit Typhus Abdomilais

c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang tanda dan

gejala penyakit Tyhpus Abdominalis

d. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan

Typhus Abdominalis

e. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang

komplikasi penyakit Typhus Abdomilais

f. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang

pencegahan penyakit Typhus Abdomilais


6

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi :

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang penyakit

Typhus Abdominalis dan perawatannya.

1.4.2 Manfaat Bagi individu, keluarga dan masyarakat

Memberikan pengetahuan tentang Typhus Abdominalis yang jelas

bagi masyarakat tentang penyakit dan perawatan Typhus Abdominalis.

1.4.3 Manfaat Bagi Kepala Puskesmas Sakra Lombok Timur

Sebagai masukkan bagi Kepala Puskesmas Sakra dan bahan

evaluasi terhadap Program Pemberantasan Penyakit Endemik di

wilayah kerja Puskesmas Sakra Kabupaten Lombok Timur.

1.4.4 Manfaat untuk peneliti selanjutnya

Penelitian ini kiranya dapat menambah pengetahuan peneliti

terhadap penyakit Typhus Abdominalis dan dapat dijadikan sebagai

litelatur bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian serupa di

masa yang akan datang.


7

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk dengan mudah memahami isi Proposal Laporan Akhir ini,

penulis membagi penyusunan dalam 3 bab yang saling berkaitan satu sama

lain, yaitu:

Bab I adalah pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II adalah tinjauan teori yang menguraikan tentang konsep

pengetahuan dan konsep dasar penyakit Typhus Abdominalis yang terdiri dari

pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, pathofisiologi, tanda dan gejala,

pemeriksaan penunjang, perawatan, komplikasi, prognosis, dan pencegahan

Bab III adalah metodologi penelitian, berisi tentang subyek penelitian,

populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, tehnik pengumpulan dan

pengolahan data serta definisi operasional.

Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang hasil

penelitian meliputi gambaran umum lokasi penelitian, data umum dan data

khusus, pembahasan.

Bab V adalah kesimpulan dan saran.

Vous aimerez peut-être aussi