Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH
PSIKOSOSIAL KETIDAKBERDAYAAN
DISUSUN OLEH :
CI LAHAN CI
INSTITUSI
( ) (
)
YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANAKKUKANG MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KETIDAKBERDAYAAN
1. Masalah Utama
Ketidakberdayaan
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien
bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak
akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan
membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga
klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau
mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2015).
Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan
merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian
yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja
terjadi. Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2007)
ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang
individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap
kejadian atau situasi tertentu.
B. Rentang Respon
3. POHON MASALAH
Efek:
Harga diri rendah
Core problem:
Ketidakberdayaan
Causa:
Disfungi proses berduka.
Kurangnya umpan balik positif.
Umpan balik negatif yang
konsisten.
1) Patofisiologi
Setiap proses penyakit, baik akut maupun kronis, dapat
menyebabkan ketidakberdayaan atau berperan
menyebabkan ketidakberdayaan.
Beberapa sumber umum antara lain:
a) Berhubungan dengan ketidakmampuan
berkomunikasi, sekunder akibat CVA, trauma servikal,
infark miokard, nyeri.
b) Berhubungan dengan ketidakmampuan
menjalani tanggung jawab peran, sekunder akibat
pembedahan, trauma, artritis.
c) Berhubungan dengan proses penyakit yang
melemahkan, sekunder akibat sklerosis multipel, kanker
terminal.
d) Berhubungan dengan penyalahgunaan zat.
e) Berhubungan dengan distorsi kognitif, sekunder
akibat depresi.
2) Situasional (Personal, Lingkungan)
a) Berhubungan dengan perubahan status kuratif
menjadi paliatif.
b) Berhubungan dengan perasaan kehilangan
kontrol dan pembatasan gaya hidup, sekunder akibat
(sebutkan)
c) Berhubungan dengan pola makan yang
berlebihan.
d) Berhubungan dengan karakteristik personal yang
sangat mengontrol nilai (mis., lokus kontrol internal).
e) Berhubungan dengan pengaruh pembatasan
rumah sakit atau lembaga.
f) Berhubungan dengan gaya hidup berupa
ketidakmampuan (helplessness).
g) Berhubungan dengan rasa takut akibat penolakan
(ketidaksetujuan).
h) Berhubungan dengan kebutuhan dependen yang
tidak terpenuhi.
i) Berhubungan dengan umpan balik negatif yang
terus-menerus.
j) Berhubungan dengan hubungan abusive jangka
panjang.
k) Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
l) Berhubungan dengan mekanisme koping yang
tidak adekuat.
3) Maturasional :
a) Anak remaja berhubungan dengan masalah
pengasuhan anak.
b) Dewasa berhubungan dengan peristiwa
kehilangan lebih dari satu kali, sekunder akibat
penuaan (mis., pensiun, defisit sensori, defisit motorik,
uang, orang terdekat.
Data Masalah
keperawatan
Subjektif: Ketidakberdayaan
1) Mengatakan secara verbal ketidakmampuan
mengendalikan atau mempengaruhi
situasi.
2) Mengatakan tidak dapat menghasilkan
sesuatu.
3) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
Objektif:
1) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan saat kesempatan diberikan.
2) Segan mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya.
3) Apatis,pasif.
4) Ekspresi muka murung.
5) Bicara dan gerakan lambat.
6) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
7) Tidur berlebihan.
8) Menghindari orang lain.
5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan
1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk
memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu
yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar
anggota (Depkes RI, 1997).
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan
seni pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas
tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang
lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2. Tujuan terapi okupasi
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto
(2009), adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental:
1. Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien
dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat
berhubungan dengan orang lain dan masyarakat
sekitarnya.
2. Membantu melepaskan dorongan emosi secara
wajar.
3. Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat
dan kondisinya.
4. Membantu dalam pengumpulan data untuk
menegakkan diagnosa dan terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik :
1. Meningkatkan gerak, sendi, otot dan koordinasi
gerakan.
2. Mengajarkan adl seperti makan, berpakaian, bak,
bab dan sebagainya.
3. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas
rutin di rumah.
4. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan
meningkatkan kemampuan yang dimiliki.
5. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar
dicoba klien untuk mengetahui kemampuan mental dan
fisik, kebiasaan, kemampuan bersosialisasi, bakat, minat
dan potensinya.
6. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat
digunakan setelah klien kembali di lingkungan
masyarakat.
3. Aktivitas
Muhaj (2009), mengungkapkan aktivitas yang digunakan
dalam terapi okupasi, sangat dipengaruhi oleh konteks terapi
secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga
oleh kemampuan si terapi sendiri (pengetahuan, keterampilan,
minat dan kreativitasnya).
a. Jenis
Jenis kegiatan yang dapat dilakukan meliputi: latihan
gerak badan, olahraga, permainan tangan, kesehatan,
kebersihan, dan kerapian pribadi, pekerjaan sehari-hari
(aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti dengan mengajarkan
merapikan tempat tidur, menyapu dan mengepel),
praktik pre-vokasional, seni (tari, musik, lukis, drama, dan
lain-lain), rekreasi (tamasya, nonton bioskop atau drama),
diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah,
televisi, radio atau keadaan lingkungan) (Muhaj, 2009).
b. Aktivitas
Aktivitas adalah segala macam aktivitas yang dapat
menyibukan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu
media untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai
sumber kepuasan emosional maupun fisik. Oleh karena itu
setiap aktivitas yang digunakan harus mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1) Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan
tujuan terapi yang jelas. Jadi, bukan hanya sekedar
menyibukkan klien.
2) Mempunyai arti tertentu bagi klien, artinya
dikenal oleh atau ada hubungannya dengan klien.
3) Klien harus mengerti tujuan mengerjakan
kegiatan tersebut, dan apa kegunaanya terhadap upaya
penyembuhan penyakitnya.
4) Harus dapat melibatkan klien secara aktif
walaupun minimal.
5) Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau
kondisi klien, bahkan harus dapat meningkatkan atau
setidaknya memelihara kondisinya.
6) Harus dapat memberi dorongan agar klien mau
berlatih lebih giat sehingga dapat mandiri.
7) Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak
dibenci olehnya.
8) Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan
peningkatan atau penyesuaian dengan kemampuan klien.
6. Analisa aktivitas
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa
dari kegiatan terapi okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang
dilakukan seperti latihan gerak badan atau pekerjaan sehari-hari,
maksud dan tujuan dari kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi
klien, sarana atau alat atau aktivitas dilakukan disesuaikan
dengan jenis kegiatan yang dilakukan, persiapan terhadap sarana
pendukung dan klien maupun perawat, pelaksanaan dari kegiatan
yang telah direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau
tidak disukai yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki
oleh klien.
8. Pelaksanaan Terapi
Terapi okupasi dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok tergantung dari kondisi klien dan tujuan terapi.
a. Metode
1) Individual: dilakukan untuk klien baru masuk,
klien yang belum mampu berinteraksi dengan kelompok
dan klien lain yang sedang menjalani persiapan
aktivitas.
2) Kelompok: klien dengan masalah sama, klien
yang lama dan yang memiliki tujuan kegiatan yang
sama. Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah
kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12
orang (Keliat dan Akemat, 2005). Jumlah anggota
kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam
Keliat dan Akemat, 2005) adalah 7-10 orang, Rawlins,
Williams, dan Beck (1993, dalam Keliat dan Akemat,
2005) menyatakan jumlah anggota kelompok adalah 5-
10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya
tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi
informasi dan interaksi yang terjadi. Johnson (dalam
Yosep, 2009) menyatakan terapi kelompok sebaiknya
tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi
interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan
jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari
10, maka akan terlalu banyak tekanan yang dirasakan
oleh anggota sehingga anggota merasa lebih terekspos,
lebih cemas, dan seringkali bertingkah laku irrasional.
b. Waktu
Terapi dilakukan 1-2 jam setiap sesi baik metode
individual maupun kelompok dengan frekuensi kegiatan per
sesi 2-3 kali dalam seminggu. Setiap kegiatan dibagi menjadi
2 bagian,pertama: ½-1 jam yang terdiri dari tahap persiapan
dan tahap orientasi, kedua: 1-1/2 jam yang terdiri dari tahap
kerja dan tahap terminasi (Riyadi dan Purwanto, 2009)
9. Pengorganisasian
1. Waktu
Kegiatan terapi kognitif ini akan dilaksanakan selama 1
hari yaitu pada:
Hari :
Jam :
Lama :
2. Terapis
Adapun terapis yang akan terlibat adalah
a. Fasilitator.
Menyusun rencana terapi kognitif
- Mengarahkan kelompok mencapai tujuan
- Memberikan contoh cara kerja membuat ket pot
bunga
- Memfasilitasi anggota untuk mengekspresikan
perasaan dapat dan memberi umpan balik
- Sebagai role model
- Mempertahankan kehadiran anggota
3. Klien
4. Metode dan media
a. Metode
Adapun metode yang digunakan pada terapi okupasi
ini adalah dinamika kelompok
b. Media
Media yang akan digunakan meliputi:
- Spidol
- Buku catatan
Skema Ruang Terapi
K F
F K
K
F
F K
K
F
KETERANGAN:
F : Fasilitator
K : Klien
2. Orientasi
a. Salam tarapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan terapi
2) Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis.
Lama kegiatan ± 60 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
d. Tahap Kerja
e. Tahap terminasi.
f. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasan klien setelah
mengikuti terapi okupasi
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok.
g. Tindak lanjut
Menganjurkan klien membuat ketrampilan seperti yang
telah diajarkan
h. Kontrak yang akan datang
Buat kesepakatan baru untuk kegiatan berikutnya
11. Evaluasi Dan Dokumentasi
Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut:
a. Kemampuan membuat keputusan
b. Tingkah laku selama bekerja
c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia
dan yang mempunyai kebutuhan sendiri
d. Kerjasama
e. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan
lain-lain)
f. Inisiatif dan tanggung jawab
g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
h. Menyatakan perasaan tanpa agresi
i. Kompetisi tanpa permusuhan
j. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
k. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah
bertanggung jawab atas pendapatnya tersebut
l. Wajar dalam penampilan
m. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
n. Kemampuan menerima instruksi dan mengingatnya
o. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
p. Kerapian bekerja
q. Lambat atau cepat.
DAFTAR PUSTAKA