Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN KASUS

ILMU KESEHATAN JIWA

Disusun oleh :

Risa Apriliani

(1102013252)

Pembimbing :

dr. Esther Sinsuw, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA Tk. I R.S. SUKANTO

PERIODE 25 DESEMBER 2017 – 27 JANUARI 2018


STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.L
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/umur : 07 Maret 1980 (37 th)
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan terakhir : SMA
Status pernikahan : Menikah
Pekerja : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kranggan, Bekasi
Tanggal pemeriksaan : 08 Januari 2018

II. Riwayat Psikiatri


Autoanamnesis : Pada tanggal 08 Januari 2018 di poli jiwa
RS Polri Keramat Jati.
Alloanamnesis :-

A. Keluhan Utama
Berdebar-debar sejak 3 hari yang lalu.

B. Keluhan Tambahan
Tidak nafsu makan, tidak bisa tidur serta badan menjadi lemas dan merasa
tidak enak.

C. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke poli jiwa RS Polri Keramat Jati pada tanggal 8 Januari
2018 sekitar jam 11.00 WIB dengan keluhan berdebar-debar dan merasa
ketakutan sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dan tidak
nafsu makan serta badan terasa tidak enak dan nyeri sehingga mengganggu
aktivitas pasien. Pasien merasa tangan menjadi dingin di saat serangan tersebut
muncul. Pasien merasa bingung kenapa berdebar-debar seperti ini padahal

1
pasien tidak ada riwayat jantung. Dan suami pasien pun menyarankan untuk
datang dan konsultasi ke poli jiwa RS Polri.
Pasien diketahui telah menjalani pengobatan sejak 2013 hingga sekarang,
dan pasien selalu rutin meminum obat yang telah diresepkan oleh dokter. Dan
pasien mengatakan bahwa obatnya telah habis sejak 3 hari yang lalu.
Pasien bercerita bahwa dirinya sering kali menyendiri ke kuburan hanya
untuk mencari ketenangan. Pasien mengatakan sering mendengar bisikan
sekitar sebulan yang lalu namun suara tidak jelas, dan bisikan itu kini sudah
tidak lagi terdengar.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya


Pasien mengaku pada awal-awal pernikahannya pada tahun 2002, pasien
kadang merasa ketakutan terhadap suami karena belum mengenal watak suami
dengan baik hingga pasien sering merasa sebaiknya suaminya tidak usah
pulang-pulang, namun kini hubungan mereka telah membaik dan sudah saling
terbuka antar satu sama lainnya. Pasien terbiasa memendam masalahnya
sendiri. Sehingga pada awal diagnosis, pasien terbilang memiliki depresi
terselubung.
1. Gangguan Psikiatrik
Tidak ada
2. Gangguan Medik
Tidak ada
3. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif dan minum alkohol

E. Riwayat Kehidupan Pribadi


 Riwayat perkembangan kepribadian
a. Masa prenatal dan perinatal
Pasien lahir di Jakarta, 7 Maret 1980. Selama kehamilan, kondisi
kesehatan ibu secara fisik baik. Kehamilan selama 9 bulan dan
persalinan dilakukan secara normal.
b. Riwayat masa kanak awal (0 – 3 tahun)
Selama masa ini, proses perkembangan dan pertumbuhan sesuai
dengan anak sebayanya.

2
c. Riwayat masa kanak pertengahan (4 – 11 tahun)
Masa ini dilalui dengan baik, tumbuh kembang normal seperti
anak seusianya.
d. Masa kanak akhir – dan remaja
Pasien memiliki 2 adik laki-laki dan tidak memiliki masalah
yang serius. Pasien tumbuh berkembang sehat seperti anak
lainnya.
e. Masa dewasa
Lulus dari SMA, pasien mencari kerja dan sebelum menikah
pada tahun 2002 pasien sempat bekerja menjadi pegawai di
sebuah mall.
 Riwayat pendidikan
 SD : Pasien menyelesaikan pendidikan SD tanpa pernah
tinggal kelas.
 SMP : Pasien menyelesaikan pendidikan SMP tanpa
pernah tinggal kelas.
 SMA : Pasien menyelesaikan pendidikan SMA tanpa
pernah tinggal kelas.
 Riwayat pekerjaan
Pasien sempat bekerja sebagai pegawai di sebuah mall dan akhirnya
berhenti setelah menikah.
 Kehidupan beragama
Pasien seorang penganut agama islam dan taat dalam melaksanakan
shalat.
 Kehidupan sosial dan perkawinan
Pasien berhubungan baik dengan masyarakat sekitarnya dan menikah
dengan suaminya pada tahun 2002 hingga sekarang.
 Riwayat Pelanggaran Hukum
Tidak ada

F. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara.

3
Genogram :

Keterangan :

: Pasien gangguan jiwa

: Laki-laki

: Perempuan

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien tidak terlalu ambil pusing tentang penyakitnya, namun hanya merasa
kurang nyaman.

H. Impian, Fantasi, dan Cita-cita Pasien


Pasien ingin sembuh total agar tidak perlu lagi meminum obat.

4
STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien adalah perempuan berusia 37 tahun dengan penampilan fisik sesuai
dengan usianya serta bentuk badan yang normal, rambut hitam potongan
pendek sebahu. Pasien dapat merawat dan menjaga kebersihan dirinya
dengan baik.
2. Kesadaran
Kesadaran Neurologik : Compos mentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a. Sebelum wawancara : Pasien terlihat tenang
b. Selama wawancara : Pasien dalam keadaan tenang dalam
menjawab seluruh pertanyaan
c. Sesudah wawancara : Pasien tetap tenang dan ramah kepada
pemeriksa
4. Sikap terhadap pemeriksa
Koperatif dalam menjawab semua pertanyaan pemeriksa
5. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan dan lancar, artikulasi jelas. Tidak ada gangguan
berbicara

B. MOOD DAN AFEK


Mood : Eutimia
Afek : Serasi
Empati : Sulit diraba rasakan oleh pemeriksa

C. GANGGUAN PERSEPSI
o Halusinasi : Pasien pernah mendengar suara bisikan tidak jelas
sekitar sebulan yang lalu namun sudah tidak ada lagi.
o Ilusi : Tidak ada
o Depersonalisasi : Tidak ada
o Derealisasi : Tidak ada

5
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : SMA
2. Pengetahuan umum : Baik
3. Kecerdasan : Baik
4. Konsentrasi : Baik
5. Orientasi :
 Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan pemeriksaan
dilakukan pada siang hari)
 Tempat : Baik ( pasien tahu bahwa sekarang sedang berada
di rumah sakit)
 Orang : Baik (pasien mengenal dirinya dan orang
sekitarnya)
 Situasi : Baik (pasien paham bahwa wawancara dilakukan
untuk mencari tahu tentang kondisi penyakitnya)
6. Daya ingat :
 Jangka panjang : Baik (pasien dapat mengingat tanggal lahir)
 Jangka pendek : Baik (pasien ingat menu makan paginya)
 Segera : Baik (pasien dapat menyebutkan 6 angka
yang disebutkan oleh pemeriksa yang diselingi oleh topik lain)
7. Pikiran abstrak : Baik (Pasien dapat membedakan buah jeruk dengan
tomat)
8. Visuospasial : Baik (Pasien dapat menggambarkan bentuk yang
diminta oleh pemeriksa)
9. Kemampuan menolong diri : Baik (Pasien tidak membutuhkan
bantuan orang lain untuk makan)

E. PROSES PIKIR
Arus pikir
o Kontinuitas : Koheren
o Hendaya bahasa : Tidak ada
Isi pikir
o Preokupasi : Tidak ada
o Waham : Tidak ada

6
o Obsesi : Tidak ada
o Kompulsi : Tidak ada
o Fobia : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak
menunjukkan gejala yang agresif dan tidak marah.

G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik (pasien membedakan perbuatan baik dan
buruk)
2. Uji daya nilai : Baik (Pasien mengatakan bahwa perkelahian
adalah hal yang tidak baik)
3. RTA : Baik

H. TILIKAN
Derajat 6 : pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan.

I. RELIABILITAS (TARIF DAPAT DIPERCAYA)


Pemeriksa memperoleh kesan secara keseluruhan jawaban pasien dapat
dipercaya.

7
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
a) Keadaaan Umum : Baik
b) Kesadaran : E4M6V5 GCS: 15
c) TTV : TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ’C

d) Sistem Kardiovaskular : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)


e) Sistem Respiratorius : Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Wheezing +/+
f) Sistem Gastrointestinal : Bising usus normal, thympani di semua
kuadran.
g) Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), akral hangat.
h) Sistem Urogenital : Tidak diperiksa

B. Status Neurologik
Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

 Pasien perempuan berumur 37 tahun mengeluh sering berdebar-debar sejak


3 hari yang lalu.

 Pasien suka merasa ketakutan hingga akral menjadi dingin saat serangan
tersebut.

 Pasien telah kehabisan obat sejak 3 hari yang lalu dan akhirnya datang
sendiri ke poli jiwa.

8
 Pasien pernah mendengar bisikan namun tidak sering dan suaranya tidak
jelas sekitar sebulan yang lalu, dan sekarang sudah tidak ada lagi.

 Pasien tidak ada riwayat penyakit jantung.

 Pasien terbiasa memendam masalahnya sendiri. Sehingga pada awal


diagnosis, pasien terbilang memiliki depresi terselubung.

 Saat pemeriksaan, mood pasien eutimia, tenang, orientasi baik dan


artikulasi jelas.

 Tilikan pasien derajat 6, karena pasien menyadari penyakitnya dan rutin


meminum obat.

FORMULA DIAGNOSTIK

o Aksis I : Gangguan Klinis dan Gangguan Lain yang Menjadi Fokus


Perhatian Klinis
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak memiliki riwayat
traum kepala maupun kejang dan riwayat penyakit jantung. Pasien tidak
pernah menggunakan zat psikoaktif. Sehingga gangguan mental dan
perilaku akibat gangguan mental organik dan penggunaan zat psikoaktif
dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan bahwa pasien mengalami gangguan
cemas akibat kehabisan obat. Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III pada
ikhtisar penemuan bermakna pasien digolongkan dalam F 41.1 Gangguan
Cemas Menyeluruh
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Z03.2 (tidak ada diagnosis aksis II)
o Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada diagnosis
o Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan
Tidak ada diagnosis

9
o Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assement
Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF saat
pemeriksaan berada pada range 70 – 61 : beberapa gejala ringan &
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

Evaluasi multiaksial

Aksis I : F 41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Aksis II : Z03.2 (tidak ada diagnosis aksis II)

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Tidak ada diagnosis

Aksis V : GAF 70 – 61 : beberapa gejala ringan & menetap,


disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

DIAGNOSIS

Diagnosis kerja : F 41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Diagnosis banding : F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

Ad Fungsionam : dubia ad bonam

10
RENCANA TERAPI

a. Psikofarmaka :
Olanzapine 1 x 5mg
Elxion 1 x 10mg
Merlopam 1 x 0,25mg

b. Psikoterapi :
Psikoterapi suportif dengan memberikan motivasi kepada pasien agar bisa
cepat kembali pulih, berempati dan memberikan perhatian pada pasien,
tidak menghakimi pasien, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya
dan peduli pada aktivitas keseharian pasien.

11
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Definisi Gangguan Cemas Menyeluruh

Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)


merupakan kekhawatiran yang berlebih dan meresap disertai oleh berbagai gejala
somatik yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien. Beberapa gejala somatik yang
dialami adalah ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, keluhan epigastrik dan
kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang
bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.

Epidemiologi Gangguan Cemas Menyeluruh

Prevalensi gangguan cemas menyeluruh antara 3-8% dan rasio antara


perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Usia onset sukar untuk ditentukan karena
mereka melaporkan mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat.

Etiologi Gangguan Cemas Menyeluruh

Faktor Biologi

Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya gangguan ini adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak. Basal
ganglia, sistem limbik dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada
timbulnya gangguan ini. Pada pasien juga ditemukan sistem serotonergik yang
abnormal. Neurotransmitter yang berkaitan adalah GABA, serotonin, norepinefrin,
glutamat, dan kolesitokinin. Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography)
ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih otak.

12
Teori Genetik

Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien gangguan
anxietas menyeluruh dan gangguan depresi mayor pada pasien wanita. Sekitar
25% dari keluarga tingkat pertama penderita juga mengalami gangguan yang
sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada
kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.

Teori Psikoanalitik

Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari konflik


bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitif anxietas
dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih
matang lagi dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting.
Anxietas kastrasi berhubungan dengan fase oedipal sedangkan anxietas superego
merupakan ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya
sendiri (merupakan anxietas yang paling matang).

Teori Kognitif Perilaku

Penderita berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan
oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungannya, adanya
distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap
kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.

Tanda dan Gejala Klinis Gangguan Cemas Menyeluruh

Gejala utama adalah anxietas, ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom, dan


kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan mempengaruhi
aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik bermanifestasi sebagai bergetar,
kelelahan dan sakit kepala. Hiperaktivitas otonom timbul dalam bentuk pernafasan
yang pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran pencernaan.
Terdapat juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas.

13
Pedoman Diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ


III)

Penderita harus menunjukkan gejala primer anxietas yang berlangsung hampir


setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan.
Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut :

a) Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan


gelisah seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dan sebagainya) ;
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) ;
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, takikardi,
takipneu, keluhan epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan sebagainya).

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk


ditenangkan serta keluhan somatik berulang-ulang. Adanya gejala-gejala lain yang
bersifat sementara, terutama depresi, tidak menyingkirkan gangguan anxietas
menyeluruh sebagai diagnosis utama, selama pasien tidak memenuhi kriteria
lengkap dari episode depresif (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan
panik (F41.0) atau gangguan obsesif kompulsif (F42).

Termasuk :

 Neurosis anxietas
 Reaksi anxietas
 Keadaan anxietas

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-


IV-TR)

Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM-IV TR :

A. Kecemasan dan kekhawatiran berlebihan (harapan yang


mengkhawatirkan), terjadi lebih banyak dibandingkan tidak selama paling

14
kurang 6 bulan, tentang sejumlah peristiwa atau aktivitas (seperti pekerjaab
atau prestasi sekolah).
B. Orang kesulitan untuk mengendalikan kekhawatiran.
C. Kecemasan dan kekhawatiran adalah dihubungkan dengan tiga (atau lebih)
dari enam gejala berikut (dengan paling kurang beberapa gejala terjadi
lebih banyak dibandingkan tidak selama 6 bulan terakhir). Catatan : Hanya
satu gejala yang diperlukan pada anak-anak.

Catatan : Hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak :

1. Gelisah atau perasaan tegang atau cemas


2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai atau tetap tertidur, atau
tidur yang gelisah dan tidak memuaskan)
D. Fokus kecemasan dan kekhawatiran adalah tidak dibatasi pada gambaran
utama gangguan Aksis I, misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah
bukan suatu Serangan Panik (seperti pada Gangguan Panik), merasa malu
di depan umum(seperti pada Fobia Sosial), terkontaminasi (seperti pada
Gangguan Obsesif Kompulsif), merasa jauh dari rumah atau kerabat dekat
(seperti pada Gangguan Cemas Perpisan), pertambahan berat badan
(seperti pada Anoreksia Nervosa), menderita berbagai keluhan fisik
(seperti pada Gangguan Somatisasi), atau menderita penyakit serius
(seperti pada Hipokondriasis), serta kecemasan dan kekhawatiran tidak
terjadi secara eksklusif selama Gangguan Stres Pascatrauma.
E. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lainnya.
F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis
umum (misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara eksklusif selama

15
suatu Gangguan Mood, Ganguan Psikotik, atau Gangguan Perkembangan
Pervasif.

Diagnosis Banding Gangguan cemas Menyeluruh

Gangguan anxietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi


medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat.
Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, EKG dan fungsi tiroid.
Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding adalah gangguan
panik, fobia, gangguan obsesfi kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi,
gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.

Penatalaksanaan Gangguan Cemas Menyeluruh

a) Farmakoterapi
Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepin dimulai dengan dosis


terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi, Penggunaan sediaan
dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek
yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu.

Buspiron

Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding dengan gejala
somatik. Tidak menyebabkan withdrawl. Kekurangannya adalah efek klinisnya
baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita yang sudah
menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang baik dengan
buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepin dengan
buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat
efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.

16
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

Sertraline dan paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin.
Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat. SSRI efektif terutama
pada pasien gangguan anxietas menyeluruh dengan riwayat depresi.

b) Psikoterapi
Terapi Kognitif Perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif


dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik, secara langsung. Teknik
utama yang digunakan adalah pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan
biofeedback.

Terapi Suportif

Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada


dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.

Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar,
menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan diri pasien. Dari pemahaman
akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan
sejauh mana pasien dapat diubah menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal
kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.

Prognosis Gangguan Cemas Menyeluruh

Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin


berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami
gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI
2. Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins.
3. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr, Rusdi
Maslim. Jakarta 2013.

18

Vous aimerez peut-être aussi