Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum ----------------------------------------------------------- I-1
LAMPIRAN- LAMPIRAN
- Analisa Hidrologi
- Perhitungan Hidrolika
- Tabel Hidrolika
- Simulasi Debit dan TW (Pada Box Culvert dan RCP)
- Peta Chatchment Area
LAPORAN HIDROLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
ANALISA HIDROLOGI
• Metodologi
Sarana bagan alir dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini :
• Pengumpulan Data
• Distribusi Frekuensi/Statistis
Penggunaan distribusi krekuensi / statistis menggunakan tiga metode
yaitu :
Dirumuskan :
Log R = Log R +KT.SX
Log R =
∑ log R
n
SX =
∑ (log R − log R) 2
n −1
n.∑ (log R − log R) 3
G = 3
Dimana :
LAPORAN HIDROLOGI
(n − 1).(n − 2).(S x )
RT = besarnya curah hujan pada periode ulang tertentu (T tahun)
R = tinggi curah hujan harian maksimum (mm)
SX = deviasi standar
G = koefisien assimetri Pearson
kT = koefisien skewness Pearson, untuk nilai-nilai tertentu didapat
dari interpolasi.
Intensitas Hujan
Dalam analisis ini perhitungan lama intensitas curah hujan (I) ditentukan
berdasarkan ‘asumsi’ distribusi hujan terpusat selama 6 jam per hari
(2)
(Proyek Jatiluhur) dan dirumuskan berdasarkan rumus Mononobe :
⎛ 24 ⎞
( 2 / 3)
R
.
It = ⎜ ⎟
24
24 ⎝ t ⎠
Dimana :
Rt = .⎜ ⎟
6 ⎝t⎠
Dimana :
Rt = intensitas curah hujan pada jam ke T (mm)
T = lama hujan dari awal sampai jam ke T (jam)
Rt (T-1) = rata-rata intensitas curah hujan dari awal sampai jam ke T-1
(2)
Curah hujan efektif dirumuskan :
Ief = Ixα
Dimana :
Ief = curah hujan efektif
α = koefisien pengaliran
dimana :
α = koefisien pengaliran
I24 = intensitas curah hujan
Catatan :
LAPORAN HIDROLOGI
Catatan :
Penerapan nilai-nilai koefisien diatas digunakan untuk daerah-daerah yang mempunyai
catchment area yang sempit (koridor jalan utama) sehingga nilai-nilai koefisien
pengaliran yang eksak dapat dengan mudah ditentukan.
• Debit Banjir
i) Metode Rasional
Debit banjir rencana dihitung dengan metode Rasional, apabila luas
daerah aliran (catchment area) lebih kecil dari 5.00km2 (SNI) yang
dirumuskan sebagai berikut :
Q = fxαxIxA
Dimana :
Q = debit banjir rencana (m3/det)
f = faktor konversi (f = 0.278)
α = koefisien pengaliran
LAPORAN HIDROLOGI
Beda tinggi antara titik tertinggi pada alur sungai utama dengan
elevasi sungai di jembatan. Nilai minimal S = 0.100%.
d. Luas genangan (AL)
Luas genangan atau danau adalah luas yang berpengaruh terhadap
debit puncak banjir disebelah hilirnya.
Dimana :
QN = debit banjir rencana
C = faktor pembesar
5 1.50 1.28
10 2.25 1.56
20 2.97 1.88
50 3.90 2.35
100 4.60 2.78
LAPORAN HIDROLOGI
To = ⎢ x3,28x1x d ⎥
⎢⎣ 3 S o ⎥⎦
Dimana :
⎡ 2 nd ⎤
0,167
L
= ⎢ x3,28x1x ⎥ +
3 So Vx60
Nilai Koefisien Manning untuk analisi dasar perencanaan dapat dilihat pada
tabel berikut:
5. Saluran tanah, lurus dan seragam, bersih baru 0.016 0.018 0.020
dibuat
6. Saluran tanah lurus dan seragam, berumput 0.022 0.027 0.033
pendek, sedikit tanaman pengganggu
7. Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang 0.023 0.025 0.030
tanpa tetumbuhan
Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang
8. 0.025 0.030 0.033
dengan beberapa tanaman penganggu
Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang
9. 0.030 0.035 0.040
dengan banyak tanaman penganggu atau
tanaman air pada saluran yang dalam
Saluran tanah, dasar tanah dengan tebing dari
10. batu pecah 0.028 0.030 0.035
Saluran tanah hasil galian atau kerukan tanpa
11. tetumbuhan 0.025 0.028 0.033
Saluran tanah hasil galian atau kerukan
12. dengan semak-semak kecil ditebing 0.035 0.050 0.060
So = ⎜ 2/3 ⎟
⎝R ⎠
So = kemiringan aliran
V = kecepatan aliran (m/det)
Nd = koefisien hambatan
R = jari-jari hidrolis saluran (m)
b = 3.6H1/3-3
Dimana:
b = lebar bantaran (m)
H = tinggi galian atau timbunan (m)
LAPORAN HIDROLOGI
Perencanaan Gorong-gorong
Penentuan tipe gorong-gorong (pipa atau boks) dilakukan setelah
diketahui besarnya debit banjir rencana yang akan mendapatkan nilai
diameter atau ukuran yang optimal dan akan disesuaikan terhadap
kemudahan pelaksanaan dilapangan maupun tersedianya barang
dipasaran.
Penggunaan metode ini mengacu pada sistim yang dipakai oleh Bureu of
Public Roads (USAID).
LAPORAN HIDROLOGI
BAB III
HASIL ANALISA HIDROLOGI
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh situs World Wide Fund for Nature (WWF),
Climate Change: Implications for Humans and Nature (2007), dipaparkan bukti
bahwa perubahan iklim sudah terjadi di Indonesia, diantaranya:
o
a) Temperatur suhu di Indonesia meningkat sebesar 0,3 C.
b) Pola cuaca berubah, bagian Sumatra dan Borneo akan lebih basah 10 hingga
30 % pada 2008 di bulan Desember-February. Sedangkan Jakarta diprediksikan
akan lebih menghangat 5-15% pada Juni-Agustus.
1 2005 91,30
2 2006 69,00
3 2007 83,50
4 2008 59,80
5 2009 85,20
6 2010 70,10
7 2011 61,00
8 2012 115,00
9 2013 95,00
10 2014 42,00
11 2015 98,00
Total 869,90
2
RATA 79,08
LAPORAN HIDROLOGI
140.00
120.00
CURAH HUJAN (MM)
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
TAHUN PENGAMATAN
IDF dengan analisa frekuensi dan regresi, sehingga data tinggi hujan diubah
dahulu menjadi intensitas hujan tiap jam (mm/jam) dengan dikalikan faktor 60/durasi
hujan.
No. Tahun No. Urut Rmax (mm/hr) Rmax-urut (mm/hr) Log (Rmax)
1 2005 6 126,50 155,50 2,19
2 2006 3 136,40 137,05 2,14
3 2007 1 155,50 136,40 2,13
4 2008 10 91,75 129,55 2,11
5 2009 2 137,05 127,80 2,11
6 2010 7 119,75 126,50 2,10
7 2011 5 127,80 119,75 2,08
8 2012 9 116,00 117,85 2,07
9 2013 11 89,65 116,00 2,06
10 2014 4 129,55 91,75 1,96
11 2015 8 117,85 89,65 1,95
Jumlah Data N 11
Nilai Rata-rata µ 2,083
Standar Deviasi σ 0,068
Koefisien Kepencengan Cs 0,000
Di dalam menguji keseuaian distribusi pada studi ini dilakukan dengan menggunakan metode
Smirnov-Kolmogorov untuk mencari penyimpangan dari setiap metode yang digunakan. Untuk curah hujan
maksimum tahunan Bandung periode 2008-2017 didapat distribusi terbaik adalah menggunakan Log Pearson
III dengan penyimpangan maksimum sebesar 8.95 %.
Intensitas hujan merupakan tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat umum hujan
adalah semakin singkat hujan jatuh maka intensitasnya cenderung tinggi dan makin besar periode ulangnya maka
semakin tinggi juga intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan dinyatakan dalam
sebuah kurva Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF). Untuk keperluan pada studi ini maka digunakan periode ulang
5 tahun dan 20 tahun.
Di dalam mendapatkan kurva IDF selain dengan menggunakan persamaan Talbot, Sherman dan Ishiguro, bisa
juga digunakan persamaan Mononobe yang data hujannya berasal dari curah hujan maksimum tahunan.
Meskipun pada kenyataannya hasil kurva IDF menggunakan Mononobe kurang akurat bila dibandingkan bila
menggunakan persamaan Talbot, Sherman dan Ishiguro yang data hujannya berasal dari curah hujan durasi
pendek.
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI
Q=A.V
A = (b + b + 2.m.h) ½ h = (b + m.h)h
P b 2 h 2 m 2h 2 b 2h (1 m 2 )
A (b mh )h
R
P b 2h (1 m 2 )
V KR 3 i
2 1
2
2
(b mh )h 3
V K 1
i 2
b 2h (1 m 2 )
CHECK :
A Q
h Ulangi masukkan hcoba hingga h = hcoba dan Qcheck =
(b mh ) V(b mh )
Qperlu
Q=A.V
Dimana :
Q = debit yang diperlukan (m3/det)
A = luas penampang basah (m2)
V = kecepatan air dalam saluran (m/det)
P = keliling basah saluran (m)
R = jari-jari hidraulis (m)
i = kemiringan garis energi atau kemiringan dasar saluran
b = lebar dasar saluran (m)
h = kedalaman air (m)
m = bagian horizontal pada kemiringan lereng / talud saluran ( bagian vertikal
adalah 1 )
LAPORAN HIDROLOGI
P b 2h 1 m 2 = 1,90 m
A (b h)h
R = 0,182 m
P b 2h 2
V KR 3 i = 5,49 m/det
2 1
2
Q
h = = 0,49 m ... OK
V(b mh )
Q = A.V = 1,923 m3/det ... OK !!
0.50
D E N A H
SKALA 1 : 100
LAPORAN HIDROLOGI
0.50
B
DENAH
SKALA 1 : 100
0.75
0.50