Vous êtes sur la page 1sur 34

LAPORAN HIDROLOGI

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Nomor : 37/SPP-


DIR/2005 , tanggal 28 Juli 2005, ....................... bekerja sama dengan
.................................................. diberikan tugas untuk melaksanakan
pekerjaan Rencana Teknik Akhir Jalan .............................................
Bersama dengan ini Konsultan mempersiapkan dan menyusun Laporan
Analisa Hidrologi dan Perhitungan Drainase.

Laporan Analisa Hidrologi dan Perhitungan Drainase ini berisikan mengenai


uraian mengenai pemahaman Konsultan akan maksud dan tujuan, lingkup
pekerjaan serta hasil analisa data-data hidrologi dan perhitungan drainase.

Sesuai dengan tugas tersebut, maka Tim Konsultan menyiapkan Konsep


Laporan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Keranga Acuan
Kerja.

Pada kesempatan ini Konsultan menyampaikan terima kasih kepada


.........................................., yang telah memberi kepercayaan kepada kami
untuk melaksanakan Pekerjaan ............................................., dan kepada
pihak-pihak yang telah membantu kelancaran Proses penyusunan laporan ini.
LAPORAN HIDROLOGI

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum ----------------------------------------------------------- I-1

1.2 Maksud dan Tujuan--------------------------------------------- I-1

1.3 Lingkup Pekerjaan ---------------------------------------------- I-1

BAB II ANALISA HIDROLOGI

2.1 Konsep Dasar Perencanaan Hidrologi ------------------------ II-1

2.2 Konsep Dasar Perencanaan Drainase ------------------------ II-8

BAB III PENUTUP

3.1 Resume Hasil Analisa Hidrologi ------------------------------ III-1

LAMPIRAN- LAMPIRAN

- Analisa Hidrologi
- Perhitungan Hidrolika
- Tabel Hidrolika
- Simulasi Debit dan TW (Pada Box Culvert dan RCP)
- Peta Chatchment Area
LAPORAN HIDROLOGI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Laporan Analisa Hidrologi ini merupakan bagian dari pekerjaan


........................................, yang meliputi daerah administrative
...................................... Secara lengkap
............................................ kami sajikan pada Gambarn 1.1. Peta
Lokasi Pekerjaan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan pekerjaan Analisa Hidrologi dalam kaitannya dengan


pekerjaan .................................................. adalah :
1. Menganalisa data Hidrologi di daerah proyek, dengan
mempertimbangkan seri data curah hujan terbaru dari beberapa
stasiun curah hujan yang mewakili dengan lokasi daerah proyek.
2. Mengevaluasi kondisi daur hidrologis yang dipengaruhi oleh factor
iklim maupun topogarfi daerah proyek, kontribusi dan pengaruhnya
terhadap kondisi hidrologis daerah proyek.

1.3 LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan dalam Analisa Hidrologi ini adalah :


1. Mengumpulkan data curah hujan dari stasiun curah hujan terdekat
dengan lokasi proyek, minimal 10 (sepuluh) tahun terakhir.
2. Menganalisa curah hujan dalam kaitannya untuk mendapatkan
besaran curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu.
3. Menghitung debit rencana dari suatu daerah tangkapan
(Catchment Area) yang dibatasi oleh rute jalan tol tersebut.
4. Menganalisa dan mengambil kesimbulan faktor-faktor karakteristik
hidrologis tertentu pada lokasi proyek, diantaranya : pengaruh air
tanah, keberadaan sumber-sumber air.
LAPORAN HIDROLOGI

ANALISA HIDROLOGI

2.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN HIDROLOGI

• Metodologi
Sarana bagan alir dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini :

• Pengumpulan Data

Desain lebih ditekankan pada kompilasi ketinggian banjir yang pernah


terjadi dan dibandingkan terhadap output dari analisis data curah
dimana perhitungan desain akan menggunakan elevasi banjir yang
tertinggi. Data-data tersebut antara lain:

a. Data curah hujan harian


b. Peta Rupa Bumi – Bakosurtanal.
LAPORAN HIDROLOGI

c. Peta Lembar Geologi – Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi.


d. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

• Distribusi Frekuensi/Statistis
Penggunaan distribusi krekuensi / statistis menggunakan tiga metode
yaitu :

i) Distribusi Gumbel (4)

Harga ekstrim Gumbel adalah :


YT −Y n
XT = X+ .S ..........................................(2)
Sn
Dimana :

XT = besarnya curah hujan pada periode ulang tertentu (T tahun)


X = harga rata-rata sampel
YT = reduced private, merupakan fungsi dari probabilitas
Tr ( x) − 1
= − In(−In
Tr ( x)
Yn = reduced private mean (rata-rata YT), merupakan fungsi dari
pengamatan
Sn = reduced private standard deviation, merupakan koreksi dari
penyimpangan
S = deviasi standar sampel

Syarat distribusi Gumbel :


1. koefisien skewness : Cs = 1.14
2. koefisien kurtosis : Ck = 5.40

ii) Distribusi Log Pearson (1)

Dirumuskan :
Log R = Log R +KT.SX

Log R =
∑ log R
n

SX =
∑ (log R − log R) 2

n −1
n.∑ (log R − log R) 3
G = 3

Dimana :
LAPORAN HIDROLOGI

(n − 1).(n − 2).(S x )
RT = besarnya curah hujan pada periode ulang tertentu (T tahun)
R = tinggi curah hujan harian maksimum (mm)
SX = deviasi standar
G = koefisien assimetri Pearson
kT = koefisien skewness Pearson, untuk nilai-nilai tertentu didapat
dari interpolasi.

Distribusi Log Pearson III tidak memberikan batasan syarat terhadap


koefisien skewness.

iii) Distribusi Log Normal (5)

Persamaan kurva frekuensi :


Log X = Log x + Y .Sx
Dimana :

Log x = rata-rata logaritma x

Y = faktor frekuensi, tergantung dari kala ulang


SX = deviasi standar

Syarat-syarat distribusi log normal :


Cs =3 Cv

Dari hasil perhitungan curah hujan rancangan dengan tiga


perbandingan distribusi tersebut, diambil curah hujan rancangan dengan
nilai terbesar untuk masing-masing periode ulang setelah dilakukan
pengujian terhadap koefisien skewness dan kurtosisnya.

Intensitas Hujan
Dalam analisis ini perhitungan lama intensitas curah hujan (I) ditentukan
berdasarkan ‘asumsi’ distribusi hujan terpusat selama 6 jam per hari
(2)
(Proyek Jatiluhur) dan dirumuskan berdasarkan rumus Mononobe :
⎛ 24 ⎞
( 2 / 3)
R
.
It = ⎜ ⎟
24
24 ⎝ t ⎠
Dimana :

It = rata-rata intensitas curah hujan dari awal sampai jam ke t


(mm/jam)
R24 = curah hujan rencana (mm)
24 = standar presentase dalam 1 hari (R24 = 100%).
t = lama hujan (jam)
LAPORAN HIDROLOGI

Sehingga rumus diatas menjadi :


⎛6⎞
( 2 / 3)
R
24 .
It = ⎜ ⎟
6 ⎝ tc ⎠

Intensitas curah hujan diasumsikan berdasarkan distribusi hujan terpusat


selama 6 jam per hari yang dirumuskan :
R24 ⎛ 6 ⎞
( 2 / 3)

Rt = .⎜ ⎟
6 ⎝t⎠

Curah hujan pada jam ke T, dirumuskan :


Rt = T.Rt – (T-1).Rt (T-1)

Dimana :
Rt = intensitas curah hujan pada jam ke T (mm)
T = lama hujan dari awal sampai jam ke T (jam)
Rt (T-1) = rata-rata intensitas curah hujan dari awal sampai jam ke T-1

• Intensitas Hujan Efektif

(2)
Curah hujan efektif dirumuskan :
Ief = Ixα

Dimana :
Ief = curah hujan efektif

I = intensitas curah hujan

α = koefisien pengaliran

Koefisien pengaliran (α) dilakukan dari beberapa pendekatan antara lain


berdasarkan tata guna lahan dan jenis permukaan tanah. Nilai koefisien
berdasarkan rumus :
α = 1 – (6.6/I241/2)

dimana :
α = koefisien pengaliran
I24 = intensitas curah hujan

Catatan :
LAPORAN HIDROLOGI

Penerapan rumus tersebut diatas dilakukan untuk daerah-daerah yang


mempunyai catchment area yang luas (Daerah Aliran Sungai), dimana
agak menyulitkan untuk mendapatkan nilai-nilai koefisien pengaliran yang
eksak.

Nilai koefisien pengaliran dapat juga ditetapkan dengan meninjau kondisi


fisik, karakteristik tanah dan tata guna lahan, dapat dilihat pada Tabel
2.1.

Tabel 2.1. Koefisien Pengaliran


No. Jenis Permukaan Koefisien α

1. Jalan Aspal 0.70 – 0.95


2. Bahu Jalan 0.70 – 0.85
3. Jalan Beton 0.70 – 0.95
4. Talud Timbunan 0.40 – 0.65
5. Daerah Perkotaan 0.70 – 0.95
6. Daerah Pinggir Kota 0.60 – 0.70
7. Daerah Permukiman 0.40 – 0.60
8. Taman dan Kebun 0.20 – 0.40
9. Daerah Persawahan 0.45 – 0.60

Catatan :
Penerapan nilai-nilai koefisien diatas digunakan untuk daerah-daerah yang mempunyai
catchment area yang sempit (koridor jalan utama) sehingga nilai-nilai koefisien
pengaliran yang eksak dapat dengan mudah ditentukan.

• Debit Banjir

i) Metode Rasional
Debit banjir rencana dihitung dengan metode Rasional, apabila luas
daerah aliran (catchment area) lebih kecil dari 5.00km2 (SNI) yang
dirumuskan sebagai berikut :

Q = fxαxIxA

Dimana :
Q = debit banjir rencana (m3/det)
f = faktor konversi (f = 0.278)
α = koefisien pengaliran
LAPORAN HIDROLOGI

I = intensitas hujan pada durasi yang sama dengan waktu


konsentrasi dan pada periode ulang hujan tertentu
(mm/jam)
A = luas daerah aliran (km2)

Rumus Rasional digunakan untuk menghitung kapasitas saluran samping


dan gorong-gorong yang berada disepanjang koridor jalan utama.
Berdasarkan pengamatan site visit, rencana alinemen proyek melewati
daerah yang sangat bergelombang (rolling) diperkirakan setiap 1 km
akan ditempatkan 2 sampai 3 gorong-gorong baik berupa pipa maupun
boks.

Periode ulang yang akan digunakan dalam metode ini maksimum 25


tahun, disesuaikan terhadap umur proyek yang akan dikerjakan.

ii) Metode Regresi


Metode regresi digunakan untuk memperkirakan debit puncak banjir
daerah aliran sungai ddengan data minim.
Parameter yang digunakan antara lain :
a. Area (A)
Luas daerah aliran sungai ditentukan dari base map skala 1:25.000
b. Rata-rata curah hujan harian ( R )
Rata-rata curah hujan harian (Mean annual maximum 1 day point
rainfall) dipengaruhi oleh faktor koefisien Thiessen dan luas
pengaruhnya.
c. Kemiringan sungai (S)

Beda tinggi antara titik tertinggi pada alur sungai utama dengan
elevasi sungai di jembatan. Nilai minimal S = 0.100%.
d. Luas genangan (AL)
Luas genangan atau danau adalah luas yang berpengaruh terhadap
debit puncak banjir disebelah hilirnya.

Persamaan regresi dari parameter-parameter tersebut untuk


menentukan debit banjir tahunan rata-rata adalah :
X = (8.00)(10 −6 )( A) V (R) 2.445 (S ) 0.117 (1 + A L ) −0.85
dimana :

V = 0.02 – 0.0275 log A

Debit banjir berdasarkan periode ulang dirumuskan :


QN = Cx X
LAPORAN HIDROLOGI

Dimana :
QN = debit banjir rencana
C = faktor pembesar

Tabel 2.2 Faktor Pembesar “C”

Periode Ulang (T) Variasi Reduksi (Y) Faktor C

5 1.50 1.28
10 2.25 1.56
20 2.97 1.88
50 3.90 2.35
100 4.60 2.78
LAPORAN HIDROLOGI

KONSEP DASAR PERENCANAAN DRAINASE (1)

Metodologi Analisis Saluran

Secara bagan alir dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Perencanaan Saluran Samping

Saluran samping (side ditch) direncanakan berdasar aliran seragam


(uniform flow) dengan rumus kontinuitas :
Qs = FxV
Dimana :
Qs = kapasitas saluran (m3/det)
LAPORAN HIDROLOGI

F = luas penampang basah saluran (m2)


V = kecepatan aliran (m/det)

Besarnya kecepatan aliran dihitung dengan Rumus Manning :


1
V = xR 2 / 3 xSo1 / 2
nd
Dimana:

nd = koefisien kekasaran manning


R = jari-jari hidrolis saluran
F
= P
F = luas penampang basah saluran (m2)
P = keliling basah saluran (m)
So = kemiringan dasar

(3) Waktu Konsentrasi

Waktu pengaliran menuju saluran atau time of inlet dirumuskan :


⎡2 n ⎤
0.167

To = ⎢ x3,28x1x d ⎥
⎢⎣ 3 S o ⎥⎦
Dimana :

To = waktu pengaliran menuju saluran (men)


l = panjang alur terpanjang (m)
nd = koefisien hambatan
so = kemiringan aliran

waktu pengaliran dalam saluran atau time of flow dihitung berdasarkan


sifat-sifat hidrolis saluran dan dirumuskan :
L
td = (det)
V
L
td = (men)
Vx60
Dimana :

td = waktu pengaliran dalam saluran (men)


L = panjang saluran drainase (m)
V = kecepatan aliran (m/det)
LAPORAN HIDROLOGI

Sehingga waktu konsentrasi (tc) dapat dirumuskan :


Tc = to + td

⎡ 2 nd ⎤
0,167
L
= ⎢ x3,28x1x ⎥ +

3 So Vx60

(4) Koefisien Manning

Nilai Koefisien Manning untuk analisi dasar perencanaan dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 2.3. Koefisien Manning (ND)


NO. JENIS PERMUKAAN MIN. NORMAL MAK.
1. Gorong-gorong slab 0.018 0.025 0.030
2. Gorong-gorong beton, bebas kikisan 0.010 0.011 0.013
3. Gorong-gorong beton, saluran pembuangan
dengan bak kontrol, apron dan lurus 0.013 0.015 0.017
Gorong-gorong baja bergelombang 0.013 0.016 0.017
4.

5. Saluran tanah, lurus dan seragam, bersih baru 0.016 0.018 0.020
dibuat
6. Saluran tanah lurus dan seragam, berumput 0.022 0.027 0.033
pendek, sedikit tanaman pengganggu
7. Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang 0.023 0.025 0.030
tanpa tetumbuhan
Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang
8. 0.025 0.030 0.033
dengan beberapa tanaman penganggu
Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang
9. 0.030 0.035 0.040
dengan banyak tanaman penganggu atau
tanaman air pada saluran yang dalam
Saluran tanah, dasar tanah dengan tebing dari
10. batu pecah 0.028 0.030 0.035
Saluran tanah hasil galian atau kerukan tanpa
11. tetumbuhan 0.025 0.028 0.033
Saluran tanah hasil galian atau kerukan
12. dengan semak-semak kecil ditebing 0.035 0.050 0.060

13. Saluran pasangan batu disemen 0.017 0.025 0.030


14. Saluran pasangan batu 0.023 0.032 0.035
15. Saluran beton dipoles 0.015 0.017 0.020
16. Saluran beton tidak dipoles 0.014 0.017 0.020

(5) Kemiringan Dasar Saluran

Untuk menghitung kemiringan saluran samping, dimana kimiringan


topografi terlalu curam atau landai dapat digunakan rumus:
LAPORAN HIDROLOGI

So = ⎜ 2/3 ⎟
⎝R ⎠
So = kemiringan aliran
V = kecepatan aliran (m/det)
Nd = koefisien hambatan
R = jari-jari hidrolis saluran (m)

(6) Kemiringan Dinding Saluran


Bentuk penampang saluran disarankan mempunyai kemiringan yang
paling efisien dari segi ekonomis dan masih memperhitungkan segi
keamanannya. Umumnya digunakan kemiringan 1:1~1.5 (kententuan ini
untuk saluran unlined dicth dengan material tanah lempung).

(7) Tinggi Jagaan (freboard)


Freeboard adalah jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air
kondisi rencana, didasarkan rumus :
W = 0.5xd
Dimana:

W = tinggi jagaan (m)


d = kedalaman air di saluran (m)

(8) Saluran Pengumpul


Saluran pengumpul (interceptor) ditempatkan pada daerah galian atau
timbunan yang cukup tinggi, diletakkan pada bantarannya. Bentuk saluran
dapat didesain berbagai bentuk, akan tetapi bentuk yang paling ideal adalah
bentuk segitiga, mengikuti bentuk blade dari backhoe.
Tinggi maksimal galian atau timbunan didapat dari perhitungan stabilitas
terhadap longsoran dan tergantung dari faktor kohesi serta sudut geser
material tanah dimana perhitungan ditinjau pada saat lereng baru selesai
dibangun.
Lebar bantaran (berm) dari galian atau timbunan didasarkan pada rumus:

b = 3.6H1/3-3
Dimana:
b = lebar bantaran (m)
H = tinggi galian atau timbunan (m)
LAPORAN HIDROLOGI

Lebar bantaran juga harus memperhatikan faktor jalan inspeksi untuk


kepentingan pemeliharaan. Kelemahan yang mungkin menjadi kendala
adalah keterbatasan lahan atau damija yang ada. Sesaat setelah
dikerjakan harus segera dilakukan penanaman rumput yang berfungsi untuk
melindungi terhadap gerusan jika tiba-tiba terjadi hujan.

Kualitas tanah (borrow material) yang digunakan untuk pondasi saluran


juga harus mengikuti standar yang ditetapkan dalam spesifikasi.

(9) Saluran Median


Saluran median (separator) ditempatkan pada daerah super elevasi.
Bentuk saluran dapat didesain sebagai saluran terbuka atau gorong- gorong.
Penyesuaian terhadap kondisi yang diinginkan akan membentuk berbagai
alternatif desain. Konsep hidrolika yang digunakan sama dengan konsep
perencanaan saluran samping. Terjunan (chut way) digunakan jika elevasi
outlet gorong-gorong mempunyai selisih elevasi yang besar terhadap dasar
saluran (terutama pada ddaerah timbunan), konstruksi terjunan bersifat dan
dianalisis sama dengan konsep saluran diperkeras (linen ditch).

(10) Periode Ulang


Perencanaan bangunan air menggunakan periode ulang yang disesuaikan
terhadap tipe bangunan :

Tabel 2.4 Periode Ulang


Free
Periode
No. Jenis Bangunan Board
Ulang
(w)

1. Saluran samping (langsung ke sungai) 10 tahun 0.2 m

2. Saluran samping (masuk kegorong-gorong) 25 tahun 0.25 m

3. Gorong-gorong 25 tahun 0.2 D

4. Sungai (Q < 200 m3/det) 50 tahun 1.5 m

5. Sungai (Q > 200 m3/det) 100 tahun 2.5 m


*) D : Diameter gorong-gorong / tinggi gorong-gorong
LAPORAN HIDROLOGI

Perencanaan Gorong-gorong
Penentuan tipe gorong-gorong (pipa atau boks) dilakukan setelah
diketahui besarnya debit banjir rencana yang akan mendapatkan nilai
diameter atau ukuran yang optimal dan akan disesuaikan terhadap
kemudahan pelaksanaan dilapangan maupun tersedianya barang
dipasaran.

Penggunaan metode ini mengacu pada sistim yang dipakai oleh Bureu of
Public Roads (USAID).
LAPORAN HIDROLOGI

Dalam merencanakan gorong-gorong perlu dipertimbangkan mengenai


topografi daerah aliran/alur karena hal ini menyangkut beberapa
ketetapan antara lain :
i) Bentuk gorong-gorong
ii) Dimensi gorong-gorong
iii) Elevasi dasar inlet dan outlet
iv) Panjang gorong-gorong
v) Kemiringan gorong-gorong, ditetapkan antara 0.5 – 2.0%

Gorong-gorong yang diperhitungakan terhadap kondisi keadaan aliran


bebas free flow :

Aliran bebas (free flow) dan transisi


Prinsipnya sama dengan saluran terbuka. Pada aliran bebas terdapat dua
kondisi, yaitu :

a. Mulut gorong-gorong tidak tenggelam.


h
Dengan syarat < 1.2
D

h = kedalaman air (m)


D = diameter gorong-gorong (m)

b. Mulut gorong-gorong tenggelam dan pengalirannya bersifat


transisi.
Perubahan kondisi aliran dalam gorong-gorong dari aliran bebas ke
aliran tekan disebut aliran transisi, dengan persyaratan :
1.2 D < h < 1.5D

c. Free board (tinggi jagaan), supaya aliran dalam gorong-gorong


masih berupa aliran terbuka, sehingga (w) = 0.2 x D.
Dimana D = diameter gorong-gorong, atau tinggi gorong-gorong.
LAPORAN HIDROLOGI

BAB III
HASIL ANALISA HIDROLOGI
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh situs World Wide Fund for Nature (WWF),
Climate Change: Implications for Humans and Nature (2007), dipaparkan bukti
bahwa perubahan iklim sudah terjadi di Indonesia, diantaranya:
o
a) Temperatur suhu di Indonesia meningkat sebesar 0,3 C.
b) Pola cuaca berubah, bagian Sumatra dan Borneo akan lebih basah 10 hingga
30 % pada 2008 di bulan Desember-February. Sedangkan Jakarta diprediksikan
akan lebih menghangat 5-15% pada Juni-Agustus.

c) Angin musim akan datang terlambat 30 hari, curah hujan meningkat 10 %


(April-Juni) dan 75% curah hujan menurun/kemarau (Juli-September). Berkaitan
dengan perubahan iklim yang terjadi di Indonesia maka data

Tabel Data Curah Hujan Harian Maximum


STA. HUJAN
NO TAHUN : KAYU AMBON
PENGAMATAN
(MM)

1 2005 91,30
2 2006 69,00
3 2007 83,50
4 2008 59,80
5 2009 85,20
6 2010 70,10
7 2011 61,00
8 2012 115,00
9 2013 95,00
10 2014 42,00
11 2015 98,00

Total 869,90
2
RATA 79,08
LAPORAN HIDROLOGI

140.00
120.00
CURAH HUJAN (MM)

100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

TAHUN PENGAMATAN

IDF dengan analisa frekuensi dan regresi, sehingga data tinggi hujan diubah
dahulu menjadi intensitas hujan tiap jam (mm/jam) dengan dikalikan faktor 60/durasi
hujan.

Sistem hidrologi dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luar biasa (ekstrim),


seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim berbanding terbalik
dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar biasa ekstrim kejadiannya sangat
langka. Tujuan dari dilakukannya analisis frekuensi adalah untuk mencari hubungan antara
sebuah kejadian dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan.
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI

Uji Kecocokan - Rata-rata Prosentase Error


Distribusi Normal

m Weibull Tr KTr Rmax-aktual Rmax-prediksi % Error


1 0,08 12,00 1,28 115,00 104,58 9,06
2 0,17 6,00 0,93 98,00 97,57 0,44
3 0,25 4,00 0,75 95,00 94,06 0,99
4 0,33 3,00 0,46 91,30 88,18 3,42
5 0,42 2,40 0,22 85,20 83,50 1,99
6 0,50 2,00 0,11 83,50 81,27 2,67
7 0,58 1,71 -0,14 70,10 76,24 8,75
8 0,67 1,50 -1,30 69,00 53,13 23,00
9 0,75 1,33 -0,51 61,00 68,87 12,90
10 0,83 1,20 -1,00 59,80 59,16 1,06
11 0,92 1,09 -1,38 42,00 51,52 22,66

Total Prosentase Error (%) 86,95


Jumlah Data 11,00
Rata-rata Prosentase Error (%) 7,90

Uji Kecocokan - Deviasi


Distribusi Normal

m Weibull Tr KTr Rmax-aktual Rmax-prediksi (Selisih)2


1 0,08 12,00 1,28 115,00 104,58 108,66
2 0,17 6,00 0,93 98,00 97,57 0,19
3 0,25 4,00 0,75 95,00 94,06 0,88
4 0,33 3,00 0,46 91,30 88,18 9,74
5 0,42 2,40 0,22 85,20 83,50 2,88
6 0,50 2,00 0,11 83,50 81,27 4,96
7 0,58 1,71 -0,14 70,10 76,24 37,66
8 0,67 1,50 -1,30 69,00 53,13 251,86
9 0,75 1,33 -0,51 61,00 68,87 61,94
10 0,83 1,20 -1,00 59,80 59,16 0,40
11 0,92 1,09 -1,38 42,00 51,52 90,56

Total Selisih Pangkat Dua 569,72


Jumlah Data 11,00
Deviasi (δ) 7,55
LAPORAN HIDROLOGI

Harga d Distribusi Normal

No. Tr (thn) d Peluang


1 2 1,0000 0,999
2 5 1,1638 0,995
3 10 1,3497 0,990
4 20 1,5340 0,950
5 25 1,5853 0,940
6 50 1,7634 0,800
7 100 1,9249 0,750
LAPORAN HIDROLOGI

Analisa Curah Hujan Rencana


Distribusi Log Normal

No. Tahun No. Urut Rmax (mm/hr) Rmax-urut (mm/hr) Log (Rmax)
1 2005 6 126,50 155,50 2,19
2 2006 3 136,40 137,05 2,14
3 2007 1 155,50 136,40 2,13
4 2008 10 91,75 129,55 2,11
5 2009 2 137,05 127,80 2,11
6 2010 7 119,75 126,50 2,10
7 2011 5 127,80 119,75 2,08
8 2012 9 116,00 117,85 2,07
9 2013 11 89,65 116,00 2,06
10 2014 4 129,55 91,75 1,96
11 2015 8 117,85 89,65 1,95

Jumlah Data N 11
Nilai Rata-rata µ 2,083
Standar Deviasi σ 0,068
Koefisien Kepencengan Cs 0,000

Tr (thn) KTr KTr . S log (Rmax) Log (RTr) RTr (mm/hr)


2 0,00 0,00 2,08 121,08
5 0,84 0,06 2,14 138,16
10 1,28 0,09 2,17 148,05
25 1,64 0,11 2,19 156,66
50 2,05 0,14 2,22 167,08
100 2,33 0,16 2,24 174,60
200 2,58 0,18 2,26 181,59
1000 3,09 0,21 2,29 196,74
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI

Di dalam menguji keseuaian distribusi pada studi ini dilakukan dengan menggunakan metode
Smirnov-Kolmogorov untuk mencari penyimpangan dari setiap metode yang digunakan. Untuk curah hujan
maksimum tahunan Bandung periode 2008-2017 didapat distribusi terbaik adalah menggunakan Log Pearson
III dengan penyimpangan maksimum sebesar 8.95 %.

Intensitas hujan merupakan tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat umum hujan
adalah semakin singkat hujan jatuh maka intensitasnya cenderung tinggi dan makin besar periode ulangnya maka
semakin tinggi juga intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan dinyatakan dalam
sebuah kurva Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF). Untuk keperluan pada studi ini maka digunakan periode ulang
5 tahun dan 20 tahun.
Di dalam mendapatkan kurva IDF selain dengan menggunakan persamaan Talbot, Sherman dan Ishiguro, bisa
juga digunakan persamaan Mononobe yang data hujannya berasal dari curah hujan maksimum tahunan.
Meskipun pada kenyataannya hasil kurva IDF menggunakan Mononobe kurang akurat bila dibandingkan bila
menggunakan persamaan Talbot, Sherman dan Ishiguro yang data hujannya berasal dari curah hujan durasi
pendek.
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI
LAPORAN HIDROLOGI

Q=A.V
A = (b + b + 2.m.h) ½ h = (b + m.h)h

P  b  2 h 2  m 2h 2  b  2h (1  m 2 )

A (b  mh )h
R 
P b  2h (1  m 2 )

V  KR 3 i
2 1
2

2
 (b  mh )h  3

V  K  1
i 2

 b  2h (1  m 2 ) 
 
CHECK :
A Q
h  Ulangi masukkan hcoba hingga h = hcoba dan Qcheck =
(b  mh ) V(b  mh )
Qperlu

Q=A.V
Dimana :
Q = debit yang diperlukan (m3/det)
A = luas penampang basah (m2)
V = kecepatan air dalam saluran (m/det)
P = keliling basah saluran (m)
R = jari-jari hidraulis (m)
i = kemiringan garis energi atau kemiringan dasar saluran
b = lebar dasar saluran (m)
h = kedalaman air (m)
m = bagian horizontal pada kemiringan lereng / talud saluran ( bagian vertikal
adalah 1 )
LAPORAN HIDROLOGI

w = waking / freeboard (m)

Desain Saluran drainase

1. Saluran Induk Rengrang RR.1


Q = 1,365 m3/det
b = 2,50 m
m = 0
i = 0,08
hcoba = 0,7 m
K = 60 (beton U-ditch)
A = (b + mh)h = 0,35 m2

P  b  2h 1  m 2 = 1,90 m
A (b  h)h
R  = 0,182 m
P b  2h 2

V  KR 3 i = 5,49 m/det
2 1
2

Q
h = = 0,49 m ... OK
V(b  mh )
Q = A.V = 1,923 m3/det ... OK !!
0.50

D E N A H
SKALA 1 : 100
LAPORAN HIDROLOGI

0.50
B

DENAH
SKALA 1 : 100
0.75

0.50

Vous aimerez peut-être aussi