Vous êtes sur la page 1sur 9

No Judul Artikel Tujuan Penelitian Populasi, Sampel & Jenis Penelitian Teori/ Konsep Variabel & Hasil Kekuatan

l & Hasil Kekuatan dan


& Penulis teknik sampling yang menjadi Instrumen Kelemahan
kerangka Penelitian
pemikiran
1. Pengaruh Untuk menguji Populasi sebanyak Experimental Wilayah kediri Variabel Tingkat depresi Kekuatan :
hypnotherapy efektifitas 74 orang, dengan dengan design menduduki no independen : pada kelompok Penelitian ini
terhadap hypnotherapy sampel diambil random mized 3 di jawa Hipnoteraphy intervensi menggunakan
depresi, terhadap depresi secara acak, 30 controlled trials tengah dengan Variabel setelah penelitian
kecemasan, kescemasan dan untuk kelompok (RCT) kasus HIV dependen : dilakukan experemintal
dan stress pada stress yang intervensi AIDS, menurut depresi, hipnotherapy dengan design
orang yang menurun, pada (hypnotherahy) dan Rafael tahun kecemasan dan rata – rata = RCT sehingga
hidup dengan ODHA 30 untuk kelompok 2015 stress. 5,07 :SD = 5,45 penelitian ini
HIV AIDS di dikelompok kontrol (tidak hipnoterapi Dengan lebih rendah dari dapat dibuktikan
kelompok pendukung hypnotherapy) merupakan instrument : pada kelompok secara nyata
pendukung sebaya frienship Tehnik sampling salah satu menggunakan kontrol (rata – Kelemahan :
pendamping plus di kediri dengan tehnik metode yang quesioner rata = 17,73 : Pada populasi,
“frindship random terbukti dan depression SD = 6,50). terdapat 74
plus”, di kediri cukup efektif anxiety stress Bahwa orang
jawa timur : untuk scale (DASS) hipnotherapy responden,
Ahmad Wasis mengatasi dari Lovinbond efektif dalam namun yang
Setyadi, stress, maka (1995) mengurangi digunakan paa
Bhisma Murti, peneliti tertarik depresi yang sampel adalah
Argyo untuk dikombinasikan sebanyak 60
Demartoto melakukan dalam ODHA. orang,jadi
penelitian sisanya 14 orang
tentang reponden tidak
pengaruh dijelaskan
hipnoterapi bahwa mereka
terhadap diikutsertakan
ODHA di atau tidak pada
kelompok penelitian ini.
2. Dinamika Untuk 1 orang dengan Penelitian ini Pembahasan Instrument : Dari persfektif Kekuatan :
depresi pada mengetahui fokus kepada menggunakan dinamika Test inventori kognitif, maka Penelitian ini
penderita dinamika depresi dinamika depresi pendekatan depresi pada (MMPI atau penyebab menggunakan
AIDS : pada penderita penderita kognitif. penderita Minesota depresi yang metode
Imaduddin ODHA HIV/AIDS. HIV/AIDS multipbasic terjadi pada penelitian pada
Parhani Jenis rancangan ditinjau dari personaliti penderita HIV 1 orang dengan
study kasus tunggal teori kognitif inventori dan AIDSberasal dinamika
dengan pendekatan yang berfokus BDI atau back dari pola fikir depresi
kognitif pada faktor- depression kognitif penderita
faktor depresi inventori) penderita yang ODHA yaitu
dan upaya menyimpang dengan study
yang dilakukan dari pola kasus tunggal.
penderita hiv interpretasi yang Kelemahan :
dan aids logis atau salah Penelitian ini
terhadap menginterpretasi tidk
depresi yang kan sebuh mencantumkan
dialami peristiwa atau variabel
kejadian HIV penelitian.
aiDs dan anya
fokus pada
situasi – situasi
negatif yang ada
pada
dirinyasendiri,
serta harapan
yang pesimis
dan negatif
terhadap masa
depan.
3 Efektivitas Penelitian ini Subjek/populasi Penelitian Terapi Variable Hasil
terapi bertujuan untuk penelitian adalah 22 kuantitatif kelompok SE Independen : pengukuran Kelebihan dari
kelompok mengetahui penderita HIV/AIDS eksperimen ini dilakukan kelompok SE skala BDI, penelitian ini
suportif efektifitas terapi di Klinik VCT-CST menggunakan sesuai dengan Variable dibagi dua adalah :
ekspresif kelompok SE RSU Blora yang desain quasi modul terapi Dependen : kelompok yaitu Peneliti
dalam dalam dibagi dalam dua exsperiment pre- yang Depresi 11 orang melakukan
menurunkan menurunkan kelompok, 11 orang post test with merupakan kelompok penelitiannya
depresi pada depresi ODHA kelompok control group hasil adaptasi eksperimen dan pada semua
orang eksperimen dan 11 dan modifikasi 11 orang responden atau
Dengan orang lainnya modul kelompok populasi yaitu
hiv/aids : kelompok kontrol. Supportive- kontrol. Hasil sebannya 22
Tisna Teknik sampling Expressive uji hipotesis 1 orang dan
Cahyamita, Group dengan uji Mann peneliti ini
S.Psi Therapy for Whitney-U menggunakan
People with menunjukkan penelitian
HIV Infection : nilai z hitung - kuantitatif
A Primer yang 3,779, taraf eksperimen.
disusun oleh signifikansi
Maldonado, 0,000, Kekurangan
dkk (1996), menunjukkan penelitian ini
terdiri dari 7 ada perbedaan yaitu peneliti
sesi dengan signifikan tidak
tema self and perubahan mencamtukan
body image, depresi antara teknik sampling.
efek kelompok
HIV/AIDS eksperimen dan
pada keluarga kontrol. Hasil
dan orang yang uji hipotesis 2
dicintai, fokus dengan uji
pada terapi Wilcoxon
yang dijalani, menunjukkan
meningkatkan nilai z -2,936,
hubungan taraf signifikansi
dengan tenaga 0,003,
kesehatan, menunjukkan
kemampuan ada perbedaan
menerima signifikan
kejadian tidak depresi
diinginkan, kelompok
menilai eksperimen
kembali makna sebelum dan
dan tujuan sesudah terapi.
hidup dan Pemberian
evaluasi terapi kelompok
manfaat terapi SE terbukti
efektif
menurunkan
depresi ODHA.
Rata-rata
penderita
HIV/AIDS
mengalami
gangguan
depresi tingkat
sedang dan
berat. Simptom
utama
dikelompokkan
menjadi dua
yaitu marah dan
rasa bersalah.
PEMBAHASAN JURNAL
1. Pengaruh hypnotherapy terhadap depresi, kecemasan, dan stress pada orang yang hidup dengan HIV AIDS di kelompok
pendukung pendamping “frindship plus”, di kediri jawa timur : Ahmad Wasis Setyadi, Bhisma Murti, Argyo Demartoto
Menunjukkan bahwa Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang diberikan hipnoterapi memiliki penurunan tingkat depresi
dibandingkan dengan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang tidak diberikan hipnoterapi. Hal ini sejalan dengan penelitian
Untas et.al (2013) dan Shih etal,(2010) yang menyatakan bahwa depresi pasien dapat diturunkan setelah dilakukan hipnoterapi,
sehingga penelitian yang dilakukan menyimpukan bahwa hipnosis bisa dijadikan salah satu alternatif dalam pengobatan
farmakologi untuk menurunkan tingkat depresi. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat depresi.
Pada kelompok intervensi saat dilakukan post test ODHA mempunyai penurunan tingkat depresi.
2. Dinamika depresi pada penderita AIDS : Imaduddin Parhani
Sebenarnya pola pikir penderita HIV dan AIDS dianggap menyimpang dari pola interpretasi logis atau salah
menginterpretasikan sebuah fakta, juga dianggap terfokus pada aspek situasi yang negatif, serta harapan yang pesimistis dan
putus asa terhadap masa depannya sendiri. Dengan kata lain, depresi yang dialami oleh penderita HIV dan AIDS dipandang
sebagai sebagai penyimpangan atau gangguan dari proses berpikir, yang disebut sebagai “cognitive distortion”22.
Berikut ini sejumlah bentuk “cognitive distortion” atau distorsi-distorsi kognitif yang ditemukan pada penderita HIV dan
AIDS yang mengalami depresi, yaitu:
1. Abstraksi selektif, kecenderungan untuk menarik kesimpulan berdasarkan perincian atau peristiwa yang terjadi dengan
sendirinya. Ketika individu terkena HIV dan AIDS, maka hal negatif yang muncul dalam pikiran penderita adalah bahwa
dirinya adalah orang yang benar-benar tidak berharga, dan orang yang tidak baik dan jelek.
2. Generalisasi yang berlebihan (overgeneralisasi); kecenderungan untuk menganut keyakinan-keyakinan ekstrim yang
didasarkan pada peristiwa tertentu, dan menerapkannya pada situasi yang berbeda. Penderita yang mengidap HIV dan AIDS
mengalami masalah dengan kondisi fisiknya dan menyimpulkan bahwa dia juga akan mengalami masalah dengan kondisi-
kondisi yang lainnya, misalnya komunikasi atau kontak sosial dengan orang-orang lain di sekitarnya.
3. Personalisasi (personalization); kecenderungan untuk menghubungkan semua peristiwa dengan diri sendiri, bahkan bila tidak
ada hubungan sama sekali. Penderita HIV dan AIDS merasa orang lain tidak suka kepada dirinya, karena penderita merasa
tidak berharga dan tidak diperhatikan lagi.
4. Berpikir dalam dikotomi (polarized thinking); kecenderungan untuk berpikir dengan cara semua atau tidak sama sekali (all –
or – nothing), secara ekstrim atau secara hitam putih. Penderita HIV dan AIDS memandang hanya ada dua jenis orang yaitu
berharga dan tidak berharga, dan penderita HIV dan AIDS merasa adalah orang yang tidak berharga, gagal, dan berdosa.
5. Magnification/exaggerattion (membesar-besarkan/berlebihan); pemikiran yang berlebihan mengenai signifikasi peristiwa
negatif, memperbesar kegagalan dan mengurangi sukses terlalu memandang tinggi keterbatasan diri dan persoalan-persoalan,
memandang rendah kemampuan sendiri. Tampak penderita HIV dan AIDS yang diidapnya sebagai bentuk kegagalan yang
terbesar dalam hidupnya, dan ini akan berarti kematian bagi penderita HIV dan AIDS. Orang tua penderita HIV dan AIDS
ketika mengetahui itu akan memarahi penderita dan tidak akan memaafkan penderita. Gejala-gejala yang ditampakkan oleh
penderita HIV dan AIDS yang mengalami depresi akan sangat beragam dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Gejala-
gejala tersebut dipengaruhi oleh penyebab dan faktor pencetus dari terjadinya depresi.
3. EFEKTIVITAS TERAPI KELOMPOK SUPORTIF EKSPRESIF DALAM MENURUNKAN DEPRESI PADA
ORANG DENGAN HIV/AIDS
HIV/AIDS menyerang sistem kekebalan tubuh, menyebabkan penderita mudah lelah, sulit bekerja dan mudah terkena
penyakit. Selain itu, secara psikologis muncul perasaan malu, penolakan terhadap diagnosis penyakitya, pesimis terhadap
masa depan, putus asa, marah atau merasa bersalah, dan muncul konsep diri yang negative dan dapat mempengaruhi
kehidupan sosialnya yang cenderung membatasi pergaulan, merahasiakan penyakitnya terhadap keluarga karena takut tidak
diterima dengan adanya stigma negatif HIV/AIDS yang berkembang di masyarakat. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
penderita HIV/AIDS mengalami depresi. Berdasarkan analisis uji hipotesis 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa pemberian
terapi kelompok SE efektif menurunkan depresi pada ODHA.
Pada sesi 1, peserta diajak untuk mengidentifikasikan konsep diri dan mengekspresikan emosi yang berkaitan dengan
perubahan fisik. Sebagian besar peserta memiliki konsep diri negatif seperti malu, tidak percaya diri, merasa tidak dapat
melakukan aktivitas seperti halnya yang disampaikan Maldonado, dkk (1996) bahwa identitas diri sangat mungkin berkaitan
dengan perubahan fisik yang dialami. Progressive relaxation juga ikut membantu melepaskan ketegangan fisik (Rachmawati,
2015) yang diakibatkan oleh kecemasan, kesedihan dan pikiran negatif tentang dirinya sehingga tubuh menjadi lebih fresh
yang membantu memunculkan perasaan bahagia. Pada sesi 2, beberapa peserta mengungkapkan pengalaman lain bahwa
setelah keluarga/guru mengetahui, justru ia lebih disayang, diperhatikan dan mendapat bantuan ketika kondisi kesehatannya
menurun.

Vous aimerez peut-être aussi