PADA ACARA PEMBUKAAN TOT KIP/K DENGAN ABPK BAGI BIDAN KABUPATEN/KOTA SE JAWA TIMUR SURABAYA 15 - 18 Pebruari 2016 ==========================================
Ass.Wr.Wb. dan Salam Sejahtera.
Yth. Kepala Bidang Pelatihan dan Pengembangan
Yth. Para Pejabat Eselon IV dan Fungsional
Widyaiswara di lingkungan Perwakilan BKKBN
Provinsi Jawa Timur
Serta Para Peserta Pelatihan KIP/K dengan ABPK
bagi Bidan yang Saya Hormati Dan Banggakan.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke
hadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa, karena
pada kesempatan ini kita dapat berkumpul bersama
dalam rangka pelaksanaan TOT Komunikasi Inter
Personal/Konseling dengan ABPK bagi Fasilatator
KIP/K Kabupaten/Kota Se Jawa Timur, semoga Allah
selalu memberikan kekuatan dan kesehatan untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan peran dan fungsi
kita masing-masing dan semoga kegitan ini dicatat
sebagai bagian dari amal ibadah kita. Amin.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa salah satu
tujuan pembangunan milenium adalah peningkatan
derajat kesehatan ibu, yang antara lain ditunjukkan
dengan penurunan angka kematian ibu. Pada akhir
periode tujuan pembangunan milenium, yaitu akhir
tahun 2015, angka kematian ibu ditargetkan dapat
mencapai 102 pada setiap 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2012, berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan, angka tersebut bahkan meningkat menjadi
359/100.000.
Para peserta yang senantiasa bersemangat.
Penggunaan MKJP menjadi alternatif pilihan metode
kontrasepsi yang ideal karena bersifat jangka panjang
dan memiliki banyak keuntungan. Pada kenyataannya,
angka cakupan pemakaian MKJP dari tahun ke tahun
dalam skala nasional maupun lokal ada kecenderungan
terjadi penurunan tiap tahunnya. Rendahnya pemakaian
MKJP di kalangan PUS MUPAR dan PUS PASCA
SALIN diduga berhubungan dengan kemampuan
petugas KB (Penyuluh maupun Provider) dalam
melakukan KIE/Konseling.
Hasil Evaluasi Pelaksanaan KIE petugas KB selama ini
hanya berhasil meningkatkan aspek kognisi
(pengetahuan), tetapi tidak diikuti dengan aspek
penerimaan (afeksi) dan perilaku (psichomotorik).
Terbukti dari hasil SDKI 2012 bahwa hampir semua
(98,9 %) pasangan usia subur mengetahui tentang
alat/cara kontrasepsi (modern method), tetapi hanya
57,9 persen yang memakai kontrasepsi (modern
method). Artinya terdapat 41 persen PUS yang hanya
sebatas mengetahui alat/cara kontrasepsi, tidak
menggunakannya. Kondisi tersebut berkontribusi pada
pencapaian indicator. Oleh karena itu para provider juga
dituntut memiliki keterampilan konseling untuk ikut serta
memberikan pemantapan kepada calon aksptor
sebelum memberikan pelayanan.
Para peserta yang senantiasa bersemangat.
Sebagaimana dimaklumi bahwa pencapaian Program
KB di Jawa timur cukup menggemberikan dimana PA
tercapai 61,7 % (supas 2015) dan 65,3 % (SDKI 2012)
dan LPP 0,76 % (sensus 2010), akan tetapi bila dilihat
dari distribusi penggunaan alkonya secara nasional
cukup memperiatinkan, sebab pengguna alkon MKJP
baru 10,4 % (Supas 2015) dan 10,6 % (SDKI 2012), dan
pengguna hormonalnya 45,9 % (Supas 2015) dan 45,5
% (SDKI 2012), dan yang tidak pakai alkon 45,9 %
(Supas 2015) dan 45,5 % (SDKI 2012). Sedangkan di
Jawa Timur menurut hasil SDKI 2012, peserta aktif 65,3
% , MKJP 19,5 % dan Unmeet need 10,1 %, dan
pemkaian MOP, MOW, Implant serta IUD terus
menurun, Oleh karena tantangan kedepan adalah
peningkatan kualitas pelayanan sehinggan calon
akseptor memahami dan merubah perilaku untuk
menjadi peserta KB dengan menggunakan MKJP.
Tantangan keberhasilan Program KB saat ini mulai
bergeser dari penekanan pada kuantitas kepada aspek
kualitas, karena pada kenyataanya kualitas pelayanan
yang diberikan atau yang tersedia masih jauh dari
harapan kualitas yang diinginkan masyarakat sebagai
klien. Untuk itu para petugas KB baik petugas
penggerak maupun pelayanan harus memahami alat
bantu yang dikenal dengan ABPK (Alat bantu
Pengambilan Keputusan), dan sekaligus meningkatkan
mikro skill nya (observasi dan hubungan baik, bertanya
dan mendengar, serta membimbing klien mengambil
keputusan) dalam melakukan konseling.
Oleh karena itu saya berharap kepada tim fasilitator
untuk melakukan kegiatan pelatihan di kabupaten/kota
dilakukan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan
jadwal yang telah diprogram dari Bidang Pelatihan dan
Pengembangan Surabaya dengan memperhatikan
aspek kognitif dan psikomotoriknya. Kegiatan ini akan
dilanjutkan dengan pelatihan-pelatihan baik untuk bidan
maupun Penyuluh KB di Kabupaten/kota, dan agar
outcome pelatihan ini dapat bermanfaat bagi program
peningkatan MKJP bagi pus mupar dan pus pasca salin
se Jawa Timur, dihimbau kepada peserta untuk lebih
dinamis dan interaktif pada setiap jam pelajaran.
Para peserta yang senantiasa bersemangat.
Demikian beberapa hal yang dapat kami sampaikan,
atas nama Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur
kami menyampaikan selamat untuk mengikuti TOT
KIP/K dengan ABPK bagi Bidan dan terima kasih atas
kehadiran serta keaktifan Anda pada pelatihan ini.