Vous êtes sur la page 1sur 80

Laporan Kasus

KEHAMILAN DENGAN SUPRAVENTRIKULAR


TAKIKARDI MATERNAL

Oleh :
dr. Gede Agus Eka Tirta Putra

Pembimbing :
dr. A.A.N. Jaya Kusuma, SpOG (K), MARS

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR
2017
Laporan Kasus

KEHAMILAN DENGAN SUPRAVENTRIKULAR


TAKIKARDI MATERNAL

Oleh :
dr. Gede Agus Eka Tirta Putra

Pembimbing :
dr. A.A.N. Jaya Kusuma, SpOG (K), MARS

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR
2017
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM........................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR SINGKATAN................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

i
BAB II LAPORAN KASUS.......................................................................... 3
2.1 Identitas Pasien........................................................................................... 3
2.2 Anamnesis................................................................................................... 3
2.3 Pemeriksaan Fisik....................................................................................... 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................. 5
2.5 Diagnosis.................................................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................... 6
2.7 Perjalanan Penyakit.................................................................................... 6
BAB III PERMASALAHAN......................................................................... 42
3.1 Diagnosis.................................................................................................... 42
3.2 SVT pada Kehamilan ................................................................................. 43
3.3 Tata Laksana Kehamilan dengan SVT........................................................ 43
3.4 Prognosis Kehamilan dengan SVT............................................................. 44
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 45
4.1 Diagnosis SVT............................................................................................ 45
4.2 Perubahan Sistem Kardiovaskular pada Kehamilan................................... 53
4.2.1 SVT pada Kehamilan......................................................................... 54
4.3 Tata Laksana Kehamilan dengan SVT........................................................ 57
4.4 Prognosis Kehamilan dengan SVT ............................................................ 68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 70
5.1 Simpulan..................................................................................................... 70
5.2 Saran........................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 72

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
4.1 Klasifikasi WHO mengenai risiko maternal......................................... 56

4.2 Prinsip umum manajemen kehamilan pada wanita dengan

penyakit kardiovaskular........................................................................ 58

4.3 Estimasi dosis efektif fetus dan maternal untuk berbagai

prosedur diagnostik dan intervensi radiologi........................................ 63

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
4.1 Atrioventrikular Nodal Re-entrant Takikardi........................................ 48
4.2 Atrioventrikular Re-entrant Takikardi.................................................. 49
4.3 Atrial Takikardi..................................................................................... 50
4.4 Rekomendasi untuk Pengobatan SVT pada Kehamilan....................... 60

iv
DAFTAR SINGKATAN

ANC : Ante Natal Care


AS : Apgar Score
AT : Atrial Takikardi
AV : Atrioventrikular
AVNRT: Atrioventricular nodal re- entrant tachycardia
AVRT : Atrioventricular re- entrant tachycardia
APTT : Activated Partial Thromboplastine Time
BB : Berat Badan
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
BS : Blood Sugar
CHF : Congestive Heart Failure
CM : Compos Mentis
DJJ : Denyut Jantung Janin
EF : Ejection Fraction
EKG : Elektrokardiografi
FC : Functional Class
FE : Forceps ekstraksi
GCS : Glasgow Coma Scale
GS : Gestational Sac
HCT : Hematocrite
HGB : Hemoglobin
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
HT : Hipertensi
INR : International Normalized Ratio
KIE : Konseling Informasi Edukasi
KU : Keadaan Umum
LV : Left Ventricle
LVH : Left Ventricle Hypertrophy
MCA : middle cerebral arterial
N : Nadi
PBB : Perkiraan Berat Badan
PLT : Platelet
PSVT : Paroksismal Supraventrikular Takikardi
PI : Pulsatility Index
PT : Prothrombine Time
RI : Resistive Index

v
RR : Respiratory Rate
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
RV : Right Ventricle
S/D : Sistolik/Diastolik
SA : Sinoatrial
SC : Sectio Cesarea
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT : Serum Glutamic Pyruvate Transaminase
SVT : Supraventrikular Takikardi
Tax : Temperatur Axilla
TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TP : Tafsiran Persalinan
USG : Ultrasonografi
VHD : Valvular Heart Disease
VT : Vaginal Toucher
WBC : White Blood Cell

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Jantung memiliki sistem elektrik yang mengkoordinasi denyutan dari


keempat ruang yang dimiliki oleh jantung. Normalnya, aktivitas elektrik jantung
ini bermula atau berawal dari sebuah area kecil yang terletak di atrium kanan yang
disebut dengan SA node (sinoatrial node). Kelistrikan jantung dimulai dari area
ini secara otomatis dan kemudian menjalar ke kedua atrium. Aktivitas listrik
kemudian menjalar menuju ventrikel sehingga ventrikel mampu memompakan
darah ke seluruh tubuh.1
Aritmia merupakan adanya irama denyut jantung yang tidak normal.
Aritmia dapat didefnisikan dengan irama jantung yang bukan berasal dari nodus
SA dan menghasilkan sinus aritmia, baik bradikardia ataupun takikardia. Dalam
menilai irama jantung, di samping menilai frekuensi yang teratur ataupun tidak,
dilihat pula tempat asal irama tersebut. Nodus SA merupakan fokus irama jantung
yang paling dominan, sehingga pada umumnya irama jantung adalah sinus. Bila
nodus SA tidak dapat lagi mendominasi fokus lainnya, maka irama jantung akan
ditentukan oleh fokus lainnya. Dalam keadaan istirahat, jantung normalnya
berdenyut dengan irama yang teratur, yaitu 60 sampai 100 kali per menit. Karena
setiap denyut berasal dari depolarisasi nodus sinus, irama ini disebut irama sinus.
Pada aritmia, irama yang timbul bukan dari nodus SA, iramanya tidak teratur,
frekuensinya bisa kurang dari 60 kali/menit yang disebut bradikardia atau lebih
dari 100 kali/menit disebut takikardia.2
Aritmia dapat dibagi menjadi kelompok aritmia supraventricular dan
aritmia ventricular berdasarkan letak lokasi yaitu apakah di atrial termasuk AV
node dan berkas his ataukah di ventrikel mulai dari infra his bundle. Pada
supraventrikular takikardi, gelombang QRS lebih sempit dan mirip normal.3
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takiaritmia yang ditandai
dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak bertambah cepat sehingga
sering disebut juga paroksismal supraventricular takikardi (PSVT).4 Dalam satu
penelitian didapatkan prevalensi PSVT diperkirakan 24 per 100.000 wanita hamil

1
2

yang dirawat di rumah sakit. Ada perbedaan antara studi apakah kehamilan
meningkatkan risiko timbulnya PSVT untuk pertama kali. Satu studi
mendapatkan dari 38 wanita dengan PSVT yang mana ditemukan bahwa onset
awal PSVT terjadi selama kehamilan pada 13 wanita (34 persen). Risiko relatif
perkiraan onset pertama PSVT selama kehamilan adalah 5,1 (95 persen interval
kepercayaan 2,8-9,2). Sebaliknya, studi lain menyebutkan bahwa dari 173 wanita
hamil dengan gejala PSVT yang dirujuk untuk dilakukan electrophysiologic
testing dan radiofrequency catheter ablation, melaporkan bahwa hanya 4,6 persen
memiliki onset awal PSVT selama kehamilan. Dalam hal ini, kehamilan tidak
dikaitkan dengan onset pertama PSVT. Penelitian yang sama menemukan bahwa
di antara wanita dengan onset pertama PSVT sebelum kehamilan, mayoritas (85
persen) dari wanita memiliki eksaserbasi PSVT selama kehamilan.5
Diagnosis awal dan tatalaksana SVT memberikan hasil yang memuaskan.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dan memberikan terapi akan
memperburuk prognosis, mengingat kemungkinan terjadinya gagal jantung bila
SVT tidak ditangani dengan segera.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama Pasien : RAN
Nomor Rekam Medis : 15006603
Tgl Lahir / Umur : 12/01/1983 – 32 Tahun 4 Bulan 19 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pulau Kae No. 50 – Denpasar
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Perkawinan : Belum Menikah
Cara Bayar : BPJS

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien dikonsulkan dari Teman Sejawat Kardio dengan CHF /FC I ec susp VHD +
HT terkontrol

Riwayat Keluhan :
Keluhan pendarahan pervaginam (-), keluar air (-), keluhan sesak (+) sejak 1 hari
sebelum MRS, Riwayat telat haid (+), Riwayat PP test (+), Diketahui hipertensi
sejak usia 18 tahun, Diketahui sakit jantung sejak tahun 2008.

Hari pertama haid terakhir : 20/12/2014


Tafsiran Partus : 27/09/2015
Ante Natal Care : Dokter kandungan, bidan

3
4

Riwayat Obstetri :
1. Abortus, kuret di RSUP, 2008
2. Hamil ini

Riwayat Perkawinan : Belum Menikah


Kontrasepsi : Tidak menggunakan
Riwayat Pengobatan : Kontrol rutin di Sp.PD
Pengobatan diltiazem dan bisoprolol
Riwayat Operasi : (-)
Riwayat Alergi : Tidak ada
Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi sejak usia 18 tahun, dan penyakit jantung
tahun 2008
Ibu mengetahui menderita penyakit jantung pada tahun 2008 pada
mulanya ada keluhan mudah lelah dan jantung berdebar. Setelah diperiksakan ke
UGD RS Moewardi dilakukan pemeriksaan rekam jantung (EKG), dikatakan
menderita penyakit jantung namun hasil pemeriksaan saat itu sudah tidak ada.
Diberikan obat oral bisoprolol diminum saat berdebar. Tahun 2014 di Bali keluhan
pusing dan berdebar kambuh kembali dan dengan pengobatan oral, keluhan
berdebar masih dirasakan sehingga pasien berobat ke RS Surya Husada. Di RS
Surya Husada dilakukan pemberian obat secara intravena dan dilakukan
perekaman EKG, saat itu awal mula pasien diketahui menderita penyakit jantung
SVT.

2.3 Pemeriksaan Fisik :


St. Present:
BB : 70 kg TB : 153 cm BMI: 29.9
KU : baik Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6
TD : 140/90 mmHg N : 86x/mnt
RR : 18x/mnt Suhu Axila : 36,5 °C
5

St. General :
Mata : Anemis -/- ;
Pipi : Chloasma gravidarum (+)
Gingivae : Epulis (+)
Areola Mama : areola mama menghitam
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg murmur (+) sistolik
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, whez -/-
Abdomen : linea alba menghitam
Ext : hangat +/+, edema -/-
+/+ -/-
St. Obstetri
Abdomen
Tinggi Fundus Uteri tidak teraba
Distensi (-), Bising Usus (+) normal
Vagina
Tanda hegar (+), tanda piskacek (+), tanda chadwick (+)

2.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang


USG :
Blass isi Cukup
Tampak GS (+) intrauterine
UK : 2,38 ~ 6w3d EDD 30-09-15
Massa adnexa -/-, cairan bebas (-)

Echo (06/02/2015) :
 MR Mild,
 Fungsi sistolik LV dan RV normal
 Fungsi diastolic LV menurun grd 1
 EF 58%

2.5 Diagnosa
6

G2P0010 6-7 mg, ROB


CHF / FC I ec SuspVHD + HT terkontrol
- MR Mild
- EF 58%
Masalah :
- Kelainan Jantung (MR Mild)
- Hipertensi

2.6 Penatalaksanaan
Pdx: -

Tx:
- Asam Folat 1x400µg
- Jawab konsul
- Terapi ~ TS cardiology (metyldopa 2x250mg dan digoxin 1x0,25mg)
Mx: Keluhan, Vital Sign, Kontrol 1 bulan
KIE

Tanggal 07/02/2015 Jam 09.15


Jawab konsul kepada TS kardiologi,
Terima kasih atas konsulnya. Dari hasil pemeriksaan kami dapatkan
G2P0010 6-7 mg + ROB + CHF/FC I ec susp VHD + HT terkontrol + MR Mild +
EF 58%
Sampai saat ini tidak ada penanganan khusus dibidang kami. Kami berikan terapi
asam folat 1 x 400µg dan kontrol poliklinik 1 bulan lagi.

2.7 Perjalanan Penyakit


Tanggal 11/02/2015 (Poliklinik Obgin)
S : Keluhan flex-flex pervaginam sejak hari Senin,
TP : 27-09-2015
O : BB : 70 kg T : 153 cm
TD : 120/80 mmHg RR : 18 x/menit
Nadi : 84 x/menit Tax: 36.5 °C
7

Status general :
Mata : Anemis -/-
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg murmur (+)
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, whez -/-

Ext : edema -/-


-/-
St. Obstetri:
Abd : TFU tidak teraba
Dist (-), BU (+) normal
Vagina : perdarahan tidak ada

Pemeriksaan penunjang :
USG :
Blass isi Cukup
Tampak GS (+) intrauterine
CRL : 1,07 ~ 7w1d EDD : 29-09-15
Massa adnexa (-), cairan bebas (-)

ASS: G2P0010 7 - 8 mg T/H , ROB


- CHF / FC I ec Susp VHD + HT terkontrol
- MR Mild
- EF 58%
Pdx : -
Tx : - Asam folat 1x400µg
- Terapi lain ~ TS Kardio (metyldopa 2x250mg dan digoxin 1x0,25mg)
Mx : Keluhan, VS
KIE

Tanggal 12/03/2015 Jam 10.00 (Poliklinik Obgin)


S : Kontrol hamil, Keluhan (-), Nyeri perut (-), Sesak (-), Berdebar-debar (-)
O : St Present
BB/TB : 71 kg / 153cm
8

TD : 120/80 mmHg RR : 18x/menit


N : 84x/menit Tax : 36 °C

St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (+)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abd : ~ st obs
Ext : hangat +/+
+/+
St. obstetri :
Abdomen : TFU 3 jari atas pusat
Vagina : dalam batas normal

Ass : G2P0010 11-12 mg, T/H, ROB, CHF / FC I ec susp VHD + HT terkontrol
- MR Mild
- EF58%

USG :
Blass isi cukup
CRL 4,48~ 11w2d TP : 29/9/2015
FHB (+), FM (+)
Free fluid (-)

Pdx :
Tx : As folat 1x400 °g
Terapi lain ~ TS jantung (metyldopa 2x250mg dan digoxin 1x0,25mg)
Kontrol poli jantung
Mx : kontrol poli kebidanan 2 minggu lagi
KIE
9

Tanggal 27/03/2015 Jam 10.30 (Poliklinik Obgin)


S : Kontrol hamil (+), nyeri perut (-), Sesak Nafas (-), Berdebar-debar (-), Mual
Muntah (+)
O : BB /TB : 72 kg/153 cm
TD : 130/100 mmHg RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit Tax : 36,7 °C
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (+)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abd : ~ st obs
Ext : hangat +/+
+/+
St. obstetri :
Abd : TFU 1 jr atas simfisis
His (-), distensi (-)
vagina: taa
Ass : G2P0010 14-15 mg T/H + ROB + hipertensi kronik
- CHF / FC I ec Susp VHD + HT Terkontrol
- MR Mild
- EF 58%
USG TAS :
Blass isi cukup
Fetus T/H, FHB (+), FM (+), HR : 169x/mnt
BPD 2,47 ~ 14W2D AVE : 14W3D
AC 8,39 ~ 14W5D EDD : 22/09/2015
FL 1,59 ~ 14W5D EFW : 102 gram
Masalah : Mual - mual, jantung
Pdx: -
Tx : - Asam folat 1 x 400 µg
- Kontrol kembali ke poli jantung
- Terapi lain ~ TS jantung (metyldopa 2x250mg dan digoxin 1x0,25mg)
10

M x: Kontrol 2 minggu poli


KIE

Tanggal 13/04/2015 Jam 10.30 (Poliklinik Obgin)


S : Kontrol kehamilan (+), nyeri perut (-), sesak nafas (-), berdebar-debar (-),
nyeri dada (-), keluhan Subyektif (-)
O : BB/TB : 72kg/ 153cm
TD : 140/90 RR : 20 x/mnt HPHT : 20/12/2014
N : 80 x/mnt Tax : 36,7 C TP : 29/09/2015 (CRL7w1d)
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (+)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. obstetri :
Abd : TFU 1/2 pusat-simfisis
HIS (-), Dist (-)
Vag : VT tdk dilakukan

Ass : G2P0010 16-17 mg T/H + ROB + hipertensi kronis


- CHF/FC I ec VHD
- MR Mild
- EF 58%
- HT Terkontrol
Masalah :
- Jantung
- Hipertensi kronis
Plan of care : kontrol kardiologi
Rencana evaluasi Doppler velocimetri uk 20 mgg
Pdx: -
Tx : Asam Folat 1 x 400mg (PO)
11

kontrol teratur ke poli kardio


Terapi lain ~ TS kardiologi (metyldopa 2x250mg dan digoxin 1x0,25mg)
Mx : kontrol poli 2 minggu
KIE

Tanggal 27/04/15 Jam 11.30 (Poliklinik Obgin)


S : Kel (-), kontrol kehamilan, nyeri perut (-), sesak (-), nyeri dada (-), berdebar (-)
O : St. Present
- BB/TB : 73kg/153cm
- TD : 120/90 mmHg RR : 70 x/mnt HPHT : 20/12/2014
- N : 82 x/mnt Tax : 34,5 C TP : 29/09/2015
CRL (7w1d)
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (+)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. obstetri :
Abd : TFU 2 jr bwh pusat
Dist (-), BU(+) Normal
Vag : tdk dilakukan

Ass : G2P0010 18-19 mg T/H + ROB + Hipertensi kronis


- CHF / FC I ec VHD
- MR Mild
- EF 58 %
- HT Terkontrol

Masalah :
- CHF
- Hipertensi kronis
Plan of care : Kontrol jantung
12

Rencana evaluasi fetal scanning uk 20 minggu

Pdx: USG fetal scanning


Tx : Asam folat 1x400 mg
SF 1x300 mg
Kontrol poli jantung
Kontrol poli kebidanan 2 minggu lagi
Mx : keluhan, VS
KIE

USG :
Janin T/H FHB (+), FM (+)
BPD 4,08 ~ 18W2D AVE: 18W2D
AC 13,6 ~ 18W5D EDD: 25/09/2015
FL 2,73 ~ 18W5D EFW: 255 gram

Tanggal 31/05/2015 pkl 11.00 (Poliklinik Obgin)


S: Keluhan Utama :
Konsultasi dari TS Kardiologi dengan PSVT (AVNRT dd/ AVRT), VHD, MR
Mild /EF 58%, G2P0010 UK 22-23 mg T/H

Riwayat Keluhan :
- Keluhan dada berdebar-debar sejak 10.00 WITA (31/05/2015), sesak (-)
- Riwayat tidur dirumah dengan 2 bantal
- Keluhan sakit perut hilang timbul tidak ada
- Keluar air pervaginam tidak ada
- Gerakan anak dirasakan baik
- Diketahui riwayat penyakit jantung sejak tahun 2008, dirawat di bagian
kardio sejak 4 bulan yang lalu, terapi metyldopa, digoxin
- keluhan pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), nyeri kepala (-)
- Diketahui HT sejak umur 18 Tahun
HPHT : 20/12/2014
TP : 27/09/2015
13

ANC: Poliklinik, >3x


Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :
1. Abortus, 8 minggu, kuretase, RSUP, 2008
2. Hamil ini
Riwayat Penyakit Dahulu: Penyakit Jantung
Riwayat Alergi: (-)

O: PEMERIKSAAN FISIK :
St. Present:
Keadaan umum : baik
GCS : E 4V5M 6
BB/TB : 73kg/153cm
TD : 140/100 mmHg Nadi : 105 x/mnt
Resp : 20 x/mnt Suhu : 36,7 C
St. General:
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1 S2 tunggal reg, murmur (+)
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abd : ~ st obs
Ext : hangat +/+
+/+
St. obstetri :
Abd : TFU sepusat
His (-), DJJ 158x/menit
VT : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG :
Janin T/H, Letsu, FHB (+), FM (+)
BPD 56,0 mm ~ 23W1D AVE : 22W5D
KK 213,8 mm ~ 23W0D EFW : 539,19 gram
14

AC 176,8 mm ~ 22W2D EDD : 29/09/2015


FL 39,5 mm ~ 22W2D
Plasenta corpus posterior gr I
AFI cukup

DIAGNOSIS KERJA / DIAGNOSIS BANDING:


G2P0010 23 mgg tunggal / hidup, riwayat obstetri buruk
+ Paroksismal SVT (AVNRT dd/ AVRT) VHD MR Mild /EF 58% + HT kronis

Daftar Masalah :

No Daftar Masalah Rencana Target


Intervensi

1 Paroksismal SVT Digoksin Kontrol rythm

2 Hipertensi Anti Hipertensi MAP ≤ 125


mmHg

Instruksi :
Pdx : UL
Tx :
- Sulfas Ferosus 1x300 mg (po)
- Tx lain ~ TS Kardiologi (metyldopa 2x250mg dan digoxin 1x0,25mg)
Mx : Keluhan, VS, DJJ
KIE

Laboratorium 31/05/2015 :

Parameter Darah Hasil


Lengkap
WBC 10,0
15

HGB 11,8
HCT 35,2
PLT 236

Parameter Kimia Hasil


Klinik
SGOT 15,4
SGPT 15
Albumin 3.62
BS Acak / Glukosa 98
Acak
BUN 6
Creatinin 0.52
URIC Acid 3.3
Chlorida (Cl) 104.5
Kalsium 8,5
Magnesium (Mg) 1.6
Natrium (Na) 136
Kalium (K) 3.4

Urine Lengkap (UL)


Specific Gravity 1.015
PH 8
Leucocyte Negatif
Nitrite Negatif
Protein (Urine) Negatif
Glukosa (Urine) Normal
KET Negatif
Urobilinogen Normal
Bilirubin (Urine) Negatif
ERY Negatif
Colour Yellow
SEDIMEN URINE
Lekosit -
Entrosit -
Sel Epitel
Gepeng 0-1
Kristal
Lain – lain Bakteri
+
16

Analisis Gas Darah


(AGD)
pH 7.4
pCO2 32
pO2 149
BEecf -5
HCO3 19.8
SO2c 99
TCO2 20.8

CARDIAC REPORT

Echo Summary :
Refferal Reason : CHF ec. Susp. HHD/HT stg. II/MR

Result :
Dimensi Ruang Jantung Normal
LVH (-)
Fungsi Sistolik LV Normal (EF Biplane 58%)
Fungsi Diastolik LV Menurun grd. I
Fungsi Sistolik RV Normal (TAPSE 2,0 cm)
Global Normokinetik
Katup katup :
Aorta : Normal, Three leaflet, Klasifikasi (-)
Mitral : MR mild
Pulmonal : Normal
Tricuspid : Normal
Doppler : E Septal 4 cm/s, E/A Ratio 0,82
Lain-lain : Pericardial effusion (-), SEC (-), Thrombus (-), Vegetasi (-), Massa (-)

Diagnosis :
MR Mild
Fungsi Sistolik LV dan RV Normal
Fungsi Diastolik LV menurun grd. I

Tanggal 1/6/2015 (Poliklinik Obgin):


S : keluhan (-)
O : St present :
BB/TB : 73kg/153cm
TD : 140/100 mmHg RR : 20x/mnt
N : 90 x/mnt Tax : 36.6 C
17

St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1 S2 tunggal reg, murmur (+)
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abd : ~ st obs
Ext : hangat +/+
+/+

St. obstetri :
Abd : TFU sepusat
His (-), DJJ 152x/menit
VT : tidak dilakukan

A : G2P0010 23 minggu 1 hari, tunggal/hidup. Riwayat obstetri buruk,


paroxysmal SVT (AVNRT dd/ AVRT), VHD MR mild / EF 58% + hipertensi
kronis

Pdx :-
Tx : SF 1x300 mg
Terapi lain ~ TS kardio
Mx : Fetal scanning (01-06-2015)
(Kontrol 3/6/2015)
KIE

Tanggal 01/06/15 Jam 11.00


Evaluasi Supervisor
Janin T/H FHB (+) letkep
BPD 5,42 ~ 22W6D AVE: 22W5D
FL 3,84 ~ 22W5D EDD: 30/09/2015
AC 18,78 ~ 23W0D EFW: 572,06 Gram
SDP 2,70 cm
18

Placenta corpus posterior gr I


AFI Cukup

Tanggal 21/7/2015 ((Poliklinik Obgin)


S : Keluhan (-), kontrol kehamilan, nyeri perut (-), sesak (-), nyeri dada (-),
berdebar (-)
O : St. Present
- BB/TB : 74kg/ 153cm
- TD : 130/84 mmHg RR : 20 x/mnt HPHT : 20/12/2014
- N : 84 x/mnt Tax : 36,5 C TP : 29/09/2015
(CRL 7w1d)
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (+)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. obstetri :
Abd : TFU 2 jari atas pusat
DJJ (+) 154x/menit
His (-)
Vag : VT tidak dilakukan

Ass : G2P0010 30 minggu 1 hari, T/H, ROB, paroxysmal SVT (AVNRT


dd/AVRT), VHD, MR mild/ EF 58% + hipertensi kronis

Hasil diskusi dengan divisi fetomaternal


Planning ECHO setiap trimester
Fetal scanning tiap 2 minggu oleh dokter JKS SpOG (K), MARS
Penurunan afterload dengan pemberian antihipertensi (metyldopa 2x250mg oleh
TS kardio)
Observasi elektrolit
19

Target 34 minggu
Pemberian dexamethasone umur kehamilan >24 minggu
MOD direncanakan pervaginam percepat dengan FE

Tanggal 07/08/2015 (Poliklinik Obgin)


S : Kontrol kehamilan, dirawat sebelumnya dengan G2P0010 30 minggu 1 hari,
T/H, ROB, paroxysmal SVT (AVNRT dd/AVRT), VHD, MR mild/ EF 58% +
hipertensi kronis, rencana dilakukan terminasi kehamilan pada umur kehamilan 34
minggu
O : St. Present
- BB/TB : 74kg/153cm
- TD : 130/80 mmHg RR : 20 x/mnt HPHT : 20/12/2014
- N : 84 x/mnt Tax : 36,5 C TP : 29/09/2015
(CRL 7w1d)
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (+)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. obstetri :
Abd : TFU setengah pusat PX
DJJ (+) 148x/menit
His (-)
Vag : tidak dilakukan

Ass : G2P0010 32 minggu 3 hari, T/H, ROB, letak sungsang, paroxysmal SVT
(AVNRT dd/AVRT), VHD, MR mild/ EF 58% + hipertensi kronis
Pdx :-
Tx : SF 1x300 mg
Dexamethasone 1x 12mg (IM) pemberian pertama
Terapi lain ~ TS kardio
20

Mx :
keluhan
KIE : melakukan knee chest position

Evaluasi Supervisor
Janin T/H FHB (+) letak sungsang
BPD 8,08 ~ 32W3D AVE: 32W2D
HC 30,59~ 31W0D EDD: 30/09/2015
AC 27,85 ~ 31W6D EFW: 1917 Gram
FL 6,15 ~ 31W6D
Placenta corpus posterior gr II
SDP 4,1 cm

Dopller Velocimetry
MCA PI: 1,12
RI: 0,67
S/D: 3,1
UA PI: 0,87
RI: 0,61
S/D 2,6

Tanggal 8/8/2015 (Poliklinik Kardio)


S: keluhan
O : St. Present
- TD : 130/80 mmHg RR : 20 x/mnt
- N : 84 x/mnt Tax : 36,5 C
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (+)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
A: -VHD/ FCI
21

-MR Mild /EF 58%


-HT terkontrol
P: -pemberian terapi lanjut
-rencana echocardiography
Hasil Echo
-LVH tidak ada
-EF 63%, TAPSE 2,2cm
-Global normokinetik
-katup normal
A: post SVT
Terapi : digoxin K/P

CARDIAC REPORT

Echo Summary :
Refferal Reason : CHF ec. Susp. HHD/HT stg. II/MR

Result :
Dimensi Ruang Jantung Normal
LVH (-)
Fungsi Sistolik LV Normal (EF Biplane 63%)
Fungsi Diastolik LV Menurun
Fungsi Sistolik RV Normal (TAPSE 2,2 cm)
Global Normokinetik
Katup katup :
Aorta : Normal, Three leaflet, Klasifikasi (-)
Mitral : MR mild
Pulmonal : Normal
Tricuspid : Normal
Doppler : E Septal 5 cm/s, E/A Ratio 0,80

Lain-lain : Pericardial effusion (-), SEC (-), Thrombus (-), Vegetasi (-), Massa (-)
22

Diagnosis :
MR Mild
Fungsi Sistolik LV dan RV Normal
Fungsi Diastolik LV menurun grd. I

Tanggal 10/08/2015 ((Poliklinik Obgin)


S : Kontrol membawa hasil ECHO
O : St. Present
- BB/TB : 75kg/ 153cm
- TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt HPHT : 20/12/2014
- N : 89 x/mnt Tax : 36,5 C TP : 29/09/2015 ( CRL 7w1d)
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. obstetri :
Abd : TFU 4 jari bawah PX
DJJ (+) 150x/menit
His (-)
Vag : tidak dilakukan

Ass : G2P0010 32 minggu 6 hari, T/H, ROB, letak sungsang , post SVT/ EF 63%
+ hipertensi kronis
Pdx : rencana rapat Tim pada umur kehamilan 34 minggu (18/8/2015)
Tx : Sulfas Ferosus 1x300 mg
Terapi lain ~ TS kardio
Mx :
keluhan
KIE : melakukan knee chest position
23

Hasil Rapat Tim tanggal 18/8/2015


Diskusi kasus
Pasien mendapat terapi digoxin (FDA kategori B) jika diberikan dalam jangka
waktu yang lama akan dapat berefek pada fetal bradikardia, karena dapat
menembus membrane plasenta
Kehamilan sendiri dapat mencetus SVT
Dengan kondisi sekarang yang cendrung membaik, apa mungkin untuk ditunggu
sampai optimal UK 37 minggu.

TS Kardio
Pasien sudah terdiagnosis SVT sebelum kehamilan
SVT dapat disebabkan oleh kehamilan
Aritmia susah diprediksi kapan akan tercetus

Saran TS kardio
Kontrol lebih rutin ke poli kardio untuk pemantauan lebih lanjut tiap minggu
Batasi aktivitas untuk mencegah perburukan kondisi jantung
Antihipertensi tetap dilanjutkan dengan dosis minimal Methyldopa 2x250mg
Digoxin dilanjutkan jika perlu saja
Status kardio pada pasien ini
WHO class II (risiko peningkatan mortalitas dan morbiditas maternal ringan-
sedang)
Tidak ada kontraindikasi lahir pervaginam

TS Fetomaternal
MOD pada saat UK 37 minggu dengan letak sungsang adalah SC
Lakukan tes kocok untuk mengetahui kematangan paru-paru bayi
Hati hati pemberian anti hipertensi karena dapat menurunkan blood flow ke
plasenta
Konsul TS mata untuk mendeteksi komplikasi hipertensi kronis di mata
TS Anestesi
24

Melihat perkembangan kondisi ibu, saat ini sudah membaik


Perkembangan kondisi bayi saat ini juga masih normal, saran untuk menunggu
sampai kondisi bayi optimal UK 37 minggu
Persalinan letak sungsang
- SC lebih untuk menyelamatkan ibu, mencegah peningkatan kerja jantung
- Pervaginam dapat terjadi peningkatan kerja jantung akibat nyeri
Saran untuk MRS lebih awal (<37 minggu) untuk dipantau lebih dini, apabila
kondisi ibu dan bayi cendrung memburuk  terminasi
Hubungi TS anestesi saat pasien MRS untuk tindakan preoperative

TS Nefrologi
Diberikan obat antihipertensi methyldopa 2x250mg (aman) , target TD 130/80
mmHg dan MAP < 125mmHg
Untuk cek proteinuria
- Cek ACR (albumin creatinine ratio)
- Spot urin pada saat pagi hari
- Proterin esbach sudah mulai ditinggalkan (bias tinggi)
- Untuk pemberian obat antihipertensi postpartum dapat lebih bebas, karena
bayi sudah lahir
TS Pediatri
Kondisi bayi lebih aterm akan lebih baik
Selama masih memungkinkan untuk ditunggu sampai aterm, dilanjutkan
seoptimal mungkin
Apabila lahir dalam keadaan prematur , devisi neonatologi siap mendukung
Jawaban TS Mata
Didapatkan dengan OD Miopia Astigmat Compositus dan OS myopia + ODS
retinopati hipertensi schiee I . Saran mempergunakan kaca mata, kontrol rutin poli
mata untuk retinopati setiap 1 tahun.

Tanggal 21/08/2015 (Poliklinik Obgin)


S : keluhan (-), sesak (-)
O : St. Present
25

- BB/ TB : 76kg /153cm


- TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt HPHT : 20/12/2014
- N : 88 x/mnt Tax : 36,6 °C TP : 29/09/2015 ( CRL 7w1d)
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. Obstetri :
Abd : TFU 3 jari bawah PX
DJJ (+) 150x/menit
His (-)
Vag : VT tidak dilakukan

USG
Janin T/H FHB (+) letak sungsang
BPD 8,44 ~ 34W0D AVE: 34W2D
HC 31,49~ 35W2D EDD: 30/09/2015
AC 30,88 ~ 34W6D EFW: 2474 Gram
FL 6,64 ~ 34W1D
Placenta corpus posterior gr II-III
AFI 12,34
Ass : G2P0010 34 minggu 5 hari, T/H, ROB, letak sungsang , post SVT/ EF 63%
+ hipertensi kronis
Pdx : cek ACR
Tx : SF 1x300 mg
Kontrol poli jantung setiap minggu
Mx :
Keluhan, kontrol poli kebidanan tangal 28/8/2015 test kocok
KIE : melakukan knee chest position
26

Hasil Rapat Tim tanggal 27/8/2015


- Terminasi kehamilan + steril
- KIE masalah kesiapan dan resiko tindakan + biaya
- Persetujuan tindakan dan waktu tindakan
- Saat tindakan akan didampingi dokter kardiologi

Tanggal 29/8/2015 (Poliklinik Kardio)


S: keluhan
O : St. Present
- TD : 142/92 mmHg RR : 20 x/mnt
- N : 90 x/mnt Tax : 36,5 C
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
A: -post SVT
-G2P0010 35 minggu 5 hari T/H ROB letsu+ post SVT
Tx:-Metyldopa 2x250mg IO
-Digoxin 1x 0,25mg K/P

Tanggal 29/08/2015 ((Poliklinik Obgin)


S : keluhan (-), sesak (-), berdebat (-) gerak anak (+) baik
O : St. Present
- BB/TB : 78kg / 153cm
- TD : 140/90 mmHg RR : 20 x/mnt HPHT : 20/12/2014
- N : 88 x/mnt Tax : 36,6 °C TP : 29/09/2015 ( CRL 7w1d)
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. obstetri :
27

Abd : TFU 3 jari bawah PX


DJJ (+) 152x/menit
His (-)
Vag : tidak dilakukan

USG
Janin T/H FHB (+) letak sungsang
BPD 8,61 ~ 34W6D AVE: 35W0D
HC 31,21 ~ 35W0D EDD: 3/010/2015
AC 31,75 ~ 35W6D EFW: 2697 Gram
FL 6,97 ~ 35W5D
Placenta corpus posterior gr III
AFI 11,39

Dopplet velocimetri
MCA : PI 0.83
RI 0,57
S/D 2.3
UA PI 0.95
RI 0.63
S/D 2.7
NST ~ reaktif
ACR: 21 (normal < 31)
Ass : G2P0010 35 minggu 5 hari, T/H, ROB, letak sungsang , post SVT/ EF 63%
+ hipertensi kronis
Terapi
Sulfas ferosus 1x300mg IO
Terapi lain sesuai TS kardio
KIE : melakukan knee chest position

Tanggal 01/09/2015 (Poliklinik Obgin)


28

S : keluhan (-), sesak (-), berdebat (-) gerak anak (+) baik
O : St. Present
- BB/ TB : 78kg / 153cm
- TD : 140/90 mmHg RR : 20 x/mnt HPHT : 20/12/2014
- N : 88 x/mnt Tax : 36,6 C TP : 29/09/2015
( CRL 7w1d)
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. obstetri :
Abd : TFU 3 jari bawah PX
DJJ (+) 152x/menit
His (-)
Vag : tidak dilakukan

Hasil Lab 31/8/2015


WBC: 9,01
HB: 10,8
HCT; 34
PLT: 285
SGOT/SGPT: 16,1/18,8
BUN/SC: 9/0,46
Alb/ LDH: 3,47/282
Na/K: 136/4,18
ACR: 21
Ass: G2P0010 36 minggu 1 hari, T/H, ROB, letak sungsang , post SVT/ EF 63%
+ hipertensi kronis
Saran DPJP, MRS 2 hari sebelum dijadwalkan SC
Planning
29

Terminasi kehamilan saat umur kehamilan 37 minggu dengan SC


Melakukan evaluasi multidisiplin pada pasien dengan cara menghubungi kembali
TS Kardiologi, TS Interna, TS Anestesi, TS Pediatri untuk persiapan operasi

Hasil konsul TS kardio


Saat ini pasien dengan lee cardiac risk indek class II dengan resiko terjadinya
MACE sebesar 0,9% jika dilakukan tindakan

TS interna
Pasien dengan resiko dilakukan tindakan
TS anestesi
Pasien dengan status fisik ASA III dengan permasalahan gravida, kardiovaskuler
CHF FC I, MR mild, Hipertensi gr I, post operasi perawatan di RTI

Tanggal 7/9/2015
Lapor DPJP bahwa pasien tidak dapat ICU oleh karena ICU penuh , tindakan
tetap dilanjutkan, perawatan post operasi di ruangan OHDU

Laporan Operasi
 BSA.
 Tindakan asepsis dan antiseptik lapangan operasi dengan betadine. Dimulai
dari umbilikus dengan gerakan memutar keluar/spiral sampai paha ½ bagian
atas kanan dan kiri sebanyak 3 kali, gaas dibuang dan dihitung.
 Persempit lapangan operasi dengan doek steril. Pasang doek klem sebanyak 4
buah.
 Lakukan insisi midline pada dinding abdomen + 12 cm, perdalam insisi
sampai dengan menembus peritonium. Rawat perdarahan dengan electric
cauter.
 Tampak uterus gravid.
 Pasang haak blass untuk melindungi vesika urinaria.
30

 Identifikasi Segmen Bawah Rahim.


 Membuka plika vesikouterina secara tranversal dengan gunting jaringan
 Insisi SBR dengan skalpel, perlebar insisi secara tumpul dengan kedua tangan.
Keluarkan haak blass.
 Meluksir kepala  Pukul 12.50 wita, lahir bayi perempuan, segera menangis.
Bersihkan wajah bayi dengan gaas, suction mulai mulut dan hidung, klem
dengan 2 klem kocher dan potong tali pusat pada jarak 15 cm dari umbilikus,
serahkan bayi ke petugas bagian perinatologi. AS: 7-8, BBL: 2800 gram, PB:
48cm, anus ada, kelainan kongenital tidak ada.
 Lahir plasenta kesan komplit dengan berat + 500 gram.
 Tepi insisi uterus superior dan inferior dijepit dengan 2 fenster klem, sudut
insisi kanan kiri dijepit dengan 2 oschner klem
 Bersihkan kavum uteri dengan gaas steril  bersih
 Buat jahitan sudut kiri memakai chromic cat gut 2.0
 Buat jahitan hemostasis pada sudut luka insisi uterus sisi kanan dengan simpul
figure of eight memakai benang monosyn 0, ikat.
 Tutup dinding uterus, endometrium dan miometrium, dijahit secara jelujur
feston dengan monosyn 0 sampai sudut luka insisi uterus sisi kiri, perdarahan
aktif negatif, dilanjutkan dengan retroperitonialisasi, dijahit jelujur dengan
monosyn 0.
 Evaluasi perdarahan aktif negatif. Kontraksi uterus baik.
 Evaluasi adnexa : normal.
 Keluarkan darm gaas
 Cuci kavum abdomen dangan NaCL 0,9%,  200cc  jernih.
 Tutup dinding abdomen lapis demi lapis:
o Peritonium dijahit jelujur dengan monosyn 0
o Fascia dijahit jelujur dengan monosyn 0
o Lemak dijahit interrupted dengan monosyn 0
o Evaluasi perdarahan, rawat perdarahan dengan electric cauter
o Kulit dijahit jelujur subkutikular dengan monosin 3-0
31

 Tutup luka operasi dengan gaas steril dan hipafix.


 Evakuasi sisa stolsel dari vagina dengan gaas betadine, perdarahan aktif (-)
 Operasi SC selesai.
Perdarahan durante op + 200 cc.

Tanggal 07/09/2015
Telah dilakukan seksio sesaria
S : keluhan (-), sesak (-), berdebat (-). Nyeri luka operasi (+)
O : St. Present
- TD : 140/90 mmHg RR : 20 x/mnt
- N : 86 x/mnt Tax : 36,6 C
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-

Ext : edema -/-


-/-
St. obstetri :
Abd : TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Luka operasi terawat
Vag : perdarahan tidak ada
A: P1011 post SC hari 0 + f up SVT (EF63%) + hipertensi kronis
Masalah
Nyeri luka operasi
Resiko infeksi
Resiko perdarahan
SVT + hipertensi
32

Plan of care
Pemberian analgetik VAS < 1
Pemberian antibiotika
Pemberian uterotonika
Pemberian anti hipertensi
Balans cairan dan nadi
Pengukuran saturasi O2 dengan pulse oxymetri
Menghubungi TS kardio untuk evaluasi paska operasi
Terapi
IVFD RL 500ml + 40 IU oksitosin 14 tetes per menit sampai dengan 24 jam
post operasi
Ampicillin 3x 1gram IV
Paracetamol 4x500mg
Methyldopa 2x250mg
Digoxin 1x0,25mg K/P bila berdebar
Diet rendah garam
Dower catheter
Monitoring
Keluhan , tanda vital, balans cairan
KIE

Menghubungi kardio untuk evaluasi paska operasi


S: pasien tidur terlentang dengan satu bantal tanpa keluhan , berdebar (-), sesak (-)
nyeri dada (-)
O : St. Present
- TD : 130/80 mmHg RR : 20 x/menit
- N : 80 x/mnt Tax : 36,6 C
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
33

Abdomen: distensi (-)


Ext : edema -/-
-/-
EKG : NSR 68x/menit
Saat ini pasien dengan normal sinus rhythm
Saran mengurangi stress dan nyeri

Terapi
Methyldopa 2x 250mg
Digoxin 1x0,25mg K/P jika berdebar
Diet rendah garam

Tanggal 08/09/2015
S : keluhan (-), sesak (-), berdebat (-). Nyeri luka operasi (+)
O : St. Present
- TD : 150/90 mmHg RR : 20 x/mnt
- N : 84 x/mnt Tax : 36,6 C
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-

Ext : edema -/-


-/-
St. obstetri :
Abd : TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Luka operasi terawat
Vag : perdarahan tidak ada
A: P1011 post SC hari I + f up SVT (EF63%) + hipertensi kronis
Masalah
34

Nyeri luka operasi


Resiko infeksi
Resiko perdarahan
SVT + hipertensi
Plan of care
Pemberian analgetik VAS < 1
Pemberian antibiotika
Pemberian uterotonika
Pemberian anti hipertensi
Balans cairan dan nadi
Pengukuran saturasi O2 dengan pulse oxymetri
Terapi
IVFD RL 500ml + 40 IU oksitosin 14 tetes per menit sampai dengan 24 jam
post operasi
Ampicillin 3x 1gram IV
Paracetamol 4x500mg
Methyldopa 2x250mg
Digoxin 1x0,25mg K/P bila berdebar
Diet rendah garam
Dower catheter
Monitoring
Keluhan , tanda vital, balans cairan
KIE

Tanggal 08/09/2015 (Kardio)


S: berdebar (-), sesak (-) nyeri dada (-)
O : St. Present
- TD : 160/110 mmHg RR : 20 x/menit
- N : 80 x/mnt Tax : 36,6 C
St General :
Mata : Anemis (-)
35

Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)


Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abdomen: distensi (-)
Ext : edema -/-
-/-
A: HT stg II, post SVT

Terapi
Methyldopa 2x 250mg PO
Amlodipine 1x5mg PO
Digoxin 1x0,25mg K/P jika berdebar
Diet rendah garam

Tanggal 08/09/2015 (APS)


S: nyeri hilang timbul
O : St. Present
- TD : 140/80 mmHg RR : 16 x/menit Saturasi O2: 99%
- N : 84 x/mnt Tax : 36,6 C
A: management nyeri post SC
P: analgetika post operasi
Terapi
Fentanyl 300mcg dalam NaCl 0,9% kecepatan 2,1cc/jam
Ketorolac 30mg setiap 8 jam

Tanggal 08/09/2015 pukul 18.00 (Obgin)


Evaluasi 24 jam perawatan OHDU
S : keluhan (-), sesak (-), berdebat (-). Nyeri luka operasi (+)
O : St. Present
- TD : 130/90 mmHg RR : 20 x/mnt EWOSCO: 1
- N : 84 x/mnt Tax : 36,6 C
St General :
Mata : Anemis (-)
36

Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)


Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. obstetri :
Abd : TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Luka operasi terawat
Vag : perdarahan tidak ada
A: P1011 post SC hari I + f up SVT (EF63%) + hipertensi kronis
Masalah
Nyeri luka operasi
Resiko infeksi
Resiko perdarahan
SVT + hipertensi
Plan of care
Pemberian analgetik VAS < 1
Pemberian antibiotika
Pemberian uterotonika
Pemberian anti hipertensi
Balans cairan dan nadi

Terapi
IVFD RL 500ml ~ 20 tetes per menit
Ampicillin 3x 1gram IV
Paracetamol 4x500mg
Methyldopa 2x250mg
Digoxin 1x0,25mg K/P bila berdebar
Diet rendah garam
Dower catheter
37

Monitoring
Keluhan , tanda vital
KIE

Tanggal 09/09/2015 (Obgin)


S : Nyeri luka operasi (+), sesak (-), berdebat (-).
O : St. Present
- TD : 140/90 mmHg RR : 20 x/mnt EWOSCO: 1
- N : 84 x/mnt Tax : 36,6 C
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Ext : edema -/-
-/-
St. obstetri :
Abd : TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Luka operasi terawat
Vag : perdarahan tidak ada
A: P1011 post SC hari II + f up SVT (EF63%) + hipertensi kronis
Masalah
Nyeri luka operasi
Resiko infeksi
SVT + hipertensi
Plan of care
Pemberian analgetik VAS < 1
Pemberian antibiotika
Pemberian anti hipertensi
38

Terapi
IVFD RL 500ml ~ 20 tetes per menit ~ aff
Ampicillin 3x 1gram IV ganti amoxicillin 3x500mg PO
Paracetamol 4x500mg
Methyldopa 2x250mg
Digoxin 1x0,25mg K/P bila berdebar
Diet rendah garam
Dower catheter aff

Monitoring
Keluhan , tanda vital
KIE

Tanggal 09/09/2015 (APS)


S: nyeri hilang timbul
O : St. Present
- TD : 140/80 mmHg RR : 16 x/menit Saturasi O2: 99%
- N : 84 x/mnt Tax : 36,6 C
A: management nyeri post SC
P: analgetika post operasi
Terapi
Ketorolac 30mg setiap 8 jam
Tramadol 30 mg encerkan IV K/P
Balik ke DPJP

Tanggal 09/09/2015 (Kardio)


S: berdebar (-), sesak (-) nyeri dada (-)
O : St. Present
- TD : 140/90 mmHg RR : 20 x/menit
- N : 84 x/mnt Tax : 36,6 C
St General :
Mata : Anemis (-)
39

Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)


Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-
Abdomen: distensi (-)
Ext : edema -/-
-/-
A: HT stg II, post SVT
Terapi
Methyldopa 2x 250mg PO
Amlodipine 1x5mg PO
Digoxin 1x0,25mg K/P jika berdebar
Diet rendah garam

Tanggal 10/09/2015 (Obgin)


S : Nyeri luka operasi (+), sesak (-), berdebat (-).
O : St. Present
- TD : 140/90 mmHg RR : 20 x/mnt EWOSCO: 1
- N : 84 x/mnt Tax : 36,6 C
St General :
Mata : Anemis (-)
Thorax : Cor : S1S2 tgl reg m (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-

Ext : edema -/-


-/-

St. obstetri :
Abd : TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Luka operasi terawat
Vag : perdarahan tidak ada
A: P1011 post SC hari III + f up SVT (EF63%)+ hipertensi kronis
Masalah
40

Nyeri luka operasi


Resiko infeksi
SVT

Plan of care
Pemberian analgetik VAS < 1
Pemberian antibiotika
Pemberian anti hipertensi
Terapi
Amoxicillin 3x500mg PO
Paracetamol 4x500mg PO
Methyldopa 2x250mg PO
Amlodipin 1x5mg PO
Digoxin 1x0,25mg PO K/P bila berdebar
Diet rendah garam

Monitoring
Pasien boleh pulang
KIE
BAB III
PERMASALAHAN

3.1 Diagnosis
Diagnosis SVT ditegakkan atas dasar anamnesis dan pemeriksaan
status lokalis. Pasien dengan PSVT paling sering asimptomatis pada saat
evaluasi. Gejala klinis SVT dapat berupa palpitasi, lightheadnes, mudah
lelah, pusing, nyeri dada, nafas pendek dan bahkan penurunan kesadaran.
Pasien juga mengeluh lemah, nyeri kepala dan rasa tidak enak di
tenggorokan. Gejala klinis yang sering dijumpai yaitu terdapat episode
palpitasi dengan onset mendadak atau tiba-tiba. Durasi palpitasi sangat
bervariasi pada setiap individu, dengan episode yang dapat berlangsung
dari beberapa detik hingga beberapa jam. Pasien biasanya tidak
mengetahui pencetus pemicu yang menimbulkan takikardi yang
mendadak. Berdasarkan EKG, paroksimal supraventrikular takikardi
memperlihatkan gelombang yang teratur dan memiliki gelombang P
retrograde.4
Pada PSVT dapat terjadi dengan episode yang sangat cepat. Sinkop
mungkin juga terkait dengan respon vasovagal yang disebabkan oleh
takikardia itu sendiri. Mekanisme nyeri dada jelas terlihat, meskipun nyeri
dada di PSVT biasanya berhubungan penyakit arteri koroner. Nyeri seperti
pada pasien yang lebih tua menimbulkan kemungkinan iskemia miokard.4
Diagnosis SVT sebenarnya telah diketahui sebelum pasien hamil
dimana SVT telah mendapatkan terapi (terkontrol). Namun permasalahan
muncul dikarenakan pasien hamil, yang mana obat untuk mengendalikan
aritmia yang diderita oleh pasien yaitu propranolol termasuk FDA kategori
C yang dapat melewati barier plasenta dan dapat menyebabkan bradikardia
dan hipoglikemia pada janin.

41
42

3.2 SVT pada Kehamilan


Jantung aritmia merupakan komplikasi yang paling umum ditemui
pada wanita selama kehamilan dengan dan tanpa kelainan struktural.
Aritmia merupakan manifestasi yang paling sering ditemukan selama
kehamilan, dan pada sejumlah kasus, kehamilan dapat memicu eksaserbasi
aritmia pada wanita yang sebelumnya telah memiliki aritmia.5
Pada kasus ini didapatkan bahwa terjadi eksaserbasi aritmia yang
sebelumnya telah terkontrol dengan pemberian obat farmakologi. Hal ini
ditandai dengan keluhan palpitasi, pusing dan sesak nafas. Palpitasi sering
terjadi selama kehamilan dan merupakan indikasi umum untuk evaluasi
jantung selama kehamilan. Diagnosis palpitasi luas dan evaluasi
diagnostik ibu hamil dengan jantung berdebar tidak berbeda dari wanita
tidak hamil. Pada wanita dengan hati struktural normal, AV nodal reentrant
takikardia (AVNRT) adalah PSVT paling umum, diikuti oleh AV
reciprocating takikardia (AVRT). Dalam satu studi, prevalensi PSVT telah
diperkirakan 24 per 100.000 wanita hamil di rumah sakit.5

3.3 Tata Laksana Kehamilan dengan SVT


Penatalaksanaan kehamilan dengan supraventricular takikardi
memerlukan keterlibatan berbagai disiplin ilmu untuk memberikan hasil
akhir yang maksimal. Pendekatan penanganannya bersifat individual,
sesuai dengan usia kehamilan dan respon terhadap terapi yang diberikan.
Penanganannya dapat bervariasi seperti observasi yang sifatnya
pemantauan efek terapi farmakologi terhadap kondisi aritmia ibu dan
pemantauan perkembangan bayi.
Pada kasus ini didapatkan bahwa pasien sebelum hamil telah
mendapatkan pengobatan propranolol. Secara teori propranolol termasuk
FDA kategori C dimana Obat yang masuk kategori ini hanya boleh
diberikan jika besarnya manfaat terapeutik melebihi besarnya resiko yang
terjadi pada janin. Hal ini lah yang menyebabkan pengobatan propranolol
43

sebaiknya dihentikan dan diganti dengan obat obat anti aritmia yang paling
aman selama kehamilan.

3.4 Prognosis Kehamilan dengan SVT


Prognosis SVT tergantung pada penyakit jantung struktural yang
mendasari. Pasien dengan struktural jantung yang normal memiliki
prognosis yang sangat baik. Pada SVT episode akut dikatakan bahwa 90
persen kasus dapat diatasi dengan pemberian adenosine, namun jika
ternyata didapatkan resisten dengan pemberian obat dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan radiofrequency ablation catheter.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien dengan SVT hampir selalu asymtomatis saat dilakukan


pemeriksaan. Adapun gejala aritmia adalah palpitasi, kelelahan ringan, dada
tidak nyaman, dyspnea, presinkop atau dapat mengalami sinkop namun jarang
terjadi. SVT dengan sinkop terjadi sekitar 15% dari pasien biasanya terjadi
diawali setelah SVT yang berulang atau takikardia yang berkepanjangan.
Adanya riwayat gejala yang berhubungan dengan aritmia dapat dijadikan
petunjuk penting untuk jenis aritmia. SVT dapat dipicu oleh mekanisme
reentry. Hal ini dapat disebabkan oleh denyut atrium prematur atau denyut
ektopik ventrikel.4
Premature beat biasanya digambarkan sebagai jeda atau nonconducted
beat setelah itu diikuti oleh sensasi detak jantung yang kuat, atau mereka
digambarkan sebagai penyimpangan irama jantung.4 AVNRT
(Atrioventricular nodal re-entry tachycardia) lebih sering terjadi pada pasien
yang berusia menengah atau lebih tua, sementara remaja lebih cenderung
memiliki SVT dimediasi oleh jalur aksesori. Dalam sebuah studi berbasis
populasi, Supraventrikuler takikardia terjadi pada semua kelompok umur,
resiko SVT dua kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.3

4.1 Diagnosis SVT


Supraventricular tachycardia (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang
ditandai dengan perubahan denyut jantung yang mendadak bertambah cepat.
SVT dipicu oleh premature beat yang disebabkan oleh ganguan impuls
(rangsangan) dimana fokusnya berasal dari berkas (bundle) his ke atas.
Takikardia oleh karena supraventrikular paroksismal berasal dari atrium atau
nodus AV, biasanya karena adanya re-entry baik di atrium atau nodus AV. 3
Dalam jantung terdapat sel sel yang mempunyai automatisitas, artinya dapat
dengan sendirinya secara teratur melepaskan rangsangan (impuls). Sel sel ini
setelah repolarisasi fase 1,2 dan 3, akan masuk ke fase 4 yang secara spontan

44
45

perlahan lahan akan mengalami depolarisasi dan apabila telah melewati


ambang batasnya akan timbul impuls. Impuls ini kemudian akan merangsang
sel sel sekitarnya, selanjutnya disebarkan ke seluruh jantung sehingga
menghasilkan denyut jantung spontan.2,6
Kelompok- kelompok sel yang memiliki automatisitas misalnya terdapat
pada nodus SA, kelompok sel-sel yang terdapat pada atrium dan ventrikel, AV
junction, sepanjang berkas (bundle) his dan lain lain. Pada keadaan normal
yang paling dominan adalah yang berada di nodus SA, bila ia mengalami
depresi dan tidak dapat mengeluarkan impuls pada waktunya, maka impuls di
tempat lain yang akan mengambil alih pembentukan impuls sehingga
terjadilah irama jantung yang baru yang kita katakan sebagai aritmia. Kadang
kadang focus lainnya secara aktif mengambil alih dominasi nodus SA dan
menentukan irama jantung tersebut dengan frekuensi yang lebih cepat.2,6

Mekanisme terjadinya SVT, yaitu:3,7


1. Peningkatan Otomatisasi
Aktifitas pacemaker otomatis selain pada nodus SA, juga terdapat pada
serabut arterial khusus, serabut AV junction, dan serabut purkinje. Sel
miokard pada keadaan normal tidak mempuyai aktivitas sebagai
pacemaker. Peningkatan otomatisasi serabut pacemaker laten karena terjadi
depolarisasi parsial. Terjadi perubahan kecepatan depolarisasi pada fase
diastolik yaitu percepatan fase 4 sehingga otomatisasi meningkat. Bila
mencapai ambang rangsang, akan terjadi aksi potensial baru sehingga
dengan demikian mengakibatkan peningkatan frekuensi frekuensi denyut
jantung. Keadaan ini didapatkan pada: (1) peningkatan katekolamin
endogen dan eksogen, (2) gangguan elektrolit (misal: hipokalemia), (3)
hipoksia atau iskemia, (4) efek mekanis. Takiaritmia karena otomatisasi
sering berkaitan dengan gangguan metabolic seperti hipoksia, hipokalemia,
asidosis, dll
46

2. Aktivitas pemicu (Triggered activity)


Hal ini dapat disebabkan oleh early after depolarization yang terjadi
pada fase kedua dan ketiga potensial aksi atau pada after depolarisasi
terlambat. Oleh karena itu kejadian ini diawali dengan gangguan pada
elektrisitas jantung. Setelah hiperpolarisasi akhir (late) Na dan Ca yang
masuk ke dalam sel meningkat, sehingga terjadi gelombang sesudah
depolarisasi dan bila mencapai ambang rangsang maka akan terjadi
gelombang ekstrasistol.
3. Mekanisme Re-entry
Teori ini banyak dipakai untuk menerangkan terjadinya takiaritmia
paroksimal menetap. Mekanisme ini yang terbanyak menyebabkan
takiaritmia. Mekanisme reentry berkaitan dengan aritmia paroksimal
menetap. Hal ini dapat terjadi karena adanya blok pada jalur elektrisitas
atau adanya jalan tambahan sehingga membuat sirkuit tertutup. Konduksi
perangsangan pun dapat terjadi sangat lambat. Perjalanan impuls yang
berulang inipun mengakibatkan takiaritmia yang menetap.
3 Syarat mutlak terjadinya re-entry, adalah:
 Adanya dua jalur konduksi yang saling berhubungan pada bagian
distal maupun proksimal hingga membentuk suatu rangkaian
konduksi tertutup
 Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok searah
 Aliran listrik antegrade secara lambat pada jalur konduksi yang tidak
mengalami blok memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur
konduksi yang mengalami blok searah yang kemudian menimbulkan
aliran listrik secara retrograde secara cepat pada jalur konduksi
tersebut.

Klasifikasi supraventrikular takikardi dibagi menjadi:4,8


47

1. Atrioventrikular Nodal Re-entrant Takikardi (AVNRT)


AVNRT merupakan salah satu tipe SVT yang paling sering terjadi.
Kebanyakan tipe AVNRT ini tidak memiliki kelainan pada jantung. Akan
tetapi, terdapat kelainan pada jantung yang dapat menyebabkan AVNRT,
diantaranya mitral regurgitasi, perikarditis, infark miokard.: AVNRT timbul
karena adanya sebuah lingkaran reentrant yang menghubungkan antara nodus
AV dan jaringan atrium. Pada pasien dengan takikardi jenis ini, nodus AV
memiliki dua jalur konduksi yaitu jalur konduksi cepat dan jalur konduksi
lambat. Jalur konduksi lambat yang terletak sejajar dengan katup trikuspid,
memungkinkan sebuah lingkaran reentrant sebagai jalur impuls listrik baru
melalui jalur tersebut, keluar dari nodus AV secara retrograde (yaitu, mundur
dari nodus AV ke atrium) dan secara anterograde (yaitu, maju ke atau dari
nodus AV ke ventrikel) pada waktu yang bersamaan.
Akibat depolarisasi atrium dan ventrikel yang bersamaan, gelombang P
jarang terlihat pada gambaran EKG, meskipun pada depolarisasi atrium
kadangkadang akan memunculkan gelombang P pada akhir kompleks QRS
pada lead V1.

Gambar 4.1 Atrioventrikular Nodal Re- entrant Takikardi.8

2. Atrioventrikular Re- entrant Takikardi (AVRT)


48

AVRT merupakan salah satu tipe SVT yang sering terjadi pada usia muda.
Penyebabnya adalah bertambahnya jalur baru sehingga mengakibatkan adanya
konduksi yang menyimpang. AVRT biasanya terjadi bersamaan factor
komorbid yaitu sindrom Wolff Parkinson White. AVRT disebabkan oleh adanya
satu atau lebih jalur konduksi aksesori yang secara anatomis terpisah dari
sistem konduksi jantung normal. Jalur aksesori merupakan sebuah koneksi
miokardium yang mampu menghantarkan impuls listrik antara atrium dan
ventrikel pada suatu titik selain nodus AV. AVRT terjadi dalam dua bentuk yaitu
orthodromik dan antidromik. Pada AVRT orthodromik, impuls listrik akan
dikonduksikan turun melewati nodus AV secara antegrade seperti jalur
konduksi normal dan menggunakan sebuah jalur aksesori secara retrograde
untuk masuk kembali ke atrium. Karakteristik jenis ini adalah adanya
gelombang P yang mengikuti setiap kompleks QRS yang sempit karena adanya
konduksi retrograde. Sedangkan impuls listrik pada AVRT antidromik akan
dikonduksikan berjalan turun melalui jalur aksesori dan masuk kembali ke
atrium secara retrograde melalui nodus AV. Karena jalur aksesori tiba di
ventrikel di luar bundle His, kompleks QRS akan menjadi lebih lebar
dibandingkan biasanya

Gambar 4.2 Atrioventrikular Re- entrant Takikardi.8

3 Atrial Takikardi (AT)


49

Atrial takikardi terjadi pada satu fokus atrium misalnya pada crista
terminalis di atrium kanan. Bentuk lainnya adalah multifokal AT, biasanya
terjadi pada pasien dengan gagal jantung. Takikardi ini jarang menimbulkan
gejala akut. Penemuannya biasanya karena pemeriksaan rutin atau karena ada
gagal jantung akibat aritmia yang lama. Pada takikardi atrium primer, tampak
adanya gelombang P yang agak berbeda dengan gelombang P pada waktu irama
sinus, tanpa disertai pemanjangan interval PR. Atrial takikardi adalah takikardi
fokal yang dihasilkan dari adanya sebuah sirkuit reentrant mikro atau sebuah
focus otomatis.

Gambar 4.3 Atrial Takikardi.8

Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan untuk mendiagnosis


Supraventrikular takikardia adalah tes laboratorium , EKG, foto thorax,
Echocardiography, Electrophysiological testing.

Tes laboratorium lainnya adalah sebagai berikut :


Kadar elektrolit
Harus diperiksa karena kelainan elektrolit dapat berkontribusi SVT( SVT
paroxysmal )
Hitung darah lengkap
Untuk membantu menilai apakah anemia berkontribusi terhadap takikardi atau
iskemia

Tingkat Digoxin
50

Manifestasi keracunan digoxin ada bersifat akut dan kronis. Pada


manifestasi akut dimana dosis digoxin lebih dari 1 mg pada anak dan lebih dari 3
mg pada orang dewasa berpotensi beracun. Konsentrasi digoxin pada serum > 15
ng/mL sewaktu atau > 10ng/mL setelah 6 jam pemberian perlu mendapat
perhatian untuk menghindari terjadinya keracunan digoxin. Pasien dengan
toksisitas digoxin sering mengalami gejala gastrointestinal, seperti mual atau
muntah. Efek pada jantung yang paling umum adalah bradikardi dan blok jantung.
Blokade pompa pertukaran natrium / kalium seluler mengarah ke hiperkalemia
sistemik. Tingkat serum hiperkalemia berat >5.5 mEq / L dikaitkan dengan
kematian lebih besar dari 90% jika tidak diobati. Beda halnya dengan toksisitas
akut, pada toksisitas kronis pada pasien yang tidak mengalami insufisiensi renal
makan akan terjadi hipokalemia yang akan menyebabkan terjadinya takikardia.
Untuk pasien yang mengkonsumsi digoxin, karena SVT adalah salah satu dari
banyak disritmia yang dapat disebabkan oleh tingkat supratherapeutic obat ini.9,10

Elektrokardiografi (EKG)
Presentasi EKG pada pasien dengan SVT biasanya terdapat QRS
kompleks yang sempit (QRS interval kurang dari 120 msec), tetapi beberapa
kasus dapat dijumpa QRS kompleks yang lebar jika berhubungan dengan pre
existing or rate related bundle branch block. Pada kompleks QRS yang lebar
lebih baik kita mengasumsikan takikardi berasal dari ventrikel sampai dapat
dibuktikan. Setelah kembali keirama sinus rhytm ke 12 lead EKG harus
diperhatikan ada atau tidaknya gelombang delta (slurred upstroke at the onset of
QRS complex), yang mengindikasi adanya jalur tambahan (accessory pathway).
Adapun bukti adanya preexcitation dapat minimal jika jalur tambahan terletak
jauh dari nodus sinus atau jika jalur tambahan “concealed”.8,11

Gambaran EKG sesuai dengan tipe SVT:4,12


51

Atrioventricular nodal re-entry tachycardia (AVNRT)


 Bentuk yang paling sering
 Sirkuit reentry melibatkan nodus AV
 Gelombang p retrogard dapat melibatkan tertanam (burried within) atau
hanya setelah kompleks QRS pada takikardi
Atrioventricular re-entry tachycardia (AVRT)
 Bentuk kedua yang paling sering
 Sirkuit reentry melibatkan jalur tambahan
 Beberapa jalur disebut concealed pathway, hanya berkonduksi dengan
arah retrogard.
 Jalur yang berkonduksi dengan arah antegrad menunjukkan preexcitation
pada EKG (Wolf-Parkinson White Syndrome).

Rontgen thorax
Rontgen thorax untuk menilai adanya edema paru dan kardiomegali.
Infeksi seperti pneumonia, yang dalam kasus-kasus tertentu yang terkait
dengan SVT, juga dapat dikonfirmasi dengan temuan dari metode pencitraan
ini.

Ekokardiografi
Dipertimbangkan pada pasien untuk memeriksa adanya gangguan
struktural jantung walaupun hal ini jarang ditemukan. Kebanyakan pasien
normal.

Electrophysiological testing
Elektrofisiologi adalah prosedur pemeriksaan system listrik jantung
dengan tujuan utama untuk mengetahui mekanisme dan terapi aritmia.
Pemeriksaan ini dilakukan apabila ablasi kateter dipertimbangkan.7
Seluruh pemeriksaan klinis dan penunjang tersebut lebih ditujukan
untuk mengetahui apakah perjalanan penyakit SVT tersebut bisa diatasi
52

dengan terapi non farmakologi, farmakologi atau harus dilakukan tindakan


pembedahan saat kehamilan atau setelah kehamilan.

4.2 Perubahan Sistem Kardiovaskular pada Kehamilan


Kehamilan merupakan suatu keadaan yang dapat menyebabkan
beberapa perubahan pada hampir semua system organ pada ibu. Salah
satunya adalah perubahan pada system kardiovaskuler baik fisiologis maupun
patologis. Banyaknya perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil
nampaknya mempersulit diagnosis kelainan jantung, misalnya bising jantung
fisiologis sering ditemukan pada wanita hamil normal, demikian pula dengan
dyspnea dan edem. Cunningham dkk menyatakan bahwa diagnosis penyakit
jantung pada kehamilan jangan ditegakkan bila tidak ada kelainan yang
ditemukan sebaliknya jangan gagal dan terlambat menegakkan diagnosis bila
memang ada kelainan. Perubahan fisiologi system kardiovaskular pada
kehamilan dimulai pada umur kehamilan 4 minggu dimana terjadi
peningkatan nadi ibu. Volume darah meningkat mulai umur kehamilan 6
minggu dan mencapai puncaknya sekitar 40% dari volume plasma awal pada
masa gestasi 24 minggu. Denyut jantung mulai meningkat saat usia
kehamilan 20 minggu dan terus meningkat hingga usia kehamilan 32 minggu
dan terus bertahan tinggi hingga 2-5 hari setelah persalinan. 13,14,15
Curah jantung (Cardiac Output) merupakan hasil perkalian stroke
volume dan denyut jantung. Denyut jantung dan stroke volume meningkat
seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Cardiac output meningkat 30-
50 % selama kehamilan. Takikardia akan mengurangi pengisian ventrikel
kiri, mengurangi perfusi pembuluh darah koroner pada saat diastol dan secara
simultan kemudian meningkatkan kebutuhan oksigen pada miokardium.
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen akan memicu
terjadinya iskemia miokard. Resistensi vaskuler menurun pada trimester
pertama dan awal trimester kedua (sebagai akibat dari estrogen, progesteron,
prostasiklin, atrial natriuretic peptides, dan endothelial nitric oxide) sehingga
tekanan darah sistemik biasanya menurun pada awal kehamilan dan tekanan
53

darah diastolik biasanya 10 mmHg di bawah garis normal pada trimester


kedua, tetapi kembali naik ke batas normal secara perlahan pada trimester
ketiga. Jadi tiga perubahan hemodinamik utama yang terjadi dalam masa
kehamilan adalah : peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung
dan penurunan resistensi perifer.13,15,16,17

4.2.1 SVT pada Kehamilan


Aritmia merupakan komplikasi yang paling umum ditemui pada
wanita selama kehamilan dengan dan tanpa kelainan struktural. Beberapa
penelitian telah dipublikasikan pada pengaruh perubahan hormonal terhadap
terjadinya arrhythmogenesis pada kehamilan. Meskipun tingkat katekolamin
tampaknya tidak berubah selama kehamilan, namun terjadi peningkatan
respon adrenergik selama kehamilan. Estrogen telah terbukti meningkatkan
jumlah alpha-adrenergik reseptor pada miokard. Meningkatnya adrenergik
reseptor ini berkontribusi untuk terjadinya peningkatan otomatisasi dan
aktivitas pemicu (Triggered activity)5
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takiaritmia yang
ditandai dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak bertambah
cepat. Dalam satu penelitian didapatkan prevalensi PSVT diperkirakan 24 per
100.000 wanita hamil yang dirawat di rumah sakit. Ada perbedaan antara
studi apakah kehamilan meningkatkan risiko timbulnya PSVT untuk pertama
kali. Satu studi mendapatkan dari 38 wanita dengan PSVT yang mana
ditemukan bahwa onset awal PSVT terjadi selama kehamilan pada 13 wanita
(34 persen). Risiko relatif perkiraan onset pertama PSVT selama kehamilan
adalah 5,1 (95 persen interval kepercayaan 2,8-9,2). Sebaliknya, studi lain
menyebutkan bahwa dari 173 wanita hamil dengan gejala PSVT yang dirujuk
untuk dilakukan electrophysiologic testing dan radiofrequency catheter
ablation, melaporkan bahwa hanya 4,6 persen memiliki onset awal PSVT
selama kehamilan. Dalam hal ini, kehamilan tidak dikaitkan dengan onset
pertama PSVT. Penelitian yang sama menemukan bahwa di antara wanita
54

dengan onset pertama PSVT sebelum kehamilan, mayoritas (85 persen) dari
wanita memiliki eksaserbasi PSVT selama kehamilan.5
Evaluasi risiko kehamilan pada wanita dengan penyakit jantung
direkomendasikan menggunakan klasifikasi risiko modifikasi dari WHO (
World Health Organization ). Pada wanita dengan risiko WHO kelas I, Risiko
mortalitas maternal sangat rendah, wanita dengan risiko WHO kelas II
mempunyai risiko mortalitas maternal yang rendah sampai sedang, dan
direkomendasikan follow up kehamilannya tiap trimester. Pada wanita
dengan risiko WHO kelas III, ada risiko tinggi akan komplikasi pada
maternal, dan sangat direkomendasikan membutuhkan advis dari dokter
spesialis jantung dan kandungan, sedangkan pada wanita dengan risiko WHO
kelas IV, kehamilan dikontraindikasikan, tetapi bila wanita tersebut hamil dan
tidak mau melakukan terminasi, maka kontrol ketat tiap bulan yang harus
dilakukan.13
55

Tabel 4.1 Klasifikasi WHO mengenai risiko maternal.13


Supraventrikular takikardi termasuk klasifikasi WHO kelas II
dimana mempunyai risiko mortalitas maternal yang rendah sampai sedang,
dan direkomendasikan follow up kehamilannya tiap trimester. Sama
halnya dilakukan pada kasus, pasien terpantau / kontrol rutin setiap 2
minggu baik ke poli kebidanan untuk pemantauan kesejahteraan janin dan
ke poli jantung untuk mendapatkan terapi supraventrikular takikardi.
Setiap trimester dilakukan Echocardiography untuk menilai keberhasilan
terapi.
56

4.3 Tata Laksana Kehamilan dengan SVT

Secara umum, pendekatan dalam menangani SVT dalam


kehamilan sama seperti pada wanita yang tidak hamil, tetapi dari teori atau
dampak buruk dari obat anti aritmia pada janin, obat anti aritmia sering
disarankan hanya untuk pengobatan yang terkait dengan gejala klinis yang
signifikan atau terjadinya penyesuaian hemodinamik. Rekomendasi
pengobatan sering terhambat oleh karena kurangnya penelitian dan
sedikitnya atau tidak adanya data tentang efektifitas dan keamanan
penggunaan obat anti aritmia selama kehamilan. Pemilihan terapi untuk
sebagian besar berdasarkan data yang terbatas dari studi pada hewan,
laporan kasus , dan penelitian observasional serta pengalaman klinis.4,5

4.3.1 Tata Laksana Antepartum pada SVT


Wanita dengan penyakit jantung sebelum memutuskan untuk
hamil, sebaiknya terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dokter baik itu
oleh obstetrikus dan kardiologi. Harapan hidup dan aspek etik juga harus
didiskusikan terhadap suami istri sebelum memutuskan untuk hamil.
Mortalitas maternal umumnya bervariasi sesuai dengan status fungsional
jantung selama onset kehamilan, namun dapat bertambah tinggi seiring
dengan bertambahnya umur kehamilan. Perlu dilakukan evaluasi dengan
teliti untuk mengetahui risiko terhadap ibu sebelum memutuskan untuk
hamil.
Wanita hamil dengan SVT harus diawasi oleh obstetrikus dan
kardiologi mulai dari awal kehamilan. Pasien dengan risiko yang tinggi
harus diawasi oleh tim dokter dari berbagai disiplin ilmu dan dilakukan di
Rumah Sakit yang mempunyai sarana dan prasarana yang memadai.
Keputusan terapi SVT pada wanita hamil ditentukan oleh umur kehamilan,
gejala yang muncul, resiko terhadap fetus.
57

Tabel 4.2 Prinsip umum manajemen kehamilan pada wanita dengan penyakit
kardiovaskular.18

Stage Prinsip penanganan


Sebelum Identifikasi kondisi SVT nya apakah dapat ditangani dengan
pemberian farmakologi atau harus dengan pembedahan
Konsepsi
Disarankan untuk melakukan koreksi bedah bila dibutuhkan
Konseling tentang prognosis dari keberhasilan persalinan, termasuk
keselamatan ibu dan kelainan janin
Mengevaluasi medikasi dan mendiskusikan resiko dan keuntungan
tiap medikasi
Trimester I Melakukan evaluasi yang multidisiplin dengan kardiologis dan
perinatologis
Konseling tentang resiko mortalitas dan morbiditas ibu, dan juga
prognosis keberhasilan kehamilan
Mengevaluasi ulang medikasi dengan kardiologis, untuk
meninimalkan resiko kelainan fetus
Menghindari terapi intervensi yang dapat ditunda hingga trimester
ke II ( Contoh : Fluoroskopi )
Trimester II Melanjutkan evaluasi multidisiplin pada pasien
Mengevaluasi perkembangan janin dengan serial fetal ultrasound
Mengatur dosis medikasi untuk mempertahankan level terapeutik,
namun jika terapi farmakologi tidak berhasil maka terapi ablasi
kateter dapat dilakukan
Membatasi aktivitas maternal untuk mempertahankan stabilitas
kardiovaskular
Trimester III Melanjutkan evaluasi multidisiplin pada pasien
Mengevaluasi perkembangan janin dengan serial fetal ultrasound
Menkonsultasikan dengan ahli anestesi mengenai persalinan
Melakukan pertemuan dengan ahli lain selama kehamilan dan
persalinan untuk merencanakan manajemen persalinan
Mengevaluasi resiko dan keuntungan induksi persalinan, persalinan
spontan dan sektio sesaria elektif
Selama Persalinan Monitoring yang ketat oleh ahli multidisiplin tim
Penanganan nyeri yang adekuat
Monitoring kondisi kardiovaskular maternal dan status cairan pada
keadaan seperti di ICU
Post Partum Monitoring hemodinamik dalam keadaan seperti di ICU
58

Rekomendasi untuk wanita hamil oleh American College of


Cardiology / American Heart Association / Heart Rhythm Society tahun
2015 pedoman untuk pengelolaan pasien dengan takikardia
supraventricular.

Pada episode akut jika hemodinamik tidak stabil maka kardioversi


harus segera dilakukan, namun ketika pasien hemodinamik stabil, episode
akut PSVT dapat diakhiri dengan memblokir konduksi AV nodal. Jika
manuver vagal (misalnya, manuver Valsava atau pijat sinus karotis) gagal,
adenosine intravena (6 sampai 12 mg) adalah pilihan yang tepat dalam
kehamilan, cara ini dapat mengakhiri episode akut sekitar 90 persen dari
PSVT. Laporan kasus telah menunjukkan efektivitas adenosine pada
wanita hamil, meskipun di sebagian besar laporan adenosine itu diberikan
pada trimester kedua dan ketiga
Rekomendasi obat lini kedua adalah intravena blocker beta-
adrenergic seperti propranolol dan metoprolol. Penelitian verapamil secara
intravena masih terbatas dan lamanya waktu paruh (5,3 jam) dari
verapamil dapat menyebabkan hipotensi yang signifikan, terutama ketika
diberikan sebagai injeksi bolus intravena yang cepat.
Pencegahan PSVT dapat dicapai dengan sejumlah AV agen nodal
blocking (yaitu, digoxin atau beta blocker). Pengalaman dengan
penggunaan digoxin yang luas dan dianggap aman selama
kehamilan. Pada penelitian cross-over secara acak dari 11 pasien tidak
hamil menunjukkan bahwa ada khasiat yang sama antara digoxin,
propranolol, dan verapamil sehubungan dengan frekuensi atau durasi
PSVT. Propranolol dan metoprolol sering digunakan, tetapi memiliki
risiko potensi beta blocker pada janin perlu dibicarakan dengan ibu,
khususnya risiko terjadinya pertumbuhan intra-uterine yang terhambat.
59

Gambar 4.4 Rekomendasi untuk Pengobatan SVT pada Kehamilan.4

Obat yang direkomendasikan berdasarkan tingkat bukti


Kelas I Kelas Iia Kelas IIb Kelas III
Keuntungan Keuntungan >> Keuntungan>- Resiko >-
>>> Resiko Resiko Resiko Keuntungan
Prosedur/ Perlu adanya Perlu adanya Prosedur/
Penanganan penambahan fokus penambahan objek penanganan
HARUS studi yang luas, harus tidak
DILAKUKAN/ BERALASAN untuk penampahan data dilakukan/
Dilaksananaka dilakukan prosedur/ register sangat dilaksanankan
n. pelaksanaan membantu. KARENA TIDAK
60

penanganan. Pelaksanaan BERMANFAAT


prosedur/Penangan DAN
an MUNGKIN KEMUNGKINK
DIPERHITUNGKAN AN
BERBAHAYA
Level A Direkomendasi Direkomendasikan Rekomendasi Rekomendasi
Evaluasi kan bahwa sebagai pilihan penggunaan/ penggunaan
populasi prosedur atau dalam efikasi belum atau
multipel. penanganan penatalaksanaan/ ditetapkan. penatalaksana
berguna / prosedur yang bisa Bukti konflik yang an tidak
efektif. digunakan/efektif. besar dari multiple bermanfaat/
Bukti yang Beberapa bukti randomized trial tidak efektik
cukup dari konflik dari multiple atau meta analisis. dan
multiple random trial atau kemungkinan
random trial meta analisis. berbahaya.
atau Bukti yang
metaanalisis. cukup dari
multiple
randomized
trials atau
meta analysis.

Level B Direkomendasi Direkomendasikan Rekomendasi Rekomendasi


Evaluasi kan bahwa sebagai pilihan penggunaan/ penggunaan
populasi prosedur atau dalam efikasi belum atau
yang penanganan penatalaksanaan/pro ditetapkan. penatalaksana
dievaluasi berguna / sedur yang bisa Bukti konflik besar an tidak
terbatas. efektif. digunakan/efektif. dari single bermanfaat/
Data dibagi Bukti dari Beberapa bukti randomized trial tidak efektik
menjadi single random konflik dari single atau studi dan
data tunggal trial atau studi random trial dan nonrandom. kemungkinan
random trial nonrandom. studi nonrandom. berbahaya.
atau studi Bukti dari
nonrandom. single
randomized
trial atau studi
nonrandomize
d.

Level C Direkomendasi Direkomendasikan Rekomendasi Rekomendasi


Populasi kan bahwa sebagai pilihan penggunaan/efikasi penggunaan
yang prosedur atau dalam belum ditetapkan. atau
dievaluasi penanganan penatalaksanaan/pro Hanya opini dari penatalaksana
sangat berguna / sedur yang bisa para ahli, studi an tidak
terbatas. efektif. digunakan/efektif. kasus dan standar bermanfaat/
Hanya opini Hanya opini ahli yang pelayanan. tidak efektik
consensus Hanya opini bervariasi, studi dan
dari ahli, dari ahli, studi kasus atau standar kemungkinan
studi kasus kasus dan pelayanan. berbahaya.
dan standar standar Hanya opini
perawatan. perawatan. ahli, studi
kasus atau
61

standar
pelayanan.

Pertimbangan harus diberikan untuk ablasi sebelum kehamilan


pada pasien dengan aritmia yang mana gejala tidak membaik selama
diberikan terapi farmakologis. Ablasi kateter umumnya dihindari selama
kehamilan mengingat kebutuhan fluoroskopi. Ablasi umumnya ditunda
sampai setelah melahirkan.5
Pengalaman pengobatan dengan radiofrequency ablation catheter
selama kehamilan masih terbatas pada kasus takikardia supraventricular.
Prosedur ini umumnya tidak dilakukan selama kehamilan, terutama karena
kekhawatiran dari paparan radiasi pengion untuk janin. Namun, dalam
kasus yang jarang, wanita dengan aritmia yang parah dan resistan terhadap
obat selama kehamilan dapat dipertimbangkan untuk prosedur ablasi.
Risiko paparan radiasi untuk janin selama ablasi kecil (<1 mGy di semua
periode kehamilan). 5
Efek radiasi pada janin tergantung pada dosis radiasi dan usia
kehamilan di mana paparan terjadi. Jika memungkinkan, prosedur harus
ditunda sampai setidaknya periode organogenesis selesai (>12 minggu
setelah menstruasi). Tidak terdapat bukti adanya peningkatan risiko terjadi
kecacatan pada janin, cacat intelektual, pertumbuhan terhambat, atau
keguguran pada dosis radiasi untuk wanita hamil <50 mGy. Beberapa
bukti menunjukkan bahwa risiko malformasi meningkat pada dosis >100
mGy, sedangkan risiko antara >50 mGy dan <100 mGy masih belum
jelas. Sebagian besar prosedur medis yang melibatkan dosis untuk janin
hingga kurang lebih 1 mGy, memiliki resiko yang sangat rendah terkait
terjadinya kanker.13
62

Tabel 4.3 Estimasi dosis efektif fetus dan maternal untuk berbagai
prosedur diagnostic dan intervensi radiologi.13
Sama halnya pada kasus seperti dikatakan literatur bahwa,
dibutuhkan evaluasi multidisiplin dengan kardiologis untuk mengontrol
baik SVT dan perkembangan janin. Sebelum hamil untuk mengontrol SVT
pasien mendapatkan terapi propranolol. Namun propranolol memiliki
risiko pada janin sehingga perlu diperhatikan, khususnya risiko terjadinya
pertumbuhan intra uterine yang terhambat. Digoxin dipilih sebagai terapi
profilaksis pada pasien untuk mengontrol penyakit jantung (SVT),
Pengalaman para ahli dengan penggunaan digoxin yang luas dan dianggap
aman selama kehamilan.
63

4.3.2 Tata Laksana Intrapartum pada SVT


Persalinan untuk penderita kelainan jantung aritmia idealnya
adalah singkat dan bebas nyeri. Induksi persalinan dilakukan bila serviks
sudah matang. Suatu persalinan menyebabkan meningkatnya cardiac
output (15% pada kala I dan 50% pada kala II) karena autotranfusi uterus
pada saat kontraksi,dan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung
sebagai respon dari rasa nyeri dan panik. Pada persalinan kala III
peningkatan cardiac output 60-80%. Cardiac output menurun tajam pada
saat 1 jam setelah proses persalinan. Risiko tertinggi edema paru timbul
pada saat persalinan kala III dan periode postpartum.16,17,19
Pada saat persalinan, wanita hamil dengan aritmia diposisikan
senyaman mungkin, yaitu pada posisi miring ke kiri,untuk mencegah
caval compression syndrome (penurunan cardiac output) dan edema
pulmonum. ECG yang berkelanjutan, monitor saturasi oksigen dan
fasilitas resusitasi yang lengkap harus tersedia. Epidural anastesi aman
pada kondisi wanita hamil dengan penyakit jantung aritmia.19
Pada penelitian yang dilakukan oleh Langesaeter dkk menunjukkan
bahwa wanita hamil dengan penyakit jantung dapat secara aman
melahirkan bayi dengan operasi caesar di bawah anestesi regional.
Anestesi spinal bersifat sederhana, onset cepat, dan blok saraf yang kuat.
Risiko toksisitas sistemik anestesi lokal pada ibu, transfer obat ke janin,
dan depresi akibat anestesi lokal pada bayi, insidennya kecil pada anestesi
spinal. Meskipun onset cepat anestesi menguntungkan, namun onset cepat
blok simpatis dapat menyebabkan hipotensi yang berat dan mendadak.
Hipotensi dapat dicegah melalui pemberian cairan sebelum anestesi, left
uterine displacement, dan pemberian vasopresor profilaksis. Beberapa
penelitian menunjukkan agonis alfa adrenergik dosis rendah (misalnya
fenilefrin 20-100 mcg iv) dapat diberikan dengan aman untuk pencegahan
dan terapi hipotensi pada pasien SVT saat dilakukan anestesi spinal.
64

Agonis alfa adrenergik menjadi pilihan terbaik pada pasien yang tidak
mentoleransi takikardia akibat efedrin.20
Pada kasus telah dilakukan evaluasi multidisiplin dengan
melakukan pertemuan antara ahli obgin, kardiologi, pediatri dan anestesi
selama kehamilan dan persalinan untuk merencanakan manajemen
persalinan. Namun pada pasien didapatkan adanya kelainan letak yaitu
letak sungsang sehingga untuk persalinan yang ideal pada pasien dengan
kelainan SVT adalah singkat dan bebas nyeri maka diputuskan untuk
dilakukan seksio sesaria.

4.3.3 Tata Laksana Postpartum pada SVT


Managemen wanita hamil dengan penyakit kardiovaskular setelah
melahirkan menurut ACC/AHA ESC, American College of Cardiology/
American Heart Association Task Force on Practice Guidelines and
European Society of Cardiology Committee fot Practice22
 Observasi ketat selama 24-72 jam di ICU seperti perubahan dinamis
dari autotranfusi dan decompresi aortocaval, serta mungkin cairan
yang berlebih yang dapat menimbulkan tanda gagal jantung pada
masa puerperium.
 Follow up ketat dari balance cairan dan tanda dari kongesti untuk
dilakukannya titrasi diuretic pada gagal jantung berat atau shock
kardiogenik untuk memulai terapi lebih lanjut berdasarkan guideline
pada gagal jantung akut.
 Melanjutkan penggunaan oksigen nasal untuk meningkatkan saturasi
oksigen arteri.
 Disarankan pemberian agen profilaksis tromboembolik jika bed rest
diperlukan.
 EKG setiap minggu pada ibu.
 Central Intravenous dapat membantu dalam situasi berisiko tinggi
namun umumnya tidak disarankan.
65

Tidak ada rekomendasi yang seragam untuk pengobatan ibu hamil


dan menyusui. Pemilihan dalam pengobatan menyangkut waktu inisiasi
saat pengobatan. Sebagai terapi obat pada ibu menyusui, pengobatan yang
optimal dari ibu harus ditargetkan. Apakah terapi obat diperlukan
tergantung pada urgensi indikasi. Dalam keadaan darurat, obat yang tidak
dianjurkan oleh industri farmasi selama menyusui tidak boleh dihentikan
dari ibu. Potensi risiko dari obat dan manfaat terapi mungkin harus
ditimbang.13
Rekomendasi penggunaan obat selama kehamilan dan menyusui. 13

Obat Klasifikasi Kategori Permeabilitas Transfer Efek


FDA Plasenta melalui Merugikan
ASI
Metoprolol β-blocker C Ya Ya* Bradikardia
(class II) dan
hipoglikemia
pada janin
Propranolol β-blocker C Ya Ya* Bradikardia
(class II) dan
hipoglikemia
pada janin
Verapamil Calcium C Ya Ya* ditoleransi
oral channel (Pengalaman
blocker selama
(class IV) kehamilan
terbatas).

Sotalol Antiarrhythmi B Ya Ya* Bradikardia


c (class III) dan
hipoglikemia
pada janin
(Pengalaman
terbatas)
Flecainide Antiarrhythmi C Ya Ya* Tidak diketahui
c (class IC) (pengalaman
terbatas)
Procainamide Antiarrhythmi C Ya Ya Tidak diketahui
c (class IA) (pengalaman
terbatas)
Quinidine Antiarrhythmi C Ya Ya* Trombopenia,
c (class IA) kelahiran
prematur,
toksisitas
66

Nervus VIII

Propafenone Antiarrhythmi C Ya Tidak tau Tidak diketahui


c (class IC) (pengalaman
terbatas)
Atenolol β-blocker D Ya Ya Hipospadia
(class II) (trimester
pertama); cacat,
berat badan
lahir rendah,
bradikardia dan
hipoglikemia
pada janin
(trimester
kedua dan
ketiga)

Amiodarone Antiarrhythmi D Ya Ya Thyroid


c insufisiensi
(Class III) (9%),
hipertiroidisme,
gondok,
bradikardia,
pertumbuhan
terhambat,
lahir prematur.

Verapamil IV Calcium C Ya Ya* risiko yang


channel lebih besar
blocker terjadi
(class IV) hipotensi dan
hipoperfusi
pada janin

*Menyusui dapat dilakukan walaupun ibu dengan pengobatan


Digoxin: pengalaman dengan digoxin luas, dan itu dianggap sebagai obat antiaritmia
yang paling aman selama kehamilan.
Adenosine: sebagian besar pengalaman dengan obat ini adalah pada trimester kedua dan
ketiga. Adenosine memiliki waktu paruh sangat singkat < 10 detik sehingga dapat
mencegahnya mencapai janin.

Kontrasepsi ideal harus memenuhi kriteria: aman, efektif, dan dapat diterima.
Metode barier (kondom, diafragma)
Penggunaan metode barier kurang ideal karena angka kegagalan yang
cukup tinggi.
Alat kontraseptif dalam rahim
67

Pemakaian IUD harus hati-hati karena adanya risiko, infeksi dan refleks
vagal yang dapat menimbulkan bradikardia pada saat pemasangan. Selain itu pada
pasien yang memakai antikoagulan ada risiko perdarahan menstruasi yang
banyak.
Pil kontraseptif oral
Kontrasepsi bebas estrogen walaupun efektifitasnya lebih rendah tapi
terbukti aman untuk wanita dengan penyakit jantung.
Injeksi
Suntikan bulanan yang mengandung medroksiprogesteron asetat tidak
sesuai untuk pasien dengan gagal jantung karena kecenderungan terjadinya retensi
cairan
Sterilisasi
Sterilisasi dengan tubektomi dianjurkan pada pasien yang sudah tidak
menginginkan anak, atau pada penyakit jantung dengan risiko kehamilan yang
tinggi. Adanya penggunaan anestesia dalam prosedur sterilisasi, menyebabkan
tetap perlunya perhatian khusus pada pasien dengan penyakit jantung.23

4.4 Prognosis Kehamilan dengan SVT

Prognosis SVT dengan kehamilan tergantung pada penyakit jantung


struktural yang mendasari. Pasien dengan struktural jantung yang normal
memiliki prognosis baik. Pada SVT episode akut dikatakan bahwa pada umumnya
90 persen kasus dapat diatasi dengan pemberian adenosine. Adenosine sendiri
dikatakan aman diberikan selama kehamilan dikarenakan waktu paruh dari obat
ini sangat pendek yaitu kurang dari 10 detik sehingga dengan waktu paruh yang
pendek maka dapat mencegahnya mencapai janin. Namun jika ternyata
didapatkan resisten dengan pemberian obat dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan radiofrequency ablation catheter.5,13
Prosedur radiofrequency ablation catheter ini umumnya tidak dilakukan
selama kehamilan, terutama karena kekhawatiran dari paparan radiasi pengion
untuk janin. Namun, dalam kasus yang jarang, wanita dengan aritmia yang parah
68

dan resistan terhadap obat selama kehamilan dapat dipertimbangkan untuk


prosedur ablasi kateter. Risiko paparan radiasi untuk janin selama ablasi kecil (<1
5
mGy di semua periode kehamilan). Tidak terdapat bukti adanya peningkatan
risiko terjadi kecacatan pada janin, cacat intelektual, pertumbuhan terhambat, atau
keguguran pada dosis radiasi untuk wanita hamil <50 mGy. Terapi radiofrequency
ablation catheter merupakan terapi kuratif dengan angka keberhasilan 95-97%.7,13
Sama halnya pada kasus seperti dikatakan literatur bahwa, SVT selama
kehamilan tanpa adanya penyakit struktural memiliki prognosis baik. Digoxin
digunakan pada pasien sebagai terapi profilaksis yang mana pengalaman para ahli
dengan digoxin luas, dan dianggap sebagai obat antiaritmia yang paling aman
selama kehamilan. Pada kasus tidak perlu dilakukan terapi invasif (ablasi kateter)
oleh karena SVT sudah dapat dikontrol.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Seorang wanita berusia 32 tahun datang membawa konsulan dari
Teman Sejawat Jantung dengan CHF/FC I ec susp VHD + HT terkontrol.
Penyakit jantung sendiri telah diketahui sejak tahun 2008, dengan pengobatan
rutin di dokter spesialis Penyakit Dalam.
Setelah melalui proses anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
didapatkan pasien saat ini di diagnosis dengan G2P0010 6-7 mg + ROB +
CHF/FC I ec susp VHD + HT terkontrol + MR Mild + EF 58%. Setelah
melalui serangkaian rapat tim yang terdiri dari dokter spesialis bagian Obstetri
dan Ginekologi, Kardiologi, Pediatri, Anestesi diputuskan bahwa kehamilan
pasien dapat dilanjutkan sampai usia kehamilan 37 minggu dengan catatan
harus dengan pemantauan ketat terhadap kondisi ibu dan perkembangan
bayinya.
Pemantauan dilakukan terhadap kondisi ibu dengan SVT dan
kehamilan serta kondisi bayi. Aritmia sendiri sulit diprediksi kapan akan
timbul. Secara umum, pendekatan dalam menangani SVT dalam kehamilan
sama seperti pada wanita yang tidak hamil, tetapi harus dipikirkan dampak
buruk dari obat anti aritmia pada janin, obat anti aritmia sering disarankan
hanya untuk pengobatan yang terkait dengan gejala klinis yang signifikan.
Rekomendasi pengobatan sering terhambat oleh karena kurangnya penelitian
dan sedikitnya atau tidak adanya data tentang efektifitas dan keamanan
penggunaan obat anti aritmia selama kehamilan. Digoxin dengan pengalaman
para ahli yang luas, dianggap sebagai obat antiaritmia yang paling aman
selama kehamilan. Pada pasien ini, SVT dapat terkontrol dengan pemberian
digoxin, namun tetap dilakukan pemantauan terhadap kehamilan serta
perkembangan janinnya.
Pada tanggal 7 September 2015 diputuskan untuk dilakukan tindakan
Sectio Cesaria elektif, dengan pertimbangan usia kehamilan telah mencapai

69
70

37 minggu dan letak sungsang. Pukul 12.50 Wita lahir bayi perempuan, 2800
gram, segera menangis, AS 7-8, anus (+), kelainan kongenital (-). Tatalaksana
lanjutan pada pasien adalah disarankan untuk dilakukan ablasi kateter sebelum
pasien hamil kembali.

5.2 Saran
Kasus kehamilan dengan SVT jarang ditemukan. Penanganan sangat
tergantung usia kehamilan. Maka dari itu sangat dibutuhkan adanya kerjasama
tim dalam menangani pasien dengan kasus-kasus seperti ini, sehingga
penanganan secara komprehensif dapat diberikan
Terapi ablasi kateter perlu dipertimbangkan pada wanita dengan SVT
yang merencanakan kehamilan. Hal ini dimaksudkan agar wanita yang
memiliki riwayat SVT tidak mengalami eksaserbasi saat hamil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Conover, M.B. Understanding Electrocardiography 8


edition. Mosby.2003: p14-25
2. Rahman, M. Mekanisme dan Klasifikasi Aritmia: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. InternaPublishing. 2009:
p1602-1604
3. Makmun, L.H. Aritmia Supra Ventrikular: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. InternaPublishing. 2009: p1618-1622
4. Lundqvist C.B, Scheinman M.M, et al, ACC/AHA/ESC
Guidelines for the Management of Patients With Supraventricular
Arrhythmias: American College of Cardiology Foundation, the American
Heart Association, Inc., and the European Society of Cardiology. 2003
5. Silversides C, Harris L, Yap S.C., Supraventrivular
Arrhythmias during Pregnancy. UptoDate. 2016
6. Pratanu, S.,Konsep Dasar Elektrokardiografi: Kursus
Elektrokardiografi: Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. 2010: 3-9
7. Yamin M, Harun S, Makmun L.H, Elektrofisiologi: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. InternaPublishing. 2009: 1644-
1651
8. Colucci A.R, Silver M.J, Shubrook J, Common Types of
Supraventricular Tachycardia: Diagnosis and Management: Am Fam
Physician.2010;82(8):p942-952
9. Civetta, Taylor, Kirby's, Pharmacology, Nutrition,
Toxicology, and the Environment: Manual of Critical Care Critical Care
1st Edition. Wolters Kluwer 2012 :p144-185
10. Markovchick V.J, Pons P.T, Bakes K.A, Toxicologic
Emergencies: Emergency Medicine Secrets. Mosby. 2011:p473-533

71
72

11. Trisnohadi H.B, Gangguan Irama Jantung yang Spesifik:


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. InternaPublishing.
2009:1605-1611
12. Pratanu, S.,Aritmia: Kursus Elektrokardiografi: Bagian
Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2010: p77-107
13. Zagrosek V.R, Lundqvist C.B, et al. ESC Guidelines on the
management of cardiovascular diseases during pregnancy. European
Heart Journal (2011)32, 3147–3197
14. Jackie Yu-Ling Tan.Cardiovascular disease in pregnancy.
Obstetric, Gynaecology and reproductive medicine, 20:4.Elsevier
2010.p107-114.
15. William T Roberts.Dawn Adamson.Cardiovascular disease
in pregnancy. Obstetric, Gynaecology and reproductive medicine,
23:7.Elsevier 2013.p195-200.
16. Kathleen Stergiopoulos,Elaine Shiang,Travis Bench.
Pregnancy in patient with Pre-existing Cardiomyopathies.Journal of the
American College of Cardiology.Elsevier.2011.p337-50.
17. Ian S Harris. Management of Pregnancy in Patient with
Congenital Heart Disease.Progress in Cardiovascular Diseases.
Elsevier.2011.p305-11.
18. Mushlin, PS et Davidson KM. Cardiovascular disease in
pregnancy. In : Anesthetic and obstetric management of high risk
pregnancy 3 rd ed. Datta S, ed. New York : Springer; 2004. p. 161.
19. Anna Herrey,Catherine Nelson-piercy. Cardiovascular
disease in pregnancy Medicine 38:10.Elsevier 2010.p555-560.
20. Langester E, Dragsund, and Rosseland L.A, Regional
anaesthesia for a Caesarean section in women with cardiac disease: a
prospective study : Acta Anaesthesiol Scand 2010; 54: 46–54
21. Maya Suresh. Physiology and Pharmacology Shnider and
Levinson's Anesthesia for Obstetrics; Wolters Kluwer 2013:1-56
73

22. Velde M.V, Scholefield H, Lauren A. Plante.


Cardiovascular disease : Maternal Critical Care : Cambridge University
Press 2013 : p 247-266
23. Soewarto S, Wahjudi I, Keman K, Prasetyorini N, Rahardjo
B, Nooryanto M, Sargowo D, Widito S, Basuki D.R, Kontrasepsi :
Tatalaksana Kehamilan dengan Penyakit Jantung: Himpunan Kedokteran
Fetomaternal 2012: p 17-18

Vous aimerez peut-être aussi