Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang paling
umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi glomerulus
dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air, serta hipertensi.
Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi streptokokus, penyakit ini jarang
memiliki efek jangka panjang pada system ginjal. (Kathhleen, 2008)
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada
anak perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi yang biasa
diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan diuretic juga
restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantung kongestif,
dan penyakit ginjal tahap akhir.
Di Indonesia tahun 1980, Glomerulonefritis menempati urutan pertama
sebagai penyebab penyakit ginjal tahap akhir dan meliputi 55% penderita yang
mengalami hemodialisis. (Kathhleen, 2008).
Insidens tidak dapat diketahui dengan tepat, diperkirakan jauh lebih tinggi
dari data statistik yang dilaporkan oleh karena banyaknya pasien yang tidak
menunjukkan gejala sehingga tidak terdeteksi. Kaplan memperkirakan separuh
pasien glomerulonefritis akut pascastreptokok pada suatu epidemi tidak terdeteksi.

B. Tujuan
Agar mahasiswa/i memahami tentang Asuhan Keperawatan Pada An.
Dengan Glomerulo Nefritis Akut (GNA)

1
BAB II
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang
paling umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi
glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air,
serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi streptokokus,
penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang pada system ginjal. (Kathhleen,
2008).
Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada
anak perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi yang biasa
diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan diuretic juga
restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantung kongestif,
dan penyakit ginjal tahap akhir.
Glomerulo Nefritis Akut (GNA)adalah istilah yang secara luas digunakan
yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di
glomerulus. (Brunner & Suddarth, 2001).
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang paling sering
pada masa kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah infeksi
streptokokus. (Sacharin, Rosa M, 1999).
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering
ditemukan pada usia 3-7 tahun. (Kapita Selecta, 2000)
B. Etiologi
Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali
oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama lebih
kurang 10 hari. Dari tipe-tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat

2
nefritogen daripada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat nefritogen
daripada yang lainnya belum diketahui dengan jelas. Mungkin faktor iklim atau
alergi yang mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman
Streptococcus. GNA juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam
tridion), penyakit amiloid, thrombosis vena renalis, purpur anafilaktoid, dan lupus
erimatosis.
C. Patofisiologi
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit dan proliferasi
sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon
imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan antibodi dengan
mikroorganisme yaitu streptokokus A.
Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang
menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler
dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang mana akan
menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi renal dan perubahan permeabilitas
kapiler sehingga molekul yang besar seperti protein dieskresikan dalam urine
(proteinuria).
1) Pathogenesis
Menurut penyelidikan klinik-imunologis dan percobaan pada binatang
menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab.
Beberapa penyelidik menunjukkan hipotesis sebagai berikut:
1) Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada
membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya
2) Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh
menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus
3) Streptococcus nefritogen dan membrane basalis glomerulus
mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti
yang berlangsung merusak membrane basalis ginjal
2) Patologi
Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat titik-titik
perdarahan pada korteks. Mikroskopik tampak hamper semua glomerulus

3
terkena sehingga dapat disebut glomerulus difus. Tampak proliferasi sel
endotel glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan lumen kapiler
dan ruang simpai Bowman menutup. Disamping itu terdapat pula
infiltrasi sel epitel kapsul, infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit.
Pada pemerksaan mikroskop electron akan tampak membrane basalis
menebal tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di subepitelium yang
mungkin dibentuk oleh globulin-gama, komplemenbdan antigen
streptokokus.

WOC

4
D. Menifestasi klinis
1) Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
2) Proteinuria (protein dalam urine)
3) Oliguria (keluaran urine berkurang)
4) Nyeri panggul
5) Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian
menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang
mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak mengenal anak dengan
baik).
6) Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi
sekali pada hari pertama.
7) Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama
dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama juga. Namun jika
terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah akan tetap tinggi selama
beberapa minggu dan menjadi permanen jika keadaan penyakitnya
menjadi kronik.
8) Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan,
dan diare.
9) Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang
dan kesadaran menurun.
10) Fatigue (keletihan atau kelelahan).
E. Pemeriksaan Diagnostik
3) Laju Endap Darah (LED) meningkat
4) Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air)
5) Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila fungsi
ginjal mulai menurun.
6) Jumlah urine berkurang
7) Berat jenis meninggi
8) Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.
9) Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit
dan hialin.

5
10) Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika ditemukan
infeksi tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus yang mendahului
hanya mengenai kulit saja.
11) Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk identifikasi
mikroorganisme.
12) Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan
adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus dan tonjolan
subepitel yang mengandung imunoglobulin dan komplemen.

F. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
Tidak ada pengobatan yag khusus yang memengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu. Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4
minggu tidak berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya.
b. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak
memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi streptococcuk yang mungkin masih ada.
Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian
profilaksi yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman
penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap.
Secara teoretis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman neritogen
lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
c. Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg
BB/hari) dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan pada
pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal
kembali. Bila ada anuria atau muntah, diberikan IVFD dengan
larutan glukosa 10%. Pada pasien dengan tanpa komplikasi
pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada
komplikasi seperti ada gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria,
maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

6
d. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi,
pemberian sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat
cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan
reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07
mg/kg BB secara intramuscular. Bila terjadi dieresis 5-10 jam
kemudian, selanjutnya pemberian sulfat parenteral tidak dianjurkan
lagi karena member efek toksis.
e. Bila anuria berlangsung lama (5-7hari), maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum
dialysis, hemodialisisi, tranfusi tukar dan sebagainya.
f. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosamid (Lasix) secara intravena
(1mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada
hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
g. Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen
2) Penatalaksanaan keperawatan
Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan
pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah
penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat
tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan
keluarga sanggup setra mengerti boleh dirawat diruah di bawah
pengawasan dokter.
Gangguan faal ginjal. Ginjal diketahui sebagai alat yang salah
satu dari fungsinya adalah mengeluarkan sisa metabolism terutama
protein sebagai ureum, juga kalium, fosfat, asam urat, dan sebagainya.
Karena terjadi kerusakan pada glumerolus (yang merupakan reaksi
autoimun terhadap adanya infeksi streptococcus ekstrarenal)
menyebabkan gangguan filtrasi glomerulus dan mengakibatkan sisa-sia
metabolism tidak dapat diekskresikan maka di dalam darah terdapat
ureum, dan lainnya lagi yang disebutkan di atass meninggi.
Untuk mengetahui keadaan ginjal, pasien GNA perlu dilakukan
pemeriksaan darah untuk fungsi ginjal, laju endp darah (LED), urine, dan

7
foto radiologi ginjal. Urine perlu ditampung selama 24 jam, diukur
banyaknya dan berat jenisnya (BJ) dicatat pada catatan khusus (catatan
pemasukan/pengeluaran cairan). Bila dalam 24 jam jumlah urine kurang
dari 400 ml supaya memberitahukan dokter.
Resiko terjadi komplikasi.Akibat fungsi ginjal tidak fisiologis
menyebabkan produksi urine berkurang, sisa metabolisme tidak dapat
dikeluarkan sehingga terjadi uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia,
hidremia, dan sebagainya. Keadaan ini akan menjadi penyebab gagal
ginjal akut atau kronik (GGA/GGK) jika tidak secepatnya mendapatkan
pertolongan.
G. Komplikasi
Komplikasi glomerulonefritis akut:
a. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan
kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal
dengan anoksia dan edema otak.
c. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
e. Gagal Ginjal Akut (GGA)

8
H. Prognosis
Gajala fisik menghilang dalan minggu ke-2 atau minggu ke-3 dan tekanan
darah umumnya menurun dalam waktu 1 minggu. Kimia darah menjadi normal
pada minggu ke-2. Hematuria mikroskopik dan makroskopik dapat menetap
selama 4-6 minggu. Hitung Addis menunjukan kenaikan jumlah eritrosit untuk 4
bulan atau lebih, dan LED meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan. Protein sedikit
dalam urine dan menetap untuk beberapa bulan. Eksaserbasi kadang-kadang
terjadi akibat infeksi akut selama fase penyembuhan, tetapi umumnya tidak
mengubah proses penyakitnya. Pasien tetap mennjukan kelainan urine salama 1
tahun dianggap menderita glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi
penyembuhan sempurna. Laju endap darah (LED) digunakan untuk mengukur
progresivitas penyakit ini karena umumnya tetap meninggi pada kasus-kasus yang
menjadi kronik. Diperkirakan 95%akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama
fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis kronik.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Ny. S datang ke RSU dengan anaknya An. D dengan keluhan Badan An.D
bengkak terutama diwajah kemudian tangan dan kaki, sebelum dibawa ke RSU
An.D sudah dibawa ke Puskesmas tetapi tidak ada perubahan : bengkak tidak
berkurang, mual dan muntah setiap makan dan minum, anak tampak pucat 4 hari,
kemudian dirujuk ke RSU.

A. Pengkajian
Identitas Klien
Nama : An. D.
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : 12 September 1992
Umur : 9 tahun
Anak ke : 1

Identitas penanggung jawab


Nama ayah : Tn.S.
Nama ibu : Ny. S.
Agama : Islam
Alamat : Jln. Mangga nomor Kediri
Diagnose medis : Glomerulonefritis akut (GNC)

B. Riwayat keperawatan
1. Sekarang
Keluhan utama : Seluruh badan terasa gatal terus menerus sejak masuk RS.,
gatal tidak hilang walaupun digaruk usaha yang dilakukan untuk
menghilangkan dengan menggaruk atau memberi bedak dan badan
terasa lemas ingin tidur.

10
2. Sebelumnya:
Prenatal : Normal (menurut keluarga), ibu selalu kontrol ke Puskesmas dan ibu
tidak minum obat-obatan atau jamu pada saat hamil.
Natal : LahirSpontan umur kehamilan 8 bulan ditolong bidan,BBL 1.6 kg,
saat lahir tangis tidak keras
Post natal : ASI hingga 4 bulan, penyakit yang sering diderita kadang-kadang
badan panas.
Luka operasi : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
C. Pola fungsi kesehatan
- Pertumbuhan :
BB 17 kg
TB 108 cm
Nadi 80—100x/menit
RR 24x/menit, tekanan darah 130/100 mm Hg.
Gigi pemanen pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas.
D. ANALISIS DATA
Data-data Masalah Etiologi
S : Kel mual -, sakit kepala - Perfusi jaringan : Resiko krisis
O: Kesadaran CM, TD 130/100 cerebral / Hipertensi
mmHg, Nadi 100x/menit, Kejang - kardiopulmonal berulang.
, muntah -, capilary reffil 3 detik.

S : Ibu mengatakan “ bengkaknya Retensi air dan


sepertinya bertambah. Cairan nattrium sekunder
O : Oedema anasarka, Acites, efusi terhadap disfungsi
pleura minimal, TD 130/100 mm ginjal
Hg, BB 17 kg, RR 24 x/menit, rales
+ disemua lapang paru. Protein uri
Albuminemia

3. S : “ Rasa gatal pada seluruh


badan “ Integritas kulit Uremia
O : Kulit kering . Klien tampak
menggaruk-garuk kulit, Tampak
memar pada daerah bekas insisi
jarum HD

11
S : “ Rasa gatal pada seluruh
badan “
O: Terpasang kateter nelaton infeksi Depresi sistem
Leukosit darah tgl20/8/01 14.600 , imun
leukisit urine +, LED 58 / 1jam.

S : Pasien mengatakan “ Badan


lemes rasa ingin tidur. Aktifitas Kekurangan
O : Pasien tampak tidur pulas protein dan /
disfungsi ginjal

S : “ Makannya sedikit hanya 1/3 nutrisi


porsi , anak minta makan bakso”. anoreksia dan
‘Sebelum sakit anak juga makan pembatasan diet.
sedikit , anak memang kurus .
O : BB 17 kg, LLA cm, makan
1/3 porsi, Bone Age : umur tulang
seperti tulang umur 83 bulan

E. Diagnosa keperawatan :
1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko
krisis hipertensi.
2. Resiko kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi
ginjal
3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan
edema
4. Resiko tinggi terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem
imun
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan
pembatasan diet
6. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal

12
F. INTERVENSI
Tujuan/Kriteria hasil Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Resiko gangguan perfusi Tujuan : Klien tidak 1. Pantau tanda dan gejala krisis
jaringan: mengalami gangguan perfusi hipertensi [ Hipertensi, takikardi,
serebral/kardiopulmonal jaringan setelah diberikan bradikardi, kacau mental, penurunan
b.d. resiko krisis perawatan 14 hari. tingkat kesadaran, sakit kepala,
hipertensi. Kriteria hasil : tinitus, mual, muntuh, kejang dan
- Kesadaran CM disritmia], dan adanya gangguan
- Tekanan darah 65- perfusi jaringan
108/60-68 mm Hg.
- Fungsi Jantung 2. Pantau tekanan darah tiap jam dan
normal : capillary reffil < 3 kolaborasi bila ada peningkatan TD
detik, cianosis -. sistole >160 dan diastole > 90 mm Hg
3. Kaji keefektifan obat anti hipertensi
4. 7. Pertahankan TT dalam posisi
rendah
Potensial kelebihan Tujuan : Klien tidak 1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala
volume cairan b.d. retensi menunjukan tanda dan gejala kelebihan cairan :
air dan natrium serta kelebihan volume cairan 2. Ukur dan catat intak dan output setiap
disfungsi ginjal. setelah diberikan perawatan 4-8 jam
selama 14 hari 3. Ukur dan catat intak dan output setiap
Kriteria hasil : 4-8 jam
- BB stabil 4. Catat jumlah dan karakteristik urine
- Bunyi napas normal : 5. Ukur berat jenis urine tiap jam dan
rales -, rhonchi -. timbang BB tiap hari
- Oedema –, TD 65- 6. Kolaborasi dengan gi i dalam
108/60-68 mm Hg. pembatasan diet natrium dan protein
7. Berikan es batu untuk mengontrol
rasa haus dan maasukan dalam
perhitungan intak
8. Pantau elektrolit tubuh dan
observasi adanya tanda kekurangan
elektrolit tubuh
 Hipokalemia : kram
abd,letargi,aritmia
 Hiperkalemia : kram otot,
kelemahan
 Hipokalsemia : peka rangsang
pada neuromuskuler
 Hiperfosfatemia:
hiperefleksi,parestesia, kram otot,
gatal, kejang
 Uremia : kacau mental,
letargi,gelisah
9. Kaji efektifitas pemberian elektrolit
parenteral dan oral

13
Perubahan integritas kulit Tujuan : Klien tidak 1. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan,
b.d. imobilisasi, uremia, menunjukan kerusakan memar, turgor dan suhu.
kerapuhan kapiler dan integritas kulit setelah 2. Jaga kulit tetap kering dan bersih
edema. diberikan perawatan 14 hari. 3. Bersihkan & keringkan daerah
Kriteria hasil : perineal setelah defikasi
- Kulit hangat, kering, 4. Rawat kulit dengan menggunakan
dan utuh, turgor baik lotion untuk mencegah kekeringan
- Pasien mengatakan untuk daerah pruritus.
tak ada pruritus 5. Hindari penggunaan sabun yang keras
dan kasar pada kulit klien
6. Instruksikan klien untuk tidak
menggaruk daerah pruritus.
7. Anjurkan ambulasi semampu klien.
8. Bantu klien untuk mengubah posisi
setiap 2 jam jika klien tirah baring.
9. Pertahankan linen bebas lipatan
10. Beri pelindung pada tumit dan siku.
11. Lepaskan pakaian, perhiasan yang
dapat menyebabkan sirkulasi
terhambat.
12. Tangani area edema dengan hati -hati.
13. Berikan suntikan dengan hati-hati .
14. Pertahankan nutrisi adekuat.
Potensial terjadi infeksi [ Tujuan : Klien tidak 1. Kaji efektifitas pemberian
ISK, lokal, sistemik ] b.d. mengalami infeksi setelah imunosupresan
depresi sistem imun diberikan perawatan 2. Pantau leukosit
Kriteria hasil : 3. Pantau suhu tiap 4 jam
- Suhu 36 –37 derajat 4. Perhatikan karakteristik urine,
celsius kolaborasi jikka keruh dan berbau
- Leukosit darah 5000 – 5. Hindari pemakaian alat/kateter pada
10.000 saluran uriine
- Leukosit urine –, urine 6. Pantau tanda dan gejala ISK dan
berwarna kuning jernih lakukan tindakan pencegahan ISK.
- Kulit kering dan utuh 7. Gunakan dan anjurkan tehnik cuci
tangan yang baik.
8. Anjurkan pada klien untuk
menghindari orang terinfeksi
9. Lakukan pencegahan kerusakan
integritas kulit
10. Anjurlkan pasien ambulasi dini.

14
Intoleransi aktifitas b.d. Tujuan : Klien dapat toleransi 1. Pantau kekurangan protein yang
kekurangan protein dan dengan aktifitas yang berlebihan [ proteinuri,
disfungsi ginjal dianjurkan selama menjalani albuminuria ]
perawatan. 2. Gunakan diet protein untuk
Kriteria hasil : mengganti protein yang hilang.
- Tidak menunjukan adanya 3. Beri diet tinggi protein tinggi
kontraktur karbohidrat.
- Kelemahan -, kelelahan - 4. Tirah baring
- Klien beraktifitas pasif 5. Berikan latihan pasif selama
dan aktif pembatasan aktifitas
6. Rencana aktifitas dengan waktu
istirahat.
7. Rencanakan cara progresif untuk
kembali beraktifitas normal ;
evaluasi tekanan darah dan haluaran
protein urin.
8. Kaji tingkat kemampuan anak

Perubahan nutrisi kurang Tujuan : Klien dapat 1. Kaji status nutrisi klien
dari kebutuhan tubuh b.d mempertahankan status 2. Pantau BB klien tiap pagi..
anoreksia dan pembatasan nutrisi yang adekuat setelah 3. Kolaborasi dengan tentang diet,
diet. diberikan perawatan hari kebutuhan kalori dan hal-hal yang
Kriteria hasil : lebih disukai klien..
- Porsi makanan yang 4. Berikan kesempatan klien untuk
disediakan dihabiskan mengemukakan perasaannya tentang
- Mual dan muntah - diet.
- Berat badan stabil 5. Bersikap empati dan beri penjelasan
seperti sebelum sakit [ BB tentang batasa diet.
seharusnya 26 – 29 kg ] 6. Lakukan oral higiene
sesuai dengan umur, tipe 7. Berikan makan sedikit tapi sering.
tubuh. 8. Hentikan makan bila klien merasa
- Albumin darah 3.5 – mual
4,5 9. Ajarkan cara mencegah terjadinya
- Hb,Ht dan sat besi muntah.
dalam batas normal 10. Berikan lingkungan yang menyenang
selama makan
11. Pantau persentase makanan yang
dimakan.
12. Kolaborasi dalam pemeriksaan
albumin darah, protein darah dan Hb,
Ht, Fe.

15
F IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Waktu No. Dx. Tindakan EVALUASI
Kep
1 1. Memantau tanda dan gejala krisis S : Suster tensinya kenapa ndak
Selasa hipertensi T 140/100, Nadi turun-turun ya ?
28-8-01 100x/menit, kacau mental-,
07.30 WIB penurunan tingkat kesadaran-, O : Kesadaran CM
sakit kepala-, tinitus-, mual-, Tekanan darah 130/100 mm Hg
muntah-, kejang- dan disritmia – Fungsi Jantung normal : capillary
2. Memantau tekanan darah tiap jam reffil < 3 detik, cianosis -.
dan kolaborasi bila ada A : Masalah mulai diatasi
peningkatan TD sistole >160 dan P : Teruskan semua rencana
diastole > 90 mm Hg
3. Kaji keefektifan obat anti S : Hari ini beratnya naik 1 kg
hipertensi / Nifedipin 1,9 mg dan O : BB 18 kg
memberikan extra saat TD diastol Bunyi napas normal : rales -, rhonchi
> 100 mm Hg, ‘ suster tensinya -.
kenapa ndak turun-turun yaa ?. Oedema anasarka, TD 65-108/60-68
Menjelaskan bahwa tensi tidak mm Hg.
bisa stabil/ baik dengan cepat, A : Masalah mulai diatasi
perlu waktu dan ibu diharapkan P : Teruskan rencana
bersabar.
4. Mempertahankan TT dalam posisi S : Pasien mengatakan gatal masih
rendah tetap
O : Kulit hangat, kering, pruritus +,
iritasi kulit -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak


berdarah
O : Suhu 36 –37 derajat celsius
Leukosit darah 5000 – 10.000
Leukosit urine –, urine berwarna
kuning jernih
Kulit kering dan utuh
A : Masalah mulai ditangani
P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .


O : - kontraktur -
- Anak tidur terkulai, tampak
lemah -
- Klien beraktifitas kalau ddibantu
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

16
S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan
tidak dihabiska 1/3 porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total
:.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas
normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana
1. Pantau dan laporkan tanda dan S : Suster tensinya kenapa ndak
II gejala kelebihan cairan : edema turun-turun ya ?
anasarka,
2. Menghitung intake dan output hari O : Kesadaran CM
sebelumnya : minum 600 cc, infus Tekanan darah 130/100 mm Hg
340 cc , urin 70 Fungsi Jantung normal : capillary
3. 0 cc perkateter warna kuning jernih, reffil < 3 detik, cianosis -.
endapan -. A : Masalah mulai diatasi
4. Menimbang BB 18 kg P : Teruskan semua rencana
5. Kolaborasi dengan gi i dalam
pembatasan diet natrium dan S : Hari ini beratnya naik 1 kg
protein O : BB 18 kg
6. Mendiskusikan dengan ibu tentang Bunyi napas normal : rales -, rhonchi
pembatasan cairan, rencana minum -.
hari ini, cara mengukur jumlah Oedema anasarka, TD 65-108/60-68
minum dan pentingnya mengukur mm Hg.
intake output. A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih


tetap
O : Kulit hangat, kering, pruritus +,
iritasi kulit -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak


berdarah
O : Suhu 36 –37 derajat celsius
Leukosit darah 5000 – 10.000
Leukosit urine –, urine berwarna
kuning jernih
Kulit kering dan utuh
A : Masalah mulai ditangani
P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .

17
O : - kontraktur -
- Anak tidur terkulai, tampak
lemah -
- Klien beraktifitas kalau
ddibantu
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan
tidak dihabiska 1/3 porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total
:.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas
normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana
III S : Suster tensinya kenapa ndak
1. Mengkaji kulit : kemerahan -, turun-turun ya ?
kerusakan -, memar+ bekas insersi
jarum HD dan infus di rawat O : Kesadaran CM
dengan bioplasenton, turgor kurang Tekanan darah 130/100 mm Hg
dan suhu 36.6 derajat Celcius. “ Fungsi Jantung normal : capillary
punggungku gatal bu “ reffil < 3 detik, cianosis -.
2. Menjelaskan kepada ibu untuk : A : Masalah mulai diatasi
 Menjaga kulit tetap kering dan P : Teruskan semua rencana
bersih
 Menbersihkan & keringkan S : Hari ini beratnya naik 1 kg
daerah perineal setelah defikasi O : BB 18 kg
 Merawat kulit dengan Bunyi napas normal : rales -, rhonchi
menggunakan lotion untuk -.
mencegah kekeringan untuk Oedema anasarka, TD 65-108/60-68
daerah pruritus. mm Hg.
 Menggunakan sabun yang A : Masalah mulai diatasi
lembut P : Teruskan rencana
 tidak menggaruk daerah
pruritus menggunakan kuku S : Pasien mengatakan gatal masih
tetapi menggunakan ujung jari. tetap
 Menganjurkan beraktifiitas O : Kulit hangat, kering, pruritus +,
semampu klien. iritasi kulit -.
A : Masalah mulai diatasi
 mengubah posisi setiap 2 jam.
P : Teruskan rencana
 Mempertahan linen bebas
lipatan
S : Badan tidak panas, kencing tidak
 Menangani area edema dengan berdarah
hati -hati O : Suhu 36 –37 derajat celsius
3. Mencegah terjadinya penekanan Leukosit darah 5000 – 10.000

18
pada daerah yang menonjol dan Leukosit urine –, urine berwarna
tertekan. kuning jernih
4. Merawat daerah insersi infus Kulit kering dan utuh
dengan tehnik septik aseptik A : Masalah mulai ditangani
5. Mempertahankan nutrisi adekuat P : teruskan rencana
dengan menjelaskan kepada ibu
untuk memberikan makan sedikit S : Diana tidur terus .
demi sedikit semampu anak O : - kontraktur -
- Anak tidur terkulai, tampak
lemah -
- Klien beraktifitas kalau
ddibantu
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan
tidak dihabiska 1/3 porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total
:.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas
normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana
IV 1. Memantau diet yang diberikan diet S : Suster tensinya kenapa ndak
protein untuk mengganti protein turun-turun ya ?
yang hilang.
2. Menjelaaskan diet anak kepada ibu O : Kesadaran CM
klien yaitu tinggi protein tinggi Tekanan darah 130/100 mm Hg
karbohidrat. Fungsi Jantung normal : capillary
3. Memberikan latihan pasif dengan reffil < 3 detik, cianosis -.
menggerakan tangan dan kaki A : Masalah mulai diatasi
semampu anak dan menganjurkan P : Teruskan semua rencana
berubah posisi tidur
4. Memberikan kesempatan klien S : Hari ini beratnya naik 1 kg
untuk tirah baring. O : BB 18 kg
5. Merencanakan untuk aktifitas Bunyi napas normal : rales -, rhonchi
dengan waktu istirahat yang -.
seimbang dengan ibu klien, Oedema anasarka, TD 65-108/60-68
evaluasi tekanan darah sebelum mm Hg.
dan setelahnya. A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih


tetap
O : Kulit hangat, kering, pruritus +,
iritasi kulit -.

19
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak


berdarah
O : Suhu 36 –37 derajat celsius
Leukosit darah 5000 – 10.000
Leukosit urine –, urine berwarna
kuning jernih
Kulit kering dan utuh
A : Masalah mulai ditangani
P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .


O : - kontraktur -
- Anak tidur terkulai, tampak
lemah -
- Klien beraktifitas kalau
ddibantu
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan
tidak dihabiska 1/3 porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total
:.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas
normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana
V 1. Memantau suhu tiap 4 jam : suhu
36.5 derajat Celsius
2. Memperhatikan karakteristik urine :
urine jrrnih, endapan -, darah-,
warna kuning .
3. Menjelaskan kepada ibu untuk
menjaga kebersihan kateter dengan
cara membersihkan daerah
genitalia dari depan kebelakang dan
membersihkan kateter /
mendemontrasikan caranya. Ibu
mengangguk.
4. Memantau tanda dan gejala ISK:
kemerahan dan sakit disekitar
urofisium -.
5. Menjelaskan kepada ibu tehnik

20
septik aseptik: mencuci tangan
sebelum dan sesudah merawat anak,
menjaga alat-alat makan yang
bersih, menjaga kebersihan
perseorangan.
6. Menganjurkan pada ibu untuk
membatasi pengunjung terutama
yang sedang sakit.

VI Pantau leukosit

1. Mengkaji status nutrisi klien : makan


sedikit, susu hangat diminum 50 cc
2. BB 18 kg.
3. Kolaborasi dengan tentang diet,
kebutuhan kalori dan hal-hal yang
lebih disukai klien..
4. Memberikan kesempatan klien
untuk mengemukakan perasaannya
tentang diet. “ makanannya tidak
enak , aku mau bakso “
5. Bersikap empati dan memberi
penjelasan tentang batasan diet
kepada anak .
6. Menganjurkan kepada ibu
membersihkan gigi/mulut anak.
7. Kolaborasi dalam pemeriksaan
albumin darah, protein darah dan
Hb, Ht, Fe.
8. Menjelaskan kepada ibu untuk
memberikan makan sedikit tapi
sering dan menghentikan makan bila
klien mual / muntah
9. Mengajarkan cara mencegah
muntah dengan menarik napas
panjang dari hidung dan
mengeluarkan dari mulut..
10. Mendiiskusikan dengan ibu untuk
membuat anak senang saat akan
makan dan selama makan.
11. Klien makan 1/3 tiap hari

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penulisan makalah di atas, maka kami selaku penulis menarik
kesimpulanKesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi
imunologis ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat
infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun.
Masalahkeperawatan yang munculadalah. Gangguan perfusi jaringan serebral
yang berhubungan dengan retensi air dan hipernatremiaKelebihan volume cairan
yang berhubungan dengan oliguria,
B. Saran
Perawat diharapkan dapat meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan dan
pendokumentasian keperawatan yang lebih akurat dan lengkap sesuai dengan
keadaan klien guna mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kepuasan
klien.PentingnyamemberikanedukasikepadaklienuntukmenambahpengetahuanPen
jelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien adalah:Bila ada anak
yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit menelan atau batuk dan demam tinggi
hendaknya berobat ke dokter/pelayanan kesehatan supaya anak mendapatkan
pengobatan yang tepat dan cepat.Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama
dirawat dirumah sakit, orang tua diharapkan dapat membantu usaha
pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan
biaya yang cukup banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia keperluan tersebut.
(sebelumnya orang tua diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan urine
dan mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan
perkembangan penyakit anaknya). Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih
harus istirahat cukup. Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi belum
boleh mengikuti kegiatan olahraga.

22
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. 2002. “Buku Saku Keperawatan Pediatri”. Jakarta: EGC.

Harnowo, Sapto. 2001. “Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi


Keperawatan”. Jakarta: Widya Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. St. Louis Missouri: Mosby INC.

Mansjoer, Arif M. 2000.”Kapita Selekta Kedokteran”, ed 3, jilid 2. Jakarta: Media


Aesculapius.

Mc. Closkey, cjuane, dkk. 1996. NIC. St.Louis missouri: Mosby INC.

Morgan Speer, Kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan


klinikal pathways. Jakarta: EGC

Ngastiyah. 2005.”Perawatan Anak Sakit”. Jakarta: EGC.

Sacharin, Rosa M. 1999. “Prinsip Keperawatan Pediatrik”. Jakarta: ECG.

Santosa Budi. 2006. “Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006”:


Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Suriadi, dkk. 2001.”Asuhan Keperawatan Anak”. Jakarta: PT. Fajar Luterpratama.

23
PATOFISIOLOGI PERADANGAN PADA SISTEM URINARY
DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK : GNC

Disusun Oleh :

Kelompok : 11

1. Silvia
2. Yustika Pohan
3. Yuslina Helmi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AUFA ROYHAN
PADANG SIDIMPUAN
2018

24
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt atas limpahan rahmat dan
hidayah-nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah keperawatan dengan
pokok bahasan “Patofisiologi Peradangan Pada Sistem Urinary Dan Asuhan
Keperawatan Pada Anak : GNC” . Makalah askep ini kami susun untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan.
Kami sangat berharap setelah membaca dan mempelajari makalah ini
pembaca dan pengguna mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, terutama
tentang pengertian,penyebab,gejala yang di timbulkan serta perawatan dan
pengobatan dari BPH.
Mengingat dalam proses penyusunan makalah ini, kami merasa masih
sangat jauh dari sebuah kesempurnaan, baik itu dari segi pembahasan maupun
penggunaan kata-katanya. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca
khususnya dosen pembimbing sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Padangsidimpuan, Oktober 2018

Penulis

i
25
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ................................................................................ 3
B. Klasifikasi .................................................................................. 3
C. Etiologi ...................................................................................... 3
D. Manifestasi klinik ...................................................................... 4
E. Patofisiologi ............................................................................... 5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................... 6

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................. 22
B. Saran ......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
26
27

Vous aimerez peut-être aussi