Vous êtes sur la page 1sur 3

ANALISIS PERMASALAHAN MITRA

1.2. Analisis Situasi

Indonesia merupakan negara yang memiliki peternakan sapi dengan jumlah


yang cukup besar, peternak sapi terbagi menjadi dua sapi yaitu memelihara
sendiri dengan jumlah 5-30 ekor dan di buat dalam Peternakan sapi skala besar
yang dijadikan industri. Daerah Sumatera Utara juga merupakan salah satu daerah
yang mempunyai banyak masyarakatnya yang beternak sapi, tepatnya pada
daerah Nagori Huta Dipar dan Nagori Silau malela, Kabupaten Simalungun
Sumatera Utara. Umumnya permasalahan peternak sapi adalah mengenai kualitas
daging sapi dan limbah sapi, Kebanyakan peternak sapi masih kebingungan dan
belum mampu menghasilkan daging dengan kualitas premium. Daging yang diimpor
tersebut mempunyai beberapa kelebihan, yaitu lebih empuk, derajat marbling yang
tinggi sehingga sangat disukai oleh konsumen. Beberapa rumpun sapi lokal,
diantaranya sapi Bali, Madura, PO, dan SO masih menjadi andalan untuk memenuhi
kebutuhan daging dalam negeri, meskipun tingkat produktivitas dan kualitas
dagingnya masih rendah. Hasil studi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
(2012) yang dilakukan di sepuluh provinsi menunjukkan bahwa mayoritas sapi lokal
yang dipotong belum memasuki bobot potong yang optimal. Untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas sapi lokal dapat dilakukan dengan manipulasi pakan yang
diberikan (Okumura et al. 2007). Kebanyakan peternak sapi juga mempunyai kendala
dalam penanganan limbah. Limbah sapi seperti sisa makanan dan kotoran sangat
mengganngu ekosistem tanah dan keberlangsungan masyarakat sekitar apabila
sudah mendekati pemukiman, sehingga perlu dilakukan penanganan untuk
mengelola limbah sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan juga dapat
dimanfaatkan perindustrian dari peternakan sapi.
Sistem penggemukan intensif yang dilakukan adalah memberi pakan
konsentrat dari limbah pertanian dan industri pertanian serta konsentrat komersial.
Penggemukan (finishing) sapi berbasis serealia seperti jagung atau sorgum banyak
dilakukan di negara-negara penghasil sapi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggemukan sapi berbasis tanaman serealia seperti jagung atau sorgum yang
kandungan energinya relatif tinggi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan
sapi 0,901,54 kg per hari (Corriher et al. 2010; Jabbari et al. 2011). Sapi lokal
mempunyai potensi untuk digemukkan dengan pakan konsentrat berbasis serealia
untuk meningkatkan kualitas yang lebih baik (Aditia et al. 2013). Sebagai tindak
lanjut hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh
penggemukan sapi lokal berbasis serealia dengan taraf energi pakan yang berbeda
terhadap performa produksi dan kualitas daging yang dihasilkan. Kemudian Kotoran
sapi memiliki senyawa metan yang dapat dimanfaatkan sebagai gas untuk energi.
Energi yang paling banyak digunakan untuk aktifitas manusia adalah energi
minyak bumi dan energi listrik. Energi minyak bumi yang banyak dipergunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah minyak tanah, bensin dan solar. Energi
diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa, perhubungan dan rumah
tangga Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia baik itu
untuk keperluan industri, transportasi dan rumah tangga dari tahun ketahun akan
semakin meningkat diiringi dengan jumlah penduduk yang lama kelamaan akan
bertambah. Menyebabkan ketersediaan bahan bakar menjadi terbatas, atau harga
menjadi melambung. Terkait dengan masalah tersebut, salah satu kebijakan
pemerintah ialah dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai energi
alternatif (biogas) sekala rumah tangga yang ramah lingkungan untuk memenuhi
keperluan rumah tangga itu sendiri.

1.3. Permasalahan Khusus


Permasalahan Khusus yang sering dialami oleh peternak sapi adalah dengan
timbulnya kesenjangan atau minimnya pengetahuan masyarakat mengenai
pengelolaan limbah dari peternakan sapi sehingga dapat merugikan masyarakat
sekitar dan juga dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan yang tercemar oleh
limbah kotoran sapi tersebut. Permasalahan lainnya adalah mengenai penanganan
dan pengelolaan sapi baik dari perawatan seperti jadwal pemberian pakan dan jenis
pakan yang diberikan sangat berdampak besar terhadap kesehatan dan kualitas dari
sapi tersebut.
Bertambahnya kebutuhan masyarakat sekitar dengan kehadiran gas elpiji dan
minimnya kayu bakar sehingga masyarakat sekitar mengeluhkan keinginan mereka
untuk dapat membuat biogas sendiri.
1.4. Permasalahan Priorotas

Masalah yang dihadapi mitra secara umum adalah minimnya pengetahuan


masyarakat mengenai penanganan dari limbah sapi sehingga meresahkan warga
dan menurunkan minat warga lainnya untuk ikut menjadi peternak sapi.
Meningkatnya permintaan pasar dari tahun ketahun untung produksi daging sapi
sangat tingi sehingga masyarakat Kab Simalungun juga harus bekerja keras
meningkatkan kualitas dagingnya untuk dapat bersaing dipasaran. Permasalahan
kedua mengenai limbah sapi yang meresahkan warga sekitar dikarenakan aroma
yang tidak enak dan jugatidak adanya penanganan mengenai kotoran sapi, sehingga
perlu dilakukan adanya penanganan kotoran sapi seperti diolah menjadi biogas
yang dapat memudahkan masyarakat sehingga tidak harus membeli gas dengan
yang lumayan mahal dan jauh ke kota.

Jika permasalahan ini dapat diatasi makan masyarakat peternak sapi di Kab
Simalungun akan mempunyai identitas dengan peternakan sapi yang bagus
sehingga dapat bersaing dipasaran dengan menonjolkan produk berupa biogas dan
juga kualitas daging yang baik.

Vous aimerez peut-être aussi