Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Obat-obat analgetika adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan atau
mengurangi rasa nyeri. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai macam cara, seperti
menekan kepekaan reseptor rasa nyeri (misalnya dengan anestesi)terhadap rangsang
nyeri mekanik, termik, listrik atau kimiawi di pusat atau perifer, atau dengan cara
menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri. Metoda-metoda
pengujian aktivitas analgetika dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji untuk
menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan (mencit,
tikus, marmot), yang meliputi induksi secara mekanik, termik, elektrik dan secara kimia.
Metode pengujian dengan induksi nyeri secara mekanik atau termik lebih sesuai untuk
mengevaluasi obat-obat analgetika kuat. Pada umumnya daya kerja analgetika dinilai
pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan
sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri
atau juga peranan frekuensi respon nyeri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan respon nyeri?
2. Bagaimana fisiologi nyeri?
3. Bagaiamana sifat dari respon nyeri?
4. Apa saja teori-teori pengontrol nyeri?
5. Apa saja klasifikasi respon nyeri?
6. Apa patofisiologi dari respon nyeri?
7. Bagaimana respon fisiologis terhadap nyeri?
8. Bagaimana respon tingkah laku terhadap nyeri?
9. Apa saja Faktor-faktor yangdapat meningkatkan dan menurunkan sensitivitas nyeri?
10. Bagaiamana cara pengukuran nyeri?
11. Bagaimana cara mengatasi nyeri?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu respon nyeri,
2. Mahasiswa mengetahui fisiologi nyeri,
3. Mahasiswa mengetahui sifat sifat nyeri,
4. Mahasiswa mengetahui teori-teori pengontrol nyeri,
5. Mahasiswa mengetahui klasifikasi respon nyeri?
6. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari respon nyeri?
7. Mahasiswa mengetahui respon fisiologis terhadap nyeri?
8. Mahasiswa mengetahui respon tingkah laku terhadap nyeri?
9. Mahasiswa mengetahui Faktor-faktor yangdapat meningkatkan dan menurunkan
sensitivitas nyeri?
10. Mahasiswa mengetahui cara pengukuran nyeri?
11. Mahasiswa mengetahuicara mengatasi nyeri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Respon Nyeri


Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangan
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul Hidayat 2009).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut InternationalAssociation for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan. Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefenisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2010)

B. Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen
fisiologi yaitu, resepsi, persepsi dan reaksi. (Potter & Perry, 2010)
1. Resepsi
Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus termal,mekanik, kimiawi
atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menyebabkan nyeri.
Pemaparan terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi, dan zat-zat kimia
menyebabkan pelepasan substansi, sepertihistamine, bradikinin dan kalium, yang
bergabung dengan lokasi reseptor dinosiseptor untuk memulai transmisi neural, yang
ikaitkan dengan nyeri. Tidak semua jaringan terdiri dari reseptor yang
mentransmisikantanda nyeri. Otak dan alveoli paru contohnya.apabila kombinasi
denganreseptor nyeri mencapai ambang nyeri(tingkat intensitas stimulusminimum
yang dibutuhkan untuk meningkatkan suatu impuls saraf),kemudian terjadilah neuron
nyeri. Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar disepanjang
serabut saraf perifer aferen.Dua tipe serabut saraf perifer mengonduksi stimulus
nyeri:serabut A-delta yang bermelienasi dan cepatdan serabut C yang tidak
bermielinasi dan berukuran sangat kecil sertalambat. Serabut A mengirim sensasi
yang tajam, terlokalisasi, dan jelasyang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi
intensitas nyeri. Serabut tersebut menghantarkan komponen suatu cedera akut dengan
segera.Serabut C menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral danterus-
menerus. Misalnya, setelah menginjak sebuah paku, seorang individumula- mula
akan merasakan suatu nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yangmerupakan hasil
transmisi serabut A. dalam beberapa detik, nyeri menjadilebih difus dan menyebar
sampai seluruh kaki terasa sakit karena persarafan serabut-C. serabut-C tetap terpapar
pada bahan-bahan kimia,yang dilepaskan ketika sel mengalami kerusakan.
2. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medulla spinalis ke thalamus danotak tengah. Dari thalamus,
serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori
dan korteks asosiasi, lobusfrontalis dan system limbic. Ada sel-sel di dalam system
limbic yangdiyakini mengontrol emosi, khususnya untuk ansietas. Demnag
demikiansystem limbic berperan aktif dalam memproses reaksi emosi terhadapnyeri.
Setalah transmisi syaraf berakhir di dalam pusat otak yang lebihtinggi, maka individu
akan mempersepsikan sensasi saraf.
3. Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respons fisiologis dan perilakuyang terjadi setelah
mempersepsikan nyeri.

C. Sifat Sifat Nyeri


Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. (Potter, 2006) menemukan
empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak
menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak
berkesudahan. Apabila seseorang merasa nyeri, maka prilakunya akan berubah.

D. Teori-Teori Pengontrolan Nyeri


Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat
menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap
paling relevan (Tamsuri, 2007).
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari
otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C
melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan.
Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat
yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal
dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme
penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan
lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan
yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri
dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi
nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin,
suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup
mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi,
konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter,
2005).

E. Klasifikasi Respon Nyeri


1. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,
yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya tegangan otot (Aziz Alimul
Hidayat 2009)
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang
tanpapengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu
priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (Potter &Perry, 2005).
2. Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal
a. Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas
nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus
naxious (Aziz Alimul Hidayat 2009).
Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai
kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Aziz Alimul Hidayat 2009).

b. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat
pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Aziz
Alimul Hidayat 2009).

3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi


a. Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari
nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai
sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya
tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.
b. Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal
(Potter dan Perry, 2006). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa
arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan berkaitan dengan
mual dan gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti
angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.
c. Nyeri Alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ
tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh
yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada
infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu
empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.
d. Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke
bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006). Karakteristik nyeri terasa seakan
menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri
punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri
yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
F. Patofisiologi Dari Respon Nyeri (Potter, 2010).
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapatempat proses
tersendiri yaitu: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah
proses rangsangan yang mengganggu sehinggamenimbulkan aktivitas listrik di reseptor
nyeri. Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi
melewati saraf perifer sampai keterminal di medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron
pemancar yang naik darimedulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan aktivitas
saraf melalui jalur- jalur saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi
nyeri setinggimedulla spinalis. Modulasi juga melibatkan faktor- faktor kimia
yangmenimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer.Akhirnya,
persepsi nyeri adalah pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan
oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf. Ada tiga tingkatan tempat informasi saraf yang
dapat dimodifikasi sebagai respon terhadap nyeri yaitu luas dan durasi respon terhadap
stimulus nyeri disumbernya dapat dimodifikasi. perubahan kimiawi dapat terjadi di
dalam setiap neuron atau bahkan dapat menyebabkan perubahan pada karakteristik
anatomi neuron-neuron di sepanjang jalur penghantar nyeri, dan pemanjangan stimulus
dapat menyebabkan modulasi neurotransmitter yng mengendalikan arus informasidari
neuron ke reseptornyaFenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf
untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial
aksiyang dijalarkan ke system saraf pusat.

G. Respon Fisiologis Terhadap Nyeri Nicholls Anthony. (2002):


1. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)
Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
a. Peningkatan heart rate
b. Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
c. Peningkatan nilai gula darah
d. Diaphoresis
e. Peningkatan kekuatan otot
f. Dilatasi pupil
g. Penurunan motilitas GI
2. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a. Muka pucat
b. Otot mengeras
c. Penurunan HR dan BP
d. Nafas cepat dan irreguler
e. Nausea dan vomitus
f. Kelelahan dan keletihan

H. Respon Tingkah Laku Terhadap Nyeri Nicholls Anthony. (2002):

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:


1. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
2. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
3. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari &
tangan)
4. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari
kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri).
Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat
berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis.
Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk
merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat
tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan
perhatian terhadap nyeri.

I. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan sensitivitas nyeri


Menurut Smeltzer, (2001) adalah :
1. Pengalaman masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan
nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding dengan
orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang,
bagaimanapun,hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu
dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa yang
menyakitkan yang akan diakibatkan.
2. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk
memisahkan suatu sensasi. (Potter, 2006) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus
nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang,
khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri,
yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
3. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna
dan sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman
tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang
asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2005).
4. Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak
dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat
mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang
masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.
5. Efek Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet, kapsul,
cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula,larutan salin normal,
dan atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya
memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem
kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri (Tamsuri, 2006).
J. Cara Pengukuran Nyeri
1. Skala Intensitas Nyeri Deskritif

2. Skala Identitas Nyeri Numerik

0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapatmengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagiberkomunikasi, memukul.

3. Skala Wajah
4. Skala Oucher

K. Cara Mengatasi Nyeri


1. Tindakan Farmakologis
Umumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi farmakologi. Nyeri
ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar terjadi
perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri. Adapun
obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
a. Analgesik
Menurut Aziz Alimul Hidayat 2009
1) OPIOID
a) Opioid lemah ( kodein, dihidrokodein, dextropropxyphene)
Sebaiknya obat ini digunakan dalam kombinasi dengan paracetamol
dan aspirin
b) Opioid kuat ( morfin, diamorfin, petidin, metadon, pentanil)
2) Morfin
Adalah obat pilihan untuk analgesic paska bedah, murah dan digunakan
secara luas
Dosis intramuscular adalah 7,5 mg selama 40-65 kg berat badan atau 10
mg untuk 65-100 kg
3) Diamorfin
Biasa digunakan untuk perawatan paliatif karena bisa disediakan pada
konsentrasi tinggi
Berguna sebagai tambahan terhadap anastesi local pada injeksi atau efusi
epidural
4) Petidin
Dosis 75-100 mg dan boleh ditingkatkan sampai 150 jika dibutuhkan.
5) Metadon
Digunakan secara oral namun bisa secara IM atau IV
Termasuk jenis narkoba yang telah disalah gunakan tetapi meupakan
analgesic yang sangat berguna.
2. Tindakan Non Farmakologis
Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi nyeri
ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa
tindakan penaganan berdasarkan :
a. Kompres hangat
Dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau
handuk yang telah direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri.
Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.Dampak fisiologis
dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh
lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar
pasokan aliran darah.
b. Kompres dingin
Yang digunakan adalah kantong berisi es batu (cold pack), bisa juga berupa
handuk yang dicelupkan ke dalam air dingin.Dampak fisiologisnya
adalah vasokonstriksi (pembuluh darah penguncup) dan penurunan metabolik,
membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma,
mengurangi nyeri, dan menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot.Melakukan
kompres harus hati-hati karena dapat menyebabkan jaringan kulit mengalami
nekrosis (kematian sel). Untuk itu dianjurkan melakukan kompres dingin tidak
lebih dari 30 menit.
c. Massase
Menurut Potter dan Perry (2006):
1) Pengertian
Massage berasal dari bahasa Arab “Maas” yang berarti menyentuh atau
meraba. Massage diambil dari bahasa Francis. Dalam bahasa Indonesia disebut
pijat atau mengurut (lutut). Massage dapat diartikan pijat yang telah
disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia. Dapat pula
didefinisikan dengan gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh
manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan atau
manipulasi.
Massage merupakan salah satu cara perawatan tubuh paling tua dan paling
bermanfaat dalam perawatan fisik (badan). Massage mengarahkan penerapan
manipulasi (penanganan) perawatan dari bagian luar tubuh yang dilakukan
dengan perantaraan tangan atau dengan bantuan alat-alat listrik (mekanik) seperti
steamer facial, vibrator dan sebagainya.
Massase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot.
Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter
besar, sehingga mampu mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri

2) Macam-macam Massage
a) Sport Massage
Adalah pijat yang dipakai dalam lapangan sport. Ditujukan untuk
membentuk dan memelihara kondisi badan para oleh ragawan agar
konstan baik
b) Segment Massage
Ialah pijat yang dilakukan untuk mengobati beberapa macam penyakit
tanpa memasukkan obat ke dalam tubuh. Ditujukan untuk meringankan
atau menyembuhkan beberapa macam penyakit yang boleh dipijat
c) Cosmetic Massage
Ialah pijat yang dipakai dalam bidang pemeliharaan kecantikan.
Ditujukan untuk membersihkan dan menghaluskan kulit, juga untuk
menjaga agar kulit tidak lekas mengkerut (awet muda).
3) Metode Pengurutan

d. Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)


1) Pengertian
Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek,
tempat, peristiwa, atau situasi yang dirasakan melalui indra (Snyder,2006).
Saat berimajinasi individu dapat membayangkan melihat sesuatu,
mendengar, merasakan, mencium, dan atau menyentuh sesuatu
(Snyder,2006). Istilah guide imagery merujuk pada berbagai teknik
termasuk visualisasi sederhana, saran yang menggunakan imaginasi
langsung, metafora dan bercerita, eksplorasi fantasi dan bermain “game”,
penafsiran mimpi, gambar, dan imajinasi yang aktif dimana unsur-unsur
ketidaksadaran dihadirkan untuk ditampilkan sebagai gambaran yang dapat
berkomunikasi dengan pikiran sadar (Academic for Guide Imagery, 2010).
Sedangkan dalam kamus Meeriam-Webster (2001) mendefinisikan guided
imagery sebagai “salah satu dari berbagai teknik (sebagai rangkaian kata-
kata sugesti) yang digunakan untuk menuntun orang lain atau diri sendiri
dalam membayangkan sensasi dan terutama dalam memvisualisasikan
gambar dalam pikiran untuk membawa respon fisik yang diinginkan
(sebagai pengurang stres, kecemasan, dan sakit)”.
Menurut Hart (2008) mendefinisikan guided imagery sebagai sebuah
teknik yang memanfaatkan cerita atau narasi untuk mempengaruhi pikiran,
sering dikombinasi dengan latar belakang musik. Guided imagery adalah
teknik untuk mengarahkan individu untuk fokus dan berkhayal atau
berimajinasi (Naparstek, 2008 dalam Hart, 2008), sedangkan Rank (2011)
menyatakan guided imagery merupakan teknik perilaku kognitif dimana
seseorang dipandu untuk membayangkan kondisi yang santai atau tentang
pengalaman yang menyenangkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guided
imagery merupakan teknik untuk menuntun individu dalam membayangkan
sensasi apa yang dilihat, dirasakan, didengar, dicium, dan disentuh tentang
kondisi yang santai atau pengalaman yang menyenangkan untuk membawa
respon fisik yang diinginkan (sebagai pengurang stres, kecemasan, dan
nyeri) yang sering dikombinasi dengan latar belakang musik.
2) Manfaat
Guided imagery merupakan salah satu jenis teknik relaksasi sehingga
manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik
relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang teknik guided imagery
berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif yang
dapat mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan dan membantu
tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi, dan
asma. Menurut Snyder (2006), guided imagery telah menjadi terapi
standar untuk mengurangi kecemasan dan memberikan relaksasi pada
orang dewasa atau anak-anak, dapat juga untuk mengurangi nyeri kronis,
tindakan procedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur, mencegah
reaksi alergi, dan menurunkan tekanan darah (Snyder, 2006).

3) Jenis Guided Imagery


Guided imagery ada 4 jenis yaitu pleasant imagery (imajinasi
menyenangkan misalnya membayangkan tempat yang tenang),
physiologically focused imagery (imajinasi fokus fisiologis misalnya
berfokus pada fungsi fisiologis yang membutuhkan penyembuhan),
mental rehearsal (latihan mental misalnya membayangkan tugas tertentu
sebelum kejadian), dan receptive imagery (scanning tubuh untuk
penyembuhan langsung) Snyder,2006.

e. Teknik distraksi
Pengertian Menurut Potter dan Perry (2006):
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap
nyeri. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori aktivasi retikuler,
yaitu menghambat stimulus nyeri ketika seseorang menerima masukan sensori
yang cukup atau berlebihan, sehingga menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke
otak (nyeri berkurangatau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus sensori yang
menyenangkan akan merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang
dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Distraksi bekerja memberi pengaruh
paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri intensif hanya
berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan prosedur invasif atau
saat menunggu kerja analgesik.
Perawat dapat mengkaji aktivitas-aktivitas yang dinikmati klien sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai distraksi. Aktivitas tersebut dapat meliputi kegiatan
menyanyi, berdoa, menceritakan foto atau gambar dengan suara keras,
mendengarkan musik, dan bermain. Sebagian besar distraksi dapat digunakan di
rumah sakit, di rumah, atau pada fasilitas perawatan jangka panjang. Menurut E-
Jurnal Sariputra, Juni 2016 Vol. 3(2) Beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa
Teknik distrsksi dengan cara mendengarkan music sangat efektif dalam
Menurunkan nyeri pasca operasi dan menyimpulkan bahwa Ada pengaruh teknik
distraksi pada pasien post operasi appendiksitis di ruang OK RS Pancaran Kasih
Manado sebelum dan sesudah di lakukan teknik distraksi terhadap
respon nyeri pasien
1) Tujuan
Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan adalah
untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapi,
misalnya rasa sakit (nyeri). Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu
agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa
berada pada situasi yang lebih menyenangkan.
Teknik distraksi ini dapat digunakan untak memusatkan perhatian anak
menjauhi rasa nyeri. Teknik distraksi pada anak dapat sangat efektif dalam
mengurangi nyeri. Teknik distraksi yang paling disukai oleh anak-anak, seperti
melihat gambar di buku, meniup gelembung (blowing bubbles), atau menghitung.
Sentuhan, usapan, tepukan, atau mengayun dapat menjadi teknik distraksi yang
baik pada anak yang sedang dalam distres.Orangtua harus diajarkan teknik
distraksi dan didorong untuk mempertahankan anak mereka agar nyaman selama
mungkin. Melatih orang tua akan memberi mereka jalan untuk berpartisipasi
dalam nyeri anaknya, serta memberi manfaat dalam mengurangi kecemasan dan
ansietas orangtua.

2) Prosedur
Prosedur Teknik Distraksi berdasarkan jenisnya, antara lain:
a) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan, dan
gambar termasuk distraksi visual.
b) Distraksi pendengaran
Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik air. Kliendianjurkan
untuk memilih musik yang disukai dan musik yang tenang, sepertimusik klasik. Klien
diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk
menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu, seperti bergoyang, mengetukkan jari atau
kaki (Tamsuri, 2007).
Musik merupakan salah satu teknik distraksi yang efektif. Musik dapat menurunkan
nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari
nyeri. Musik terbukti menunjukkan efek antara lain menurunkan frekuensi denyut
jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan
tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu. Perawat dapat menggunakan musik
dengan kreatif di berbagai situasi klinik. Klien umumnya lebih menyukai
menampilkan suatu kegiatan (memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau
mendengarkan musik). Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati klien,
biasanya merupakan pilihan yang paling baik.
Musik klasik, pop, dan modern (musik tanpa vokal) digunakan pada terapimusik.
Musik menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang dan
waktu. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek
terapeutik.
Di keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang sangat
efektif dalam upaya mengurangi nyeri pascaoperasi klien.
Berdasarkan penelitian Moeloek (2005) dan A. Suci E., (2005), musik dapat
meningkatkan dan menstimulasi endorphin (hormon yang berguna untuk menurunkan
nyeri) serta mengatur hormon yang berkaitan dengan stress yaitu adrenalin dan
kortisol. Musik memberikan stimulasi sensori yang menyenangkan sehingga
menyebabkan pelepasan endorphin.
Salah satu jenis musik yang banyak digunakan adalah musik klasik, seperti musik
Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik Wolfgang
Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah
membuktikan. Menurut penelitian Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell, musik
mozart dapat mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Mereka
mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”. Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan
frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan
memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah
kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya
komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan .Sebenarnya bukan hanya musik karya
Mozart saja yang mempunyai efek mengagumkan, tetapi semua musik yang berirama
lembut serta mampu menenangkan suasana juga diidentifikasi memiliki efek Mozart.
Selain itu, penelitian A. Suci E. (2005) juga membuktikan bahwa teknik distraksi
musik dengan menggunakan musik anak-anak memiliki efektivitas yang lebih tinggi
dalam menurunkan nyeri pada anak-anak, terutama pada saat pemasangan infus. Cara-
cara yang dianjurkan dalam menggunakan musik untuk mengontrol nyeri secara
efektif :
 Pilih musik yang sesuai dengan selera klien, perawat mempertimbangkan usia
dan latar belakang.
 Gunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain dan
membantu klien berkonsentrasi pada musik.
 Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape mudah ditekan,
dimanipulasi, dan dibedakan.
 Minta anggota keluarga untuk membawa pesawat tape dari rumah.
 Apabila nyeri yang klien rasakan akut, kuatkan volume musik. Apabila nyeri
berkurang volumenya dapat dikurangi.
Apabila tersedia musik latar, pilih jenis musik umum yang sesuai
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang holistik/ menyeluruh,
hal ini karena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh
karena itu kita tidak boleh hanya terpaku pada satu pendekatan saja tetapi juga
menggunakan pendekatan-pendekatan yang lain yang mengacu kepada aspek
kehidupan manusia yaitu biopsikososialkultural dan spiritual, pendekatan non
farmakologik dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila digunakan
sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam rangka
mengatasi/ penanganan nyeri pasien. Pasien adalah individu-individu yang berbeda
yang berespon secara berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananyapun tidak bisa
disamakan antar individu yang satu dengan yang lainnya.Pengkajian yang tepat,
akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencari solusi yang tepat
untuk menanganinya, untuk itu pengkajian harus selalu dilakukan secara
berkesinambungan, sebagai upaya mencari gambaran yang terbaru dari nyeri yang
dirasakan oleh pasien.

B. Saran
1. Perlunya dikembangkan cara-cara lainnya untuk penanganan terhadap nyeri.
2. Pensosialisasian tentang nyeri harus di tingkatkan lagi agar masyarakat indonesia
paham betul dengan pengertian nyeri sesungguhnya .
DAFTAR PUSTAKA

Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan

Syaifuddin. (2007). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-
136.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta : Graha Ilmu

Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC. Hlm 1502-1533.

Potter dan Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC.

Snyder,2006. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Alimul,aziz.(2009) Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta:Salemba Medika

Nicholls Anthony. (2002). Kedokteran perioperatif. Jakarta: Farmedia

Vous aimerez peut-être aussi

  • Time Line
    Time Line
    Document11 pages
    Time Line
    ayuananda
    Pas encore d'évaluation
  • Time Line
    Time Line
    Document11 pages
    Time Line
    ayuananda
    Pas encore d'évaluation
  • ISU PRIORITAS
    ISU PRIORITAS
    Document16 pages
    ISU PRIORITAS
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • ISPA dan Otitis Media
    ISPA dan Otitis Media
    Document1 page
    ISPA dan Otitis Media
    Sukma Widyandari
    Pas encore d'évaluation
  • Preplan
    Preplan
    Document5 pages
    Preplan
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Contoh Askep
    Contoh Askep
    Document20 pages
    Contoh Askep
    Nurul
    Pas encore d'évaluation
  • Hshshshs
    Hshshshs
    Document8 pages
    Hshshshs
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Hshshshs
    Hshshshs
    Document8 pages
    Hshshshs
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • ISPA dan Otitis Media
    ISPA dan Otitis Media
    Document1 page
    ISPA dan Otitis Media
    Sukma Widyandari
    Pas encore d'évaluation
  • Ebn Ruang Bedah Rsgs
    Ebn Ruang Bedah Rsgs
    Document5 pages
    Ebn Ruang Bedah Rsgs
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Timeline Keperawatan Kronik
    Timeline Keperawatan Kronik
    Document3 pages
    Timeline Keperawatan Kronik
    Pipit W
    Pas encore d'évaluation
  • Bdhahwndj
    Bdhahwndj
    Document7 pages
    Bdhahwndj
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Contoh Askep
    Contoh Askep
    Document20 pages
    Contoh Askep
    Nurul
    Pas encore d'évaluation
  • Keperawatan Kronis
    Keperawatan Kronis
    Document12 pages
    Keperawatan Kronis
    Keysie
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Dermatitis
    Makalah Dermatitis
    Document57 pages
    Makalah Dermatitis
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Time Line
    Time Line
    Document11 pages
    Time Line
    ayuananda
    Pas encore d'évaluation
  • Model Adaptasi Roy dalam Asuhan Nutrisi Anak Kanker
    Model Adaptasi Roy dalam Asuhan Nutrisi Anak Kanker
    Document247 pages
    Model Adaptasi Roy dalam Asuhan Nutrisi Anak Kanker
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Contoh Askep
    Contoh Askep
    Document20 pages
    Contoh Askep
    Nurul
    Pas encore d'évaluation
  • Judul Kti Fix
    Judul Kti Fix
    Document3 pages
    Judul Kti Fix
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Judul Kti Fix
    Judul Kti Fix
    Document19 pages
    Judul Kti Fix
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Dermatitis
    Makalah Dermatitis
    Document57 pages
    Makalah Dermatitis
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Bdhahwndj
    Bdhahwndj
    Document7 pages
    Bdhahwndj
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Dermatitis
    Makalah Dermatitis
    Document57 pages
    Makalah Dermatitis
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Kata Pengantar Dan Daftar Isi Makalah Neuro Dian
    Kata Pengantar Dan Daftar Isi Makalah Neuro Dian
    Document2 pages
    Kata Pengantar Dan Daftar Isi Makalah Neuro Dian
    Dian Primadia Putri
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Isi 1
    Daftar Isi 1
    Document1 page
    Daftar Isi 1
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Isi 1
    Daftar Isi 1
    Document1 page
    Daftar Isi 1
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • TUGAs
    TUGAs
    Document14 pages
    TUGAs
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Nama Tugas Peri
    Cover Nama Tugas Peri
    Document1 page
    Cover Nama Tugas Peri
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation
  • Tau
    Tau
    Document2 pages
    Tau
    Anonymous PNQx0ycxE
    Pas encore d'évaluation
  • Cara Pengukuran Nyer1 Guide Imaginary
    Cara Pengukuran Nyer1 Guide Imaginary
    Document6 pages
    Cara Pengukuran Nyer1 Guide Imaginary
    Nurul Diah Anisa
    Pas encore d'évaluation