Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II ( DUA )
P R O G R A M S 1 K E P E R AWA T A N
S E K O L A H T I N G G I I L M U K E S E H ATA N
M A N D A L A WA L U YA
KENDARI
2009
A N G G O TA K E L O M P O K I I
1 . H A S R U L H E R M AWA N
2 . H E L M I WA T Y
3 . H AY O N O
4 . I F A N A L I P O T AWA R I
5. YUSRIADIN
6 . Z A E N A L M U S TA FA
7 . F I T R A H WA H Y U N I
8. YUSRIANI
9 . I R FA N
10. NURLINA
Semester VI
11 . KUMLIA
12. C I T R A N O VAYA N T I
13. DINA
14. YUSLAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya, maka penulisan Askep tentang “ Infark Miokard” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Dalam penulisan Askep tentang “ Infark Miokard “, penulis menggunakan
beberapa literature sebagai panduan untuk memudahkan dalam penulisan dan
penyusunan Askep ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan askep ini jauh dari kesempurnaan,
sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan
penyempurnaan.
Penulis
2. Etiologi
Pada infark miokard akut dapat ditemukan beberapa penyebab yang dapat
menimbulkan keadaan tersebut antara lain :
Atherosklerosis arteri koroner
Spasme arteri koroner
Stenosis aorta / aorta inufisiensi
3. Patologi
Arteri koroner kiri memengaruhi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan atrium
kiri. Arteri koroner kanan memengaruhi sisi diafragma ventrikel kiri, sedikit bagian
posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering dipengaruhi
oleh arteri koroner kanan daripada kiri ( cabang sirkumfleks ). Pada nodus AV, 90 %
dipengaruhi oleh arteri koroner kanan dan 10 % dari sisi kiri cabang sirkumfleks. Kedua
nodus SA dab AV juga mendapat darah dari arteri kugel. Jadi jelaslah obstruksi pada
arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior, dan infark inferior disebabkan
oleh obstruksi pada arteri koroner kanan.
Tetapi bila obstruksi telah terjadi di banyak tempat dan kolateral telah terbentuk ,
lokasi infark mungkin tidak dapat dicerminkan oleh pembuluh asal yang terkena. Pada
nekrosis daerah infark miokard mungkin sulit dikenali pada 24 – 48 jam pertama.
Setelah itu serat – serat miokard membengkak dan nuklei menghilang. Di tepi infark
dapat terlihat perdarahan. Dalam beberapa hari pertama daerah infark akut amat lemah.
Secara histologis penyembuhan dapat tercapai sekurang – kurangnya setelah empat
minggu, umumnya setelah enam minggu.
4. Patofisiologis
Infark Miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap iskemia
miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar 20 menit
mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan
ATP secara aerobis lenyap, dan sel tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya. Tanpa
ATP, pompa natrium-kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan air yang akhirnya
menyebabkan sel pecah ( lisis ). Dengan lisis, sel mencederai sel-sel sekitarnya mulai
mendapat akses ke sirkulasi systemic dan ruang intersfitium dan ikut menyebabkan
edema dan pembekakkan intersfitium di sekitar sel miokardium. Akibat kematian sel,
tercetus reaksi peradangan. Di tempat peradangan , terjadi penimbuna trombosit dan
pelpasan factor – factor pembekuan. Terjadi degranulasi sel mast yang menyebabkan
pelepasan histamine dan berbagai prostaglanding. Sebagian bersifat vasokontriktif dan
sebagian merangsang pembekuan ( tromboksan ).
Efek Infark Miokard pada kontraktilitas jantung dan tekanan darah. Dengan
matinya sel-sel otot, dan karena pola listrik jantunr berubah, maka pemompaan jantung
menjadi kurang tekoordinasisehingga terjadi penurunan tekanan darah sistemik.
5. Gejala Klinis
Gejala klinis yang khas adalah nyeri dada retroternal, seperti diremas-remas dan
tertekan, nyeri menjalar ke lengan, kiri bahu, leher, rahang, bahkan ke punggung dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tidak responsive
terhdapa nitrogliserin. Kadang-kadang terutama pada penderita diabetic dan orang tua
tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri disertai perasaan mual, muntah, sesak, keringat
dingin, berdebar- debar atau penderita sering ketakutan.
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada karakteristik yang khas bahkan dapat
normal. Dapat ditemui bunyi jantung kedua yang pecah paradoksal irama gallop. Adanya
krepitasi basal merupakan tanda bendungan paru. Takikardia, kulit pecah, dingin,
hipotensi dietmukan pada kasus yang relative lebih berat. Kadang – kadang ditemukan
pulsasi diskinetik yang tampak atau teraba di dinding pada Infark Miokard anterior.
6. Pemeriksaan penunujang
EKG
Laboratorium : SGOT, LDH, enzim jantung
Radiology
Echocardiografi
Pemeriksaan radioisotope
7. Komplikasi
Aritmia
Gagal jantung
Syok kardiogenik
Trombo-embolisme
Perikarditis
Aneurisma ventrikel
Regurgitasi mitral akut
Rupture jantung dan septum
8. Penatalaksanaan
Upaya pembatasan perluasan Infark Miokard
Pemberian obat trombolitik ( streptokinase / urokinase ) dengan atau tanpa
disusul angioplasty ( perkutaneus transluminal koroner angioplasty )
Pemberian obat penghambat adrenoreseptor – beta untuk pencegahan
sekunder pasca infark.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama,umur,jeniskelamin,agama,suku,dankebangsaan,pendidikan,pekerjaan,alamat,
nomor registrasi,tanggal rumah sakit,diagnosa medis.
b. Keluhan utama keluhan yang paling dirasakan adalah napas sesak dan nyeri dada
c. Riwayat kesehatan sekarang
*Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien mengeluh sesak dan
nyeri dada, sesak bertambah jika beraktifitas, keadaan lemah dan nafsu makan
menurun.
* Keluhan waktu di data
Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan bias visus menurun
sehingga aktifitas menjadi terbatas.
d. Riwayat kesehatan dahulu
* Mempunyai riwayat vaskuler : hipertensi
* Mempunyai riwayat penyakit jantung.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyakit vaskuler : HT
f. ADL : aktivitity daily living
* Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olah
raga tidak teratur.
* Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat/aktifitas
g. Sirkulasi
* Gejala : riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GIK, masalah TD,
diabetes melitus.
* Tanda : TD : dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk/berdiri.
h. Integritas ego
* Gejala : Menyangkal gejala penting/adanya kondisi takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit perawatan yang tak perlu,
kuatir tentang keluarga, kerja, keuangan.
* Tanda : Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang,fokus pada diri sendiri/nyeri.
i. Eliminasi
* gejala : normal atau bunyi usus menurun.
j. Makanan/cairan
Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu
hati/terbakar.
Tanda : Penurunan turgor kulit:kulit kering/berkeringat, muntah,
perubahan berat badan’
k. Higiene
* gejala/tanda : kesulitan kelakukan tugas perwatan.
l. Neurosensori
* gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun duduk atau
istrahat)
* tanda : perubahan mental
Kelemahan.
m Nyeri/ketidaknyamanan
* gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak ( dapat/tak berhubungan
dangan aktivitas) tidak hilang dengan atau nitrogliserin (
meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral,
20% IM ada nyeri)
* lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia; dapat menyebar
ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung,
leher.
* kualitas : ’chrusing’ menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat.
*Intensitas : biasanya 10 pada skala 1-10; mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
* Catatan : nyeri mungkin tak ada pada pasien pascaoperasi, dengan diabetes
melitus atau hipertnsi
* Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh.
Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
Menarik diri, kehilangan kontak mata.
Respon otomatik : perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.
n. Pernapasan
Gejala : Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nocturnal
Batuk dengan/tanpa produksi sputum
Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, napas sesak/kuat
Pucat atau sianosis
Bunyi napas : bersih atau krekels/mengi
Sputum : bersih, merah muda kental
o. Interaksi sosial
Gejala : Stress saat ini contoh kerja, keluarga kesulitan koping
dengan
Stresor yang ada, contoh penyakit, perawatan si rumah
sakit
Tanda : Kesulitan istrahat dengan tenang, respons terlalau emosi,
marah terus menerus, takut, menarik diri dari keluarga
p. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, diabetes,
stroke,hipertensi, penyakit vaskuler perifer,
Penggunaan tembakau
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat : 7,3 hari; (2-4 hari
CCU)
Rencana pemulangan : Bantuan pada persiapan makan, belanja, transportasi,
Perawatan rumah/memelihara tugas, susunan fisik rumah.
q. Data psikologis
Perlu dikaji konsrp diri, apakah ada gangguan dan bagaimana presepsi klien akan
penyakitnya terhadap konsep dirinya.
r. Data sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaimana peran klien dirumah dan
dirumah sakit.
s. Data spritual
Bagaimana presepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan agama yang dianut
t. Pemeriksaan fisik
* Secara umum
- Meliputi keadaan klien
- Kesadaran klien
- Obsevasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi
- TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi
* Secara khusus
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang meliputi dari
chepalo kearah kaudal terhadap semua organ tubuh antara lain :
- Rambut
- Mata, telinga
- Hidung, mulut
- Tenggorokan
- Leher
- Dada
- Abdomen
- Genitalia
- Muskuloskeletal
- Integumen
u. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium, EKG, rontgen thoraks serta terapi yang diperoleh klien dari dokter.
d. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung. Faktor resiko : perubahan frekuensi,
irama, konduksi, elekrikal.
Intervensi :
1. Auskultasi TD. Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur, duduk, dan
berdiri bila bisa
2. Evalasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi.
3. Catat terjadinya S3 dan S4.
4. Catat adanya mur-mur/gesekan.
5. Auskultasi bunyi napas.
6. Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemtrik.
7. Catat respon terhadap aktivitas dan peningkatan istrahat dengan tepat.
8. Berikan makan kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan cafein, contoh : kopi, coklat,
damn cola.
9. Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.
10. Kaji ulang seri EKG dan foto dada.
11. Pantau data laboratorium : contoh enzim jantung, GDA, dan elekrolit.
12. Berikan obat anti disritmia sesuai indikasi
e. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan. Faktor resiko : penurunan/penghentian
aliran darah.
Intervensi :
1. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu contoh : cemas,
bingung, alergi, pingsan.
2. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab.
3. Catat kekuatan nadi perifer.
4. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema,
udem.
5. Dorong latihan kaki aktif/pasif, hindari latihan isometrik.
6. Anjurkan pasien dalam melakukan/melepas kaos kaki anti embolik bila
digunakan.
7. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.
8. Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan/tak ada bising
usus, mual/muntah, distensia abdomen, konstipasi.
9. Pantau pemasukan dan catat perubahan keluaran urin.
10. Pantau data laboratorium, contoh : GDA, BUN, kreatinin, elektrolit.
f. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan, faktor resiko : penurunan perfusi
organ (ginjal atau peningkatan natrium/retensi air).
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi napas untuk adanya krekels.
2. Ukur masukan/keluaran, catat penurunan pengeluaran,sifat kosentrasi.
3. Timbang BB setia hari.
4. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
5. Berikan diet natrium rendah/minuman.
6. Berikan diuretik.
TINJAUAN KASUS
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM
CARDIOVASKULER PADA KLIEN TN. A DENGAN KASUS
INFARK MIOKARD AKUT (IMA) DI RUANG TULIP RSUD
PROVINSI SULTRA
I. BIODATA
A. Identitas klien
1. Nama :Tn.A
2. Umur :42 tahun
3. Jenis kelamin :Laki-Laki
4. Agama :Islam
5. Status :Kawin
6. Suku/Bangsa :Bugis / indonesia
7. Pendidikan :SI
8. Pekerjaan :Swaata
9. Alamat :Jl. Pattimura,Puwatu
10. Gol. Darah :O
B. Identitas penanggung jawab
1. Nama :Ny.A
2. Umur :39 tahun
3. Pekerjaan :PNS
4. Hubungan dengan klien :isteri
5. Alamat :Jl.Pattimura, Puwatu
X X X
X X
42 3
9
18 15 11
13
11
31
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
M.Abdomen
N.ektremitas bawah
A.Nutrisi
Sebelum MRS
Jenis makanan : nasi,sayur,ikan/daging
Frekwensi makan/hari : 3 X hari
Nafsu makan : baik(1 porsi dihabiskan)
Makanan kesukaan : coto
Makanan pantangan :-
Setelah MRS
Jenis makanan : bubur,sayur,ikan.
Frekwensi makanan/hari : 2X/hari
Nafsu makan : tidaknmenurun
makanan pantangan :-
B.Cairan
Sebelum MRS
Jenis : air putih dan kopi
Jumlah : air putih ± 2000 CC
Setelah MRS
Jenis : air putih
1.Eliminasi BAB
Sebelum MRS
Frekuensi : 1 X/hari
Warna : kuning kecoklatan
Konsistensi : lunak
Setelah MRS
Frekwensi :1 X/hari
Warna : kecoklatan
Konsistensi : padat
2.Eliminasi BAK
Sebelum MRS
Frekuensi : 6 - 8 x / hari
Bau : pesing/khas amoniak
Warna : kuning
Setelah MRS
Jumlah urine 500 cc
D.Aktivitas
Sebelum MRS
Aktivitas klien sangat padat sehingga kurang istirahat
Setelah MRS
Nampak bedrest total
Klien tidak melakukan aktivitas apapun
Pergerakan klien terbatas
ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
E.Personal hygiene
Kebiasaan
Penampilan : rapi dan bersih
Mandi : 2x /hari
Sikat gigi : 2 x /hari
Cuci rambut : 3x / minggu
Perubahan selama sakit:klien mengatakan belum pernah mandi dan hanya dilap
basah
Kebiasaan
Tidur malam : 22.00s/d 05.00
Tidur siang : jarang dilakukan
KLASIFIKASI DATA
DS :
Klien mengeluh pusing
Klien jantungnya berdebar-debar
Klien mengeluh nyeri pada dada kiri tembus belakang sampai lengan
Klien mengatakan sesak dan batuk
Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sendiri seperti biasa
DO :
KU lemah
Ekspresi wajah nampak meringis
Klien tampak melakukan usaha napas
Terdapat bunyi jantung tambahan S3
Irama jantung tidak berturan
Skala nyeri berat : 8
Wajah nampak pucat
Konjungtiva anemis
Cappilary refill > 2 detik
ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
Pergerakan klien tebatas
TTV
TD : 140 / 80 mmHg
N : 104 x / menit
S : 36,8 oC
RR : 32 x / menit
ANALISA DATA
Perangsangan serabut
saraf
Saraf ganglion
Nyeri
2. DS : Atherosclerosis Penurunan
- Klien mengeluh pusing curah jantung
- Klien mengatakan sesak dan
Penimbunan lipid
batuk pada pembuluh darah
DO :
Penyempitan pembuluh
- KU lemah
darah
- Wajah nampak pucat
- Konjungtiva anemis
- Terdapat bunyi jantung
tambahan S3
Suplai O2 ke jantung
- Irama jantung tidak beraturan menurun
- Cappilary refill > 2 detik
- TTV : Ketidakseimbangan
a. TD : 140/80 mmHg suplai dan kebutuhan
b. N : 104 x / menit
c. S : 36,8 oC Penurunan kontraksi
jantung
d. RR : 32 x / menit
dekompensasi
Gangguan perfusi
jaringan
4. DS : Aliran darah ke miokard Intoleransi
- klien mengatakan tidak dapat menurun aktivitas
melakukan aktivitasnya sendiri
seperti biasa. Perubahan metabolisme
aerob ke anaerob
DO :
Produksi ATP menurun
- ADL dibantu oleh keluarga
dan perawat
Terjadi kelemahan otot
- Pergerakan klien terbatas
Ketergantungan pada
orang lain
Kesulitan dalam
memenuhi ADL
Intoleransi aktivitas