Vous êtes sur la page 1sur 33

Mata Kuliah : KMB I

Dosen : Harmanto Rizal Denggo S.Kep, Ns

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM CARDIOVASKULER


PADA TN.A DENGAN KASUS “ INFARK MIOKARD AKUT
( IMA ) “DI RUANG TULIP
RSUD PROVINSI SULTRA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II ( DUA )

P R O G R A M S 1 K E P E R AWA T A N
S E K O L A H T I N G G I I L M U K E S E H ATA N
M A N D A L A WA L U YA
KENDARI
2009
A N G G O TA K E L O M P O K I I

1 . H A S R U L H E R M AWA N
2 . H E L M I WA T Y
3 . H AY O N O
4 . I F A N A L I P O T AWA R I
5. YUSRIADIN
6 . Z A E N A L M U S TA FA
7 . F I T R A H WA H Y U N I
8. YUSRIANI
9 . I R FA N
10. NURLINA

Semester VI
11 . KUMLIA
12. C I T R A N O VAYA N T I
13. DINA
14. YUSLAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya, maka penulisan Askep tentang “ Infark Miokard” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Dalam penulisan Askep tentang “ Infark Miokard “, penulis menggunakan
beberapa literature sebagai panduan untuk memudahkan dalam penulisan dan
penyusunan Askep ini.

Penulis berharap dengan adanya penulisan Askep ini bisa memberikan


pengetahuan yang dalam kepada Pembaca pada umumnya dan kepada Perawat pada
khususnya, mengenai penerapan asuhan keperawan ” infark miokard “ sehingga
diharapkan pada pelaksanaannya nanti, sesuai dengan kode etik keperawatan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan askep ini jauh dari kesempurnaan,
sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan
penyempurnaan.

Kendari , Maret 2009

Penulis

INFARK MIOKARD AKUT ( IMA )


A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Infark Miokard Akut ( IMA ) adalah suatu keadaan nekrosis miokard yang akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu ( hudack dan Galo, 1996 ).
Infark Miokard Akut ( IMA ) adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh
kerusakan aliran darah koroner miokard ( penyempitan / sumbatan arteri koroner )
diakibatkan oleh arteroskelerosis atau penurunan aliran darah akibat syok atau perdarahan
( Carpenito L.J., 2000 ).

Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 - 45 menit akan menyebabkan kerusakan


seluler yang irreversible dan kematian otot atau nekrosis. Gambaran distribusi
dipengaruhi umur, geografis, jenis kelamin, dan factor resiko sesuai dengan angina
pectoris atau penyakit jantung koroner pada umumnya.

2. Etiologi
Pada infark miokard akut dapat ditemukan beberapa penyebab yang dapat
menimbulkan keadaan tersebut antara lain :
 Atherosklerosis arteri koroner
 Spasme arteri koroner
 Stenosis aorta / aorta inufisiensi
3. Patologi

Penyakit Infark Miokard didasari oleh adanya arterosklerosis pembuluh darah


koroner. Secara morfologis Infark miokard transmular atau subendokardial. Infark
miokard transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada distribusi suatu
arteri koroner. Sebaliknya pada infark miokardia subendokardial, nekrosis hanya terjadi
pada bagian dalam dinding ventrikel dan umumnya bercak – bercak dan tidak konflues
seperti Infark Miokard transmural. Infark Miokard subendokardial dapat regional ( terjadi
pada distribusi satu – satu arteri koronaria ) atau difus ( terjadi pada distribusi lebih ari
satu arteri koroner ). Patogenitas dan perjalanan kedua jenis Infark Miokard ini berbeda.

Arteri koroner kiri memengaruhi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan atrium
kiri. Arteri koroner kanan memengaruhi sisi diafragma ventrikel kiri, sedikit bagian
posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering dipengaruhi
oleh arteri koroner kanan daripada kiri ( cabang sirkumfleks ). Pada nodus AV, 90 %
dipengaruhi oleh arteri koroner kanan dan 10 % dari sisi kiri cabang sirkumfleks. Kedua
nodus SA dab AV juga mendapat darah dari arteri kugel. Jadi jelaslah obstruksi pada
arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior, dan infark inferior disebabkan
oleh obstruksi pada arteri koroner kanan.

Tetapi bila obstruksi telah terjadi di banyak tempat dan kolateral telah terbentuk ,
lokasi infark mungkin tidak dapat dicerminkan oleh pembuluh asal yang terkena. Pada
nekrosis daerah infark miokard mungkin sulit dikenali pada 24 – 48 jam pertama.
Setelah itu serat – serat miokard membengkak dan nuklei menghilang. Di tepi infark
dapat terlihat perdarahan. Dalam beberapa hari pertama daerah infark akut amat lemah.
Secara histologis penyembuhan dapat tercapai sekurang – kurangnya setelah empat
minggu, umumnya setelah enam minggu.

4. Patofisiologis
Infark Miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap iskemia
miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar 20 menit
mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan
ATP secara aerobis lenyap, dan sel tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya. Tanpa
ATP, pompa natrium-kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan air yang akhirnya
menyebabkan sel pecah ( lisis ). Dengan lisis, sel mencederai sel-sel sekitarnya mulai
mendapat akses ke sirkulasi systemic dan ruang intersfitium dan ikut menyebabkan
edema dan pembekakkan intersfitium di sekitar sel miokardium. Akibat kematian sel,
tercetus reaksi peradangan. Di tempat peradangan , terjadi penimbuna trombosit dan
pelpasan factor – factor pembekuan. Terjadi degranulasi sel mast yang menyebabkan
pelepasan histamine dan berbagai prostaglanding. Sebagian bersifat vasokontriktif dan
sebagian merangsang pembekuan ( tromboksan ).

Ekef Infark Miokard pada depolarisasi jantung. Dengan dilepaskannya berbagai


enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, jalur – jalur hantaran listrik
terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolatisasi atrium atau ventrikel, atau
timbulnya suatu distrimia.

Efek Infark Miokard pada kontraktilitas jantung dan tekanan darah. Dengan
matinya sel-sel otot, dan karena pola listrik jantunr berubah, maka pemompaan jantung
menjadi kurang tekoordinasisehingga terjadi penurunan tekanan darah sistemik.

Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas Infark


Miokard, biasanya pasien yang terkena IMA akan mersakan nyeri dengan awitan yang
mendadak, timbul mual yang berkaitan dengan nyeri yang hebat, perasaan lemas yang
berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot-otot rangka. Kulit yang dingin dan pucat
akibat vasokontriksi sipatis, pengeluaran urine berkurang karena pengurangan aliran
darah ginjal serta peningkatan aldosteron dan ADH, Takikardi akibat dari peningkatan
stimulasi simpatis jantung, serta keadaan mental berupa rasa cemas besar disertai
perasaan mendekati kematian.

5. Gejala Klinis
Gejala klinis yang khas adalah nyeri dada retroternal, seperti diremas-remas dan
tertekan, nyeri menjalar ke lengan, kiri bahu, leher, rahang, bahkan ke punggung dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tidak responsive
terhdapa nitrogliserin. Kadang-kadang terutama pada penderita diabetic dan orang tua
tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri disertai perasaan mual, muntah, sesak, keringat
dingin, berdebar- debar atau penderita sering ketakutan.

Walaupun Infark Miokard merupakan manifestasi pertama dari penyakit jantung


koroner, namun bila anamnesa dilakukan secara teliti sering didahului oleh angina,
perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.

Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada karakteristik yang khas bahkan dapat
normal. Dapat ditemui bunyi jantung kedua yang pecah paradoksal irama gallop. Adanya
krepitasi basal merupakan tanda bendungan paru. Takikardia, kulit pecah, dingin,
hipotensi dietmukan pada kasus yang relative lebih berat. Kadang – kadang ditemukan
pulsasi diskinetik yang tampak atau teraba di dinding pada Infark Miokard anterior.

6. Pemeriksaan penunujang
 EKG
 Laboratorium : SGOT, LDH, enzim jantung
 Radiology
 Echocardiografi
 Pemeriksaan radioisotope

7. Komplikasi
 Aritmia
 Gagal jantung
 Syok kardiogenik
 Trombo-embolisme
 Perikarditis
 Aneurisma ventrikel
 Regurgitasi mitral akut
 Rupture jantung dan septum

8. Penatalaksanaan
 Upaya pembatasan perluasan Infark Miokard
 Pemberian obat trombolitik ( streptokinase / urokinase ) dengan atau tanpa
disusul angioplasty ( perkutaneus transluminal koroner angioplasty )
 Pemberian obat penghambat adrenoreseptor – beta untuk pencegahan
sekunder pasca infark.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

I. Pengkajian

1. Pengumpulan data

a. Identitas

Nama,umur,jeniskelamin,agama,suku,dankebangsaan,pendidikan,pekerjaan,alamat,
nomor registrasi,tanggal rumah sakit,diagnosa medis.
b. Keluhan utama keluhan yang paling dirasakan adalah napas sesak dan nyeri dada
c. Riwayat kesehatan sekarang
*Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien mengeluh sesak dan
nyeri dada, sesak bertambah jika beraktifitas, keadaan lemah dan nafsu makan
menurun.
* Keluhan waktu di data
Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan bias visus menurun
sehingga aktifitas menjadi terbatas.
d. Riwayat kesehatan dahulu
* Mempunyai riwayat vaskuler : hipertensi
* Mempunyai riwayat penyakit jantung.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyakit vaskuler : HT
f. ADL : aktivitity daily living
* Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olah
raga tidak teratur.
* Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat/aktifitas
g. Sirkulasi
* Gejala : riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GIK, masalah TD,
diabetes melitus.
* Tanda : TD : dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk/berdiri.

Nadi : Dapat normal; penuh/tak kuat, atau lemah/kuat kaulitasnya


dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur (distrimia)
mungkin terjadi.
Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra: S3/S4 mungkin menunjukan gagal jantung/
penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel.
Murmur : Bila ada menunjukan gagal gagal katup atau disfungsi otot
kapiler.
Friksi : Dicurigai perikarditis
Edema : Distensi vena juguler edema dependen/perifer, edema umum,
krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventikel
Warna : Pucat atau sianosis/kulit abu-abu, kuku datar, pada membran
mukosa dan bibir.

h. Integritas ego
* Gejala : Menyangkal gejala penting/adanya kondisi takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit perawatan yang tak perlu,
kuatir tentang keluarga, kerja, keuangan.
* Tanda : Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang,fokus pada diri sendiri/nyeri.
i. Eliminasi
* gejala : normal atau bunyi usus menurun.

j. Makanan/cairan
Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu
hati/terbakar.
Tanda : Penurunan turgor kulit:kulit kering/berkeringat, muntah,
perubahan berat badan’
k. Higiene
* gejala/tanda : kesulitan kelakukan tugas perwatan.
l. Neurosensori
* gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun duduk atau
istrahat)
* tanda : perubahan mental

Kelemahan.
m Nyeri/ketidaknyamanan
* gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak ( dapat/tak berhubungan
dangan aktivitas) tidak hilang dengan atau nitrogliserin (
meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral,
20% IM ada nyeri)
* lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia; dapat menyebar
ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung,
leher.
* kualitas : ’chrusing’ menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat.
*Intensitas : biasanya 10 pada skala 1-10; mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
* Catatan : nyeri mungkin tak ada pada pasien pascaoperasi, dengan diabetes
melitus atau hipertnsi
* Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh.
Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
Menarik diri, kehilangan kontak mata.
Respon otomatik : perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.
n. Pernapasan
Gejala : Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nocturnal
Batuk dengan/tanpa produksi sputum
Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, napas sesak/kuat
Pucat atau sianosis
Bunyi napas : bersih atau krekels/mengi
Sputum : bersih, merah muda kental
o. Interaksi sosial
Gejala : Stress saat ini contoh kerja, keluarga kesulitan koping
dengan
Stresor yang ada, contoh penyakit, perawatan si rumah
sakit
Tanda : Kesulitan istrahat dengan tenang, respons terlalau emosi,
marah terus menerus, takut, menarik diri dari keluarga
p. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, diabetes,
stroke,hipertensi, penyakit vaskuler perifer,
Penggunaan tembakau
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat : 7,3 hari; (2-4 hari
CCU)
Rencana pemulangan : Bantuan pada persiapan makan, belanja, transportasi,
Perawatan rumah/memelihara tugas, susunan fisik rumah.
q. Data psikologis
Perlu dikaji konsrp diri, apakah ada gangguan dan bagaimana presepsi klien akan
penyakitnya terhadap konsep dirinya.
r. Data sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaimana peran klien dirumah dan
dirumah sakit.
s. Data spritual
Bagaimana presepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan agama yang dianut
t. Pemeriksaan fisik
* Secara umum
- Meliputi keadaan klien
- Kesadaran klien
- Obsevasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi
- TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi

* Secara khusus
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang meliputi dari
chepalo kearah kaudal terhadap semua organ tubuh antara lain :
- Rambut
- Mata, telinga
- Hidung, mulut
- Tenggorokan
- Leher
- Dada
- Abdomen
- Genitalia
- Muskuloskeletal
- Integumen

u. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium, EKG, rontgen thoraks serta terapi yang diperoleh klien dari dokter.

II. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


a. Nyeri (akut) b/d iskemia jaringan sekunder
Intervensi :
1. Pantau /catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal dan
respon hemodinamik
2. Ambil gambar lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi, intensitas (0-
10), lamanya, kualitas (dangkal/menyebar) dan penyebarannya
3. Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina atau nyeri IMA.
Diskusikan riwayat keluarga.
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
5. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman.
Pendekatan pasien dengan tenang dan dengan percaya.
6. Bantu melakukan teknik relaksasi misalnya napas dalam/perlahan, perilaku
.distrksi, visualisasi, bimbingan imajinasi.
7. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik.
Berikan O2 tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh : antiangina, penyekat , analgesik, penyekat
saluran kalsium.

b. Intoleran Aktivitas b/d ketidak seimbangan suplai O2 miokard dan kebutuhan.


Intervensi :
1. Catat/dokumentasi frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelumnya,
selama, sesudah aktivitas sesuai indikasi.
2. Tingkatkan istrahat (tempat tidur/kursi). Batasi aktivitas pada dasar nyeri/respon
hemodinamik. Berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
3. Batasi pengunjung dan atau kunjungan oleh pasien.
4. Anjurkan pasien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh :
mengejan saat defekasi.
5. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh : bangun dari
kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi ban istrahat selama 1 jam setelah makan.
6. Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukan tidak toleran terhadap aktivitas atau
memerlukan laporan pada perawat/dokter.

c. Ansietas/ketakutan b/d ancaman kematian atau perubahan kesehatan


Intervensi :
1. Identifikasi dan ketahui presepsi pasien terhadap ancaman/situasi. Dorong
mengekpresikan dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan, takut, dll.
2. Catat adanya kegelisahan, menolak dan atau menyangkal.
3. Mempertahankan gaya percaya (tanpa keyakinan yang salah).
4. Kaji tanda verbal/non verbal, kecemasan dan tinggal dengan pasien.Lakukan
tindakan bila pasien menunjukan perilaku merusak.
Rasional : pasien mungkin
5. Terima tetapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan. Hindari
konfrontasi.
Rasional : menyangkal dapat menguntungkan dan menurunkan cemas tetapi
dapat menunda penerimaan terhadap kenyataan terhadap situasi saat itu.

6. Orientasikan pasien/orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang


diharapkan. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.
Rasional :perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.

7. Jawab semua pertanyaan secara nyata. Berikan konfirmasi konsisten, ulangi


sesuai indikasi.
Rasional : informasi yang tepat tentang situasi menurunkan takut, hubungan
yang asing antara perawat – pasien, dan membantu pasien / orang terdekat
untuk menerima situasi yang nayata.

8. Dorong pasien/orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang,


berbagai pertanyaan dan masalah.
Rasional; barbagi informasi membentuk dukungan / kenyamanan dan dapat
menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan

9. Berikan periode istirahat/waktu tidur tidak terputus, lingkungan tenang, dengan


tipe kontrol pasien, jumlah rangsangan eksternal
Rasional : penyimpanan energi dan meningkatkan kemampuan koping
10. Berikan anticemas / hipnotik sesuai indikasi. Contoh diazepam, flurazepam,
lorazepam
Rasional : meningkatkan relaksasi / istirahat dan menurunkan rasa cemas. .

d. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung. Faktor resiko : perubahan frekuensi,
irama, konduksi, elekrikal.
Intervensi :
1. Auskultasi TD. Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur, duduk, dan
berdiri bila bisa
2. Evalasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi.
3. Catat terjadinya S3 dan S4.
4. Catat adanya mur-mur/gesekan.
5. Auskultasi bunyi napas.
6. Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemtrik.
7. Catat respon terhadap aktivitas dan peningkatan istrahat dengan tepat.
8. Berikan makan kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan cafein, contoh : kopi, coklat,
damn cola.
9. Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.
10. Kaji ulang seri EKG dan foto dada.
11. Pantau data laboratorium : contoh enzim jantung, GDA, dan elekrolit.
12. Berikan obat anti disritmia sesuai indikasi
e. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan. Faktor resiko : penurunan/penghentian
aliran darah.
Intervensi :
1. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu contoh : cemas,
bingung, alergi, pingsan.
2. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab.
3. Catat kekuatan nadi perifer.
4. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema,
udem.
5. Dorong latihan kaki aktif/pasif, hindari latihan isometrik.
6. Anjurkan pasien dalam melakukan/melepas kaos kaki anti embolik bila
digunakan.
7. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.
8. Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan/tak ada bising
usus, mual/muntah, distensia abdomen, konstipasi.
9. Pantau pemasukan dan catat perubahan keluaran urin.
10. Pantau data laboratorium, contoh : GDA, BUN, kreatinin, elektrolit.
f. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan, faktor resiko : penurunan perfusi
organ (ginjal atau peningkatan natrium/retensi air).
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi napas untuk adanya krekels.
2. Ukur masukan/keluaran, catat penurunan pengeluaran,sifat kosentrasi.
3. Timbang BB setia hari.
4. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
5. Berikan diet natrium rendah/minuman.
6. Berikan diuretik.

g. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit


jantung dan status kesehatan yang akan datang.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat dan kemampuan/keinginan orang
terdekat untuk belajar.
2. Waspada terhadap anda penghindaran,contoh : mengubah subyek dari informasi
yang ada atau perilaku ekstrim.
3. Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi, contoh : buku program,
aktivitas kelompok, dll.
4. Beri penguatan penjelasan faktor resiko. Pembatsan diet/aktivitas, obat, dan gejala
yang memerlukan perhatian medis cepat.
5. Dorong mengidentifikasi/penurunan faktor resiko individu contoh :
merokok/mengkonsumsi alkohol, kegemukan.
6. Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan penurunan aktivitas dan pelaporan pada
pemberi perawatan kesehatan.
7. Tekankan pentingnya mengikuti perawatan dan mengidentifikasi sumber
dimasyarakat/kelompok pendukung.
8. Beri tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada, perubahan pola
angina, dan atau terjadi gejala lain.
9. Tekankan pentingnya melaporkan terjadinya demam sehubungan dengan nyeri
dada menyebar/tidak khas.

TINJAUAN KASUS
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM
CARDIOVASKULER PADA KLIEN TN. A DENGAN KASUS
INFARK MIOKARD AKUT (IMA) DI RUANG TULIP RSUD
PROVINSI SULTRA

Tgl.MRS :10 Maret 2009


: Tgl.Pengkajian :11 Maret 2009
No.Register :17 21 31
Dx Medis :Infark Miokard Akut

I. BIODATA
A. Identitas klien
1. Nama :Tn.A
2. Umur :42 tahun
3. Jenis kelamin :Laki-Laki
4. Agama :Islam
5. Status :Kawin
6. Suku/Bangsa :Bugis / indonesia
7. Pendidikan :SI
8. Pekerjaan :Swaata
9. Alamat :Jl. Pattimura,Puwatu
10. Gol. Darah :O
B. Identitas penanggung jawab
1. Nama :Ny.A
2. Umur :39 tahun
3. Pekerjaan :PNS
4. Hubungan dengan klien :isteri
5. Alamat :Jl.Pattimura, Puwatu

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


A. Keluhan utama : nyeri dada
B. Alasan masuk Rumah Sakit : Tn. A masuk rumah sakit dengan keliuhan
nyeri 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
dengan intensitas nyeri berat skala 7 – 10,
nyeri pada bagian dada sebelah kiri tembus
sampai belakang, klien juga mengeluh batuk,
sesak, dan pusing. Klien mengeluh nyeri
bertambah jika melakukan akitvitas yang berat
dan membuat klien cepat lelah. Klien juga
mengeluh jantungnya berdebar-debar.
B. Riwayat Penyakit p : klien merasa penyakitnya sangat terasa ketika
beraktivitas
Q : klien merasa nyeri dan cukup mengganggu
aktivitas
R : dada sebelah kiri tembus sampai belakang
S : nyeri skala 8
T : 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan
dirasakan pada waktu beraktivitas

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Istri klien mengatakan Klien pernah masuk rumah sakit dengan keluhan yang
sama
B. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanam dan obat-
obatan
C. Klien mengatakan memilik kebiadaan minuman kopi + 3 x sehari
D. Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok , munuman alcohol atau
ketergantungan terhadap obat-obatan.
IV. RIWAYAT KESEHATAN/ GENOGRAM

X X X
X X

42 3
9

18 15 11

13
11
31

Keterangan :

: Laki-laki : Klien

: Perempuan X : Meninggal dunia

-------- : tinggal serumah

G1 : Orang tua klien meninggal dunia karena faktor usia


G2 : Klien berada pada generasi ke dua dan mempunyai dua orang saudara yang
tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan klien
G3 : Klien mempunyai tiga orang anak dan tinggal serumah dengan isrti dan
anaknya
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda-tanda Vital
 TD : 140 / 80 mmHg
 N: 104 x / menit
 RR : 30 / menit
 S : 36,8 oC
 Kesadaran : komposmentis
 Keadaan umum : lemah
 Tinggi badan : 160 cm
 Berat badan : 70 kg
B. Kepala
 Inspeksi : * rambut ikal, hitam, dan pendek
* distribusi rambut merata
 Palpasi : * tidak ada udema
* tidak ada nyeri tekan
C. Wajah
 Inspeksi : * ekspresi wajah meringis
* tidak ada lesi
 Plasi : * Tidak ada udema
D. Mata
 Inspeksi : * simetris kiri dan kanan
* Konjungtiva anemis
* kelopak mata tidak udema
* fungsi penglihatan baik
E. Hidung
 Inspeksi : * simetris kiri dan kanan
* tidak ada pengeluaran sekret
* tidak ada riwayat polip
* fungsi penciuman baik
 Palpasi : * tidak ada nyeri tekan
F. Telinga
 Inspeksi : * simetris kiri dan kanan
* tidak ada pengeluaran sekret
* fungsi pendengaran baik
 Palpaasi : * tidak ada nyeri tekan /udema
G. Mulut,gigi,tenggorokan
 Inspeksi : * mukosa bibir kering
* tidak ada stomatitis
* keadaan gigi baik dan lengkap
* nampak caries gigi
* tidak ada gangguan menelan
H. Leher
 Inspeksi : * tidak nampak pembesaran kelenjar tiroid
 Palpasi : * tidak ada nyeri tekan pada leher
* Tidak ada massa pada leher

I. Dada dan paru-paru


 Inspeksi : * normal chest
* RR = 28x/mnt
* pernafasan cepat
 Palpasi : * Ada nyeri tekan pada dada sebelah kiri
* Tidak ada massa
 Perkusi : * Tidak dilakukan
 Auskultasi : * Inspirasi lebih panjang dri pada ekspirasi
* Ronkhi (+) kering
J. Sistem Kardiovaskuler
 Inspeksi : * Kesadaran baik
* Bentuk dada normal chest
* Bibir pucat / sianosis
* Wajah tampak pucat
Palpasi : * Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
* Nyeri tekan pada dada sebelah kiri
 Perkusi : * Tidak dilakukan
 Auskultasi : * Irama jantung tidak beraturan
* Ada bunyi jantung, S3
L.Ekstremitas atas

 Inspeksi * pergerakan klien terbatas


* akral dingin / keringat dingin

 Palpasi :* tidak ada nyeri tekan


Cappilary refill kurang dari 2 detik

M.Abdomen

 Inspeksi :* tidak nampak ada pembesaran abdomen


 Palpasi :* tidak teraba pembesaran hati
* tidak ada nyeri tekan
* distensi abdomen tidak ditemukan
 Perkusi :* tidak ada penimbunan cairan dan massa
 Auskultasi :* peristaltik usus 5X/menit

N.ektremitas bawah

 Inspeksi :* pergerakan klien terbatas


 Palpasi :* tidak ada nyeri tekan
* tidak ada udema
 Perkusi :* tidak dilakukan
 Auskultasi :* tidak dilakukan
VI. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI

A.Nutrisi

 Sebelum MRS
 Jenis makanan : nasi,sayur,ikan/daging
 Frekwensi makan/hari : 3 X hari
 Nafsu makan : baik(1 porsi dihabiskan)
 Makanan kesukaan : coto
 Makanan pantangan :-

 Setelah MRS
 Jenis makanan : bubur,sayur,ikan.
 Frekwensi makanan/hari : 2X/hari
 Nafsu makan : tidaknmenurun
 makanan pantangan :-

B.Cairan

 Sebelum MRS
Jenis : air putih dan kopi
Jumlah : air putih ± 2000 CC
 Setelah MRS
Jenis : air putih

C. Eliminasi Bab Dan Bak

1.Eliminasi BAB

 Sebelum MRS
 Frekuensi : 1 X/hari
 Warna : kuning kecoklatan
 Konsistensi : lunak

 Setelah MRS
 Frekwensi :1 X/hari
 Warna : kecoklatan
 Konsistensi : padat

2.Eliminasi BAK

 Sebelum MRS
 Frekuensi : 6 - 8 x / hari
 Bau : pesing/khas amoniak
 Warna : kuning
 Setelah MRS
 Jumlah urine 500 cc

D.Aktivitas

 Sebelum MRS
Aktivitas klien sangat padat sehingga kurang istirahat

 Setelah MRS
 Nampak bedrest total
 Klien tidak melakukan aktivitas apapun
 Pergerakan klien terbatas
 ADL dibantu oleh keluarga dan perawat

E.Personal hygiene

 Kebiasaan
 Penampilan : rapi dan bersih
 Mandi : 2x /hari
 Sikat gigi : 2 x /hari
 Cuci rambut : 3x / minggu

 Perubahan selama sakit:klien mengatakan belum pernah mandi dan hanya dilap
basah

F.Istrahat dan tidur

 Kebiasaan
 Tidur malam : 22.00s/d 05.00
 Tidur siang : jarang dilakukan

 Perubahan selama sakit


 Tidur malam : 21.00s/d 06.30
 Tidur siang : 11.00 s/d 15.00

VII. RIWAYAT PSIKO-SOCIAL-SPIRITUAL

1. Pola koping : klien dapat menerima penyakit


yang dideritanya
2. Harapan klien tentang penyakitnya : klien berharap agar penyakitnya
cepat sembuh
3. Konsep diri : klien tidan merasa dirinya rendah
karena penyakit yang dideritanya
4. Hubungan klien dengan anggota keluarga : pola interaksi klien baik terhadap
keluarga
5. Hubungan dengan masyarakat : hubungan klien dengan masyarakat
cukup baik
6. Bahasa yang sering digunakan : bahasa Indonesia
7. Kegiatan keagamaan atau pola ibadah : pada saat klien belum masuk RS
klien rajin beribadah, akan tetapi
setelah klien masuk RS klien
agak sulit menjalankan ibadahnya
karena kondisinya yang kurang baik
8. Keyakinan tentang kesehatannya : klien yakin penyakitnya bisa
teratasi walaupun
membutuhkan waktu yang lama

KLASIFIKASI DATA
DS :
 Klien mengeluh pusing
 Klien jantungnya berdebar-debar
 Klien mengeluh nyeri pada dada kiri tembus belakang sampai lengan
 Klien mengatakan sesak dan batuk
 Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sendiri seperti biasa

DO :
 KU lemah
 Ekspresi wajah nampak meringis
 Klien tampak melakukan usaha napas
 Terdapat bunyi jantung tambahan S3
 Irama jantung tidak berturan
 Skala nyeri berat : 8
 Wajah nampak pucat
 Konjungtiva anemis
 Cappilary refill > 2 detik
 ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
 Pergerakan klien tebatas
 TTV
TD : 140 / 80 mmHg
N : 104 x / menit
S : 36,8 oC
RR : 32 x / menit

ANALISA DATA

No. Symptom Etiologi Problem


1. DS : Penyempitan arteri Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada dada koroner
sebelah kiri tembus belakang dan
lengan kiri Suplai O2 ke jantung
menurun
DO :
- Ekspresi wajah meringis
Ketidakseimbangan
- Klien nampak melakukan suplai dan kebutuhan
usaha napas
- Skala nyeri berat : 8 Aliran darah ke miokard
menurun
- TTV :
a. TD : 140/80 mmHg
Perubahan metabolisme
b. N : 104 x / menit
aerob ke anaerob
c. S : 36,8 oC
d. RR : 32 x / menit
Peningkatan asam laktat

Perangsangan serabut
saraf

Saraf ganglion

Nyeri
2. DS : Atherosclerosis Penurunan
- Klien mengeluh pusing curah jantung
- Klien mengatakan sesak dan
Penimbunan lipid
batuk pada pembuluh darah

DO :
Penyempitan pembuluh
- KU lemah
darah
- Wajah nampak pucat
- Konjungtiva anemis
- Terdapat bunyi jantung
tambahan S3
Suplai O2 ke jantung
- Irama jantung tidak beraturan menurun
- Cappilary refill > 2 detik
- TTV : Ketidakseimbangan
a. TD : 140/80 mmHg suplai dan kebutuhan
b. N : 104 x / menit
c. S : 36,8 oC Penurunan kontraksi
jantung
d. RR : 32 x / menit

Penurunan curah jantung

3. DS : Stenosis aorta / aorta Gangguan


- Klien mengeluh pusing inufisiensi perfusi
jaringan
DO :
Peningkatan kerja
- Wajah nampak pucat ventrikel kiri
- Cappilary refill > 2 detik
kompensasi jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

dekompensasi

Suplai darah ke seluruh


tubuh menurun

Gangguan perfusi
jaringan
4. DS : Aliran darah ke miokard Intoleransi
- klien mengatakan tidak dapat menurun aktivitas
melakukan aktivitasnya sendiri
seperti biasa. Perubahan metabolisme
aerob ke anaerob

DO :
Produksi ATP menurun
- ADL dibantu oleh keluarga
dan perawat
Terjadi kelemahan otot
- Pergerakan klien terbatas

Ketergantungan pada
orang lain

Kesulitan dalam
memenuhi ADL

Intoleransi aktivitas

Vous aimerez peut-être aussi